Dengan Aplikasi SwaKita Warga Bisa Lapor Kondisi Sekitar Langsung Kepada Kelurahan

Menyusul inisiatif Pemprov DKI Jakarta beberapa waktu lalu dalam mengembangkan aplikasi pemantau lingkungan sekitar, inisiatif serupa ternyata juga diusung oleh salah satu penggiat startup lokal bernama Skydreem. Setelah memulai debutnya pada aplikasi media sosial Sirklet, kali ini Skydreem kembali tampil dengan aplikasi terbarunya, SwaKita. Aplikasi ini dirancang khusus untuk memudahkan warga dalam melaporkan kondisi terkini di lingkungan sekitar yang bisa disampaikan langsung kepada pihak kelurahan setempat.

SwaKita sangat cocok bagi masyarakat urban, masalah yang kerap timbul mulai dari tumpukan sampah, kriminalitas, jalan rusak, pipa pam bocor, wabah demam berdarah, tanah longsor, dan lain sebagainya bisa dilaporkan secara interaktif dalam aplikasi berbasis lokasi ini. Dalam tes singkat yang saya lakukan, kesan pertama yang didapat, SwaKita berfungsi layaknya aplikasi Waze yang melibatkan informasi antar pengguna namun dikemas dalam sebuah aplikasi platform pelapor lingkungan sekitar.

Mengapa saya katakan demikian? Fitur peta digital menjadi kunci utama penggunaan aplikasi ini agar informasi yang disebarkan dapat dengan mudah dikenali oleh pengguna lain. Persis seperti Waze yang banyak dimanfaatkan pengguna untuk memantau kondisi lalu lintas. Dalam SwaKita, semua laporan disajikan dalam peta yang diambil dari Google Maps dan dipadukan dengan pin ilustrasi yang memudahkan pantauan laporan pengguna.

Selain berfungsi untuk melapor kondisi sekitar, aplikasi ini juga bisa digunakan untuk memberi ulasan berbagai lokasi publik seperti restoran, tempat wisata dan sebagainya. Bahkan, menariknya dalam SwaKita pengguna juga bisa menandakan Circle of Interest di mana sebuah wilayah tertentu bisa ditandai dan dilengkapi dengan beragam informasi di dalamnya.

Bagaimana dengan fungsi laporan warga yang sempat disinggung di awal? Seperti informasi yang tertera di halaman Google Play Store, aplikasi SwaKita sendiri tersedia dalam dua versi, yakni SwaKita bagi warga dan satu lagi SwaKita yang khusus disediakan untuk pihak Lurah.

Kedua aplikasi ini beroperasi secara berkesinambungan, artinya misalkan Anda tinggal di wilayah Tebet, Jakarta Selatan dan ingin melaporkan keluhan di sekitar, keluhan Anda bisa tersampaikan apabila Lurah Tebet sudah mengunduh SwaKita yang telah disiapkan khusus untuknya. Di wilayah DKI Jakarta sendiri terdapat 268 kelurahan termasuk wilayah Kepulauan Seribu. Itu berarti, minimal jika aplikasi ini bisa berkontribusi terhadap perbaikan kondisi lingkungan, sebanyak 268 pimpinan Kelurahan wajib mengunduh dan menggunakan SwaKita.

Agak sedikit repot sebenarnya jika melihat implementasi tersebut, paling tidak jika aplikasi ini bisa berfungsi seperti tujuan awalnya, tim Skydreem sendiri mungkin bisa melakukan pendekatan lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait agar mereka berminat menggunakan aplikasi ini sebagai media komunikasi kepada warganya.

Di samping itu, SwaKita sendiri ternyata juga baru bisa digunakan setelah pengguna membuat akun Sirklet sebagai basis akunnya, di satu sisi cara ini baik bagi Sirklet dalam menambah jumlah penggunanya, namun di sisi lain cara ini mungkin bisa membuat pengguna enggan untuk memakainya. Ada baiknya jika SwaKita bisa terbuka untuk platform media sosial lain agar persebaran informasinya bisa menjangkau banyak pengguna secara luas.

[ilustrasi foto: Shutterstock]

Leave a Reply

Your email address will not be published.