Beberapa tahun belakangan, industri esports tumbuh pesat. Ke depan, industri esports diperkirakan masih akan tumbuh. Tahun ini, nilai industri esports bahkan diperkirakan akan mencapai US$1 miliar. Salah satu alasan di balik pertumbuhan esports adalah karena competitive gaming diprediksi akan menjadi hiburan next-gen.
Turnamen dan atlet esports tentunya memegang peran kunci dalam dunia competitive gaming. Namun, streamer atau kreator konten juga memiliki peran yang tak kalah penting. Buktinya, ada organisasi esports besar punya divisi khusus untuk kreator konten, sebut saja EVOS Esports atau FaZe Clan.
Namun, seorang streamer game tak melulu terikat kontrak dengan organisasi esports. Ada juga streamer yang memilih untuk membuat personal brand mereka. Dan jangan salah, jika sukses, para streamer mandiri ini juga bisa mendulang banyak uang. Misalnya, Michael “Shroud” Grzesiek, streamer yang pernah menjadi pemain Counter-Strike: Global Offensive profesional di Cloud9, diperkirakan memiliki kekayaan sebesar US$8-12 juta.
Pertanyaannya, penghasilan para streamer game ini sebenarnya berasal darimana?
Sistem Monetisasi Twitch
Sebelum Anda protes kenapa saya membahas soal Twitch di sini — “Di Indonesia, Twitch kan nggak populer!” — saya akan memberikan justifikasi mengapa saya merasa perlu membahas sistem monetisasi di Twitch. Alasannya sederhana: karena Twitch masih menjadi platform streaming game nomor satu di dunia. Jangan salah, platform streaming game lain — seperti Facebook Gaming dan YouTube Gaming — juga tumbuh pesat, khususnya selama pandemi. Namun, saat ini, Twitch masih mendominasi pasar platform streaming game.
Twitch menawarkan beberapa metode monetisasi bagi para streamer-nya. Salah satunya adalah Cheer. Seperti namanya, Cheer memungkinkan penonton untuk menyemangati streamer saat siaran tengah berlangsung. Dan cara terbaik untuk menyemangati seseorang itu dengan memberinya uang, kan? Namun, melakukan Cheer tidak gratis. Anda akan menggunakan mata uang virtual bernama Bits. Anda bisa mendapatkan Bits dengan menonton iklan atau membelinya langsung ke Twitch. Satu Bit bernilai satu cent dollar. Jumlah minimal Bits yang bisa Anda beli adalah 100 Bits.
Melakukan Cheer sangat mudah. Anda cukup mengklik tombol Cheer — yang terletak di kolom chat — dan menentukan jumlah Bits yang hendak Anda berikan pada sang streamer. Saat Anda memberikan Cheer, akan muncul animasi pada kolom chat streamer. Semakin banyak Bits yang Anda berikan, semakin kompleks juga animasi yang muncul.
Tak hanya itu, seorang streamer juga bisa memasang leaderboard untuk menunjukkan fans yang memberikan Bits paling banyak. Tujuannya? Agar para fans yang ingin di-notice oleh senpai streamer favoritnya bisa memberikan donasi Bits sebanyak-banyaknya. Namun, fungsi Cheer bersifat opsional. Jadi, seorang streamer boleh memilih untuk tidak menggunakan fitur Cheer di Twitch.
Selain Cheer, Twitch juga memiliki sistem donasi. Misalnya, Anda menyukai seorang streamer dan ingin menunjukkan dukungan lebih padanya, Anda bisa memberikan donasi. Namun, proses memberikan donasi tidak semudah melakukan Cheer. Untuk melakukan Cheer, Anda cukup menekan tombol Cheer saat Anda menonton seseorang melakukan streaming. Sementara untuk melakukan donasi, Anda harus masuk ke halaman Profile sang streamer. Anda akan menemukan tombol donasi pada bagian About. Sama seperti Cheer, seorang streamer bisa memutuskan untuk tidak membuka donasi.
Besar donasi yang bisa Anda berikan pada seorang streamer beragam, tergantung pada rentang donasi yang ditentukan oleh streamer itu sendiri. Biasanya, semakin populer seorang streamer. semakin besar pula angka donasi yang bisa Anda berikan. Misalnya, rentang donasi untuk Shroud — yang punya pengikut di Twitch sebanyak 7,7 juta orang — adalah US$5 sampai US$50. Sementara Imane “Pokimane” Anys — dengan jumlah pengikut 5,4 juta orang — memiliki rentang donasi dari US$2 sampai US$20.
Kabar baiknya, jika Anda ingin memberikan donasi pada streamer di Twitch, platform streaming game tersebut kini tidak hanya menerima metode pembayaran berupa kartu debit atau kartu kredit, yang jumlah penggunanya di Indonesia sangat sedikit. Untuk melakukan donasi atau membeli Bits di Twitch, Anda juga bisa menggunakan metode pembayaran lokal, seperti GoPay, OVO, atau bahkan Indomaret.
Jika Anda sangat, sangat, sangat suka pada seorang streamer, Anda bisa berlangganan pada channel mereka. Pada Twitch, fungsi subscription atau berlangganan agak berbeda dari platform streaming lain, seperti YouTube. Untuk berlangganan pada sebuah channel di Twitch, Anda harus membayar US$4.99. Tentu saja, ada beberapa fitur khusus yang bisa Anda dapatkan setelah berlangganan, seperti bebas iklan atau emote spesial yang hanya bisa digunakan oleh subscriber.
Seorang streamer juga bisa mengatur channel-nya sedemikian rupa sehingga hanya subscriber yang bisa berkomentar di chat. Terkadang, streamer juga membuat server Discord khusus untuk subscriber mereka. Tujuannya, agar orang-orang yang berlangganan bisa berinteraksi dengan satu sama lain dan dengan sang streamer di luar jadwal siaran. Pada akhirnya, semua ini bertujuan untuk mengeratkan hubungan para subscriber dengan seorang streamer dan menciptakan komunitas di kalangan pelanggan channel. Hal tersebut juga akan mendorong para penonton untuk menjadi subscriber.
Biaya berlangganan di sebuah channel Twitch adalah US$4.99. Namun, tidak semua uang tersebut mengalir ke tangan streameer. Biasanya, Twitch mengambil potongan 50 persen. Namun, jika seorang streamer memiliki banyak penggemar, mereka bisa mendapatkan potongan yang lebih besar, sampai lebih dari 70 persen dari total biaya berlangganan yang mereka dapatkan.
Opsi monetisasi terakhir yang ditawarkan oleh Twitch adalah iklan. Seorang streamer bisa menayangkan iklan ketika mereka melakukan siaran dan dia akan mendapatkan kompensasi tergantung pada jumlah penonton yang melihat iklan tersebut. Secara teori, seorang streamer bisa memasang iklan sebanyak-banyaknya. Namun, jika streamer terlalu rakus dan memasang terlalu banyak iklan, hal ini justru bisa membuat para fans merasa ilfeel.
Streaming Game di Indonesia
Twitch boleh menjadi raja di pasar global. Namun, di Indonesia, platform streaming game milik Amazon itu bukanlah pilihan utama bagi orang-orang yang hendak menonton konten game atau esports. Sebenarnya, hal ini tidak aneh, mengingat Indonesia memang bukan salah satu target pasar utama Twitch.
Untuk mengetahui alasan mengapa Twitch kurang populer di Tanah Air, saya lalu menanyakan pendapat beberapa streamer. Salah satunya Fandra “Octoramonth” Octo. Dia mengatakan, salah satu alasan mengapa Twitch tidak populer di Indonesia adalah karena Twitch berat.
“Selain itu, Twitch belum didukung oleh provider seluler untuk paket nonton gratis atau bonus kuota. Sementara YouTube dan Facebook, sudah ada banyak provider yang menawarkan gratis menonton,” kata Fandra ketika dihubungi melalui pesan singkat.
Fandra telah menjadi streamer sejak September 2016. Dia bercerita, pada awalnya, dia tertarik untuk membuat streaming hanyalah karena teman-temannya juga melakukan streaming di YouTube. Dia mengaku, pada mulanya, streaming tidak lebih dari sekedar hobi. Namun, sekarang, dia telah mendapatkan kontrak dengan Facebook Gaming sebagai streamer resmi.
Sementara itu, menurut Cindy “Cimon” Monika, yang tertarik dengan dunia streaming game karena tugasnya sebagai brand ambassador, penggunaan bahasa asing merupakan salah satu masalah mengapa Twitch kurang populer di Indonesia. “Soal pemahaman bahasa Inggris atau penggunaan bahasa Inggris untuk bercakap-cakap, warga Indonesia masih kurang jika dibandingkan dengan negara tetangga,” ujar Cindy dalam wawancara di Hybrid Talk.
Menurut Cindy, meskipun banyak orang Indonesia yang menonton streamer game di Twitch, kemungkinan, mereka hanya menonton dan mendengarkan tapi tidak berinteraksi dengan sang streamer atau fans lain. Dia menduga, kemungkinannya adalah karena penonton Indonesia tidak terlalu percaya diri atau merasa kurang menguasai bahasa Inggris. “Dan karena para penonton Indonesia ingin berinteraksi dengan para streamer, mereka lalu pergi menonton streamer yang menggunakan bahasa Indonesia di YouTube atau Facebook,” ungkapnya.
Lalu, jika tidak menggunakan Twitch, bagaimana streamer Indonesia mendapatkan uang? Sebagai streamer resmi Facebook Gaming, Fandra menerima bayaran secara rutin, sama seperti pekerja kantoran. Namun, sebelum menjadi streamer resmi, dia mengatakan, sumber pemasukannya sebagai streamer adalah dari “saweran penonton”. Dia juga mengungkap, YouTube dan Facebook kini menawarkan opsi monetisasi subscription dan donasi, sama seperti Twitch.
Memang, Facebook Gaming menawarkan metode monetisasi yang mirip dengan Twitch. Salah satu opsi monetisasi di Facebook Gaming adalah memasang iklan. Selain itu, penonton Facebook Gaming juga bisa memberikan tip pada streamer dalam bentuk Star, serupa Bits di Twitch. Terakhir, Facebook Gaming juga sudah menawarkan fitur Fan Support, yang memiliki fungsi sama seperti fitur Subscribe pada Twitch.
Selama pandemi, viewership Facebook Gaming di Indonesia juga tumbuh pesat. Per April 2020, viewership Facebook Gaming naik 210 persen dari tahun lalu. Tak hanya itu, para penonton di Indonesia juga cukup dermawan dalam memberikan Star. Facebook mengungkap, per April 2020, telah ada 5,6 juta Stars yang diberikan pada para streamer di platform mereka.
Sayangnya, sama seperti menjadi atlet esports, menjadi seorang streamer game tidak semudah yang dibayangkan. Ada berbagai masalah yang harus mereka hadapi. Menurut Fandra, salah satu tantangan menjadi streamer adalah hate comment dari para penonton.
“Tapi, kalau menjalani streaming tanpa beban, feedback apapun bakal jadi fun,” ujar Fandra. Masalah lain yang dia hadapi saat dia belum lama menjadi streamer adalah membangun personal brand-nya agar dia bisa eksis di dunia maya. Untuk itu, dia harus menemukan karakter yang hendak dia tunjukkan pada para fans. Memang, untuk menjadi streamer, seseorang tak hanya memerlukan perlengkapan yang memadai, tapi juga personalitas yang menarik.
Penutup
Industri esports kini tengah tumbuh pesat. Pasalnya, esports diduga akan menjadi hiburan di masa depan bagi generasi milenial dan gen Z. Karena itu, para kreator konten atau streamer game memiliki peran penting dalam mengembangkan industri esports. Seorang streamer bisa bernaung di bawah organisasi esports. Namun, mereka juga bisa menjadi streamer mandiri.
Untungnya, berbagai platform streaming game, seperti Twitch dan Facebook Gaming, telah menawarkan metode monetisasi yang beragam, mulai dari donasi sampai subscription. Dengan begitu, para streamer dapat memilih sistem monetisasi yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Buat Anda yang bertanya kenapa tidak ada pembahasan soal sumber pendapatan konten kreator tapi bukan streamer (yang merekam kontennya dan mengunggahnya; yang biasanya lebih banyak ditemukan di Indonesia), mungkin lain kali kita akan membahasnya lebih spesifik soal itu.
Sumber: The Esports Observer
Sumber header: MSI