Pentingnya Chemistry Antara Tim Esports dan Sponsor

Banyak orang yang mulai membuat tim esports karena passion. Namun, kini esports telah menjadi industri. Semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk masuk ke industri ini.

Misalnya, GoPay yang menjadi sponsor RRQ atau DANA yang mensponsori ONIC Esports. Baik GoPay dan DANA menyediakan solusi pembayaran dan bukan perusahaan yang bergerak di industri esport atau gaming.

Dengan begitu banyak perusahaan dan startup yang tertarik untuk mendukung tim esports, muncul pertanyaan terkait karakteristik sponsor yang dicari oleh para tim profesional.

“Saya pikir, yang paling penting, apakah kita punya value yang sama,” kata Chandra Wijaya, Managing Director of ONIC Esports saat ditanya tentang karakteristik apa yang ONIC cari dari sponsor dalam acara The New Spirit of ONIC Esports yang diadakan di FX Sudirman, Selasa, 7 Agustus, 2019.

“Visi sejalan untuk bisa jalan bersama, itu yang paling penting. Selain itu, apakah kita bisa klop dari segi program. Itu benar-benar penting untuk memilih rekan yang tepat. Kalau visi tidak sejalan, saya rasa, kita tidak bisa membuat sesuatu yang memberikan impact.”

Sementara itu, Lim Wimawan, Senior Marketing Manager, DANA mengatakan bahwa alasan mereka untuk mensponsori ONIC adalah karena tim esport itu menunjukkan pertumbuhan yang cepat meski baru didirikan pada tahun lalu.

“Kami melihat ONIC sebagai inspirasi dan motor penggerak esports di Indonesia,” kata Lim saat berada di panggung. “Atlet dilatih dengan baik, tidak sekadar dijadikan wajah ONIC. Mereka juga mendapatkan fasilitas yang luar biasa.”

Sebagai profesional, pemain ONIC mendapatkan gaji bulanan. Selain itu, mereka juga mendapatkan reward berdasarkan prestasi mereka. Tidak hanya itu, ONIC juga menawarkan asuransi kesehatan dan tutor finansial.

“Karena sejak dini, mereka sudah pegang uang pendapatan. Mereka harus tahu untuk berinvestasi agar tidak menjadi lebih boros,” kata Chandra ketika membahas tentang alasan ONIC menyediakan tutor finansial.

Chandra mengatakan, ketika ONIC membawa pemain dari luar Jawa untuk bermain di timnya, mereka akan mengunjungi orangtua dan meminta izin mereka. Selain itu, mrekea juga berjanji untuk menyekolahkan pemain, baik berupa sekolah biasa atau homeschooling, tergantung keputusan sang anak.

Startup seperti DANA dan Fore bukanlah satu-satunya pihak yang tertarik untuk mendukung ONIC. Tim esports yang bertanding di Mobile Legends, Free Fire, dan PUBG Mobile itu juga mendapatkan dukungan dari Agaeti Venture Capital.

Di depan awak media, Carey Ticoalu, perwakilan Agaeti VC, mengatakan bahwa alasan mereka tertarik untuk mendukung tim esports seperti ONIC adalah karena mereka percaya, esports akan jadi industri berdampak besar pada masyarakat dalam lima sampai tujuh tahun ke depan.

Dalam tiga tahun belakangan, ungkapnnya, telah terjadi perubahan dalam budaya di Indonesia. Jika dulu bermain game dianggap tidak lebih dari sekadar penghilang stress atau hobi, kini game juga menjadi ajang untuk beradu talenta.

“Dalam tiga tahun terakhir, penonton esports tumbuh 15 persen,” kata Ticoalu. Dia merasa, esport, khususnya esports mobile, akan tumbuh pesat. Alasannya karena kini masyarakat dapat dengan mudah mendapatkan akses ke perangkat mobile untuk memainkan game-game esports, seperti Mobile Legends.

Saat ditanya mengapa Agaeti mendukung ONIC Esports, Ticoalu menjelaskan, venture capital tempatnya bekerja tidak hanya peduli tentang bisnis ketika menanamkan investasi dalam sebuah startup, tapi juga dampak sosial yang diberikan. Prinsip yang sama berlaku pada tim esports.

“ONIC bisa jadi platform yang tepat untuk mendukung kemajuan anak muda, membuat mereka mengerti apa itu sukses sebagai profesional, menyediakan platform untuk menjadi aspirasi untuk para penonton,” katanya.

onic 02

Apa Aspirasi ONIC?

Ketika ditanya tentang apa tujuan ONIC, Chandra berkata bahwa tujuan utama mereka adalah untuk menjadi inspirasi bagi anak-anak muda untuk tidak takut bermimpi dan berjuang untuk merealisasikan cita-cita mereka tersebut.

“Kami mau jadi inspirasi, bagaimana anak-anak yang come from nothing, yang cuma pelajar di tempat mereka tinggal, berani mengikuti mimpi mereka, nggak takut gagal. Semangat ini kita mau sebar, bahwa kamu punya kesempatan yang sama, tidak peduli siapa kamu, apa background kamu,” katanya.

Dia bercerita, pada awalnya, ONIC fokus untuk memenangkan berbagai turnamen. Namun, ke depan, tujuan mereka mulai berubah.

“Dulu, fokus kami adalah memenangkan turnamen. Kami hanya tim kecil, bukan siapa-siapa. Kami mau jadi juara. Ternyata, jadi juara saja tidak cukup,” kata Chandra. “Semua orang bisa mengejar juara. Apa yang membedakan kami, kami tidak cuma mau jadi juara, tapi bisa memberikan dampak positif ke generasi muda,” katanya.

Untuk menunjukkan semangat barunya ini, ONIC mengganti logonya, meski mereka memutuskan untuk tetap menggunakan logo landak. Menurut Chandra, logo baru ini akan dapat mencerminkan keadaan tim sekarang.

“Landak punya filosofi yang baik. Mereka adalah binatang yang kerja samanya baik. Mereka bukan predator. Misalnya, ketika musim dingin, mereka berkumpul untuk menghangatkan diri meski mereka harus tertusuk duri satu sama lain,” ujar Chandra.

“Landak memang bukan predator, tapi ia ditakuti oleh predator lain. Walau landak itu kecil, tapi mereka punya mekanisme perlindungan diri yang bagus,” katanya.

Sekarang, landak pada logo ONIC juga terlihat tengah berdiri. Ini menunjukkan kesiapan tim untuk bertanding melawan tim-tim lain yang dianggap sebagai raksasa.