Sebuah kabar mengejutkan datang dari industri streaming musik. Salah satu nama besar di ranah tersebut, Rdio, baru saja menyatakan bangkrut dan bakal menghentikan seluruh layanannya di lebih dari 100 negara tempatnya beroperasi.
Namun yang lebih mengejutkan lagi, raksasa lain di kancah streaming musik, Pandora, tertarik membeli aset milik Rdio senilai $75 juta. Yang dimaksud aset ini mencakup teknologi dan properti intelektual. Di saat yang sama, Pandora juga akan merekrut sejumlah karyawan Rdio, tapi tidak termasuk CEO-nya.
Ketika ditanya mengapa mereka tidak berencana melanjutkan bisnis Rdio, CEO Pandora, Brian McAndrews menyebutkan ada dua alasan utama. Yang pertama adalah, Pandora tidak sanggup mengucurkan biaya terlalu besar. Dan yang kedua, Rdio sendiri terbelit piutang yang cukup besar – kalau Pandora mau melanjutkan kiprah Rdio, mereka juga harus melunasi hutang-hutang tersebut.
Akuisisi aset ini juga membuka potensi bagi Pandora untuk memperluas bisnisnya ke kawasan-kawasan lain. Sejauh ini mereka hanya beroperasi di Amerika Serikat, Australia dan Selandia Baru saja. Bandingkan dengan Rdio yang sangat agresif mencari pasar-pasar baru hanya dalam beberapa tahun kiprahnya.
Tapi kita tidak boleh terlalu cepat menaruh harapan. Pasalnya, semua ini masih bisa berubah seiring pernyataan pailit Rdio diproses. Jadi ada kemungkinan pihak lain turun tangan dan menawarkan dana yang lebih besar ketimbang Pandora.
Buat Pandora sendiri, kalau transaksi ini berhasil, mereka berencana mengembangkan layanannya dengan menyelipkan fitur on-demand yang merupakan spesialisasi Rdio. Tapi itu pun kita masih harus menunggu paling tidak sampai akhir tahun 2016.
Lalu pertanyaan yang jauh lebih penting lagi, bagaimana nasib pelanggan Rdio? Untuk sementara, tidak ada yang berubah, berdasarkan penjelasan di blog resmi Rdio. Mereka baru akan mengumumkan kepastiannya dalam beberapa minggu ke depan.