Kreatifias desainer Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan desainer luar, namun tempat untuk mewadahi kreatifitas para pelaku seni ini di Indonesia masih sangat minim. Hal inilah yang menjadi latar belakang Fung Fuk Lestario untuk secara resmi meluncurkan Rupawa pada 27 November lalu dengan status beta. Rupawa adalah sebuah wadah komunitas desain grafis online yang memberikan sarana bagi para desainer grafis untuk menampilkan karya-karya mereka ke masyarakat luas, memperoleh pembagian keuntungan atas penjualan produk-produk yang menggunakan hasil karya mereka, dan juga untuk bertukar pikiran untuk memajukan komunitas desain.
Melalui email kepada DailySocial, Fung mengakui bahwa ide awal mendirikan Rupawa sesungguhnya sudah ada di benaknya sejak 2012 saat dirinya masih aktif mengelola Lazada Indonesia. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa sebenarnya sejak kecil dia menyukai ilustrasi, namun sayangnya tak pernah punya kesempatan untuk menggeluti hobi ini secara profesional. Titik penting yang membuat Fung memutuskan untuk merealisasikan Rupawa adalah saat bertemu dengan Kevin Tanjung yang memiliki visi serupa.
Ketika kami singgung mengenai fitur-fitur apa saja yang sudah dimiliki oleh Rupawa, Fung mengatakan, “Saat ini kita sudah memiliki fitur-fitur seperti pengajuan karya desain, voting dengan ‘like’, share desain ke sosial media, commenting field untuk memberi masukan dan apresiasi spesifik ke desain, dan pembelian. Ke depannya kita akan menambah opsi pembayaran, pelayanan ‘gifting’, dan lain sebagainya.”
Walaupun masih menyandang status beta, saat ini Rupawa sudah tampil apik. Hanya ada dua halaman yang kami temukan masih belum dapat di akses, yaitu halaman Blog dan Forum.
Mengenai model bisnis, Fung menjelaskan bahwa Rupawa mengusung model crowdsourcing di mana komunitas desain atau para seniman Rupawa, dengan sebutan RupArtist, menghasilkan elemen penting dalam produk-produk yang ditawarkan dan menerapkan sistem bagi hasil. Sayangnya kami masih belum mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai berapa margin dari sistem bagi hasil yang diterapkan Rupawa per produknya.
Saat ini medium kreativitas untuk para RupArtist berupa kaos desain dengan teknologi Direct-to-Garment (DTG). Seperti yang dijelaskan dalam halaman FAQ-nya, teknologi DTG dapat membuat warna dari desain langsung disatukan dengan kain tanpa proses transfer. Sedangkan untuk bahan kaos, pihak Rupawa memilih medium Kaos Gildan Softstyle, yang merupakan kaos katun combed ringspun 100%.
Lebih lanjut Fung menjelaskan bahwa sampai akhir tahun 2014 fokus utama Rupawa adalah memastikan proses yang sangat baik dalam melayani para desainer dan konsumen produk dari desainer-desainer ini. Sedangkan untuk tahun 2015, Fung ingin dapat menjalin kolaborasi dengan semakin banyak desainer grafis handal dan menyebarluaskan karya-karya mereka seluas-luasnya sampai ke mancanegara.
Hadirnya Rupawa akan membuat persaingan startup dengan model serupa semakin ketat. Secara tak langsung, jika melihat fokus Rupawa pada desain grafis dan juga mengadakan lomba, Rupawa akan berhadapan dengan Kreavi dan Sribu.com. Selain itu masih ada Tees.co.id dan GantiBaju.com yang memiliki model bisnis serupa dengan medium kaos. Perlu diingat, Fung Fuk Lestario bukanlah orang baru di dunia startup. Pengalamannya bersama Lazada Indonesia selaku co-Founder dan Managing Director serta karirnya di Ciputra GEPI Incubator akan menjadi modal yang kuat dalam menjalankan bisnis ini.
Update: Berikut ini adalah tambahan Fung Fuk Lestario melalui email terkait kapan tepatnya Rupawa diluncurkan, “Kita tidak pernah ada launch lain sebelum tanggal 27 November 2014. Saya sendiri baru mulai men-design layout website Rupawa di bulan September. Domain Rupawa.com baru diisi content itu tanggal 25 November 2014 untuk pre-beta-launch-testing dan sebelum itu sama sekali tidak dapat diakses.”