Daftar startup yang merambah segmen earned wage access (EWA) di Indonesia terus bertambah, kali ini giliran Halofina yang menghadirkan Halogaji. Sejatinya, solusi ini sudah hadir sejak Agustus 2021 dan mulai menjadi fokus utama perusahaan. Hal tersebut terlihat dari seluruh sumber daya dialihkan untuk pengembangan Halogaji, ketimbang aplikasi Halofina yang diketahui sudah lama tidak ada pembaruan teranyar baik di App Store dan Play Store.
Kepada DailySocial.id, Co-Founder & CEO Halofina Adjie Wicaksana menjelaskan, ketertarikan perusahaannya untuk merintis Halogaji terlihat dari fakta bahwa saat ini masih banyak segmen masyarakat yang berjuang mengatasi cash flow harian. Tak jarang berakibat membuat mereka terpaksa untuk mengambil pinjaman ke lembaga non-bank dengan bunga tinggi.
“Kita melihat segmen ini besar dan jadi sesuatu yang perlu kita berikan solusi. Berdasarkan riset internal kami, EWA bisa jadi salah satu opsi yang bisa bantu cash flow dan menghindari orang dari pinjaman berbunga tinggi,” paparnya.
Sama seperti startup EWA lainnya, akses pencairan gaji lebih awal ini diperuntukkan buat karyawan yang sudah didaftarkan oleh perusahaan. Setiap penarikan tidak akan dibebankan dengan bunga, melainkan biaya administrasi. Diferensiasi yang mencolok dari Halogaji adalah penerapan konsep syariah untuk seluruh prosesnya, mulai dari akad hingga sumber dana.
“Karyawan bisa melihat saldo balance yang mencerminkan sudah berapa hari kerja yang sudah dijalankan. Kemudian, bisa tarik gajinya lewat aplikasi. Sumber dana bisa dari perusahaan atau pihak ketiga dari Halogaji yang memberikan talangan dana jangka pendek.”
Tidak disebutkan jumlah pengguna Halogaji saat ini. Namun, Adjie menyebutkan pertumbuhan bisnisnya naik 130% secara bulanan sejak pertama kali diluncurkan. Target penggunanya tidak terbatas dari kelas ekonomi manapun. Meski saat ini perusahaan membidik karyawan dari kalangan ekonomi menengah-bawah, ke depannya akan memperluas ke menengah-atas lewat fitur Tabungan Pintar.
Langkah ini sekaligus menjadikan Halogaji tak lagi sebagai EWA saja, tapi sebagai employee financial wellness karena mendorong orang untuk rutin menabung yang terintegrasi langsung dengan gajinya. Pengguna bisa memperoleh keuntungan finansial sampai empat kali lipat bila dibandingkan dengan bunga deposito bank.
“Jadi tidak hanya dengan EWA untuk dana darurat, karyawan bisa membangun kebiasaan menabung lebih baik lewat fitur terbaru yang akan kami rilis pada akhir kuartal I ini.”
Ia meyakini potensi pertumbuhan EWA di Indonesia akan jauh lebih pesat dari sekarang, mengingat populasi pekerja menengah-bawah yang besar. Kondisi tersebut terefleksi dengan kondisi yang sama di pasar global, pemain EWA juga ikut membludak melihat populasi pekerja yang terus bertumbuh. Oleh karenanya, agar EWA terus sejalan dengan kebutuhan para pengguna, Adjie melihat kunci utamanya adalah membangun ekosistem.
“Dengan bangun ekosistem, yang mana kebutuhan pembayaran dan pembelian barang dan jasa bisa terintegrasi, sehingga lebih memudahkan penggguna dalam menggunakan alokasi gajinya untuk kebutuhan sehari-hari.”
Rencanakan putaran dana baru
Dengan lini barunya tersebut, Halofina berencana untuk membuka penggalangan dana segar agar lebih ekspansif membangun produknya. “Masih belum pastikan skemanya, tapi rencananya akhir kuartal I ini akan fundraising lagi.”
Perusahaan terakhir kali mengumumkan pendanaan tahap awal dengan nominal dirahasiakan pada 2019. Putaran tersebut dipimpin oleh Mandiri Capital Indonesia, dengan partisipasi dari Finch Capital, Plug and Play Asia Pacific, dan Rekanext.
Bila dilihat secara historis, pemain EWA memang baru hadir di Indonesia semenjak pandemi. Keseluruhan pemain telah mengantongi pendanaan segar dari investor. Berikut daftar lengkapnya: