Review Dareu EK840: Build Quality Istimewa Namun Miskin Fitur

Nama Dareu mungkin memang belum lama terdengar layaknya Razer, SteelSeries, ataupun Logitech. Namun begitu, keyboard gaming mereka, Dareu EK840, yang saya review kali ini membuktikan bahwa kualitas tak harus selalu datang dari brand-brand lama.

Meski demikian, ada beberapa fitur yang nampaknya belum lengkap disuguhkan oleh produk mereka yang satu ini.

Sebelum kita masuk ke ulasannya, ada beberapa hal yang harus saya sampaikan sebelumnya. 

Mengulas peripheral gaming itu sepenuhnya subjektif. Pertama, tidak ada software benchmark yang bisa digunakan layaknya mengulas jeroan desktop.

Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid
Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid

Kedua, peripheral yang biasanya digunakan oleh sang reviewernya akan jadi patokan atau pembandingnya. Misalnya, reviewer yang belum pernah pakai keyboard mechanical ataupun headset gaming mahal tentunya akan lebih cepat puas saat mencobanya pertama kali. Saya sendiri sehari-harinya menggunakan SteelSeries Apex 7 yang saya review beberapa waktu yang lalu.

Ketiga, kemampuan bermain game juga tentu saja penting untuk menguji peripheral gaming — tak seperti menguji jeroan. Mereka yang memang tak terbiasa aiming di FPS mungkin tak mampu mengeluarkan potensi yang sebenarnya dari sebuah mouse gaming. Mereka yang tak terbiasa mengetik cepat juga mungkin tak dapat menghargai kenyamanan yang mampu disuguhkan keyboard mekanikal.

Dengan penjelasan tadi, mari kita masuk ke review Dareu EK840 kali ini.

 

Bodi dan Fisik

Meski harga Dareu EK840 setengah dari SteelSeries Apex 7 yang saya gunakan setiap hari, saya sangat mengagumi build quality yang ditawarkannya. Lapisan catnya yang tidak glossy namun sangat mulus membuat tuts nya tak terasa licin meski saya termasuk orang yang sering berkeringat. Selain itu bahan yang digunakan terasa begitu solid dan jauh dari kata ringkih. Meski hanya dibanderol dengan harga Rp1,2 jutaan, EK840 memiliki kualitas bodi yang dapat dibandingkan dengan keyboard gaming lain yang jauh lebih mahal. 

Buat Anda yang tidak terbiasa dengan keyboard gaming, harga Rp1 jutaan sebenarnya masih masuk ke dalam papan bawah namun begitu Dareu EK840 berhasil membuat saya terpukau dengan kualitas fisiknya.

Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid
Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid

Oh iya satu lagi, Dareu EK840 juga menyertakan penutup yang bisa dibuka kapan saja agar Anda bisa lebih mudah saat ingin membersihkannya. Sayangnya, Dareu EK840 tidak menyertakan wrist rest — mengingat saya yang sudah terbiasa dengan Apex 7 — yang membuat kenyamanan menggunakannya jauh berkurang. Soal kenyamanan ini akan saya bahas di bagian berikutnya. Meski begitu, dengan absennya wrist rest, EK840 menawarkan ruang yang lebih lebar di meja Anda. 

Untuk ukurannya, Dareu EK840 merupakan full-sized keyboard (yang lengkap dengan numpad di sebelah kanan keyboard). Jujur saja saya memang lebih suka keyboard full-sized karena saya lebih terbiasa menggunakan numpad saat berkutat dengan Sheet atau Excel.

 

Kenyamanan dan Kecepatan Tombol

Seperti yang tadi saya katakan, saya merasa kurang nyaman saat menggunakan EK840. Meski demikian, kenyamanan ini sepenuhnya subjektif karena saya sudah terbiasa menggunakan wrist rest. Tanpa wrist rest, keyboard ini jadi terlalu tinggi untuk ukuran tangan saya — pergelangan tangan ke jari-jari saya. Namun, jika saya menggunakan wrist rest dari Apex 7 untuk EK840 ini, saya pun merasakan kenyamanan yang nyaris sempurna. Sayangnya, saya tak bisa bilang sempurna karena switch yang digunakan dari EK840 yang datang ke tempat saya.

EK840 memiliki 2 varian switch yang digunakan, Cherry MX Brown dan Red. Model yang datang ke saya adalah yang menggunakan switch Cherry MX Brown. Padahal, Apex 7 yang saya gunakan menggunakan Blue Switch. Sekali lagi, saya pribadi memang lebih suka switch antara Red atau Blue — meski sebenarnya Blue lebih mirip sama Brown karena sama-sama tactile

Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid
Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid

Jadi, pastikan dulu switch seperti apa yang Anda sukai jika Anda tertarik membeli keyboard gaming, termasuk EK840. Pasalnya, switch yang digunakan akan memiliki pengaruh terbesar atas kenyamanan Anda menggunakannya.

Terlepas dari switch yang digunakan, saya masih bisa mengetik dengan cukup cepat dengan keyboard ini. Kecepatan ketikan saya ada di kisaran 60 WPM (untuk bahasa Indonesia). Sedangkan jika saya menggunakan EK840 ini plus wrist rest, saya bisa mencapai kecepatan 55 WPM. Sayangnya, jika saya melepaskan wrist rest yang biasa saya gunakan, kecepatan ketikan saya menurun jadi 35 WPM. 

Untungnya, menurut saya pribadi, ketidaknyamanan ini memang sepenuhnya subjektif karena saya sudah terbiasa menggunakan keyboard gaming lain yang memang berbeda karakteristiknya. Jika saya mengujinya untuk bermain game untuk responnya, Dareu EK840 bisa diandalkan. Tak ada masalah soal kecepatan responnya ataupun fitur anti-ghosting yang ditawarkannya. 

 

Fitur Dareu EK840

Meski keyboard ini menawarkan build quality yang sempurna, kecepatan respon yang baik, dan fitur anti-ghosting, sayangnya, jika dibanding keyboard gaming yang lebih mahal, EK840 ini terbilang minim fitur.

Pertama, jika kita berbicara soal keyboard gaming dari SteelSeries, Razer, Logitech, ataupun Corsair, mereka pasti melengkapi gaming keyboardnya dengan software yang bisa digunakan untuk berbagai macam keperluan (SteelSeries Engine, Razer Synapse, dkk.). Saya tidak bisa menemukan software untuk EK840 ini. Saat saya mengunjungi situs resminya, hanya ada software/driver untuk dua keyboard lainnya EK832 dan EK828. Saya bahkan sengaja mengunduh software EK832 untuk mencoba apakah software tersebut bisa digunakan untuk EK840 ini. Sayangnya, software untuk EK832 tak bisa digunakan untuk EK840. Tanpa kehadiran software tambahan, ada banyak sekali fitur-fitur yang biasanya bisa Anda dapatkan dari keyboard gaming rilisan brand-brand yang saya sebut tadi.

Buat saya, fitur penting yang hilang adalah soal makro yang biasanya dapat diakses lewat software tambahan tadi. Selain itu, fungsi RGB yang bisa dikustomisasi juga jadi sulit diakses tanpa software tambahan. Meski memang fitur ini mungkin juga tak terlalu krusial untuk saya, mungkin ada gamer-gamer lain yang suka bermain dengan lampu-lampu RGB.

Dareu EK480 (1)

Jika saya melihat informasi dari website resminya, ada tulisan fitur Adjustable Effect Ice Blue Light. Namun, saat saya melihat buku manual yang disertakan, petunjuk yang ada di buku tersebut menggunakan bahasa yang tak bisa saya baca — alias bukan bahasa Inggris, Indonesia, atau bahasa Jawa (wkwkwkw).

Selain itu, beberapa keyboard gaming lainnya juga menyertakan USB passthrough yang tak bisa juga Anda temukan di sini. Tak ada kontrol untuk multimedia ataupun knob volume juga. Seperti yang saya bilang tadi, EK840 bisa dibilang minim fitur.

 

Kesimpulan

Saya pribadi cukup dilema dengan Dareu EK840. Di satu sisi, dari segi build quality-nya ia sungguh sempurna. Sungguh tak ada yang bisa saya keluhkan dari bodi dan finishing-nya. Kalaupun ada catatan soal ketidaknyamanan, hal tersebut sangat bergantung pada kebiasaan masing-masing pengguna seperti absennya wrist rest dan ukuran keyboard yang terlalu tinggi.

Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid
Dareu EK840. Dokumentasi: Hybrid

Tapi di sisi lain, ia miskin fitur. Saya tahu ada gamer yang suka bermain-main dengan fitur makro (seperti saya) ataupun bermain dengan lampu RGB. Manual yang disertakan juga tak menggunakan  bahasa Inggris dan saya tak bisa menemukannya di website resmi mereka untuk diunduh.

Jadi, jika Anda termasuk pengguna yang hanya butuh keyboard mekanikal dengan build quality yang solid dan finishing touch yang sangat layak diacungi jempol, EK840 sungguh layak dipertimbangkan. Sayangnya, jika Anda juga butuh produk dengan fitur yang kaya, mungkin Anda bisa mencari yang lainnya.