tjufoo una brands

Geliat Startup Rollup E-commerce, Beri Harapan Brand Lokal untuk Naik Kelas

Pesatnya pertumbuhan gaya hidup digital di Indonesia memicu terus lahirnya berbagai perusahaan digital baru, dengan beragam model bisnis yang mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air. Di antaranya, startup Tjufoo dan Una Brands, yang hadir dengan model bisnis rollup e-commerce sebagai brand aggregator.

Tjufoo hadir pada awal tahun 2022 dengan mengusung konsep “House of Brands” sebagai ekosistem digital brand di Indonesia. Tujuannya yakni membantu brand lokal untuk meningkatkan performa, melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, juga tim yang berpengalaman.

Sedangkan Una Brands, telah lebih dulu lahir di Singapura sebagai startup agregator e-commerce, dan baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia pada akhir tahun 2021. Meski begitu, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas untuk mendukung merek brand di berkembang menjadi usaha berkelas internasional.

Keuntungan UMKM Berbaur dengan Startup Rollup E-commerce

Co-Founder dan CEO Tjufoo Tj Tham mengungkapkan, hadirnya model bisnis rollup e-commerce, memberikan wadah bagi pelaku usaha, termasuk UMKM dalam memperkuat bisnisnya. Lalu, Co-Founder dan CEO Una Brands Kiren Tanna menambahkan, model bisnis ini juga dapat membantu menaikkan potensi brand lokal agar menjangkau pasar global.

Sebagai brand aggregator, Tjufoo dan Una Brands sama-sama berkomitmen mengembangkan UMKM dan brand lokal, dari berbagai kategori dan level. Melalui program akuisisi, pemberian modal kerja, dukungan operasional hingga ekspansi bisnis internasional.

Bagi brand yang telah diakuisisi, brand aggregator akan memberikan sesi mentoring atau pendampingan, guna meningkatkan skala usahanya. Pendampingan itu, dilakukan secara konsisten agar memberikan panduan yang solid untuk kebutuhan usaha jangka panjang.

“Pendampingan yang diberikan mulai dari cara pemanfaatan dana investasi, ekosistem digital, brand building, dan pemasaran produk. Lalu, mengoptimalkan digitalisasi, mengelola tenaga kerja dan pengadaan, hingga urusan operasional lainnya,” kata Tj Tham.

Selain itu, Tjufoo juga hadir memberikan permodalan bagi brand yang telah bergabung dengan brand aggrigator itu. Bentuk permodalannya terbagi dalam tiga skema investasi. Di antaranya yakni Direct Investment, Acquisition, dan Hybrid.

Menurut Tj Tham, permodalan memang menjadi masalah yang kritikal bagi UMKM. Namun bukan hanya memberikan permodalan, Tjufoo juga menyediakan resources yang dibutuhkan oleh bisnis, untuk dapat mencapai potensi bisnis mereka dengan maksimal.

“Mulai dari peningkatan revenue dari penjualan online, memperluas jaringan distribusi bisnis, mengembangkan brand equity, serta memperkuat elemen-elemen penting dalam bisnis, yaitu marketing dan operasional,” ujarnya.

Sedangkan Una Brands hadir membawa pilihan baru, di mana akuisisi oleh brand aggregator itu tak hanya memberikan full exit secara tunai, serta bagi hasil keuntungan bagi pengusaha. Tetapi, juga melindungi bahkan mengangkat legacy yang telah ada ke level yang lebih tinggi.

Secara keseluruhan, brand yang telah bergabung dengan kedua brand aggrigator itu, baik Tjufoo atau Una Brands, diharapkan mampu menjalin hubungan lebih dekat dengan konsumen, guna mencapai tujuan bisnis yang lebih besar.

Syarat dan Kriteria Brand Lokal agar Diakuisisi Brand Aggregator

Tj Tham memaparkan, kriteria yang ditetapkan Tjufoo dalam menentukan brand yang akan diakuisisi dilakukan secara agnostik. Artinya, seluruh brand dari berbagai kategori dan level usaha, memiliki potensi untuk dapat bergabung bersama kami.

“Namun fokus utamanya kepada brand dengan model bisnis Direct to Consumer (D2C). Di mana pemilik bisnis atau brand mendapatkan mayoritas revenue, dengan cara menjual produk langsung ke end consumer,” jelasnya.

Sementara, Kinen Tanna selaku Co-Founder dan CEO Una Brands mengungkapkan, brand yang dibidik untuk diakuisisi oleh Una Brands adalah brand pada sektor bisnis kebutuhan sehari-hari.

“Misalnya, kebutuhan rumah dan tempat tinggal, kecantikan dan perawatan tubuh, kebutuhan bayi, anak, dan hewan peliharaan, olahraga, serta kegiatan luar ruangan. Namun, Una Brands juga tetap terbuka untuk mengakuisisi bisnis di luar kategori tersebut,” ungkap Kiren Tanna.

Lalu, syarat yang harus dipenuhi brand lokal agar dapat solusi permodalan melalui akuisisi baik oleh Tjufoo maupun Una Brands, antara lain:

  • Telah beroperasi dengan periode operasional bisnis selama minimal 2 tahun.
  • Sudah mencapai profitability dan memiliki brand equity yang kuat.
  • Jenis produk yang dijual serta segmentasi konsumen dari brand yang sesuai kriteria.
  • Berjualan melalui e-commerce populer seperti Tokopedia, Lazada, Shopee dan Shopify, khusus Una Brands.
  • Serta, syarat minimal omset bisnis. Tjufoo mensyaratkan brand memiliki omset mencapai 10 miliar rupiah per tahun. Sedangkan, Una Brands mencapai 400 juta rupiah per bulan.

“Hal ini sebagai pertimbangan kami untuk merefleksikan kestabilan bisnis usaha yang dibangun, sehingga seluruh proses digitalisasi dan scaling up bisnis yang kami lakukan dapat berjalan dengan mulus,” kata Tj Tham.

Sementara, bagi UMKM yang belum mampu memenuhi syarat dan kriteria, atau masih dalam tahap awal membangun bisnis, Tjufoo memberi solusi alternatif. Brand aggregator ini menawakan Program Sarinah Pandu, yakni program dukungan bagi UMKM, berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan ekosistem guna pengembangan digitalisasi.

Alur Pengajuan Pemodalan dari Brand Aggregator

Tj Tham menjelaskan proses pengajuan permodalan melalui akuisisi oleh brand aggregator Tjufoo. Menurutnya, timeline pengajuan modal dari Tjufoo bagi UMKM terbilang efisien. Ada pun di antaranya sebagai berikut:

  • Pertama, perlu diketahui bahwa proses pengajuan memerlukan 9-10 minggu dari mulai pengenalan sampai pendanaan.
  • Pada minggu ke-1 hingga 3, brand aggregator fokus melakukan pengenalan tentang brand.
  • Proses pengenalan itu, di antaranya dilakukan dengan pertemuan dengan pemilik bisnis, memperkenalkan pemilik bisnis kepada growth & strategy team dari startup rollup e-commerce, juga penyerahan data awal dari brand ke brand aggregator. Lalu, terms sheet awal akan diterima oleh pemilik bisnis.
  • Pada minggu ke-4 hingga 8, brand aggregator akan melakukan due diligence dan juga memulai proses legal agreement.
  • Selanjutnya, pada minggu ke-9 dan 10, brand aggregator akan melakukan penandatangan surat kerja sama, beserta penyerahan dana kepada pemilik bisnis.

Peran Startup Rollup E-commerce bagi UMKM atau Brand Lokal

Tj Tham optimis bahwa setiap usaha dapat berkembang pesat, salah satunya melalui ekosistem digital brand yang diusung Tjufoo, begitu pun dengan Una Brands. Sebagai brand aggregator, keduanya fokus mendukung UMKM atau brand lokal untuk memajukan bisnisnya secara digital.

“Kami ambil bagian dalam membantu UMKM yang memiliki tantangan dalam menjalankan bisnis. Mulai dari tantangan memperkuat branding building, optimisasi digital hingga tantangan otomasi operasionalisasi bisnis,” katanya.

Tjufoo megaku, sejauh ini, pelaku UMKM yang menjadi mitranya terus bertambah. Kedepannya Tjufoo berkomitmen untuk terus mempercepat pertumbuhan UMKM, dengan mengakuisisi brand lokal potensial pada kategori D2C.

“Dengan dukungan permodalan, kami berharap Indonesia mampu menciptakan ratusan brand lokal yang dapat bersaing di pasar global. Dalam upaya mempercepat misi ini, Tjufoo sangat terbuka untuk kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki misi yang sama,” katanya.

Tjufoo sendiri memiliki misi untuk meningkatkan skala bisnis UMKM dan membangkitkan perekonomian pasca pandemi, melalui digitalisasi UMKM. Misi tersebut, didukung oleh tim yang berpengalaman dalam memberikan pendampingan bagi pelaku UMKM.

“Tim yang berpengalaman itu berasal dari indvidu unggul perusahaan lintas sektor besar seperti Apple, Grab, Amazon, SAP, dan JP Morgan. Kami menyelaraskan semua elemen tersebut ke dalam digital ekosistem brand Tjufoo, atau yang kami sebut House of Brands,” lanjutnya.

Sementara, pada Una Brands, setelah proses akuisisi akan mengoptimalkan kinerja brand lokal melalui tekonologi. Misalnya dalam segi branding, pemasaran, rantai pasok, hingga pengadaan.

“Serta, memperluas target distribusi secara domestik maupun internasional, dalam lingkup Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa dengan target pertumbuhan 10 kali lipat di nilai penjualan dan keuntungan,” ungkap Kinen Tanna.

Selain Tjufoo dan Una Brands ada pula beberapa platform brand aggregator lainnya di Indonesia. Di antaranya, Hypefast dan OpenLabs, yang mungkin dapat menjadi opsi bagi pelaku UMKM atau brand lokal, apabila tertarik dengan konsep rollup e-commerce ini.

Video: Strategi Una Brands Naikkan Potensi “Brand” Lokal Indonesia

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.