Skema Ekosistem Esports Indonesia: Mobile Legends dan PUBG Mobile

Pada kesempatan kali ini saya akan mencoba membahas lebih lanjut seputar apa-apa saja yang ada di dalam ekosistem esports Indonesia dengan menggunakan game PUBG Mobile dan MLBB sebagai contoh. Selain itu saya juga akan mencoba menjelaskan bagaimana cara kerja ekosistem tersebut dengan harapan dapat membantu brand (sponsor), pemain, ataupun Anda yang ingin memulai bisnis esports yang membaca artikel ini.

Ekosistem esports, walau istilah tersebut sering kami gunakan di artikel-artikel Hybrid.co.id, namun kami belum sempat menjelaskannya terperinci. Secara umum, ekosistem esports bisa diartikan sebagai berbagai elemen dengan ragam fungsinya yang membuat roda gigi bisnis esports terus berjalan. Elemen ekosistem yang paling umum dikenal mungkin adalah sang pembuat game, tim esports, sponsor, dan turnamen. Tetapi apakah ekosistem esports hanya empat elemen itu saja?

 

Membedah Ragam Elemen yang Ada di Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Lokal

Ada alasan tertentu dua game tersebut saya pilih sebagai contoh. Salah satunya adalah karena perkembangan ekosistsem dua game tersebut tergolong pesat di Indonesia. Dua game tersebut juga dapat dikatakan sebagai dua game esports terbesar di Indonesia. Sebagai salah salah satu bukti, Anda bisa baca artikel saya sebelumnya. Saya sempat membahas bagaimana penonton MPL ID yang jumlahnya menyalip liga LoL Korea dan bagaimana jumlah penonton tayangan turnamen PUBG Mobile tingkat internasional didominasi oleh penonton tayangan berbahasa Indonesia.

Ada apa saja di dalam ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia? Elemen-elemen ekosistem esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia kurang lebih seperti apa yang pada gambar di bawah. Elemen yang saya jajarkan di bawah ini adalah ekosistem inti yang fungsinya hampir tidak tergantikan.

Akbar Priono - Hybrid.co.id
Ekosistem Inti yang berputar di sekitar game PUBG Mobile dan Mobile Legends Bang Bang. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Posisi paling kiri adalah elemen terpenting dari ekosistem esports, yaitu sang pembuat game. Moonton memegang peran ganda untuk game Mobile Legends: Bang-Bang. Moonton adalah perusahaan yang membuat (developer) dan memasarkan (publisher) game MLBB.

Sementara itu PUBG Mobile berbeda. Tencent Games di Indonesia hanya mengambil peran sebagai pemasar (publisher) game PUBG Mobile saja. Sementara itu di PUBG Mobile ada Lightspeed & Quantum berperan sebagai pembuat (developer) game PUBG Mobile yang merupakan salah satu anak perusahaan Tencent Games juga.

Bergeser ke kanan kita melihat ada turnamen, elemen terpenting kedua di dalam ekosistem. Sejauh perkembangannya, turnamen esports dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu turnamen 1st party yang digagas oleh developer/publisher dan turnamen 3rd party yang digagas oleh komunitas ataupun pelaku bisnis esports. Lalu siapa yang tergolong sebagai 2nd Party? Kalau pakai analogi produsen dan konsumen, maka 2nd party adalah para pemain.

Hanya ada dua turnamen yang digagas oleh 1st party di dalam ekosistem MLBB. Turnamen tersebut adalah Mobile Legends Profesional League Indonesia (MPL ID) selaku liga utama dan Mobile Legends Developmental League Indonesia (MDL ID) selaku liga kedua.

Pertandingan Mobile Legends ibarat seperti sepak bola. Dua tim berisikan 5 pemain saling tanding sampai salah satunya berhasil menghancurkan bangunan inti yang ada di dalam game.

MPL ID dan MDL ID memiliki dua babak yang menggunakan format berbeda. Ada babak Regular Season yang dipertandingkan dengan format grup round-robin dan ada babak Playoff yang dipertandingkan dengan format bracket. Kalau dibandingkan dengan olahraga, format liganya kurang lebih mirip seperti liga bola basket NBA.

Selanjutnya adalah PUBG Mobile. Ekosistem PUBG Mobile punya lebih banyak jenis turnamen yang digagas oleh pihak 1st party. Liga utama PUBG Mobile Indonesia adalah PUBG Mobile Professional League (PMPL ID), diikuti liga kasta kedua yaitu PUBG Mobile Indonesia National Championship (PINC), dan liga kasta ketiga dalam bentuk PUBG Mobile Club Open (PMCO) serta PUBG Mobile Community Cup (PCC).

Selain empat kompetisi di atas, ekosistem PUBG Mobile juga punya dua pertandingan lain yang dikhususkan untuk segmentasi tertentu. Para mahasiswa punya turnamen khusus yang bernama PUBG Mobile Campus Championship (PMCC). Para perempuan juga punya turnamen khusus yang biasanya digabungkan ke dalam rangkaian PINC.

Hampir semua pertandingan PUBG Mobile bisa disebut memiliki format liga, karena tidak mungkin menggunakan format bracket dalam pertandingan esports Battle Royale. Berbeda dengan Mobile Legends, PUBG Mobile mempertandingkan 16 tim sekaligus di dalam satu pertandingan. Karena itu, 16 tim tersebut biasanya bertanding dalam beberapa ronde di dalam satu hari pertandingan. Kalau diibaratkan olahraga, format liga Battle Royale mungkin mirip seperti pertandingan olimpiade cabang atletik.

Klasifikasi turnamen kedua adalah turnamen 3rd party atau turnamen yang digagas oleh pihak ketiga. Pihak ketiga bisa jadi siapa saja, bahkan bisa jadi perusahaan yang bisnis utamanya tidak berhubungan dengan esports.

Turnamen esports yang dilakukan sebagai sarana soft-launching coffee shop pun sebenarnya tergolong sebagai turnamen esports pihak ketiga. Namun pihak ketiga yang tidak berhubungan langsung dengan esports biasanya hanya membuat turnamen esports sesekali atau satu kali saja dengan skala yang cenderung kecil. Daftar turnamen pihak ketiga yang saya sertakan pada daftar di atas adalah turnamen pihak ketiga yang tergolong rutin dan punya skala cukup besar.

Turnamen Dunia Games (DG) contohnya. Dunia Games (DG) adalah brand yang digagas oleh Telkomsel demi menarik minat konsumen pada segmentasi gaming. Walaupun bisnis utamanya adalah jasa telekomunikasi, namun esports akhirnya jadi salah satu ujung tombak Telkomsel untuk menarik minat anak muda menggunakan jasanya.

Saat ini DG tergolong cukup rutin mengadakan turnamen atas beberapa game esports dan bisa dikatakan sebagai salah satu bagian ekosistem PUBG Mobile. Beberapa contoh turnamen pihak ketiga yang digagas oleh Telkomsel termasuk DG Waktu Indonesia Bermain (DG WIB), DG League (DGL), dan Indonesia Games Championship (IGC).

Dokumentasi Hybrid - Akbar Priono
Dokumentasi Hybrid – Akbar Priono

Tiga turnamen tersebut adalah turnamen untuk umum yang dapat diikuti oleh siapapun. Ada beberapa pihak ketiga yang mencoba menyasar segmentasi yang spesifik. Seperti Ligagame yang menyelenggarakan IEL University Series untuk mahasiswa ataupun Indonesia Gaming League (IGL) yang menyelenggarakan Women Star League (WSL).

Setelah turnamen, ada event organizer (EO). Mungkin Anda sedikit bingung, “mengapa ada event organizer setelah turnamen?” Jawabannya adalah karena tidak semua pihak yang menggagas turnamen esports punya kemampuan teknis untuk menyelenggarakan sebuah turnamen. Contohnya turnamen milik Dunia Games. Telkomsel adalah perusahaan telekomunikasi. Jadi rasanya sih tidak heran kalau perusahaan tersebut tidak memiliki keahlian dalam menyelenggarakan turnamen esports.

Karenanya bisnis EO (saya menyebutnya esports organizer) menjadi salah satu elemen penting yang cukup menjanjikan. Mineski Indonesia bisa jadi adalah salah satu esports organizer paling terpercaya sejauh ini. Mineski Indonesia adalah sosok di balik layar dari beberapa turnamen esports besar di Indonesia. Termasuk turnamen 1st party seperti MPL ID dan PMPL ID ataupun turnamen 3rd party seperti DG League.

Esports organizer terkadang juga menggelar turnamen mereka sendiri dengan harapan dapat menjadi media bagi sponsor untuk mempromosikan brand mereka. IEL University Series dan WSL adalah contohnya, dua turnamen yang masing-masing diselenggarakan oleh Ligagame dan Indonesia Gaming League (IGL).

Selanjutnya ada talent management. Elemen tersebut tergolong cukup baru ada di ekosistem esports Indonesia sebagai reaksi atas pesatnya perkembangan esports belakangan. Dalam konteks sebuah turnamen esports, talent management biasanya berperan dalam menyalurkan talenta yang dibutuhkan seperti shoutcasters, influencers, atau mungkin cosplayer.

Tiga talent management yang saya tuliskan di atas bisa dibilang sebagai tiga yang paling dominan dan memiliki keterkaitan dengan MLBB dan PUBG Mobile. Revival Talent Management adalah salah satu pemasok talenta shoutcasters di turnamen MPL, sementara Mineski Talent pemasok talenta di turnamen PMPL. Pada sisi lain, WHIM merupakan talent management milik EVOS dengan beberapa influencers ternama di dua ekosistem game tersebut.

Terakhir adalah tim. Sebelum berkembang seperti sekarang, dahulu peserta kompetisi esports biasanya hanya berisi sekolompok gamers yang tidak dikelola secara profesional. Seiring perkembangan, mulai muncul sebuah organisasi yang mengelola tim-tim secara profesional tersebut agar dapat lebih berprestasi dan tentunya harapan mendapatkan keuntungan finansial bagi organisasi terkait. Tim esports yang saya tulis di atas saya kelompokkan menjadi beberapa.

Hal tersebut saya lakukan karena liga MPL yang bersifat tertutup. Seperti yang Anda lihat, ada beberapa nama yang saya sebut dua kali seperti EVOS Esports dengan EVOS Legends. Tim tersebut sebenarnya dikelola oleh satu organisasi yang sama (EVOS), namun diberi tambahan kata yang berbeda sebagai branding untuk membedakan tim divisi game satu dengan lainnya.

Tim yang saya tulis di atas saya kelompokan berdasarkan liga kasta utama yang diikuti. Seperti 8 tim paling atas adalah peserta liga franchise MPL, diikuti oleh 3 tim di luar franchise yang jadi peserta MDL, lalu ada tim-tim peserta PMPL Indonesia, dan terakhir adalah organisasi-organisasi esports lainnya di Indonesia yang masih memiliki hubungan dengan ekosistem esports terkait namun tidak turut bertanding di liga kasta utama.

Akbar Priono - Hybrid.co.id
Ragam ekosistem suplemen yang tetap dibutuhkan di bisnis esports modern, namun bisa jadi tidak dibutuhkan dalam kasus tertentu (turnamen esports komunitas misalnya). Akbar Priono – Hybrid.co.id

Setelah dari ekosistem inti yang saya sebut di atas, ada ekosistem yang tergolong suplemen yang bisa Anda lihat di atas gambarkan di atas. Mereka tergolong ekosistem suplemen karena penyelenggara turnamen bisa saja tidak memanfaatkan elemen terkait untuk turnamen yang akan diselenggarakan.

Fungsinya bisa dibilang sudah cukup jelas berdasarkan dari masing-masing kelompok. Streaming platform berperan untuk menyajikan turnamen kepada para penggemar. Tournament platform biasanya adalah sebuah software yang memudahkan pendaftaran peserta dan pembuatan bracket turnamen. Online media adalah media massa yang kini menggunakan basis teknologi entah itu website ataupun video. Brand adalah para sponsor yang menjadi penyokong dari berjalannya turnamen-turnamen esports. Bagian terakhir adalah kategori lain-lain yang ada di Indonesia namun masih minim pemain. Coaching platform adalah penyedia jasa pelatihan menjadi pemain profesional. Esports facilities adalah penyedia jasa fasilitas yang fokus kepada esports.

Lalu kalau mereka memang tergolong ekosistem suplemen, bagaimana contoh turnamen esports yang tidak memanfaatkan elemen-elemen tersebut? Mari kita kembali berandai-andai apabila coffee shop ingin mengadakan turnamen esports. Misalnya tujuan mereka cuma ingin mempromosikan coffee shop di daerah sekitar saja, maka mereka bisa dan boleh saja mengadakan turnamen esports tanpa menggunakan elemen-elemen yang barusan saya jabarkan.

Turnamen bisa tidak di-stream, tidak menggunakan teknologi platform tertentu, tidak membutuhkan media untuk memberitakan turnamennya, tidak butuh sponsor dari pihak ketiga, apalagi membutuhkan elemen yang lain-lain. Kenapa jadi tidak butuh? Kembali lagi kepada tujuan sang penyelenggara, yang dalam penjelasan ini adalah hanya untuk mempromosikan coffee shop ke daerah sekitar.

Namun demikian mereka akan selalu menggunakan elemen-elemen inti yang dibahas sebelumnya, walau mungkin digantikan dengan menggunakan alternatif-alternatif yang tidak bersifat profesional. Tetap butuh game buatan developer untuk dipertandingkan, tetap butuh turnamen dengan format yang jelas, tetap butuh organizer dan talent walau bisa saja dikerjakan oleh pegawai coffee shop, serta butuh tim peserta yang bertanding.

 

Liga Tertutup dan Liga Terbuka

Seiring dengan perkembangannya, esports pun mulai mencoba mengadopsi sistem liga yang ada di olahraga. Ada sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka punya model seperti liga sepak bola. Sementara sistem tertutup banyak diadopsi di liga olahraga Amerika Serikat, salah satunya liga bola basket NBA. Pembahasan lebih mendalam seputar liga tertutup atau liga franchise bisa Anda baca pada pembahasan saya di tautan berikut ini.

Liga tertutup dan liga terbuka memberi pengaruh terhadap cara kerja ekosistem esports secara keseluruhan. MLBB dan PUBG Mobile menganut dua sistem yang berbeda. MLBB menganut sistem tertutup sementara PUBG Mobile menganut sistem terbuka.

Bagaimana pengaruh dari perbedaan model terhadap elemen-elemen yang ada di ekosistem. Mari kita bedah dari ekosistem MLBB. Sistem liga tertutup memberi pengaruh yang sangat besar kepada tim dan jenjang turnamen. Sejauh yang saya tahu, tim yang bertanding di liga MPL adalah tim yang memenuhi 2 syarat: lolos seleksi administratif dari pihak pertama (Moonton) dan dapat membayar biaya franchise yang dikabarkan sekitar US$1 milyar.

Bentuk turnamen tertutup dalam ekosistem MLBB. Tim hanya dapat bertanding setelah mendapat izin dari Moonton. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Bentuk turnamen tertutup dalam ekosistem MLBB. Tim hanya dapat bertanding setelah mendapat izin dari Moonton. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Delapan tim yang bertanding di MPL saat ini adalah tim yang memenuhi 2 syarat tersebut. Mereka akan terus bertanding di liga utama selama durasi yang disepakati oleh pihak pertama (Moonton) dan pihak kedua (tim). Terus bertahan di dalam liga adalah satu perbedaan utama antara liga terbuka dengan liga tertutup.

Lalu apakah tim komunitas bisa masuk ke dalam MPL? Bisa saja. Namun Anda tidak bisa masuk liga utama hanya bermodal jago saja. Anda harus punya kemampuan bisnis dan memiliki modal untuk bisa memenuhi syarat di atas.

PUBG Mobile mengadopsi sistem terbuka. Sebagai tim, sistem terbuka memberi kesempatan yang lebih mudah untuk masuk ke dalam liga PMPL. Modalnya cukup jago saja, tidak terlalu perlu modal finansial yang terlalu banyak ataupun modal kemampuan bisnis. Tencent Games memberi jenjang yang jelas untuk bisa bertanding di PMPL. Anda cukup kumpulkan skuad Anda, menangkan turnamen PINC, maka Anda bisa berlaga di liga kasta utama yaitu PMPL Indonesia.

Bentuk turnamen terbuka dalam ekosistem MLBB. Siapapun punya kesempatan bertanding di liga kasta utama, termasuk tim amatir. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Bentuk turnamen terbuka dalam ekosistem MLBB. Siapapun punya kesempatan bertanding di liga kasta utama, termasuk tim amatir. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Lalu bagaimana lagi perbedaan kedua sistem mempengaruh ekosistem? Apabila kita hanya membahas dua ekosistem tersebut, maka perbedaannya hanya dari sisi tim saja. Mengapa demikian? Menurut opini saya, ekosistem esports PUBG Mobile sebenarnya tergolong semi-terbuka karena pihak pertama memiliki turnamen untuk semua tingkat, mulai dari kasta utama sampai kasta komunitas.

Pihak ketiga seperti esports organizer yang saya sebut cenderung punya ruang gerak yang lebih sempit di PUBG Mobile karena tidak punya kesempatan untuk menjadi liga utama. IEL University Series yang digagas Ligagame bisa jadi contohnya. Liga tersebut bisa tetap digolongkan sebagai liga kasta kedua karena pemain dan penonton mungkin akan tetap memilih PMCC yang digagas Tencent Games langsung karena cenderung dianggap sebagai turnamen resmi.

Lalu liga esports apa yang tergolong sebagai liga terbuka murni? Ekosistem CS:GO dan Fighting Games Community mungkin bisa jadi contoh. Pembeda terbesar antara dua ekosistem tersebut dengan ekosistem PUBG Mobile adalah kesempatan bagi penyelenggara pihak ketiga untuk mendapat status kompetisi kasta utama.

Sumber Gambar - Nico Besombes from Medium.com
Pada ekosistem esports murni yang saya sebut, pihak ketiga punya kesempatan untuk menjadi turnamen kasta utama seperti di gambar. Sumber Gambar – Nico Besombes from Medium.com

Pada CS:GO, contohnya ada Intel Extreme Masters. Walaupun turnamen tersebut digagas oleh pihak ketiga (ESL) namun Intel Extreme Masters masih dianggap sebagai turnamen internasional terbesar dari CS:GO. Begitu juga dengan Fighting Games. Walaupun ada turnamen seperti Capcom Pro Tour ataupun Tekken World Tour, turnamen EVO tetap dianggap sebagai pertandingan kasta utama bagi ekosistem esports Fighting Games sejauh ini.

 

Bagaimana Ekosistem Esports MLBB dan PUBG Mobile Indonesia Bekerja?

Pada pembahasan di sini saya akan fokus membahas kepada cara kerja dua ekosistem esports di atas dari sudut pandang pemain dan secara bisnis keseluruhan. Mari kita bedah skema ekosistem esports dari sudut pandang pemain terlebih dahulu, mulai dari PUBG Mobile. Sebagai pemain, jalan Anda untuk menuju profesional sebenarnya tergolong tidak rumit. Saya sengaja tidak bilang mudah, karena bagaimanapun perjuangan menjadi bintang esports tentu akan sangat sulit.

Jalur menuju liga kasta utama bagi pemain di skena PUBG Mobile. Akbar Priono - Hybrid.co.id
Jalur menuju liga kasta utama bagi pemain di skena PUBG Mobile. Akbar Priono – Hybrid.co.id

Seperti pada gambar di atas, jalur menuju profesional di musim kompetisi PUBG Mobile pada tahun 2020 sebenarnya sesederhana itu. Sebagai pemain, Anda bisa membuat tim, ikut PINC, dapatkan posisi top 4 maka Anda akan langsung mendarat di turnamen utama yaitu PMPL Indonesia. Namun demikian prosesnya tentu tidak semudah itu.

Untuk bisa masuk ke laga utama PINC Anda harus bersaing dengan 6000 tim lebih. Pada fase kualifikasi, Anda bahkan harus berhadapan dengan 4 dari total 8 tim peringkat terbawah dari PMPL musim sebelumnya. Apabila Anda berhasil mengisi peringkat teratas, maka Anda akan lolos ke babak final PINC.

Tadi itu adalah proses kualifikasi dengan metode Squad. Pada PINC 2020 lalu, Tencent Games juga menyediakan kualifikasi lewat jalur Solo yang dilakukan di 32 provinsi di Indonesia. Setelah beberapa proses, pemain solo tersebut lalu disatukan ke dalam Squad, ditandingkan, dan diberangkatkan ke Grand Final setelah berhasil mencapai peringkat teratas.

Perjuangan masih belum berhenti sampai sana. Persaingan akan menjadi lebih keras lagi saat mencapai babak final. Babak final mempertandingkan 16 tim sebanyak 14 ronde dari 2 hari pertandingan (1 hari 7 ronde). Bukan skill saja yang diuji, daya tahan konsentrasi Anda juga diuji pada turnamen tersebut. Apabila Anda berhasil finish di posisi 8 besar, maka selamat! Anda berhasil mencapai liga utama PUBG Mobile yaitu PMPL ID.

Format tersebut adalah format untuk musim tahun 2020 lalu. Bagaimana dengan tahun 2021 ini? Kabarnya akan ada sedikit perubahan skema. Berdasarkan informasi terakhir, PMCO akan menjadi jalur untuk menuju ke pertandingan PMPL 2021. Mengutip dari Liquidpedia, persaingan malah jadi lebih ketat lagi karena hanya 4 tim teratas di PMCO 2021 saja yang bisa lolos ke PMPL 2021.

Lalu bagaimana dengan turnamen ladies atau PMCC? Sejauh ini dua turnamen tersebut tidak memiliki jenjang untuk menuju ke liga kasta utama. Pemenang turnamen PMCC akan berhenti di turnamen tersebut saja, tidak mendapat kesempatan untuk bertanding di liga profesional. PCC pun demikian, hanya jadi sarana bertanding bagi komunitas dengan tanpa jenjang ke tingkat yang lebih profesionial. Begitu juga dengan para perempuan yang hanya punya turnamen PINC Ladies saja sebagai turnamen kasta utama di tahun 2020 kemarin.

Setelah PUBG Mobile mari kita bedah ekosistem MLBB bagi pemain. Bagaimana cara pemain untuk dapat bertanding di liga kasta utama MPL? Sejujurnya, tidak ada yang tahu cara pastinya — meski umumnya, pedoman ini masih bisa berlaku buat Anda yang tertarik menjadi pemain esports profesional. Maksudnya, Moonton tidak menyediakan turnamen sebagai jalur formal bagi tim amatir untuk menuju liga kasta utama layaknya PINC ke PMPL.

Ekosistem MLBB memang punya MDL. Namun liga MDL juga tidak terbuka bagi umum. Mengutip dari ONE Esports, Lius Andre sempat menjelaskan bahwa kesempatan kualifikasi untuk masuk MDL dibagikan melalui undangan secara privat terhadap beberapa tim esports yang sudah tergolong profesional (memiliki badan hukum PT salah satu syaratnya).

Kalaupun sudah masuk MDL, jangan berharap juga Anda bisa langsung masuk MPL. Seperti yang saya jelaskan di atas, Anda harus memenuhi dua syarat terlebih dahulu untuk masuk ke dalam MPL: lolos seleksi administrasi dan dapat membayar sejumlah uang yang disepakati kedua belah pihak untuk biaya franchise. Biaya franchise tentunya tidak dibebankan kepada pemain, melainkan kepada organisasi profesional tempat para pemain bernaung.

Seleksi terbuka jadi satu-satunya jalur bagi pemain MLBB untuk bisa bermain di MPL Indonesia. Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Seleksi terbuka jadi satu-satunya jalur bagi pemain MLBB untuk bisa bermain di MPL Indonesia. Akbar Priono – Hybrid.co.id.

Dari penjelasan di atas, mungkin jadi terkesan bahwa ekosistem MLBB sangatlah tertutup dengan kesempatan yang minim bagi pemain untuk bisa mendapat kesempatan menjadi bintang esports. Meskipun begitu, beberapa tim MPL untungnya sempat membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin bertanding di dalam liga kasta utama MLBB tersebut. RRQ contohnya.

Rex Regum Qeon sempat membuka seleksi terbuka untuk divisi MLBB. EVOS pun demikian, sempat membuka seleksi terbuka untuk mengisi beberapa role yang dipublikasi melalui sang pelatih yaitu Bjorn “Zeys” Ong. Apabila berhasil lolos seleksi, Anda kemungkinan akan dimainkan di laga MDL terlebih dahulu baru setelahnya dipindah ke MPL apabila menunjukan potensi yang baik.


View this post on Instagram

A post shared by Team RRQ (@teamrrq)

Setelah membahas dari sudut pandang pemain, sekarang kita beralih ke sudut pandang bisnis. Untuk sudut pandang bisnis, saya merasa ada dua hal yang perlu dibahas di sini. Dari sudut pandang seseorang yang ingin memulai bisnis di ekosistem esports dan sudut pandang brand yang ingin terjun di esports.

Dalam hal memulai bisnis, seperti pada klasifikasi di pembahasan awal, ekosistem inti bisa dibilang sebagai elemen-elemen yang paling dibutuhkan di dalam ekosistem esports. Karena ada kebutuhan alias permintaan, Anda jadi bisa menyuguhkan penawaran layaknya ekosistem bisnis lainnya. Walaupun begitu, satu hal yang patut disadari adalah dan dipertanyakan adalah seberapa besar jumlah permintaan atau kebutuhan ekosistem terhadap elemen-elemen inti esports seperti di atas? Ditambah lagi, persaingan yang ada sekarang juga tergolong cukup berat.

Seperti saya tulis di atas, Mineski Indonesia bisa dikatakan hampir memonopoli permintaan jasa penyelenggaraan event esports karena mereka dipercaya untuk menyelenggarakan berbagai proyek besar seperti MPL dan PMPL. Revival Talent juga tergolong hampir memonopoli permintaan dari sisi talent shoutcasters. Salah satu alasannya adalah karena talenta mereka telah mengisi dua liga kasta utama di kedua game tersebut, MPL (Kornet, RangerEmas, PakPulung) dan PMPL (Sanskuy dan ElDogee).

Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Akbar Priono – Hybrid.co.id.
Akbar Priono - Hybrid.co.id.
Akbar Priono – Hybrid.co.id.

Sebagai alternati lain, Anda mungkin bisa membuat brand turnamen Anda sendiri sebagai penyelenggara pihak ketiga. Namun demikian Anda akan butuh kesiapan dana investasi yang besar dalam jangka panjang apabila memilih jalan tersebut karena Anda perlu membangun reputasi serta kesadaran masyarakat terhadap turnamen yang Anda adakan.

Membuat tim mungkin bisa menjadi opsi, tapi lagi-lagi kesempatannya cenderung sangat terbatas dengan persaingan yang ketat. Ekosistem MLBB cenderung terbatas karena sistem tertutup yang diterapkan. Ekosistem PUBG Mobile mungkin punya kesempatan yang lebih luas karena menggunakan sistem terbuka. Di luar dari sistem yang diterapkan, mencari pemain berkualitas juga bukan perkara mudah di dua ekosistem tersebut. Kalaupun ada pemain berbakat, tentu ada kemungkinan Anda harus berebut satu pemain tersebut dengan beberapa tim sekaligus yang akan membuat nilai pemain tersebut bisa jadi sangat mahal.

Terakhir dari sudut pandang brand. Sebagai brand, kesempatan untuk memasuki pasar esports terbilang masih terbuka sangat lebar mengingat ragam kegiatan marketing yang bisa dilakukan di esports. Mensponsori liga kasta utama bisa digolongkan sebagai pilihan utama. Nilai sponsornya mungkin akan sangat besar, tapi timbal balik yang diberikan bisa jadi sepadan mengingat liga kasta utama yang jadi tontonan utama penggemar esports dari kedua ekosistem game tersebut.

Selain mensponsori liga kasta utama, beberapa pilihan aktivitas marketing lain juga bisa menjadi pilihan bagi brand yang ingin memasuki pasar esports. Mensponsori tim misalnya, seperti yang dilakukan oleh Visa kepada EVOS. Mensponsori acara pihak ketiga juga bisa jadi pilihan lain yang bahkan bisa memberi kesempatan kepada brand untuk menjadi title sponsor. Salah satu contohnya adalah IEL University Super Series yang disponsori oleh Super Soccer. Menyelenggarakan turnamen esports sendiri mungkin juga bisa menjadi salah satu pilihan, misalnya seperti Blibli yang mengadakan Blibli Esports Championship.

 

Begitulah kurang dan lebihnya ekosistem esports berdasarkan apa yang saya amati dari perkembangannya sekitar 1 tahun ke belakang. Penjabaran di atas tentu bukan merupakan ilmu pasti yang akan terus bertahan selama bertahun-tahun ke depan. Hal tersebut mengingat industri esports yang terus berkembang dan berevolusi secara cepat.

Pembahasan tersebut juga tergolong hanya gambaran kasar saja berdasarkan apa yang terlihat dari kulit luar. Semoga pembahasan di atas dapat membantu Anda untuk lebih memahami ekosistem esports. Apabila ada kesempatan, saya akan mencoba membahas ekosistem esports game lain ataupun memperbarui penjelasan ekosistem esports di atas berdasarkan dari insight-insight terbaru.