Mengutip data Nielsen, MMA Indonesia menyebut belanja iklan di Indonesia sebesar Rp40,7 triliun di 2018. Iklan digital baru menyentuh 6% atau Rp2,4 triliun

Porsi Iklan Digital di Indonesia Baru Rp2,4 Triliun Sepanjang 2018

Mengutip data Nielsen, The Mobile Marketing Association (MMA) Indonesia Chapter menyebut belanja iklan di Indonesia sebesar Rp40,7 triliun di 2018. Namun iklan digital baru menyentuh 6% dari total tersebut atau sekitar Rp2,4 triliun.

Spending digital ini kebanyakan lari ke platform mobile. Ke depannya, potensi peningkatan belanja iklan digital akan terus membesar karena bertambahnya jumlah pengguna smartphone di Indonesia,” sebut Program Director MMA Asia Pacific Azalea Aina, kemarin (28/2).

Dia menambahkan, cara konsumen mengonsumsi iklan lambat laun akan bergeser ke arah mobile. Pasalnya, sebanyak 97% pengguna internet di Indonesia menggunakan smartphone sebagai akses utama mendapatkan informasi. Dari total tersebut, 89% di antaranya menggunakan smartphone Android.

Fakta lainnya, banyak orang Indonesia yang mengonsumsi konten dari smartphone bersamaan dengan saat menonton acara di televisi. Untuk itu, dia melihat beriklan ke media tersebut adalah komplementer dari keseluruhan strategi iklan, bukan dianggap sebagai sampingan saja.

“Kreatif dalam beriklan itu harus menyesuaikan dengan tren yang dikonsumsi masyarakat sekarang, bentuknya perlu menarik karena konsumen cenderung cepat dalam mengambil keputusan saat melihat iklan lewat smartphone mereka.”

Mengutip data lainnya, situs mobile yang paling banyak dikunjungi orang Indonesia adalah Google.com, Facebook, media daring Tribunnews, blogger.com, dan Google.co.id. Sementara lama kunjungan didominasi oleh Facebook dan Google.com.

Untuk aplikasi mobile, yang paling banyak dikunjungi adalah Google Play, disusul WhatsApp, YouTube, Google Search, Gmail, dan Google Maps. Sementara untuk lama kunjungan, statistik ini dikuasai Facebook Lite, WhatsApp, Facebook, dan YouTube.

Tren iklan digital tahun 2019

Sehubungan fakta di atas, konsumsi video dari perangkat smartphone diprediksi akan terus meningkat. Cara mengonsumsinya pun berbentuk vertikal, seperti layaknya menggunakan smartphone dalam keseharian.

Mengutip data Telkomsel, video adalah kategori yang paling dominan di konsumsi oleh para pelanggan. Volumenya mencapai 33% dari total konsumsi data. Bahkan diprediksi volume konsumsi data per pelanggan akan meningkat sampai 59% secara YTD.

Telkomsel mencatat pelanggan secara rerata mengonsumsi data video sebanyak 1,05 Gigabyte per bulannya. Perusahaan telekomunikasi tersebut memprediksi konsumsi data mencapai lebih dari 120 Petabyte pada 2020 mendatang.

“Implikasi dari tayangan video vertikal ini mempengaruhi brand untuk mengikuti tren tersebut karena sekarang cara konsumsi masyarakatnya sudah berubah.”

Tren lainnya yang berhubungan dengan iklan digital adalah meningkatnya aksi iklan penipuan. Indonesia disebut-sebut sebagai negara kedua dengan tingkat iklan penipuan tertinggi di dunia, setelah India.

Iklan penipuan ini masih belum bisa ditangani dengan baik oleh para pengiklan, sehingga banyak iklan yang muncul di tempat yang tidak semestinya. Di Asia Pasifik, iklan penipuan ini diprediksi merugikan pengiklan sampai US$56 miliar pada 2022, naik US$19 miliar dari tahun 2018.

Dilihat dari opsi beriklan, pengiklan bisa memanfaatkan kehadiran aplikasi game yang kini kian digandrungi oleh orang Indonesia. Secara industri, pemain game didominasi kaum perempuan 58%, sementara laki-laki 55%. Usia pemain game dikuasai oleh golongan 25-34 tahun (65%), 16-24 tahun (64%), 35-44 tahun (63%), dan terakhir 45-64 tahun (47%).

Menurut Azalea, buat para pengiklan aplikasi game ini bisa menjadi media iklan yang menarik karena memiliki pangsa pasar yang luas. Industrinya pun semakin terdukung oleh berbagai kompetisi skala nasional maupun regional.

“Brand itu belum banyak yang mau beriklan ke game, mungkin tahun ini akan semakin tinggi didukung oleh faktor pendukungnya. Dari kami akan ada workshop khusus terkait ini, kita mau edukasi semua pihak apa plus minusnya,” pungkasnya.

Resmikan cabang di Indonesia

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone, MMA secara resmi membuka cabangnya di Indonesia. MMA Indonesia Chapter resmi dibentuk pada 19 Desember 2018. Kehadiran MMA diharapkan mempercepat transformasi dan inovasi pemasaran melalui seluler.

Sebagai salah satu dari 10 negara yang aktif berinternet seluler, Indonesia dianggap memiliki potensi pasar yang paling menarik di industri pemasaran seluler. MMA mengklaim sebagai satu-satunya asosiasi perdagangan global yang menyatukan seluruh ekosistem pemasar, agensi iklan, dan penjual teknologi.

Dalam asosiasi ini terpilih sembilan pemimpin yang mewakili masing-masing industri, termasuk Hemant Bakshi (Unilever Indonesia), Sri Widowati (Facebook Indonesia), Dharnesh Gordhon (Nestle Indonesia), Steve Christian (KLY), dan Hellen Katherina (Nielsen).

“MMA hadir untuk membantu menciptakan lanskap pemasaran seluler yang berkelanjutan di Indonesia,” terang Country Manager MMA Indonesia Shanti Tolani.