Tag Archives: 4G

Opensignal: Pengguna di Indonesia Nikmati Koneksi Internet yang Lebih Cepat via 4G Ketimbang Wi-FI

Januari 2021 lalu, jumlah pengguna internet di Indonesia berhasil menembus angka 200 juta orang berdasarkan hasil riset Hootsuite dan We Are Social. Berhubung Indonesia merupakan pasar yang mobile-first, 195,3 juta (96,4%) dari total pengguna tadi mengakses internet via ponsel, baik menggunakan jaringan seluler maupun jaringan Wi-Fi.

Secara umum, pengguna akan lebih memilih Wi-Fi karena sejumlah alasan. Yang paling utama biasanya adalah untuk menghemat kuota data, namun tidak jarang juga yang beralasan Wi-Fi menawarkan kecepatan download yang lebih tinggi daripada 4G.

Menariknya, riset terbaru yang dilakukan Opensignal menunjukkan hasil yang berbeda. Dalam skala nasional, rata-rata kecepatan download yang didapat pengguna via jaringan 4G mencapai 15,1 Mbps, atau sekitar 25% lebih tinggi daripada yang didapat menggunakan jaringan Wi-Fi — sekitar 12 Mbps, baik di jaringan publik maupun pribadi.

Seperti yang bisa dilihat pada grafik di atas, selisihnya malah lebih jauh lagi jika dibandingkan dengan MiFi atau malah 3G, dan ini pada dasarnya menunjukkan betapa pentingnya ketersediaan jaringan 4G — atau malah 5G sekalian — di area-area yang belum tercakup.

Dalam skala regional, trennya pun tidak jauh berbeda. Di 12 kawasan utama di Indonesia, kecepatan download yang pengguna dapatkan ternyata memang lebih tinggi memakai 4G ketimbang Wi-Fi. Meski begitu, selisih kecepatannya berbeda-beda di tiap daerah.

Di Papua Barat misalnya, kecepatan download via 4G tercatat 58% lebih kencang daripada via Wi-Fi (14,6 Mbps dibanding 9,2 Mbps). Namun di kawasan seperti Jakarta, selisihnya tercatat cuma 4% saja (18,1 Mbps dibanding 17,5 Mbps). Tanpa perlu terkejut, di antara 12 kawasan tadi, kecepatan download yang pengguna dapatkan di Jakarta ini memang adalah yang tertinggi, baik untuk jaringan 4G maupun Wi-Fi.

Satu hal yang pasti, Opensignal menyimpulkan bahwa pengguna internet di Indonesia sekarang dapat menikmati koneksi internet yang lebih cepat ketimbang tiga tahun lalu. Dibandingkan hasil analisis serupa yang mereka lakukan di tahun 2018, kecepatan download rata-rata menggunakan Wi-Fi kini lebih kencang 50%, sementara kecepatan download menggunakan 4G malah sekitar 65% lebih tinggi.

Sumber: Opensignal. Gambar header: Mika Baumeister via Unsplash.

[Review]Vivo V21 4G vs V21 5G: Smartphone Kembar namun Berbeda “Jeroan”

Pada kuartal kedua tahun 2021, Vivo meluncurkan dua perangkat baru pada seri V. Kedua smartphone tersebut adalah Vivo V21 dan Vivo V21 5G. Jika dilihat dari penampilannya, kedua perangkat ini terlihat sama saja. Selain konektivitas 5G, apa yang menjadi pembeda dari kedua perangkat tersebut?

Saat sedang melakukan pengujian Vivo V21 5G, tiba-tiba Vivo juga menawarkan perangkat Vivo V21 4G untuk diuji. Saya pun juga langsung tertarik ingin membandingkan kedua perangkat tersebut. Beberapa rekan juga sering menanyakan perbedaan antara kedua perangkat tersebut. Dari pada saya harus menjelaskan satu per satu, lebih baik saya langsung bandingkan saja pada artikel ini.

Tentu saja, SoC kedua perangkat ini berbeda karena konektivitasnya terhadap jaringan yang baru di mulai di Indonesia tersebut. Untuk 5G, Vivo memercayakan SoC dari Mediatek. Sedangkan untuk versi 4G, Vivo menggunakan SoC buatan Qualcomm. Berikut adalah spesifikasi lengkap dari kedua perangkat yang saya dapatkan

Vivo V21 4G Vivo V21 5G
SoC Snapdragon 720G Dimensity 800U
CPU 2×2.3 GHz Kryo 465 Gold & 6×1.8 GHz Kryo 465 Silver 2×2.4 GHz Cortex-A76 & 6×2.0 GHz Cortex-A55
GPU Adreno 618 Mali-G57 MC3
RAM 8 GB
Internal 128 GB
Layar 6,44 inci 2400×1080 AMOLED (90Hz untuk 5G)
Dimensi 161.24 x 74.37 x 7.38 mm 159.68 × 73.90 × 7.29 mm
Bobot 171 gram 176 gram
Baterai 4000 mAh
Kamera Utama: 64/16 MP, Wide: 8 MP, Macro; 2 MP, Selfie: 44 MP
OS Android 11 dengan FunTouch OS 11.1

Pemindaian yang dilakukan pada CPU-Z, AIDA 64, dan Sensor Box adalah seperti di bawah ini (kiri adalah V21 4G dan kanan merupakan V21 5G)

Jika dilihat, maka Vivo V21 5G merupakan perangkat pertama di Indonesia yang menggunakan Dimensity 800U. Sedangkan untuk versi 4G, Vivo masih memilih Snapdragon 720G yang saat ini memang memiliki kinerja yang 11-12 dibandingkan dengan Snapdragon 732G.

Unboxing

Kedua perangkat ternyata memiliki isi kotak penjualan yang sama. Berikut adalah isinya

Desain

Dua saudara kembar ini memang didesain cukup cantik oleh Vivo. Selain ramping dan ringan, keduanya memang memiliki bentuk yang tidak bulky. Jika diletakkan berbarengan, maka kita tidak akan tau mana yang versi 4G dan 5G. Untuk unit yang saya dapatkan, pada V21 4G memiliki warna Roman Black dan yang 5G berwarna Dusk Blue.

Layar kedua perangkat memiliki resolusi 2400×1080 pada layar dengan dimensi 6,44 inci. Kedua smartphone ini sudah menggunakan layar dengan jenis Super AMOLED. Sayang memang, tidak ada informasi apakah keduanya sudah menggunakan pelindung seperti Gorilla Glass atau belum. Oleh karena itu, saya sangat menyarankan kepada para pemiliknya untuk melepas lapisan anti gores bawaan dan menggantinya dengan tempered glass atau hydrogel.

Pada bagian belakangnya akan ditemukan sebuah ruang kotak dengan tiga buah kamera dan sebuah LED Flash. Kamera utama dengan 64 MP berada pada sisi kanan atas. Kamera ultrawide ada pada bagian kiri serta kamera makro ada pada sebelah kanan. Pada bagian bawah akan ditemukan sebuah LED flash.

Tombol-tombol juga menjadi pembeda pada kedua smartphone dari Vivo ini. Pada Vivo V21 akan ditemukan tombol volume dan power pada sisi sebelah kanannya. Pada sisi yang sama di Vivo V21 5G juga ditemukan tombol yang sama, yaitu volume dan power.

Pada bagian kiri dari Vivo V21 bisa ditemukan slot SIM dan microSD, namun pada V21 5G tidak akan ditemukan slot apa pun. Pada bagian bawah dari Vivo V21 4G ditemukan port audio 3.5 mm, microphone, port USB-C, dan speaker. Berbeda dengan Vivo V21 5G yang menempatkan slot SIM hybrid di bagian bawahnya, diikuti dengan microphoneport USB-C, dan speaker. Tidak ditemukan port audio 3,5 mm pada V21 5G.

Kedua unit yang saya dapatkan sudah menggunakan sistem operasi Android 11. Antar muka yang digunakan juga sudah yang paling baru, dengan FunTouch OS 11.1. Pada antar muka terbarunya ini, Vivo tidak lagi menggunakan swipe ke atas untuk quick menu, melainkan untuk membuka app drawer. Jadi, saat ini pengalaman pada FunTouch OS sudah mirip dengan launcher bawaan Android 11.

Extended RAM

Kedua Vivo V21 juga sudah dilengkapi dengan fitur Extended RAM. Fitur ini sendiri sama dengan virtual memory yang selama ini digunakan pada perangkat komputer pada sistem operasi Windows dan Linux. Dengan fitur ini, pengguna bisa memakai ruang 3 GB pada penyimpanan internal untuk diisi dengan cache sehingga bisa menjalankan lebih banyak aplikasi dan melancarkan multitasking. Vivo sendiri mematok hanya 3 GB saja untuk melebarkan memory perangkatnya.

Satu hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa fitur ini bisa mengurangi masa hidup dari penyimpanan internalnya. Seperti yang kita ketahui bahwa penyimpanan internal sebuah smartphone masih menggunakan NAND chip yang memiliki kuota penulisan/penulisan. Pihak Vivo pun mengatakan bahwa saat RAM tidak penuh, ruang Extended RAM tidak akan digunakan, sehingga penulisan pada ruang internal tidak akan terlalu sering.

Konektivitas

Hingga saat ini, saya belum mengetahui apakah Vivo V21 5G yang saya pegang sudah terbuka atau belum jaringan 5G-nya. Hal tersebut dikarenakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga cukup sulit untuk datang ke tempat yang memiliki titik 5G. Sebelum PPKM, saya juga sudah mencoba ke Pondok Indah Mall 2, namun ternyata perangkat ini belum dibuka jaringan 5G-nya.

Untuk jaringan 4G-nya, kedua smartphone ini mendukung band yang sama, yaitu 1, 3, 5, 8, dan 40. Pada saat jaringan 5G pada Vivo V21 5G dibuka, perangkat ini akan mendukung n1/n3/n7/n8/n28/n40/n41/n78, yang berarti dapat digunakan pada jaringan Telkomsel dan juga Indosat. Oleh karena itu, pengguna tidak lagi harus mengganti perangkat saat 5G sudah merata di Indonesia.

Kedua perangkat ini juga sudah memiliki NFC dan memiliki fitur untuk menyalin kartu ID yang tidak terenkripsi. Selain itu, perangkat ini juga sudah memiliki bluetooth versi 5.1. Untuk pemindaian lokasi, kedua perangkat juga sudah mendukung GPS, BEIDOU, GALILEO, dan GLONASS. Kedua Vivo V21 juga sudah memiliki konektivitas ke WiFi 5 GHz yang lebih kencang dibandingkan dengan jaringan 2,4 GHz.

Kamera: ISOCELL 2.0

Spesifikasi kamera yang terpasang pada kedua perangkat sepertinya sama. Vivo sendiri tidak memberikan informasi spesifik mengenai sensor mana yang digunakan. Akan tetapi, kedua Vivo V21 sudah menggunakan teknologi ISOCELL 2.0 dari Samsung. ISOCELL 2.0 sendiri akan meningkatkan penyerapan cahaya yang ditangkap saat mengambil foto.

Kamera utama dari kedua perangkat memang menghasilkan gambar yang bagus. Akan tetapi, sepertinya keduanya memiliki tone warna yang berbeda. Keduanya memiliki noise yang cukup sedikit serta detail yang juga bagus. Hasilnya bisa diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari.

Berikut adalah hasil dari Vivo V21 5G dan V21 4G

Hasil dari kamera ultrawide yang ada memang tidak sebaik kamera utamanya. Walaupun begitu, hasilnya masih bisa diandalkan saat berfoto dengan tingkat cahaya yang baik. Noise-nya sendiri cukup baik untuk ukuran kamera ultrawide, dan detail yang dihasilkan juga lumayan baik.

Untuk kamera makro, well, hanya memiliki resolusi 2 MP. Jadi hasilnya juga bisa dibilang “seadanya” saja.

Untuk kamera selfie, Vivo menanamkannya dengan resolusi 44 MP. Hasil fotonya pun juga bagus. Detail yang terambil juga bagus serta tingkat ketajamannya yang bisa diandalkan. Warna yang dihasilkan juga cukup alami.

Pengujian

Vivo V21 5G menggunakan cip 5G baru dari Mediatek, yaitu Dimensity 800U. SoC ini sendiri menggunakan dua core kencang Cortex A76 dengan kecepatan 2.4 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah Cortex A55 dengan kecepatan 2 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Mali-G57 MC2 buatan ARM dengan kecepatan 850 MHz.

Untuk Vivo V21 masih menggunakan Snapdragon 720G. SoC ini sendiri menggunakan dua core kencang Kryo 465 Gold (Cortex A76) dengan kecepatan 2.3 GHz. Enam inti prosesor lainnya adalah  Kryo 465 Silver (Cortex A55) dengan kecepatan 1.8 GHz dan tentunya menggunakan daya yang lebih rendah dari dua inti pertama. Grafisnya menggunakan Adreno 618 dengan kecepatan 750 MHz.

Kedua SoC memang memiliki kinerja yang cukup tinggi. Akan tetapi saat melihat spesifikasinya, clock dari Dimensity 800U lebih unggul pada cluster performa sebanyak 100 MHz dan juga pada clock GPU-nya. Namun untuk mengetahui kinerjanya tentu harus dibuktikan dengan sejumlah pengujian. Saya menggunakan dua metode dalam menguji SoC dari realme 8 5G ini, yaitu dengan bermain game serta benchmark sintetis.

Bermain game

Dalam bermain game, keduanya memiliki kinerja yang cukup mirip. Dua-duanya juga akan mampu menjalankan semua game yang ada pada Google Play. Tentunya, SoC yang cukup kencang seperti ini akan digunakan oleh kebanyakan orang untuk memainkan aplikasi hiburan tersebut.

Dalam menguji perangkat ini untuk bermain, saya menggunakan satu  game yang saat ini sedang ramai diperbincangkan serta memiliki grafis yang dapat dibilang sangat berat. Game tersebut adalah Genshin Impact. Untuk menguji perangkat ini, saya bermain selama 30 menit dengan setting lowest dan menggunakan framerate 60 fps.

Pada Vivo V21 5G, Genshin dapat dijalan dengan rata-rata framerate 43 fps. Untuk Vivo V21, saya dapat menjalankan game dengan rata-rata framerate di 40 fps. Tentunya dengan perolehan framerate seperti ini, game tersebut dapat dimainkan dengan cukup nyaman.

Sayangnya, GameBench sepertinya belum mendukung Funtouch 11.1. Hal tersebut dapat terlihat dari tidak dapatnya aplikasi ini untuk diaktivasi melalui komputer. Oleh karena itu, sayangnya, saya hanya bisa menampilkan hasil uji dari benchmark sintetis saja

Untuk Bekerja

Dengan menggunakan dua SoC yang memiliki kinerja baik seperti Dimensity 800u serta Snapdragon 720G, sepertinya tidak perlu lagi diragukan saat menggunakannya untuk bekerja. Jujur saja, pengujian ini memang memakan waktu paling lama karena saya harus menggunakan aplikasi Trello, Slack, GMail, Whatsapp, Facebook, serta Chrome yang selalu saya gunakan sehari-hari.

Hasilnya, seperti kebanyakan perangkat Android yang sudah saya uji, tidak ditemukan masalah sama sekali. Apalagi pada Vivo V21 5G yang sudah mendukung 90 Hz, membuat mata saya nyaman saat menggunakannya selama beberapa hari. Akan tetapi, hal tersebut tentu akan menguras baterainya.

Benchmarking

Pada pengujian kali ini, saya akan menghadirkan kembali beberapa SoC yang hadir pada rentang harga tiga jutaan. Chipset yang saya hadirkan adalah Snapdragon 732G, serta Mediatek Helio G95. Hal ini tentu saja hanya sekedar untuk membandingkan kinerja dari tiap-tiap chipset. Walaupun konfigurasi tiap perangkat berbeda, namun pada akhirnya pengguna akan mendapatkan gambaran bagaimana kinerja dari sebuah smartphone secara utuh.

Berikut adalah hasilnya

Uji baterai 4000 mAh

Untuk menghadirkan uji baterai, Vivo V21 5G saya set pada refresh rate 60 Hz. Hal ini untuk membandingkan langsung baterai 4000 mAh yang ada di kedua perangkat pada setting yang sama. Perangkat ini sendiri sudah menggunakan layar FHD+ yang sudah pasti bakal memakan daya baterai.

Dengan menggunakan video MP4 dengan resolusi 1080p yang diputar secara terus menerus, Vivo V21 5G bisa bertahan hingga 18 jam 11 menit dan Vivo V21 mencapai lebih lama lagi, yaitu 20 jam 25 menit. Saat sudah mencapai 0%, saya langsung mengisi baterainya dengan menggunakan charger bawaan. Kedua perangkat dapat diisi hingga penuh dalam waktu sekitar 1 jam.

Verdict

Dengan hadirnya jaringan 5G di Indonesia tentu saja membuka harapan baru untuk dapat terkoneksi internet dengan kecepatan tinggi. Namun dilain pihak, jaringan 4G sudah lebih merata dan sudah cukup untuk mobilitas sehari-hari. Untuk menghadirkan pemecahan masalah tersebut, Vivo pun mengeluarkan dua buah smartphone yang ada pada keluarga yang sama, yaitu Vivo V21 dan Vivo V21 5G.

Kinerja kedua perangkat ini memang dapat diandalkan untuk kebutuhan sehari-hari. Dimensity 800u memang sedikit lebih unggul dari Snapdragon 720G, namun keduanya sudah cukup untuk menjalankan game berat yang saat ini tersedia pada Google Play. Aplikasi-aplikasi lainnya seperti untuk melakukan editing video dan gambar juga dapat berjalan dengan baik pada kedua perangkat tersebut.

Kamera dari kedua smartphone juga memiliki hasil tangkapan yang cukup baik. Hasil tangkapannya dapat diandalkan untuk menyimpan momen sehari-hari. Kamera depannya pun juga bisa digunakan dengan baik saat mengambil gambar selfie. Perangkat ini juga memiliki NFC yang mampu mengisi kartu uang elektronik secara instan tanpa perlu ke ATM serta menyalin kartu ID Anda.

Vivo V21 5G dijual dengan harga Rp. 5.799.000 dan untuk versi 4G-nya dijual pada harga Rp. 4.399.000 saja. Untuk mendapatkan konektivitas 5G, rentang harganya adalah Rp. 1.400.000. Hal tersebut tentunya harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pengguna, apakah membutuhkan future proof 5G atau cukup dengan 4G saja.

Sparks

  • Kedua smartphone memiliki kinerja yang tinggi
  • Refresh rate 90 Hz pada Vivo V21 5G
  • Kamera pada kedua perangkat menghasilkan gambar yang bagus
  • FunTouch 11.1 yang cukup responsif
  • NFC bisa menyalin kartu yang tidak dienkripsi
  • Daya tahan baterai yang cukup panjang
  • Kamera selfie yang tajam

Slacks

  • Speaker masih mono
  • Vivo V21 5G tidak memiliki port audio 3.5 mm
  • Layar tidak memiliki lapisan pelindung
  • Vivo V21 5G masih terkunci 5G-nya
Chief Technical Officer Hutchison 3 Indonesia Desmond Cheung / H3I

Agresif Ekspansi dan Transformasi Jaringan, Hutchison 3 Indonesia Bersiap Gelar 5G

Di paparan studi ITB tahun lalu, layanan 5G diperkirakan komersial secara penuh paling cepat pada akhir 2021. Salah satu operator memang telah meluncurkan layanan 5G baru-baru ini, tetapi penggunaannya masih terbatas pada cakupan kota dan perangkat tertentu.

Pemerintah juga sebetulnya masih memiliki banyak PR untuk mengakomodasi kebutuhan operator telekomunikasi dalam menggelar 5G. Sembari menanti hal ini terealisasi, operator sudah mulai mempersiapkan infrastruktur jaringannya untuk menyambut teknologi telekomunikasi generasi kelima tersebut.

Di antaranya adalah PT Hutchison 3 Indonesia (Tri) yang tengah mentransformasikan jaringannya selama beberapa tahun terakhir. Chief Technical Officer H3I Desmond Cheung memamparkan rencana ekspansi jaringan dan pandangan lebih dalam terkait 5G secara eksklusif dengan DailySocial.

Ekspansi jaringan berkelanjutan

Meski telah komersial sejak 2014, penetrasi 4G baru mencapai 73% pada 2019 sebagaimana dilaporkan Katadata. Kondisi geografis Indonesia masih menjadi salah satu tantangan terbesar. Namun, operator telekomunikasi harus dapat memenuhi kebutuhan jaringan seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna smartphone. Kemkominfo mencatat penetrasi smartphone mencapai 89% atau 167 juta dari total populasi Indonesia.

Desmond mengungkapkan, sejak 2019 pihaknya telah menambah jaringan 4G hingga dua kali lipat. Penambahan ini sudah termasuk perluasan cakupan jaringan ke wilayah luar Pulau Jawa, seperti Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah. Bahkan baru-baru ini, H3I juga menambah lebih dari 200 hotspot di Jabodetabek, Jawa Barat, Bali, dan Nusa Tenggara.

Awal tahun ini, ungkapnya, H3I telah mengomersialisasikan jaringan seluler di Sulawesi Tengah yang disebut dapat menjangkau sebanyak 1,5 juta populasi di lima kota dan kabupaten, seperti Palu, Sigi, Donggala, Parigi, Moutong, dan Poso. Saat ini, pihaknya tengah fokus menyelesaikan rollout jaringan 4G di 70 desa pada akhir Oktober.

H3I telah menjangkau sebanyak 80% dari total populasi Indonesia. Per Desember 2020, H3I tercatat sudah membangun lebih dari 44.000 BTS 4G di seluruh Indonesia. Sementara, per Maret 2021 H3I telah memiliki sebanyak 39,8 juta pengguna.

“Kami terus mengembangkan BTS 4G untuk menyediakan konektivitas broadband di daerah terpencil dan kepulauan Indonesia. Ini adalah salah satu komitmen kami mendukung program pemerintah untuk mengakselerasi transformasi digital di daerah 3T. Kami akan terus memperkuat kapasitas jaringan kami di daerah dense dan yang memiliki trafik tinggi,” jelasnya.

Transformasi jaringan untuk kesiapan 5G

Meski belum ada ketok palu mengenai penetapan frekuensi 5G dan aturan turunannya, operator sudah mulai melakukan mentransformasikan infrastruktur jaringannya. Desmond mengungkap bahwa H3I juga telah melakukan transformasi besar-besaran sembari menanti komersialisasi 5G secara serentak.

“Kami melakukan peningkatan jaringan pada Core, lalu mentransformasikan jaringan PS Core ke Control and User Plane Separation (CUPS) pada arsitektur jaringan terdistribusi kami. Transformasi ini dilakukan untuk lebih jauh memperpendek latensi 5G,” jelasnya.

Selain itu, pihaknya juga melakukan transformasi pada jaringan Transport dengan Segment Routing IPv6. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan jaringan protokol, mengotomatisasi ketersediaan layanan, hingga meningkatkan konsistensi jaringan sehingga dapat memenuhi permintaan kapasitas tinggi di 5G sebagai Ultra-Reliable Low Latency Services (URLLC).

Menurut Desmond, pihaknya berupaya secara efisien untuk melayani permintaan layanan data dengan ketersediaan spektrum saat ini. Pihaknya mengoptimalkan spektrum yang ada untuk meningkatkan kapasitas jaringan. Desmond mengklaim H3I sebagai operator seluler yang memiliki tingkat efisiensi penggunaan spektrum tertinggi dibanding operator seluler lainnya di Indonesia.

Hanya saja, spektrum yang ada belum cukup untuk menggelar 5G. Untuk dapat memberikan kecepatan data 5G, teknologi ini membutuhkan bandwith lebih besar dari spektrum baru. Maka itu, ketersediaan spektrum 5G baru, terutama di 3.500MHz yang dipilih sebagai frekuensi emas, sangat penting untuk mempercepat pengembangan 5G di Indonesia

“Sebelum frekuensi emas ini mendapatkan lisensi resmi untuk 5G, kami akan terus mentransformasikan jaringan kami untuk kesiapan 5G sehingga nantinya akan menjadi salah satu operator yang lebih dulu memimpin penyelenggaraan 5G,” papar Desmond.

Dukungan pemerintah pada penyelenggaraan 5G

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, 5G diyakini dapat mentransformasikan berbagai aspek kehidupan, mulai dari kegiatan sehari-hari, bisnis, hingga cara industri beroperasi. Hal ini karena teknologi 5G mampu menghubungkan jutaan perangkat dengan kecepatan tinggi dan latensi rendah yang dimilikinya.

Desmond menilai operator seluler punya peluang untuk menghadirkan Enhanced Mobile Broadband (eMBB) untuk pasar consumer. Bentuk pemanfaatannya, misalnya, adalah layanan VR/AR dan video streaming 8K. Dengan berbagai use case ini, operator dapat menghasilkan sumber pendapatan baru dari segmen pasar baru, yaitu korporat dan industrial.

“5G akan menjadi enabler bagi sektor manufaktur, kesehatan, agrikultur, atau pendidikan. Tak hanya itu, 5G dapat dimanfaatkan untuk mengadopsi smart city di ranah transportasi, keamanan publik, dan pelayanan publik. Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, jarak menjadi tantangan besar dan 5G bisa mengatasi tantangan itu,” jelasnya.

Kendati demikian, dari segala asas manfaat yang diberikan, tak dimungkiri implementasi 5G membutuhkan banyak pertimbangan. Pertama, soal besarnya investasi yang dikeluarkan. Menurutnya, banyak infrastruktur jaringan yang harus dibangun dan beberapa elemen jaringan harus di-upgrade. Maka itu, menurunkan elemen pada biaya pembangunan akan membantu operator telekomunikasi untuk mengakselerasi pembangunan 5G.

“Pemerintah punya peran besar untuk mengatasi isu ini. Melalui UU Cipta Kerja, dan ini adalah regulasi turunan, pemerintah telah memberikan dukungan untuk menciptakan efisiensi di industri telekomunikasi. Regulasi ini dapat mengizinkan berbagi jaringan di antara operator seluler, termasuk berbagi infrastruktur pasif dan aktif, serta transfer spektrum,” ujar Desmond.

Selain UU Cipta Kerja, Desmond juga menilai bahwa pemerintah sebetulnya dapat membantu lebih banyak memfasilitasi operator seluler dan industri dalam memahami kebutuhan pasar 5G. Menurutnya, upaya ini akan sangat dibutuhkan alih-alih cenderung banyak mempromosikan 5G dengan berbagai use case bermanfaat, seperti telemedicine atau smart farming.

“Demi membantu industri seluler melakukan kick start di 5G, pemerintah mungkin dapat mempertimbangkan untuk menurunkan biaya spektrum 5G. Hal ini terutama pada tahap awal selama beberapa tahun ke depan ketika demand 5G belum besar. 5G akan membutuhkan peningkatan signifikan pada kapasitas transport dan aspek infrastruktur jaringan lainnya. Artinya, license fee mungkin dapat diubah tanpa membebankan industri,” tambahnya.

Belum lagi bicara kesiapan kesiapan ekosistem yang menjadi kunci utama untuk membuat 5G lebih accessible untuk siapapun, baik consumer maupun enterprise. Ekosistem 5G akan selalu dikaitkan pada ketersediaan perangkat dan aplikasi untuk penggunaan berbagai macam use case. Desmond menekankan pentingnya kerja sama dari para pemangku kepentingan di berbagai level dan lintas industri untuk mengawal pengembangan ekosistem 5G dari awal.

“Tak cuma operator dan dukungan pemerintah, pengembangan 5G butuh kerja sama yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pabrik manufaktur perangkat, pengembang software, hingga penyedia konten. Pemerintah sudah meletakkan pondasi yang bagus untuk mengakselerasi pengembangan infrastruktur broadband. Kami yakin ini dapat menekan gap digital dan konektivitas di Indonesia.”

Teknologi Ekspansi Memori Hadir pada OPPO A74 5G dan Reno 5F

Bagi Anda pengguna OPPO A74 5G dan Reno5 F yang merasa kekurangan RAM tampaknya segera terbebas dari rasa khawatir. Pasalnya, setelah meluncurkan fitur yang bernama Memory Expansion pada perangkat A74 4G dan disusul perangkat Reno5 dan Reno5 5G, kali ini OPPO Kembali membawa teknologi ini untuk perangkat A74 5G dan Reno5 F. Tentunya, teknologi ini akan membuat sebuah smartphone tidak lagi kekurangan memori (RAM) saat sedang digunakan.

“Kami telah menerima tanggapan yang luar biasa semenjak peluncuran awal fitur ini sehinggaa membuat sangat antusias untuk membawa teknologi ekspansi memori inovatif kami ke perangkat OPPO yang lebih luas,” kata Aryo Meidianto A, PR Manager OPPO Indonesia. “OPPO berupaya untuk memberikan penigkatan kinerja yang kompetitif dan pengalaman baru yang berpusat pada pengguna kepada pengguna kami, maka dari itu kami membawa teknologi ekspansi memori pada dua perangkat lainnya, A74 5G dan Reno5 F.”

Teknologi memory expansion pada OPPO akan membuat ruang kosong pada penyimpanan internal menjadi virtual RAM. Teknologi ini sendiri sebenarnya juga sudah hadir pada sistem operasi Windows di PC dan saat ini diterapkan oleh OPPO pada smartphone mereka yang terbaru. OPPO juga memberikan kebebasan untuk menyesuaikan besar volume RAM virtual yang nantinya akan digunakan dengan pilihan mulai dari 2 GB, 3GB, dan 5GB.

Teknologi ini sendiri nantinya juga akan meningkatkan kinerja smartphone OPPO saat digunakan sehari-hari. Hal utama yang akan terasa lebih lancar dengan hadirnya memory expansion adalah multitasking. Selain itu, mereka yang suka mengambil konten video juga bakal mendapatkan keuntungan karena saat melakukan editing membutuhkan ruang memori yang besar. Bermain game berat juga nantinya akan terasa lebih ringan karena smartphone akan lebih bisa menyimpan data grafis sementara dengan lebih banyak.

Mengaktifkan fitur memory expansion juga cukup mudah dimana Anda tinggal masuk ke Setting perangkat OPPO yang Anda gunakan, setelah itu klik bagian About Phone. Lalu pada layar tersebut, klik pada bagian RAM. Pada layar tersebut, Anda bisa dengan leluasa mengaktifkan dan memilih besar volume RAM virtual yang diinginkan. Semakin besar volume yang dipilih, semakin banyak pula aplikasi yang dapat dijalankan di background.

Fitur yang satu ini nantinya akan dihadirkan melalui update over the air atau OTA. Pengguna tinggal melakukan update langsung dari smartphone tersebut dan tidak perlu datang ke pusat servis OPPO. Untuk Reno 5 (4G, 5G, dan F) akan mendapatkan pembaruan firmware pada bulan Juni 2021. Untuk OPPO A74 4G dan 5G, ternyata pembaruan firmware-nya sudah tersedia saat ini.

Smartfren Technology Update 2020: Tingkatkan Kapasitas dan Jangkauan

2020 merupakan tahun yang sangat berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun ini, kegiatan bekerja dan sekolah di rumah diperkenalkan dan dijalankan dengan terpaksa. Oleh karena itu, kebutuhan internet menjadi lebih besar. Sementara itu, kepemilikan internet berbasis kabel pada setiap rumah belum banyak dimiliki.

Smartfren sebagai salah satu penyedia layanan internet berbasis seluler pun menjadi salah satu pilihan. Smartfren mencatat terjadi peningkatan traffic di berbagai wilayah operasional, dengan kenaikan tertinggi di wilayah-wilayah pemukiman. Oleh karena itu, Smartfren terus melakukan peningkatan kapasitas, coverage serta optimasi jaringan.

Kenaikan lalu lintas data internet Smartfren pada paruh kedua 2020 ternyata mencapai 24 % dibanding paruh pertama. Kenaikan traffic terbesar terjadi di Samarinda mencapai 58%, kemudian Semarang mencapai 38% dan Balikpapan mencapai 36%. Smartren juga melakukan penambahan kapasitas jaringan yang kini sudah meningkat 29% sekaligus perluasan coverage 4G yang sudah mencapai 21% secara nasional.

Smartfren Tech update 2020

“Sekarang kita sudah mengoptimasi 42% dari keseluruhan network, dan masih terus bertambah. Selain itu kami juga menerapkan berbagai teknologi yang memungkinkan akses internet berkecepatan tinggi,” jelas Munir Syahda Prabowo, VP Technology Relations and Communications Smartfren. Pada sisi teknologinya, saat ini Smartfren telah menerapkan sejumlah teknologi pada seluruh aspek network, yaitu multiple carrier, milimeter wave, small cell, 4×4 MIMO, Beam Forming, Full Duplex, serta 256 QAM.

Pada sisi produk, Smartfren memiliki teknologi eSIM terbaru. Teknologi ini baru diterapkan pada smartphone Samsung dan yang pasti, iPhone. Untuk menggunakan eSIM, pengguna hanya harus melakukan pemindaian kode QR saja dan langsung bisa terhubung ke network Smartfren. Teknologi ini juga memungkinkan iPhone generasi baru untuk bisa terhubung dengan dua operator seluler.

Kemana VoWiFi?

Bagi Anda yang belum tahu, saat ini Smartfren sudah memiliki teknologi yang bernama VoWiFi. Teknologi ini memungkinkan penggunanya untuk tetap dapat melakukan panggilan dan menerima SMS saat tidak ada sinyal dari jaringan Smartfren, asalkan terhubung dengan WiFi. Saat ini, hanya iPhone dan smartphone dari Xiaomi saja yang bisa menggunakan VoWiFi dari Smartfren dengan lancar. Mengapa?

Ternyata, Smartfren sendiri belum secara resmi meluncurkan teknologi VoWiFi tersebut. Pak Munir mengatakan bahwa secara network dari Smartfren sudah tidak ada masalah. Namun belum resminya VoWiFi dari Smartfren disebabkan oleh dua hal.

VoWiFi Xiaomi - Extra

Yang pertama adalah sesuai dengan undang-undang atau aturan dari pemerintah Indonesia. Smartfren juga masih menunggu karena WiFi belum dinyatakan sebagai sarana carrier yang diformalkan oleh pemerintah Indonesia untuk menjadi carrier dalam telekomunikasi.

Alasan kedua yang menyebabkan Smartfren belum meresmikannya adalah karena komunikasi melalui aplikasi pihak ketiga lebih diminati. Aplikasi seperti Whatsapp, Skype, dan lain sebagainya saat ini sudah bisa digunakan untuk melakukan panggilan suara langsung saat terhubung dengan WiFi. Hal ini yang harus dilihat untuk mengetahui tren kedepannya.

Oleh karena itu, Pak Munir mengatakan bahwa pihak Smartfren juga harus menunggu. Jika memang nanti VoWiFi cukup bagus dan bisa diterima masyarakat serta pemerintah Indonesia juga sudah meresmikannya, dari sisi Smartfren sudah tidak ada masalah lagi. Smartfren juga akan langsung menjalankannya.

5G di Indonesia

Studi ITB: 5G Diprediksi Meluncur Paling Cepat pada 2021

Studi terbaru dari Institut Teknologi Bandung (ITB) memperkirakan jaringan 5G di Indonesia baru dapat dirilis secara komersial paling cepat pada akhir 2021.

Konsultan PT LAPI ITB Ivan Samuels mengatakan, perkiraan ini berdasarkan dua skenario, yakni (1) skenario dasar dengan asumsi spektrum kunci 5G dapat dirilis dari 2021-2023; dan (2) skenario agresif dengan asumsi seluruh spektrum 5G dapat tersedia di akhir 2021.

Adapun sejumlah spektrum kunci yang ditargetkan untuk 5G antara lain 2,3GHz dapat tersedia pada 2021; spektrum 2,6GHz, 26GHz, dan 28GHz tersedia pada 2022; dan spektrum 3,5GHz dan 700MHz tersedia pada 2023.

Dalam paparannya, Ivan menyebutkan studi ini menawarkan delapan rekomendasi kebijakan utama dalam rangka mempercepat penerapan 5G di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah memasukkan 5G sebagai Agenda Prioritas Nasional serta meluncurkan Rencana Pita Lebar dan Konektivitas Nasional (2021-2025).

Spektrum merupakan salah satu agenda utama yang kerap disoroti oleh pemerintah dan pemangku kepentingan (stakeholder). Pasalnya, beberapa spektrum emas untuk menggelar 5G masih jauh dari ketersediaan.

Misalnya, frekuensi 700MHz (low band) digadang menjadi spektrum ’emas’ untuk menggelar 5G. Saat ini, spektrum tersebut masih dipakai untuk siaran TV analog dan direncanakan migrasi ke TV digital di 2022. Global System for Mobile Communications (GSMA) memprediksi perekonomian Indonesia berpotensi rugi $10,5 miliar atau sekitar Rp142,9 triliun jika tidak menggelar 5G di 700MHz.

Sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, yakni Malaysia, Filipina, dan Singapura telah menyelesaikan proses untuk mematikan layanan televisi analog mereka. Sehingga frekuensi yang sebelumnya digunakan untuk siaran TV analog, dapat digunakan operator untuk memperkuat layanan 4G-nya dan menguji jaringan percontohan 5G.

Dinamika 5G di Asia Tenggara
Sumber: Axiata Group / Diolah kembali oleh DailySocial

Sementara itu, laporan ITB menyebutkan bahwa implementasi 5G secara agresif di Indonesia dapat menambah Rp2.874 triliun bagi perekonomian negara secara kumulatif dari 2021-2030 atau setara 9,5 persen dari PDB, dan Rp3.549 triliun di 2035 atau setara 9,8 persen dari PDB.

The first step is the hardest step. Ini menjadi tantangan kami untuk menyiapkan perencanaan strategis ke depan. Metode [penggelaran 5G] juga menjadi tantangan lain karena butuh biaya besar untuk deployment dibanding teknologi sebelumnya,” ungkap Ivan pada sesi webinar yang digelar Axiata Group, Qualcomm, dan Asosiasi Penyelanggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI).

Delapan rekomendasi di atas akan dibahas secara paralel oleh 5G Task Force Indonesia yang dibentuk Kominfo pada 2019. Pembentukan Task Force ini terdiri dari beberapa grup yang mana juga melibatkan para pakar untuk memberi masukan.

Kepala 5G Task Force Indonesia Denny Setiawan menargetkan dokumen resmi Task Force ini dapat masuk pada akhir 2021. Pihaknya menargetkan dapat menggelar co-existing trial di spektrum 3,5GHz pada Oktober mendatang.

“Kami sudah menerapkan kebijakan teknologi netral. Nah, jika ekosistem sudah siap ekosistemnya, operator bisa langsung gelar 5G di spektrum existing,” ujar Denny pada kesempatan sama.

Belajar dari kegagalan migrasi 2G, 3G, dan 4G

Lebih lanjut, Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika (SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika Ismail juga mengungkap empat hal utama yang menjadi agenda prioritas pemerintah untuk mempercepat penggelaran 5G.

Keempat agenda ini antara lain adalah kebijakan strategis, diikuti infrastruktur 5G (jaringan, infrastruktur pasif, dan spektrum), ekosistem 5G, dan kebijakan implementasi 5G (uji coba, regulasi, model bisnis).

“Beberapa merupakan isu lama yang perlu segera diselaraskan mengingat infrastruktur 5G butuh kerapatan BTS yang tinggi. Untuk mendapatkan kualitas maksimal, semua juga bergantung pada ketersediaan spektrum. Baiknya operator punya spektrum [untuk gelar 5G] yang lengkap, dari lower, middle, dan high band,” katanya.

Berkaca dari kesalahan saat Indonesia migrasi teknologi (dari 2G ke 3G, 3G ke 4G), ungkapnya, pemerintah berupaya menghindari kegagalan pasar, baik dari supply maupun demand. “Kami tidak ingin pada akhirnya operator telekomunikasi menghabiskan biaya besar,” ungkap Ismail.

Menurutnya, saat migrasi teknologi tersebut, industri telekomunikasi hanya mempersiapkan infrastruktur di belakang infrastruktur penunjang. Alhasil, kualitas 4G menjadi tidak maksimal. Maka itu. pihaknya berharap infrastruktur 5G dapat dipersiapkan dengan matang, baik jaringan back hole, antar-middle mile, dan antar Base Transceiver Station (BTS) supaya tidak ada bottle necking.

Ekosistem dan perspektif konsumen terhadap 5G

Kemudian, Ismail juga menyoroti pentingnya ekosistem 5G. Dengan prioritas ini, pemerintah berupaya mendorong para maker di Indonesia agar dapat menyiapkan use case aplikasi lokal sebelum infrastruktur 5G dibangun. Berkaca pada migrasi 2G ke 3G dan 3G ke 4G, ekosistem aplikasi di Indonesia tidak kuat sehingga kurang dapat dimonetisasi.

Menurutnya, Indonesia masih kekurangan killer apps yang cocok dengan pasar. Pada akhirnya, jaringan ini justru diisi oleh pemain Over-The-Top (OTT) asing, seperti WhatsApp, Facebook, dan Google. “Jangan sampai nanti kita seolah-olah bangun infrastruktur untuk kasih ‘karpet merah’ ke OTT,” tambahnya.

Lebih lanjut, studi terbaru 5G turut mengungkap perspektif konsumen terhadap 5G. Laporan ini mencatat sebanyak 68,39 persen konsumen di Indonesia tertarik menggunakan 5G begitu dirilis, sedangkan 26,56 persen mengaku akan memakainya setelah melihat experience konsumen, dan 4,35 persen baru akan memakai layanan 5G jika tidak ada alternatif lain.

Layanan yang diprediksi meningkat penggunaannya oleh 5G
Sumber: Studi Institut Teknologi Bandung (ITB) / Diolah kembali oleh DailySocial

Menariknya, responden juga mengungkap dua pertimbangan utama lain terkait hal ini, yakni mahalnya harga perangkat yang sudah bisa menjalankan jaringan 5G dan konsumen masih ragu dengan kualitas 5G yang sebenarnya. Apalagi, jika melihat kualitas jaringan 4G hingga saat ini yang masih belum maksimal.

Adapun, segmen anak muda dan milenial di Indonesia diperkirakan menjadi kontributor konsumsi 5G terbesar sebanyak 80 persen terhadap pengguna potensial dengan rentang usia 19-44 tahun.

[Tips] Menggunakan Fasilitas VoWiFi pada Smartphone Xiaomi

Saat ini di Indonesia, internet mobile terkencang masih dipegang oleh teknologi 4G LTE. Walaupun 5G sudah digelar masa percobaannya, tetap saja konsumen di Indonesia hanya bisa menggunakan jaringan dari 2G, 3G, hingga LTE. 4G sendiri merupakan jaringan yang sepenuhnya merupakan jalur data atau IP based network, tanpa adanya kanal suara. Oleh karena itu, diciptakanlah teknologi seperti VoLTE atau Voice over LTE agar jaringan ini memiliki jalur suara seperti GSM dan CDMA.

Saat ini, operator yang memiliki teknologi VoLTE secara resmi di Indonesia baru dua, yaitu Smartfren dan Telkomsel. Kabarnya, Indosat akan menyusul untuk penggunaan VoLTE ini. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa penggunaan VoLTE hanya akan berjalan dengan baik pada saat jaringan 4G yang ada kencang. Lalu bagaimana jika jaringan 4G sedang lemah?

VoWiFi Xiaomi - Called

GSMA pun mengeluarkan teknologi tambahan untuk melengkapi VoLTE dengan nama VoWi-Fi. Dengan teknologi ini, para pengguna jasa seluler yang mendukung bisa melakukan panggilan melalui jaringan Wi-Fi yang ada di sekitarnya. Keuntungannya adalah kita bisa melakukan dan menerima panggilan di mana pun asalkan ada jaringan internet melalui Wi-Fi.

Saat artikel ini dibuat, operator yang mendukung teknologi VoWi-Fi hanyalah Smartfren. VoWi-Fi dari Smartfren sendiri sudah digaungkan semenjak tahun 2017 lalu. Namun sampai saat ini, sepertinya Smartfren belum mau meresmikan teknologi tersebut. Akan tetapi, belum meresmikan bukan berarti belum berjalan.

Beberapa hari yang lalu saya cukup dikejutkan dengan obrolan teman saya mengenai VoWi-Fi. Beberapa pengguna iPhone ternyata sudah bisa menggunakan fasilitas ini dan berjalan dengan lancar. Hal itu membuat saya cukup penasaran, apakah perangkat yang saya gunakan saat ini bisa menggunakna VoWi-Fi.

VoWiFi Xiaomi - icon

Saya menggunakan Xiaomi Mi Note 10 Pro yang saat ini sudah mendukung fitur tersebut. Akan tetapi, selama ini saya selalu terkoneksi dengan Wi-Fi di rumah karena WFH dan sama sekali tidak pernah mendapatkan VoWi-Fi. Koneksi opsel Smartfren saya selalu terhubung dengan VoLTE.

Ternyata, ada trik yang bisa membuat kita terhubung dengan VoWi-Fi. Syarat utamanya adalah memiliki kartu SIM operator yang mendukung (saat ini baru Smartfren), sebuah koneksi internet yang terhubung melalui Wi-Fi, dan tentu saja perangkat Xiaomi. Sebagai disclaimer, saya belum tahu perangkat mana saja yang sudah mendukung VoWi-Fi. Yang pasti perangkat Xiaomi Mi Note 10 Pro yang saya gunakan sudah bisa mendapatkannya.

Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah mematikan pendeteksian fungsi VoWi-Fi. Hal ini bisa dilakukan dengan membuka aplikasi bawaan Phone. Lalu, tekan *#*#VOWIFI#*#* atau *#*#869434#*#*. Jika ditekan dengan benar, maka akan muncul sebuah notifikasi pada bagian bawahnya. Mungkin, Anda harus menekan angka ini sekali lagi pada saat Smartfren meresmikan teknologi VoWi-Fi ini.

Hal kedua adalah masuk ke Settings, lalu masuk ke SIM Cards & Mobile Networks lalu masuk ke seting SIM dari Smartfren Anda. Pada bagian bawah akan ditemukan sebuah menu baru bernama Wi-Fi Calls. Nyalakan opsi ini dan nantinya pilih Prefer Wi-Fi.

VoWiFi Xiaomi - WiFi Call

Setelah semua sudah dilakukan dengan benar, hal ketiga yang patut dilakukan adalah menunggu. Sebagai informasi, saya harus menunggu sekitar 30-45 menit sebelum lambang VoWi-Fi muncul pada notification bar. Jika Anda beruntung, maka lambang tersebut bisa muncul lebih cepat.

Untuk mencobanya, Anda bisa masuk ke dalam mode pesawat (Airplane Mode) lalu nyalakan fungsi Wi-Fi-nya. Tunggu beberapa saat sampai logo VoWi-Fi muncul. Lalu coba melakukan atau menerima panggilan dari nomor Smartfren Anda. Berhasil?

VoWiFi Xiaomi - AirPlane

Cara ini kemungkinan juga bisa dilakukan pada saat operator lain sudah meluncurkan fitur VoWi-Fi. Dan yang pasti, Anda bisa menerima dan melakukan panggilan melalui Wi-Fi bahkan pada saat sinyal 4G tidak ada. Kabarnya VoWi-Fi juga bisa digunakan di luar negeri tanpa adanya gangguan yang berarti. Selamat mencoba.

Qualcomm Bahas Dampak 5G di Indonesia

Qualcomm pada tanggal 22 Agustus 2019 mengadakan seminar yang bertajuk Welcoming 5G Technology: Benefits and Challanges to Indonesia. Kami pun mendapatkan undangan untuk melakukan wawancara kepada petinggi Qualcomm di Indonesia. Sayang memang, ruangan sangat penuh sesak sehingga menyulitkan para jurnalis untuk mengambil gambar.

Qualcomm menganggap pentingnya 5G di Indonesia karena merupakan teknologi komunikasi nirkabel yang paling canggih yang ada saat ini dan standarnya ternyata sudah ditetapkan. Untuk spektrumnya sendiri membutuhkan alokasi baru, berbeda dari 4G. Kecepatannya sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi sebelumnya. 5G nantinya akan berguna untuk menyampaikan layanan-layanan seperti Enhanced BroadbandMassive IoT, dan Ultra Reliable Low Latency.

Di Indonesia belum ada frekuensi 5G yang dialokasikan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan pemerintah masih menunggu keputusan World Radio Congress (WRC),  di mana seluruh perwakilan pemerintah di dunia berkumpul untuk menentukan frekuensinya. Beberapa frekuensi sudah populer untuk digunakan, yaitu 2.6 GHz, 3.5 GHz, 2.8 GHz, dan 4.0 GHz.

qualcomm 5G - launch

Qualcomm berharap pemerintah semakin pasti untuk menentukan frekuensi mana yang bakal dipakai di Indonesia. Sementara di dunia beberapa negara sudah meluncurkan 5G secara komersil seperti Amerika dan Korea Selatan.

Qualcomm sudah memiliki ekosistem perangkat untuk 5G. Bahkan beberapa merek sudah memiliki chipset 5G dan juga mulai menjual perangkatnya. Mereka berharap, Indonesia dapat mengimplementasikan teknologi ini dengan lebih cepat.

Peluang

Menurut Shanedy Ong, Qualcomm Country Director Indonesia, 5G bisa memunculkan bisnis-bisnis dan peluang baru nantinya. Contoh yang paling mudah adalah dengan latensi rendah, seorang dokter di Jakarta dapat melakukan remote surgery dengan pasien yang ada di Papua. Dampak 5G bagi ekonomi dari sisi goods and services mencapai 12,3 triliun dolar Amerika. Hal ini tentu saja menjadi dampak positif bagi sebuah negara.

“Factory of the future membutuhkan infrastruktur cerdas termasuk data nirkabel, sistem cyber-physical seluler, dan arsitektur TI terintegrasi. Dengan 5G, Indonesia dapat memiliki ketahanan, konektivitas real-time, dan kecepatan data yang memadai untuk industrial IoT. Lebih dari sekedar teknologi, 5G juga dapat mentransformasi model bisnis, dengan assembly-as-a-service, manufacture-as-a-service, machine-as-a-service dan AI-as-a-service. Oleh karena itu 5G merupakan bagian integral Making Indonesia 4.0,” jelas Toto Suharto, Managing Director, Bosch Indonesia.

Industri lain dengan potensi tinggi aplikasi 5G adalah game, yang sedang bertumbuh pesat di Indonesia. Di Indonesia pasar game berkembang sangat pesat dan diprediksi menjadi lima pasar terbesar sedunia senilai US $ 4,3 miliar pada tahun 2030. Game multiplayere-sports, dan AR/VR semakin populer. 5G akan merevolusi user experience dan menjadi perkembangan paling menarik di industri game.

Jadi, jangan melihat penggunaan 5G dari sisi konsumen saja, tetapi juga harus dilihat dari segi bisnisnya.

Tantangannya

Tentunya, masalah di Indonesia berbeda dengan negara lain. Permasalahan yang teridentifikasi di Indonesia adalah Milimeter Wave dan C Band Spectrum. C Band Spectrum saat ini dipakai untuk komunikasi satelit dengan frekuensi 3500 MHz di Indonesia. Namun frekuensi ini ditetapkan akan dipakai untuk frekuensi 5G. Qualcomm melihat bahwa pada frekuensi 3500 MHz ini nantinya bisa dibagi dua pengalokasiannya, yaitu untuk penggunaan satelit dan juga 5G.

Dengan adanya frekuensi yang ‘bentrok’, tentu saja pemerintah harus mengadakan alokasi spektrum. Setelah itu, akan ada langkah-langkah yang dapat dilakukan bersama Qualcomm. Setelah menentukan standar, pemerintah harus menetapkan standarnya. Semakin cepat melakukan alokasi spektrum, semakin baik.

Pemerintah juga harus menetapkan roadmap untuk jaringan 5G. Hal ini juga bakal memudahkan para operator untuk menentukan arah bisnis mereka ke depannya. Dengan begitu, implementasi 5G di Indonesia dapat dipercepat.

Advan Perkenalkan Smartphone Android S50 Prime dengan GlocalMe

Advan kembali mengeluarkan sebuah smartphone baru pada bulan Juli 2019 ini. Berbeda dengan sebelumnya, smartphone yang dikeluarkan kali ini memiliki sebuah feature baru yang bisa melakukan browsing internet tanpa kartu SIM. Selain itu, ada sebuah earphone Bluetooth baru yang saat ini sedang trendi. Acara peluncurannya sendiri diadakan pada restoran Ocha Bella pada tanggal 5 Juli 2019.

Advan S50 Prime

Smartphone yang dimaksud adalah Advan S50 Prime. Keunggulan dari perangkat yang satu ini bukan pada spesifikasinya. Akan tetapi, Advan bekerja sama dengan GlocalMe, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang koneksi data internet melalui jaringan pada setiap negara. Jadi, pengguna GlocalMe akan dapat terhubung internet dengan menggunakan sinyal operator yang ada, karena melakukan kerjasama dengan semua operator yang ada di setiap negara.

Pada smartphone Advan S50 Prime ini, fasilitas GlocalMe sudah tertanam tanpa harus memasukkan SIM tambahan. Oleh karena itu, tanpa ada SIM, S50 Prime dapat melakukan koneksi internet, karena GlocalMe sudah bekerja sama dengan semua operator di Indonesia. Hal ini pula yang membuat Advan S50 Prime dapat dibawa ke luar negeri tanpa harus membeli SIM lagi.

Advan Launch

Perangkat kedua yang diperkenalkan adalah sebuah earphone dengan konektivitas Bluetooth versi 5. Advan menamakan produk yang satu ini dengan sebutan PodsGo. Bentuk dari PodsGo sendiri menyerupai earphone klasik tanpa kabel. Selain itu, PodsGo juga disertai dengan docking yang akan mengisi baterainya saat dimasukkan ke dalamnya.

Advan menjual perangkat S50 Prime dengan harga Rp. 749.000. Sedangkan PodsGo dapat dibeli dengan harga Rp. 200.000 saja. Pada kesempatan kali ini, Advan pun juga bekerja sama dengan Shopee untuk menjual produknya secara online.

Advan PodsGo

Cukup kencang

Berkali-kali kami melakukan liputan ke luar negeri, berujung dengan menggunakan kartu SIM lokal. Hal tersebut disebabkan oleh kecepatan internet dengan menggunakan fasilitas roaming sangat pelan. Beberapa kali menggunakan, berujung kepada kecepatan di bawah 1 Mbps.

Advan Pods Go On Ear

Kami pun mencoba menguji kecepatan dari Glocalme. Pada pertama, kami mencoba menjalankan video Youtube. Saat loading, memang memakan waktu yang cukup lama. Akan tetapi, saat video berjalan, kami tidak menemukan buffering. Padahal, kami mencoba pada resolusi 1920×1080.

Saat mencoba menggunakan SpeedTest.net, kami mendapatkan kecepatan yang sangat rendah, sekitar 386 Kbps saja. Namun setelah melakukan restart, ternyata kami bisa mendapatkan sekitar 6 Mbps sampai 8 Mbps. Hal itu dikarenakan aplikasi GlocalMe akan mencari sinyal terkuat yang ada dan melakukan hubungan dengan operator tersebut.

Advan Auf

GlocalMe sendiri baru hadir pada perangkat Advan S50 Prime saja. Oleh karena itu, pengguna yang ingin mencoba koneksi di mana saja dengan sinyal terkuat, mau tidak mau harus membeli Advan S50 Prime. Kami pun sudah memesan satu produk untuk diuji coba. Oleh karena itu, tunggu saja review yang akan kami lakukan.