Pro dan Kontra Bekerja dengan Co-Founder atau Freelancer di Startup

Menjalankan startup diperlukan pengetahuan yang cukup terkait dengan teknologi hingga pemrograman. Jika pendiri startup tidak memiliki latar belakang pendidikan hingga pengalaman di bidang tersebut, ada dua cara mengatasinya. Yang pertama adalah menemukan partner, Co-Founder, yang bisa melengkapi kekurangan tersebut atau kedua merekrut pekerja lepas atau freelancer.

Seperti apa untung rugi antara kedua pilihan tersebut? Pro dan kontranya dikupas dalam artikel berikut ini.

Bekerja dengan Co-Founder

Seperti yang pernah ditulis di DailySocial sebelumnya, tidak mudah menemukan Co-Founder yang tepat untuk startup. Diperlukan kecocokan hingga visi dan misi yang sejalan demi pertumbuhan startup. Namun demikian pilihan untuk mencari Co-Founder terbilang cara yang paling efektif.

Ketika pekerjaan sudah semakin bertambah banyak dan perlu segera diselesaikan, Anda sebagai Founder tidak perlu khawatir dengan jam kerja yang panjang yang dituntut dari seorang Co-Founder.

Co-Founder yang memiliki pengalaman di sisi IT menjadi SDM yang tepat tanpa harus diarahkan atau dijelaskan terkait dengan produk yang ingin dibuat. Selain itu seorang Co-Founder bisa bersama diajak berbagi beban, terutama saat startup didera kesulitan.

Di sisi lain merekrut Co-Founder berarti Anda harus bisa dengan adil berbagi ekuitas, saham dan hal-hal terkait lainnya. Posisi Anda dengan Co-Founder juga cenderung sama, sehingga penghasilan dan gaji yang ditetapkan pun harus sesuai. Hal lain yang perlu diperhatikan, startup memerlukan Co-Founder yang memiliki semangat dan kecintaan yang sama dengan Anda seorang Founder. Jika Co-Founder yang Anda pilih kurang bersemangat dan tidak memberikan kontribusi yang cukup, akan merugikan Anda sebagai Founder dan startup secara umum.

Bekerja dengan freelancer

Jika Anda belum merasa yakin dengan calon Co-Founder yang tepat, ada baiknya untuk memilih bekerja dengan freelancer terlebih dahulu. Keuntungan bekerja dengan freelancer adalah Anda tidak perlu mengorbankan bisnis yang dimiliki dengan berbagi ekuitas. Selain itu mempekerjakan freelancer juga bisa memotong pengeluaran karena freelancer biasanya dikontrak dalam jangka waktu sementara (umumnya tidak panjang). Hal tersebut cukup membantu untuk startup yang baru saja dibangun dan belum melakukan penggalangan dana. Bekerja dengan freelancer juga memungkinkan startup untuk scale-up lebih cepat lagi dengan tuntutan dan kesepakatan kerja yang sebelumnya telah ditentukan.

Di sisi lain memilih untuk bekerja dengan freelancer artinya Anda seorang diri. Tidak ada orang yang bisa menolong saat kesulitan hingga tantangan mulai menghampiri. Bekerja dengan freelancer yang bersifat sementara juga membutuhkan konsistensi dalam hal pemrograman, artinya ketika seorang freelancer yang sejak awal membuat pemrograman memutuskan untuk tidak meneruskan pekerjaan tersebut, akan menjadi sulit bagi Anda untuk mengarahkan dan menjelaskan dari awal program dan produk yang telah dibuat sebelumnya kepada freelancer baru.

About Yenny Yusra

Curiosity has always been a part of my life. With my love for technology with all digital entrepreneur aspects and related ecosystems, I hope to be able to provide relevant and insightful information for tech enthusiasts out there.