Setelah meluncurkan smartphoneflagship-nya, Huawei kembali melayani pasar Indonesia dengan meluncurkan perangkat barunya. Kali ini yang diluncurkan tidak hanya satu perangkat, tetapi ada tiga buah perangkat yang diperkenalkan di Indonesia. Ketiga perangkat tersebut adalah Huawei Nova 7, Freebuds 3i, dan MatePad.
Huawei meluncurkan ketiganya dengan mengandalkan ekosistem yang mereka miliki. “Kami berpegang teguh pada misi kami yaitu menghadirkan inovasi pengalaman baru dengan setiap iterasi di setiap produk. Tidak hanya untuk perangkat keras tetapi juga perangkat lunak, kami telah membangun dan menciptakan terobosan yang lebih lanjut akan membentuk ekosistem kami dan membawa konektivitas tanpa batas yang belum pernah ada sebelumnya. Produk-produk kelas menengah ini mengandung kualitas andalan bagi konsumen muda kami yang peduli dengan desain dan teknologi. Kami optimis bahwa produk-produk ini dapat mendukung kehidupan sehari-hari mereka”, kata Lo Khing Seng, Deputy Country Director HUAWEI CBG Indonesia
Huawei Nova 7 merupakan perangkat smartphone pertama di dunia yang menggunakan HiSilicon Kirin 985 sebagai SoC-nya. Kirin 985 sudah mendukung 5G, yang membuat perangkat ini sudah siap jika pemerintah menggelar jaringan 5G di Indonesia. Selain itu, Kirin 985 juga memiliki sebuah ISP (Image Signal Processor) tersendiri yang akan meningkatkan kualitas hasil fotonya. Dan dengan menggunakan SoC ini, berarti bahwa Nova 7 sudah mendukung pengisian cepat 40 watt.
Huawei Nova 7 memiliki empat buah kamera di mana yang utamanya memiliki resolusi 64 MP. Kamera lainnya adalah telephoto yang bisa mengambil zoom hybrid 5x dan digital hingga 20x. Dua kamera lainnya adalah untuk mengambil gambar makro serta ultrawide hingga 120 derajat.
Perangkat kedua yang diluncurkan kali ini adalah Huawei MatePad. MatePad merupakan sebuah tablet dengan dimensi layar 10,4 inci dengan resolusi 2000×1200. Tablet ini juga didukung dengan speaker Harman Kardon sehingga diklaim memiliki suara yang jernih. Perangkat ini juga sudah mendukung stylus bernama Huawei M-Pencil yang dijual secara terpisah.
Huawei MatePad menggunakan SoC HiSilicon Kirin 810 yang memakai prosesor dua inti Cortex A76 dan enam inti Cortex A55 serta GPU Mali G52. Untuk menjalankan sistemnya, Huawei menanamkan baterai dengankapasitas 7250 mAh. SoC ini sendiri sudah mendukung GPU Turbo 3.0 yang bisa meningkatkan performanya saat dibutuhkan.
Perangkat terakhir adalah Huawei FreeBuds 3i yang merupakan sebuah True Wireless Stereo. Berbeda dengan Freebuds 3, 3i memiliki desain in-ear sehingga lubang kuping akan tertutup seluruhnya. Hal ini tentu saja akan membuat suara dari luar tidak akan masuk sehingga memiliki fungsi noise cancellation secara pasif. Tidak berhenti sampai di situ, TWS ini juga ternyata memiliki active noise cancellation.
Huawei Nova 7 dijual dengan harga Rp. 6.899.000. Sedangkan Huawei MatePad bisa didapatkan dengan harga Rp. 4.299.000 tanpa M-Pencil. Untuk Huawei Freebuds 3i dijual dengan harga Rp. 1.399.000.
Tablet masih diminati?
Penjualan smartphone di masa pandemi COVID-19 ternyata cukup mengagetkan. Banyak vendor yang justru kehabisan unit perangkatnya pada saat penjualan pertama mereka. Lalu bagaimana dengan penjualan tablet? Apalagi, saat ini Huawei justru mengeluarkan MatePad di masa pandemi seperti ini.
Bapak Lo Khing Seng pun menjawab pertanyaan saya mengenai tren tablet, khususnya MatePad. Beliau mengatakan justru pada masa pandemi seperti ini, permintaan tablet malah mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya kegiatan belajar dan bekerja di rumah, serta kebutuhan orang akan hiburan. Dan peningkatan ini juga sudah terlihat signifikan.
Pada lini produk Huawei MatePad Pro, ternyata respon masyarakat juga sangat baik. Jadi, bapak Lo Khing Seng pun yakin dengan penjualan MatePad yang memiliki harga lebih terjangkau dan memiliki sasaran pada pasar mid range.
Apa Beda FreeBuds 3 dengan 3i?
Dengan meluncurnya FreeBuds 3i, tentu saja orang akan bertanya mengenai perbedaan antara keduanya. Edy Supartono selaku Country Training Manager Huawei Indonesia menjelaskan bahwa secara kasat mata, desain keduanya berbeda, di mana yang satu berbentuk lebih bulat dan yang satu lebih panjang.
Ear tips juga merupakan pembeda dari FreeBuds 3 dengan 3i, di mana 3i memiliki ear tips dengan bahan karet. Dan terakhir, Edy mengatakan bahwa segmen penjualan kedua TWS pun juga berbeda, di mana FreeBuds 3i dijual juga pada pasar mid range. Untuk spesifikasinya, kapasitas baterai juga menjadi pembeda antara keduanya. Dan terakhir, ukuran driver keduanya juga berbeda, di mana membuat suara FreeBuds 3 lebih ke arah bas dan 3i lebih balanced.
Laptop gaming, selain dirancang untuk para gamer – juga merupakan pilihan ideal bagi para content creator. Baik itu YouTuber, desain grafis, fotografer, maupun editor video.
Sebab, spesifikasi tinggi pada laptop gaming juga dibutuhkan untuk menangani tugas-tugas berat seperti multitasking, rendering dan sebagainya. Meskipun harus mengorbankan portabilitas demi performa tinggi.
Salah satu pilihan ideal dan terbaru untuk bermain game dan membuat konten ialah Lenovo IdeaPad Gaming 3i. Penerus IdeaPad L340 ini punya spesifikasi yang cukup mumpuni.
IdeaPad Gaming 3i ditenagai prosesor Intel Core H-series generasi ke-10 dan kartu grafis hingga NVIDIA GeForce GTX 1650 Ti. Namun dibanderol dengan harga yang sangat kompetitif, penasaran? Simak review Lenovo IdeaPad Gaming 3i berikut.
Spesifikasi dan Harga
Laptop gaming ini tersedia dalam dua jenis pengaturan RAM dengan total empat varian. Pertama menggunakan RAM 8GB DDR4 dengan kartu grafis NVIDIA GTX 1650. Prosesor yang digunakan adalah Intel Core i5-10300H dan Intel Core i7-10750H, masing-masing dibanderol Rp12.999.000 dan Rp14.999.000.
Kedua menggunakan RAM 16GB DDR4 dengan prosesor Intel Core i7-10750H. Bedanya pada penggunaan kartu grafisnya, di mana yang satu menggunakan NVIDIA GTX 1650 dan satu lagi memakai GTX 1650 Ti, masing-masing dijual dengan harga Rp15.999.000 dan Rp16.999.000.
Unit review Lenovo IdeaPad Gaming 3i yang saya uji merupakan varian dengan harga Rp15.999.000. Dengan prosesor Intel Core i7-10750H, GPU NVIDIA GTX 1650, dan RAM 16GB DDR4. Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z sebagai berikut:
Desain dan Layar
Ukuran layar merupakan salah satu aspek penting yang mempengaruhi pengalaman bermain. Layar lapang 15,6 inci dengan resolusi FHD (1920×1080 piksel) pada IdeaPad Gaming 3i ini sanggup memberikan kepuasan untuk bermain game maupun bekerja.
Laptop ini mengemas narrow bezel design, di mana bezel samping layarnya cukup tipis dan webcam yang tersemat di sisi atas memiliki fitur TureBlock privacy shutter atau bisa ditutup. Layarnya menggunakan panel IPS dengan refresh rate 120Hz, color gamut 45% NTSC, brightness 250 nits, dan berlapis anti-glare.
Hadir dengan dimensi 359×249,6×24,9 mm, bobot 2,2 kg, dan ditambah charger 480 gram. Sebagai laptop gaming ketebalan dan beratnya sebetulnya bisa dimaklumi. Walaupun bobotnya cukup merepotkan dan makan tempat, tapi masih terbilang mudah untuk dibawa bepergian.
Tak seperti laptop gaming pada umumnya yang ramai, IdeaPad Gaming 3i justru tampil kalem dengan balutan warna Chameleon Blue dan satu lagi Onyx Black. Area depan mengemas soft-edge design dengan bagian tepi yang lembut dan hanya terdapat tulisan Lenovo kecil di pojok kanan atas.
Meski kontruksi tubuhnya sebagian besar dari material polikarbonat, namun IdeaPad Gaming 3i memiliki standar Military Grade MIL-STD-810G. Membuatnya tahan terhadap benturan dari ketinggian 122 cm dan bisa digunakan pada temperatur -25 hingga 63 derajat celsius.
Saat laptop gaming ini dibuka, IdeaPad Gaming 3i akan menyala secara otomatis. Fitur ini disebut Flip to Boot dan secara default aktif. Bila Anda tidak menyukai fitur ini bisa dinonaktifkan lewat aplikasi Lenovo Vantage.
Keyboard dan Konektivitas
Layar lapang juga memberi keuntungan pada tata letak keyboard-nya yang berukuran penuh dengan number pad. Serta, tombol panah berukuran besar yang posisinya agak menjorok ke bawah sehingga mudah diakses.
Keyboard-nya terasa nyaman saat ditekan dengan key travel 1,5mm, punya backlight berwarna biru, dan memberikan feedback tactile yang menyenangkan dan responsif terhadap tekanan jari. Serta, trackpad one-piece yang 30 persen lebih besar menggunakan Windows Precision Driver.
Sebagian besar port ditempatkan di sisi kiri, hal ini agar pengguna yang menggunakan mouse tidak terganggu dengan kabel. Mulai dari power input, ethernet RJ-45, HDMI 2.0, USB 3.1 Gen 1 (Type-A), USB 3.1 Gen 1 (Type-C), headphone/mic combo, dan power LED indicator. Sementara, di sisi kanan hanya terdapat satu port USB 3.1 Gen 1 (Type-A).
Sayangnya, tidak ada SD card reader pada laptop ini yang mana dibutuhkan oleh fotografer dan content creator. Lalu, untuk konektivitas nirkabelnya mendukung Intel Wi-Fi 6 AX201 (Wi-Fi 6/AX/) dan Bluetooth 5.
Bila nantinya butuh performa lebih di masa mendatang, IdeaPad Gaming 3i menyediakan dua slot RAM SO-DIMM dan mendukung Dual Channel. Serta, dua slot penyimpanan yaitu M.2 dan SATA 2.5 inci. Jadi memungkinkan pengguna menggunakan dua SSD atau satu SSD dan satu hard drive 2.5 inci.
Sistem Pendingin
Untuk sistem pendinginnya, Ideapad Gaming 3i dilengkapi sistem dual fan dan dual vent. Serta, menggunakan desain termal baru dengan memanfaatkan dual vent dan heatmap yang ditingkatkan. Performa termal juga turut di-upgrade, kini mendukung TDP hingga 95W untuk prosesor dan GPU.
Lenovo pun menyediakan Q-Control yang memungkinkan pengguna untuk beralih ke thermal mode, yaitu performance, balance, dan juga quiet. Caranya dengan menekan kombinasi tombol Fn+Q. Sebagai catatan, untuk ke performace mode – kondisi laptop harus sambil di-charge.
Lenovo Vantage
Guna mengoptimalkan pengaturan dengan cepat pada berbagai skenario penggunaan, IdeaPad Gaming 3i dilengkapi aplikasi Lenovo Vantage.
Singkatnya Lenovo mengumpulkan pengaturan penting pada satu tempat, sehingga pengguna bisa personalisasi dan menyesuaikan sesuaikan kebutuhan.
Termasuk menampilkan informasi CPU, GPU, RAM, dan storage. Lalu, fitur-fitur seperti kemudahan beralih thermal mode (performance, balance, dan quiet), network boost, auto close, touchpad lock, Flip to Boot, dan banyak lagi. Serta, quick settings seperti untuk mengaktifkan fitur rapid charge, WiFi security, dan Dolby. Serta system tools, meliputi system update, power, media, dan hardware scan.
Bicara soal audio, IdeaPad Gaming 3i didukung Dolby Audio mengandalkan dua buah speaker 1.5W yang terletak di kanan dan kiri laptop. Lewat aplikasi Dolby Audio, pengguna bisa memilih berbagai profil audio yang disediakan untuk berbagai tugas berbeda. Termasuk movie, music, game, voice, dan personalize (custom).
Hardware & Performa
Lenovo Ideapad Gaming 3i yang saya review ini merupakan varian dengan prosesor Intel Core Core i7-10750H yang memiliki enam core, delapan thread, dan TDP 45W. Bersama kartu grafis NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6, RAM 16GB DDR4-3200 (1600 MHz) dengan konfigurasi dual channel (2x 8GB), dan penyimpanan SSD berkapasitas 512GB M.2 NVMe PCIe.
Sebagai gambaran untuk menilai kemampuan kombinasi prosesor di atas, mari lihat hasil dari Cinebench R15 guna mengukur kemampuan sistem dalam rendering gambar. Software benchmark yang satu ini punya prinsip yang sama dengan software editing video seperti Adobe Premiere Pro.
IdeaPad Gaming 3i saya atur pada power mode best performace dan thermal mode performance. Pengujian sebanyak lima kali, saya mendapatkan skor CPU tertinggi 1.390 cb dan single core 210 cb. Kalau sudah melampaui angka 1.000, sudah terbilang kencang dan mencukupi sebagai laptop buat keperluan editing video.
Kalau untuk ketahanan baterainya, IdeaPad Gaming 3i dibekali baterai 45Wh. Pada pengujian, baterai ini dapat bertahan sekitar 4-6 jam untuk kebutuhan saya. Juga dilengkapi teknologi rapid charge yang dapat mengisi baterai dari 0 persen hingga 50 persen hanya dalam waktu 30 menit dan hingga 80 persen hanya dalam waktu satu jam.
Verdict
Lenovo IdeaPad Gaming 3i ini adalah mesin gaming mainstream entry-level yang secara spesifik ditujukan untuk memenuhi satu untuk para gamer dan dua untuk para content creator. Dari perspektif saya sebagai pembuat konten, IdeaPad Gaming 3i adalah laptop kerja yang cukup powerful tapi dibanderol relatif cukup terjangkau.
Ukuran layarnya luas, tata letak keyboard-nya di susun dengan baik, dan touchpad-nya juga besar. Sangat nyaman buat editing video, proses rendering-nya juga relatif cepat. Meskipun dimensi laptop, ketebalan, dan bobotnya lumayan merepotkan bagi yang punya mobilitas tinggi.
Dunia akan terus berjejaring. Dari tahun ke tahun, kultur digital semakin membaur dan meningkat di kehidupan masyarakat dunia. Pemanfaatan platform digital sudah diadopsi banyak oleh masyarakat, apalagi jika berbicara tentang bagaimana mereka terhubung satu sama lain—seperti messenger dan social networking.
Secara global, potret lanskap digital 2017 menunjukkan jumlah masyarakat Internet yang kini telah menyentuh angka di kisaran 3,7 triliun, dengan penetrasi sebesar 50% serta peningkatan 10% sejak tahun lalu. Penetrasi Internet di Asia Tenggara punya angka yang tak kalah besar, yakni sebesar 53%. Lebih mengerucut, bagaimana dengan Indonesia?
Indonesia punya tingkat penetrasi yang tergolong cukup baik dengan angka 51%, terutama dibandingkan dengan beberapa negara berkembang Asia Tenggara lainnya seperti Myanmar, Laos, dan Kamboja.
Meski boleh dianggap besar secara kuantitas, namun apakah Indonesia benar-benar siap melancarkan digitalisasi? Sebab, yang dipersoalkan di sini bukan hanya dari lingkup masyarakatnya saja, tapi juga industri. Terlebih dengan hadirnya konsep baru yang ditawarkan perusahaan teknologi asal Negeri Paman Sam, GE, dengan nama Digital Industrial, sebuah konsep teknologi yang mengintegrasikan sebuah objek fisik—yang sudah ditanam sensor—dengan jaringan nirkabel.
Terminologi tersebut dikenal sejalan dengan pengembangan teknologi yang telah diluncurkan GE bernama PREDIX, sistem operasi yang diluncurkan sekitar tahun 2015 yang secara khusus ditujukan untuk perindustrian. PREDIX disinyalir dapat memudahkan para engineer dalam menciptakan aplikasi, mengambil data dari teknologi industri dan mengirimnya ke sistem cloud untuk kemudian dianalisis.
Yang menarik adalah GE telah membuka pintu kolaborasi untuk merangkul pihak-pihak dari berbagai lapisan industri Tanah Air untuk ikut serta memajukan dunia perindustrian dan teknologi bangsa. Kerja sama strategis tersebut dilakukan bersama regulator dan pelaku industri (termasuk startup). Tiga startup potensial mendapatkan dukungan langsung dari GE, antara lain Dattabot, Fishare, dan 3i.
Dattabot, Mitra Pertama PREDIX di Dunia untuk Industri Pertanian
Sebagai perusahaan big data analytics, Dattabot turut serta membangun perekonomian Indonesia di sektor pertanian. Perusahaan yang dulunya bernama Mediatrac ini berusaha mengubah pola pikir terhadap dunia pertanian yang masih dianggap tradisional, melalui produk Internet of Things.
Ditandai dengan penandatangan MoU, GE memperlihatkan keseriusannya mendukung IIoT untuk pertanian bersama Dattabot lewat HARA, aplikasi pertanian yang dapat membantu mengembangkan agribisnis dari sisi efisiensi dan profitabilitas.
HARA adalah aplikasi IIoT pertama di Indonesia yang menggunakan platform Predix. “Dengan demikian, Dattabot bisa memahami luas sawah yang digunakan petani, real-time, jadi bisa memahami permasahan langsung meski posisinya sangat jauh lokasi tempat Anda berada,” terang CEO Dattabot Regi Wahyu.
Industrial IoT Startup Anak Bangsa yang Berpotensi Mendisrupsi Pasar
Selain itu, GE turut memperkenalkan startup-startup tanah air di bidang Industrial Internet of Things yang disinyalir mampu membuat terobosan baru di sektor perindustrian dan perikanan.
Fishare
Fishare adalah produk Internet of Things yang fokus pada kemajuan kehidupan petani ikan dengan self-farming module. “Produktivitas budidaya ikan negara kita masih tergolong rendah, dibandingkan dengan Tiongkok,” ujar CEO Fishare Marvinus Arif. Itulah salah satu latar belakang kelahiran Fishare.
Fishare menyajikan fish feeding assistant dengan sensor, di mana para petani ikan akan mendapatkan informasi secara transparan dan objektif mengenai kondisi ikan mereka, yang terlihat di smart dashboard.
3i
Bersama ungkapan “the future of maintenance”, 3i mengembangkan sensor online untuk membantu pabrikan mengurangi downtime tak terencana melalui data analytics dan machine learning. Teknologi sensor pintar 3i memudahkan pabrikan untuk melakukan pemeliharaan preventif dan prediktif; meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya operasional, sekaligus meningkatkan keuntungan perusahaan.
“Sensor ini ditanam di dalam mesin dan dihubungkan ke mobile device pengguna agar pengguna dapat melihat keadaan mesin secara real-time,” terang Gimin, CEO 3i.
Mau tidak mau dunia perindustrian Indonesia harus siap dengan digitalisasi dalam operasional mereka. Kita semua bisa melihat bagaimana teknologi dan hal-hal yang dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia (sawah, ikan, dan pabrik) dapat terkoneksi untuk membangun perekonomian negara. Maka, industri yang lebih dipandang “progresif” mestinya juga bisa mengadopsi IIoT, ‘kan?
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.
Lahirnya inovasi selalu membuat hidup tidak lagi sama. Lihat saja bagaimana Anda kini ‘mengubah’ ponsel bukan cuma sebagai peranti komunikasi, tapi menjadi ‘hidup’. Lihat juga bagaimana Anda terhubung dan berjejaring melalui inovasi media sosial. Dan yang fenomenal di beberapa tahun belakang, Anda bisa melihat bagaimana ojek sekarang menjadi pilihan utama dalam bertransportasi dengan adanya layanan on-demand.
Inovasi digital seperti ini memang dilahirkan untuk membuat gaya hidup manusia berbeda dan lebih mudah, tak terkecuali untuk kehidupan industri. General Electric (GE), sebagai perusahaan teknologi yang mencakup multi-industri, tergerak untuk turut serta mengambil lakon dalam kemajuan inovasi melalui konsep Digital Industrial.
Melalui acara bertajuk Digital Industrial Forum 2017, GE memperlihatkan bagaimana dewasa ini industri semestinya mengadopsi kemajuan-kemajuan teknologi yang menghubungkan cloud dengan smart component yang ada di tempat perindustrian. GE memperkenalkan PREDIX, sebuah platform PaaS (platform as a service) layanan cloud computing yang mendukung pengembangan aplikasi yang menggunakan data operasional untuk menggali informasi sebagai landasan pengambilan keputusan yang lebih baik, juga cepat.
Salah satu aplikasi pintar yang dibangun di dalam PREDIX adalah Digital Twin. Sederhananya Digital Twin adalah jembatan antara instrumen fisik dengan instrumen digital. “Digital Twin membantu mengenali aset fisik yang Anda miliki. Apakah ada risiko di dalamnya dan bagaimana keadaannya. Digital Twin membantu mempelajari usia dan penggunaan mesin,” ujar Vinay B. Jammu, Technology Leader and Physical-Digital Analytics General Electric, sembari langsung mendemonstrasikannya.
CT scan machine, contohnya. Saat industri kesehatan memerlukan mesin ini untuk hal-hal darurat, Digital Twin membantu mengingatkan apakah mesin ini perlu masuk fase perawatan. “Platform ini bisa diaplikasi ke wind power forecasting, construction vehicles performance, dan marine engine oil health. Baik untuk produk GE maupun non GE.”
GE juga berupaya membuktikan bahwa pola pikir digital industrial yang mereka canangkan tergolong adaptif untuk segala ranah industri.
Dalam event yang berlangsung di Fairmont Hotel ini, dihadirkan sebuah sesi perbincangan antara Luis F. Gonzalez (Chief Digital Officer General Electric Asia Pasifik) yang mewakili industri energi, David Wu (General Manager Healthcare, GE, Asia Pasifik) mewakili industri kesehatan, David Parkinson (General Manager, GEOil and Gas, Asia Pasifik) mewakili industri migas, Hardik Raithatha (Digital Growth Leader GE Renewable, Asia Pasifik) mewakili industri energi baru terbarukan, Frank Siegers (Senior Program Manager GE Aviation) mewakili industri aviasi, Jonathan Lim (Commercial Director, GE Transportation, Asia Tenggara) dan Alvin NG (General Manager , GE Digital Electric Asia Tenggara) selaku moderator. Masing-masing panelis mendemonstrasikan berbagai macam implementasi digital industrial di sektor energi, kesehatan dan transportasi.
Berlanjut setelah perbincangan hangat serta sesi tanya-jawab dengan audiens, Digital Industrial Forum menghadirkan Direktur Jenderal APTIKA Kominfo Samuel Pangarepan, yang membahas visi Indonesia secara digital pada tahun 2020, yakni 1000 startup (total valuasi Rp 150 triliun), satu juta petani dan nelayan yang go digital, serta delapan juta UKM yang go digital.
“Sampai 2016, kita sudah launch program Go Digital Vision dengan 50 teknopreneur yang sudah terlibat,” terangnya.
Teknologi baru yang dibawa GE ternyata menyentuh perekonomian akar rumput, seperti sektor pertanian, perikanan, maupun manufaktur. Hal ini diangkat pada salah satu segmen acara yang bertajuk The Pioneers; di mana GE memperkenalkan tiga startup berpotensi Indonesia yang bermain di ranah Industrial IoT; Dattabot, Fishare dan 3i.
Dattabot adalah startup big data analytics Indonesia pertama yang membangun sebuah aplikasi precision agriculture bernama HARA, yang dibangun di atas platform industrial internet dari GE Bernama PREDIX. HARA adalah sebuah field management application yang menganalisis sawah, membantu produksi pertanian meningkat hingga 80%, dan menurunkan biaya hingga 10%.
Dattabot menggunakan platform PREDIX dari GE dalam mengembangkan aplikasi untuk memahami bagian-bagian kendaraan yang rusak atau perlu dirawat segera. Fishare memerlukan GE untuk membuat self-farming module.
Selain itu, GE juga memperkenalkan dua startup lainnya yang bergerak di bidang Industrial Internet of Things (IIoT), yang disinyalir mampu mendisrupsi pasar; yakni 3i dan Fishare. 3i mengembangkan teknologi sensor online yang memudahkan pabrikan untuk melakukan pemeliharaan preventif dan prediktif melalui kemampuan data analytics dan machine learning.
Sedangkan, Fishare adalah produk Internet of Things yang fokus pada kemajuan kehidupan petani ikan dengan self-farming module.
Digital Industrial Forum ditutup oleh closing speech yang ditunggu oleh sebagian besar audiens, yakni Presiden Republik Indonesia ketiga, H.E. Prof. BJ. Habibie.
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh General Electric.