[Simply Business] Cerita Groupie Bertemu Sang Idola

Artikel ini adalah bagian pertama dari rangkaian artikel yang ditulis dari pengalaman bertemu dengan seorang dewa dunia startup: Steve Blank

Minggu lalu saya dan beberapa teman mendapat kesempatan langka untuk bertemu dengan Steve Blank. Untuk yang belum pernah mendengar tentang Steve, saya beberapa kali menyebut namanya di artikel-artikel saya sebelumnya. Bisa dibayangkan, betapa besar pengaruh pemikirannya pada saya dan bagaimana saya memandang proses memulai bisnis. Membaca blognya saja sudah sangat membuka pikiran (silakan klik tautan di atas), apalagi buku-bukunya.

Dari dua bukunya, saya sangat merekomendasikan buku barunya The Startup Owners Manual. Ini murni karena buku ini lebih mudah dibaca dibanding buku pertamanya Four Steps To Epiphany. Steve sendiri mengakui bahwa buku pertamanya tidak ditulis dengan baik. Buku pertamanya merupakan catatan kuliah yang saat itu dicoba untuk diedarkan dengan metode self-publishing. Ternyata jutaan orang membeli buku itu lewat Amazon!

Beberapa frasa bisa digunakan untuk mendeskripsikan Steve Blank:

  • serial entrepreneur (mendirikan 8 startup, ada beberapa yang gagal, tetapi beberapa menjadi sangat sukses)
  • startup investor & mentor (naturally, entrepreneur sukses akan menjadi investor)
  • profesor (mengajar entrepreneurship di Stanford, Berkeley & Columbia University)

Startup terakhirnya bernama e.piphany, yang dijual persis di saat dotcom boom awal tahun 2000-an. Dari ceritanya, salah satu partner yg diberikan saham 0.5% mendapat keuntungan sekitar $11 juta. Bayangkan berapa keuntungan yang didapat Steve sebagai main founder! Yang menarik adalah dia lebih banyak bercerita saat salah satu startupnya gagal, yaitu Rocket Science Games. Startup ini kehilangan uang $35 juta dari dana sendiri dan investor, dan dia bercerita betapa depresinya saat startup ini gagal.

Pengalamannya mendirikan dan membesarkan e.piphany membuat dia mulai mempelajari “apa yang membuat bisnis ini berhasil dibanding bisnisnya yang gagal”? Steve berpendapat bahwa entrepreneurship bisa diajarkan, sama seperti seni. Ada begitu banyak sekolah seni yang mengajarkan kedua hal, baik teori maupun praktek. Pada akhirnya, seniman yang paling bagus adalah mereka yang memang memiliki bakat, tetapi bakat ini bisa diasah melalui pendidikan.

Satu prinsip Steve Blank yang sangat menjadi breakthrough di dunia pendidikan entrepreneurship adalah “a startup is not a small version on a large company.” Apa yang selama ini diajarkan di sekolah bisnis, terutama program MBA, adalah teori manajemen, keuangan, pemasaran, operasional untuk mengelola bisnis yang sudah berjalan (known business model). Startup bukanlah bisnis yang sudah berjalan.

Definisi Steve mengenai sebuah startup adalah “an organization in search of a business model“, di mana model bisnis organisasi tersebut masih berupa angan-angan (atau bahasa kerennya: hipotesis). Karena definisi inilah, semua jenis produk baru walaupun berada di dalam sebuah perusahaan besar, dianggap sebagai startup karena sama-sama memiliki ketidakpastian. Untuk itu program pendidikan entrepreneurship harus sangat berbeda dengan program sekolah bisnis atau MBA biasa.

Ajaran Steve Blank ini pulalah yang memulai gerakan Lean Startup — bukunya ditulis oleh Eric Ries. Eric adalah pendiri IMVU, sebuah startup di mana Steve menjadi salah satu penasihat dan investor. Sebelum dibimbing dalam bisnis, Eric adalah salah satu murid Steve di Stanford. Alasan Steve berinvestasi ke IMVU adalah karena Eric terlihat memiliki passion yang besar di bidang tersebut dan memiliki disiplin untuk mengimplementasikan teori Customer Development ajaran Steve.

Begitu panjang cerita saya di atas mengenai Steve Blank karena saya pribadi sangat mengidolakannya. Tak disangka enam orang Indonesia mendapat kesempatan bertemu dengan idola kami secara langsung di Yogyakarta! Tingkah laku kami saat itu tidak berbeda dengan tingkah para groupie abege yang bertemu dengan One Direction atau para wota yang bertemu idola mereka dari JKT48.

Bagaimana cerita kami bisa mengganggu Steve di tengah liburannya untuk menyempatkan waktu 2 jam makan siang bersama anak-anak bawang dari Indonesia ini? Tunggu artikel selanjutnya!

Setelah 12 tahun berkecimpung di dunia perbankan, Dondi Hananto mendirikan Kinara Indonesia, sebuah inkubator bisnis di Indonesia yang memiliki visi untuk membangun ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Ia juga merupakan salah satu pendiri Wujudkan, sebuah platform crowdfunding untuk merealisasikan berbagai macam proyek kreatif di Indonesia. Anda dapat follow Dondi di Twitter, @dondihananto.

Leave a Reply

Your email address will not be published.