Esports dikenal sebagai ekosistem yang kebanyakan diisi oleh kawula muda. Bukan hanya penonton atau penikmat, para atlet dan pelaku industrinya pun banyak diisi oleh anak-anak muda. Bukan berarti sama sekali tidak ada orang tua di dunia esports. Bila kita berbicara tentang industri secara keseluruhan, kita akan menemukan para senior berperan sebagai manajer, pemilik klub, atau sponsor. Tapi bila berbicara tentang atlet profesional, Silver Snipers termasuk anomali yang unik.
Silver Snipers adalah tim esports profesional yang fokus pada cabang Counter-Strike: Global Offensive. Mereka berasal dari Swedia, aktif sejak tahun 2017, dan saat ini berada di bawah sponsor Lenovo. Tapi yang membuat mereka spesial adalah tim ini memiliki lima anggota yang kesemuanya berusia di atas 50 tahun.
“Misi kami adalah membawa hal yang berbeda ke dunia gaming dan menunjukkan bahwa usia hanyalah sebuah angka,” demikian pernyataan berani Silver Snipers di situs resmi mereka. Silver Snipers menjalani profesi mereka dengan serius, bukan hanya gimmick saja dengan tim yang beranggotakan para lansia. Mereka dilatih oleh Potti (Tommy Ingemarsson), mantan atlet Counter-Strike yang pernah menjadi juara dunia sepuluh kali. Ia juga dikenal sebagai pendiri tim esports Ninjas in Pyjamas (NiP).
“Kami ingin menang, jadi kami harus banyak berlatih,” ujar Trigger Finger (Inger Grotteblad), anggota Silver Snipers yang berusia 66 tahun. Pekerjaan sebagai atlet esports memang sulit, apalagi di usia yang tak lagi prima. Tapi ia tidak merasa keberatan. “Kami di tim sangat dekat satu sama lain. Kami saling mengenal dengan sangat baik,” kata Trigger Finger sebagaimana dilansir CNN.
Bermain game secara kompetitif, bagi Silver Snipers, lebih dari sekadar profesi. Mereka juga melakukannya untuk kesehatan. “Anda merasakan kebahagiaan ketika bermain video game di atas panggung. Anda melihat orang-orang menikmati permainan Anda. Dan (itu membuat) pikiran saya bekerja lebih cepat,” kata YoungGun (Per-Arne Idenfors) dalam wawancaranya dengan BBC. YoungGun adalah anggota termuda dari Silver Snipers. Tapi dibilang muda pun, usianya sudah 57 tahun.
Kebahagiaan sudah lama diakui sebagai salah satu faktor yang dapat membuat seseorang berumur panjang. Sementara di sisi lain, berbagai riset juga telah menunjukkan bahwa video game dapat membantu meningkatkan daya konsentrasi serta mencegah penyakit pikun. Silver Snipers mendapatkan manfaat-manfaat ini dengan cara berkompetisi di dunia esports.
“Saya menjaga otak saya tetap waspada. Perbedaannya sangat signifikan. Saya juga menjaga kedua tangan saya untuk sangat waspada, sebab Anda harus menggerakkan tangan dengan sangat cepat. Anda harus mengkoordinasikan pikiran dengan gerakan Anda,” kata Trigger Finger pada CNN. Silver Snipers sudah pernah bertanding di berbagai negara, termasuk Finlandia, Rusia, dan Perancis.
Selain dari bermain itu sendiri, Silver Snipers juga mengaku sangat senang berada di tengah-tengah komunitas esports. Memang sempat ada kekhawatiran tentang bagaimana anak-anak muda memandang negatif pemain esports yang sudah kakek-nenek, tapi ternyata hal itu tidak terjadi. Silver Snipers diterima dengan sangat baik di antara penggemar esports, bahkan mereka dipandang keren. Banyak penggemar yang selalu memberi dukungan, sekalipun mereka sedang kalah.
Tim seperti Silver Snipers adalah bukti hidup bahwa video game dan esports dapat memberi manfaat pada masyarakat. Saat ini memang wajah esports didominasi oleh uang hadiah bernominal luar biasa, namun bisa saja di masa depan nanti muncul lebih banyak program esports yang dibuat dengan tujuan selain ekonomi, misalnya program kesehatan, sosial, edukasi, dan sebagainya.
“Ketika saya bercermin, saya melihat banyak kerutan di wajah. Tapi saya tidak merasa tua, saya merasa sama saja seperti biasanya. Anda tidak merasa tua bila Anda tidak berpikir, ‘Ya Tuhan saya sudah terlalu tua, saya tidak bisa melakukannya lagi.’ Jika Anda berpikir seperti biasa saja, di dalam diri Anda, Anda tetap adalah orang yang sama,” pungkas Trigger Finger.
Sumber: CNN, Silver Snipers, BBC Stories