Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

Artikel berseri tentang User Experience (UX) ini ditulis oleh Qonita Shahab, peneliti UX yang pernah bekerja di bidang TI. Ketertarikannya akan musik dan fotografi membantunya dalam mendesain prototipe sistem interaktif. Sejak mulai melakukan penelitian di bidang teknologi persuasif, Qonita belajar banyak tentang psikologi sosial dan penggunaan komunal atas teknologi. Anda bisa follow akun Twitter-nya di @uxqonita.

Pernahkah Anda mendengar tentang seruan seperti ini, “Stop complaining about Facebook’s changes, it’s free for God sake!”? Apakah Anda pernah dicap sebagai tukang mengeluh hanya dengan berbicara tentang hal ini? Saya ada di antara mereka yang berbicara tentang itu, tapi saya tidak peduli dengan label tukang keluh. Lagi pula, apa yang saya lakukan adalah memberi mereka (Facebook) masukan yang berharga.

Selain itu, saya juga tidak setuju kalau Facebook adalah sebuah layanan gratis. Tentu saja secara finansial kita tidak membayar apapun ke Facebook, namun pendekatan ini telah dijalankan secara praktis dalam waktu yang terlalu lama: memberikan akses gratis ke produk (sebagian dari produk tersebut) untuk memperkecil hambatan bagi pengguna dalam mengadopsi produk. Kita mungkin bertanya-tanya, sampai kapan Facebook tetap menjadi layanan gratis? Akankah di masa depan Facebook tiba-tiba menerapkan biaya atas layanan mereka?

Ada beberapa pandangan tentang apa yang Facebook dapatkan dari para pengguna mereka. Artikel yang memberikan pandangan tersebut cukup menarik dan dapat menjadi artikel yang mencerahkan. Pada dasarnya artikel ini mengatakan bahwa kita memberikan informasi rinci ke Facebook: mulai dari nama kita, tanggal lahir, sampai dengan acara favorit TV kita, film, makanan, dll. Selain itu, kita juga mendengar berita terbaru tentang cookie Facebook yang melacak aktivitas internet kita bahkan di luar Facebook.

Pandangan saya tentang apakah Facebook mendapatkan sesuatu dari kita adalah bahwa sebenarnya Facebook menyukai kita untuk mengeluh. Apakah Anda melihat hal ini pada hari Steve Jobs meninggal? Anda bisa melihat bahwa 42 dari kontak Anda di Facebook membicarakan Steve, karena Facebook mengurai update status di layanan mereka dan menghitungnya untuk Anda. Demikian pula, Facebook dengan mudah dapat mengurai update status Anda tentang keluhan Anda mengenai perubahan dilayanan Facebook dan menghitung jumlah keluhan.

Sebagai seorang peneliti UX, memiliki pengguna yang mengeluh dengan penuh semangat dan mendiskusikan prototipe produk saya antara satu sama lain akan menjadi sebuah peluang besar. Bahkan saya bermimpi memiliki prototipe yang di review olah ratusan pengguna. Apalagi jutaan pengguna! Oleh karena itu, menurut saya Facebook sebenarnya berterima kasih karena keluhan kita.

Seperti yang saya sebutkan di artikel saya sebelumnya tentang pengenalan UX, atau yang disebutkan di artikel ini sebagai yang terus berkembang, UX dari suatu produk tidak berhenti hanya pada tahap awal, tapi terus menerus berkembang. Interaksi antara pengguna dan produk tidak mungkin stagnan, terutama jika produk yang memungkinkan interaksi antar pengguna, yang juga menciptakan pengalaman yang berkembang.

Kadang-kadang kita meremehkan kemampuan pengguna, tetapi jika sekali lagi kita melihat pengalaman Facebook, pengguna ternyata cukup tangguh. Kita bisa membuat perubahan dan membiarkan mereka mengeluh. Beberapa perubahan adalah kesalahpahaman kita tentang apa yang pengguna butuhkan dan sejenisnya, atau hanya kebanggaan berlebih dari kita dalam menerapkan fitur baru. Beberapa perubahan dimaksudkan untuk menetap: yang berhubungan dengan desain yang lebih baik untuk mendukung usability.

Jadi, mengapa saya memilih kasus Facebook sebagai acuan? Karena kebanyakan dari kita adalah pengguna. Berada di posisi sebagai pengguna membantu kita menumbuhkan empati yang kita butuhkan sebagai pengembang produk. Mulailah dari yang kecil. Dengarkan pengguna Anda untuk mengetahui apa yang mereka suka, tapi jangan lupa untuk mempelajari interaksi mereka dengan produk Anda untuk mengetahui apa yang mereka butuhkan. Teruslah berkembang sampai Anda masuk ke versi rilis.

6 thoughts on “Pengguna Memang dan Harus Mengeluh

  1. ya memang harus begitu kan???!!!, dalam konsep pengembangan produk secara umum, itu disebut voice of customer. bergantung metode pengembangan produknya, kalau dalam bidang IT lebih banyak periodisasi perbaikannya karena teknologinya begitu cepat update dan berkembang

  2. Yang paling penting adalah menggunakan produk yg dibuat sendiri. Mana kita percaya kalau pembuatnya aja ga pake produk sendiri

  3. Sesuai buku yang pernah saya baca “Santaplah makanan anjing anda sendiri”. produsen memang harus mencicipi produknya sendiri, melulu dan melulu sampe bosen.

    dalam penerapan prioritaspun, konsumen yang bawel, ngga sabaran, tukang komplain, justru jadi prioritas tertinggi, di pisahkan dengan konsumen yang loyal.

    konsumen bertipe ini adalah Pain Killer, Pahit dan sumpah sangat nyebelin, tapi ternyata, mereka bikin rantai distribusi semakin lancar, karena kritik mereka mewakili keinginan semua konsumen yang sebenernya ga mau terlalu vokal dalam menanggapi..

  4. thanks all for the comments 🙂

    Kenapa saya nulis tentang ini, sebetulnya untuk mengangkat sesuatu yg tampaknya cukup remeh tapi bisa punya kekuatan besar dalam membangun produk. Keluhan pengguna gak semuanya perlu diperhatikan. Ada yang urusannya superfisial saja. Sebagai pengembang produk, perlu memperhatikan unsur “usability”, yaitu bagaimana mendesain sistem dengan baik. Sewaktu ada pengguna mengeluh, bisa dihadapi lebih lanjut (cara paling sederhana: ngobrol) supaya ketahuan bagaimana interaksi mereka (lihat kalimat kedua dari akhir).

Leave a Reply

Your email address will not be published.