Industri virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) di Indonesia memang masih relatif baru, kendati demikian bagi Discovery Nusantara Capital (DNC) menilai hal tersebut justru menjadi potensi yang bakal meledak di kemudian hari.
Menurut Managing Director DNC Irene Umar, perlahan-lahan pergerakan VR dan AR mulai menyalip aspek kehidupan. Terlihat dari nampaknya beberapa zona mini VR bermunculan di pusat keramaian. Perusahaan raksasa seperti Google, Facebook, Apple, hingga Microsoft mulai berinvestasi ke industri tersebut karena mereka telah melihat potensinya.
Atas pertimbangan tersebut pihaknya memutuskan untuk berinvestasi tahap awal ke OmniVR, perusahaan khusus yang bergerak di teknologi VR, khususnya game, simulasi virtual, dan arcade, dengan nilai yang tidak disebutkan.
Di Indonesia sendiri, ada beberapa pemain VR/AR lainnya yang beredar seperti Mind Stores, Digital Happiness, Slingshot, Octagon Studio, Shinta VR, dan sebagainya.
“Indonesia sedang bersiap untuk tren tersebut meski industri ini masih dalam masa pertumbuhan. Kami mencatat pembentukan dua komunitas VR di Indonesia dan salah satunya dipimpin oleh OmniVR. Beberapa pop up “mini VR’ yang bisa dilihat secara tidak langsung didukung oleh OmniVR di Mal Neo Soho dan La Piazza dalam waktu dekat akan dibuka,” kata Irene kepada DailySocial.
Tak hanya berinvestasi, sebagai perusahaan modal ventura yang berinvestasi di ekosistem game end-to-end, DNC akan mendorong kolaborasi antar perusahaan portofolionya satu sama lain. Salah satu kolaborasi yang dilakukan adalah bersama Promogo, startup periklanan digital dalam bentuk fisik, di pameran Indocomtech 2017.
Dia memprediksi bakal ada lebih banyak kolaborasi semacam itu yang terjadi dalam ekosistem DNC di masa depan.
Pasalnya, praktik pemanfaatan VR dan AR itu lintas industri. Sudah dimanfaatkan oleh perumahan, pendidikan, dan otomotif. Ini memperlihatkan bahwa masyarakat cukup reseptif terhadap implementasi VR dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan berkembangnya industri beserta penggunannya, Indonesia memiliki peluang karena ada kombinasi antara keduanya,” pungkas Irene.
Hasil riset DailySocial
Berdasarkan hasil riset DailySocial yang membahas pemahaman kegiatan VR dan AR di Indonesia dan diikuti 1013 responden dari seluruh Indonesia, ada beberapa temuan yang bisa ditarik kesimpulan:
(1) Penggunaan VR dan AR belum meluas di Indonesia. Ini bisa dikaitkan dengan berbagai alasan, antara lain harga, biaya, ketersediaan, ragu mencoba teknologi baru, dan lainnya;
(2) Kendati demikian, responden menunjukkan antusiasme terhadap kemungkinan VR/AR saat diminta tanggapan tentang peng-aplikasiannya di bidang pendidikan, periklanan, dan pekerjaan profesional;
(3) Bisnis VR/AR memiliki jalan yang panjang karena belum banyak dimanfaatkan konsumen Indonesia. Bukan berarti pemain VR/AR harus menyerah, tapi lebih ke arah dibutuhkannya banyak landasan sebelum bisa lepas landas.