Tidak dapat dipungkiri jika implikasi media sosial sedikit banyak mempengaruhi arus informasi di kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama di Indonesia. Penggunaannya yang masif di tengah masyarakat Indonesia menawarkan metode komunikasi yang menarik dengan aspek sosial. Bagaimana sebuah obrolan dan perbincangan di media sosial dapat turut dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan secara organik, terutama pengembangan bisnis.
Media sosial raksasa seperti Facebook dan Twitter saat ini telah melewati fase sosialisasi eksistensi mereka. Fokus mereka kini bukan lagi pengenalan, tetapi bagaimana menyalurkan konten dengan lebih tepat kepada mereka yang lebih membutuhkan.
Mengingat bahwa Indonesia sebagai negara mobile-first, tentunya memberikan tantangan baru bagi media sosial raksasa untuk terjun dan menjangkau lebih banyak pengguna secara mobile di Tanah Air. Hal itu pula yang menurut Vice President Twitter for Asia Pacific Shailesh Rao menjadikan Indonesia sebagai salah satu target pasar mereka yang paling potensial.
“Twitter merupakan platform komunikasi. Anda dapat memberikan komentar tentang apapun di dunia ini, dan berbagi opini secara realtime,” papar Shailesh Rao dalam kesempatannya di acara diskusi SummitID kemarin (12/2).
Lebih jauh Shailesh mengungkapkan bahwa obrolan yang organik merupakan mekanisme yang membentuk ekosistem komunikasi yang sempurna. Tentunya hal tersebut lebih baik ketimbang iklan yang searah. Bisa dibilang bahwa interaksi adalah faktor yang esensial.
Dalam kesempatan yang sama, saya berbincang ringan dengan pendiri Sebangsa Enda Nasution. Enda berpendapat bahwa media sosial memiliki kegunaan yang berbeda-beda justru memberikan value tersendiri. Maksudnya jika ingin media sosial yang kaya akan visualisasi bisa menuju ke Instagram, apabila ingin berita atau informasi singkat dan cepat silakan ke Twitter. Pada akhirnya bukan media sosial mana yang paling banyak penggunanya, tetapi yang sesuai dengan kebutuhan pengguna atau komunitas. Meskipun begitu, pihaknya tidak berhenti untuk terus mengajak entry level user untuk mendaftar dan memperluas jangkauan pengguna hingga ke seluruh Indonesia.
Insight yang cukup menarik bagi semua pengembang media sosial di Indonesia saat ini yang nampaknya masih kesulitan mendapatkan niche dan tidak bertahan cukup lama saat ini. Mengetahui bahwa Twitter saja butuh waktu sekitar empat tahun untuk mendapatkan hati masyarakat Indonesia, ada baiknya media sosial lokal menjaga konsistensi mereka.
Memanfaatkan eksklusivitas mobile, seperti yang dilakukan Path atau LegaTalk, menjadi alternatif yang cukup menarik dan efektif. Menurut CEO Indosat Alexander Rusli, penetrasi penggunaan smartphone di Indonesia dinilai baik. Buktinya, sepanjang tahun 2014 60% dari total penjualan, dan setiap smartphone bertahan sekitar selama delapan bulan.
Dengan penggunaan perangkat mobile yang tinggi, ditambah pemanfaatan media sosial yang cukup dominan, kombinasi keduanya sangat memungkinkan untuk mendefinisikan ulang konsep komunikasi di era digital saat ini.
–
Artikel ini merupakan bagian rangkaian ajang Social Media Week Jakarta. DailySocial adalah salah satu pendukung acara ini.