Bhinneka memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar e-commerce B2B di Indonesia lewat transformasinya sebagai business super ecosystem (b2b2b) sejak akhir 2019

Perjalanan Bhinneka Pertajam Bisnis B2B2B

Bhinneka terus memperkuat posisinya sebagai pemimpin pasar e-commerce B2B di Indonesia lewat transformasinya sebagai business super ecosystem (b2b2b). Kontribusi bisnis yang didapatkan perusahaan dari segmen ini disebutkan tembus 90%, ketimbang B2C pada tahun lalu.

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin menjelaskan, transformasi ini sebenarnya sudah diumumkan sejak akhir tahun lalu lewat sejumlah rangkaian persiapan. Di antaranya, meluncurkan Bhinneka Smart Procurement, mengembangkan omnichannel O2O, dan memiliki selected merchant.

“Dan tahun ini titik untuk bertransformasi menjadi business super ecosystem. Kami ingin mengokohkan leadership kami di segmen B2B karena di situlah expertise kami, dari soal produk/jasa/solusi yang dibutuhkan untuk bisnis tetap berjalan secara efektif, hingga proses bisnis yang transparan,” jelasnya kepada DailySocial.

Posisi yang kini ditempati Vensia adalah nomenklatur baru untuk mempersiapkan model bisnis Bhinneka tersebut. Sebelum Februari 2020, ia menjabat sebagai Chief of Platform & Omnichannel.

Business super ecosystem ini secara konsep adalah ekosistem yang menghubungkan para pelaku bisnis enabler mulai dari para penghasil barang, penyedia jasa, fintech, logistik, dengan para pelanggan yang terdiri dari usaha mikro, UKM, dan enterprise.

Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin / Bhinneka
Chief of Commercial & Omni Channel Bhinneka Vensia Tjhin / Bhinneka

Perusahaan mengklaim telah memiliki 1,5 juta pelanggan yang datang dari berbagai kelas usaha, termasuk institusi dan pemerintah. Di dalam platform tersebut, perusahaan mempertemukan semua kebutuhan bisnis dan memberi 1,5 juta peluang bisnis semuanya di ranah B2B2B/G.

“Para pelaku usaha dapat bergabung ke dalam Bhinneka, smart procurement yang telah kami luncurkan beberapa waktu lalu, semua ada dalam Bhinneka.com.”

Kategori produk telah ditambah, tidak hanya menjual produk IT; tapi ekstensi ke penyediaan produk MRO, solusi bisnis, dan jasa profesional yang dibutuhkan pelanggan. Beberapa pelaku usaha yang telah bergabung di antaranya adalah Markplus, Omnicom Media Group, SF Consulting, Ideoworks, dan BATS International.

Penyedia jasa lainnya akan ditambah, terutama dari segmen perpajakan, pengelolaan SDM, konsultasi marketing, riset komersial, dan lainnya.

Melalui model ini, pelaku bisnis dari beragam skala usaha dapat terhubung dengan penyedia jasa dan memanfaatkan layanan bisnis yang ditawarkan. Misalnya, melakukan konsultasi dan pelayanan pajak sejak awal bisnis; memperluas branding dan exposure; atau mendapatkan market insight melalui riset pasar yang penting dalam menyusun strategi bisnis.

Bhinneka telah menjalin kerja sama dengan lebih dari 10 ribu merchant, vendor/principal, menawarkan lebih dari 1 juta SKU di platform-nya.

Sejak memproklamirkan model bisnis ini pada akhir tahun lalu, Vensia mengklaim saat ini kontribusi bisnis terbesar buat perusahaan adalah belanja korporasi dan pemerintah tembus 90%. Sisanya datang dari bisnis konsumer (B2C).

Meski kontribusi bisnis konsumer minim, Vensia mengaku bahwa segmen ini tidak akan ditutup. Pihaknya melihat justru menjadi pelengkap posisi perusahaan sebagai pemimpin pasar e-commerce B2B.

“Bhinneka melayani konsumsi perorangan, para entrepreneurs yang belanja untuk startup, termasuk para individual, pebisnis yang ingin berjualan di Bhinneka dapat menggarap segmen konsumer dan korporasi sekaligus.”

Dia melanjutkan, “Jadi peluang-peluang usaha yang bergabung dalam ekosistem platform Bhinneka, membuka peluang untuk scale up bisnis. Apalagi kami sudah 27 tahun melayani korporasi dan institusi pemerintah, jadi compliance dalam berbisnis itu kami transform juga ke pemain UMKM.”

Dampak pandemi Covid-19

Vensia menambahkan perusahaan turut berdampak semenjak pemberlakuan PSBB hingga menjelang akhir paruh pertama tahun ini. Pandemi yang berlangsung sejak Maret menyebabkan perlambatan pertumbuhan revenue dibandingkan setahun sebelumnya (yoy). Akan tetapi, disebutkan ada pergeseran kategori produk yang mengimbangi kategori yang sebelumnya populer sebelum pandemi.

“Bhinneka dengan eksistensi produk yang disediakan via platform, kini selain IT, growth tertinggi disumbang dari MRO/perkakas dan alat kesehatan. Sementara itu, di marketplace kami mencatat lonjakan pada produk makanan dan kebutuhan harian. Jadi kami melihat ada balancing process dari kedua segmentasi.”

Perusahaan berupaya mengejar pertumbuhan bisnis dengan gencar menambah variasi pada kategori kesehatan dan perawatan. Sejak awal tahun, kategori ini tumbuh lebih dari 100% berdasarkan variasinya.

Dalam merespons kondisi normal baru, perusahaan mengembangkan produk kesehatan lainnya bersama para vendor. Misalnya, perbanyak mitra layanan kesehatan seperti test Covid-19 untuk perusahaan, menawarkan produk ThermoNex untuk mendeteksi suhu tubuh secara otomatis, terhubung dengan cloud, dan dilengkapi dengan fitur face recognition sebagai data dan terhubung dengan panel absensi.

Bermitra dengan mitra healthtech seperti Triasse dan Prixa untuk menyediakan layanan kesehatan, membuat produk Digital Classroom untuk sekolah yang ingin memaksimalkan pembelajaran jarak jauh (PJJ) tanpa tim IT sendiri, dan produk Crinoid yakni multichannel management untuk bantu mengatur penjualan di beberapa marketplace sekaligus.

“Kecepatan dan agility menjadi kunci dalam menghadapi masa yang penuh uncertainties ini, kami melakukan berbagai aktivitas dan perubahan dengan menangkap peluang-peluang yang dapat segera dilakukan,” tutup Vensia.

Application Information Will Show Up Here