Tag Archives: A6400

Sony-A6100-dan-A6600

Sony Umumkan Penerus A6000 dan Kamera Flagship A6600

Sony memiliki dua sistem kamera interchangeable-lens, yaitu full frame dan APS-C. Pada sistem APS-C, sebelumnya Sony telah merilis Alpha 6400 yang bila dilihat dari fitur dan spesifikasinya merupakan penerus A6300. Kini Sony akhirnya memperkenalkan suksesor dari A6000 dan A6500 yakni Alpha 6100 dan Alpha 6600.

Dari informasi yang saya dapat, A6000 masih merupakan kamera Sony yang paling populer di kelas entry-level dan saat ini dibanderol Rp6,5 juta untuk body only-nya. Sedangkan, A6500 ialah kamera flagship Sony di sistem APS-C yang mempunyai fitur video sentris dan saat ini dibanderol Rp14 juta (harga promo) untuk body only.

Sony-A6100-dan-A6600-1

Sementara keberadaan A6300 di pasaran sudah mulai langka, tapi sebelum A6400 meluncur sempat dijual seharga Rp9 juta body only. Sony A6400 sendiri dibanderol Rp13 juta di Indonesia.

Nah yang terbaru A6100 body only dibanderol US$750 (sekitar Rp10 jutaan), US$850 (Rp12 jutaan) dengan lensa 16-50mm, dan US$1.100 (Rp15 jutaan) dengan lensa 16-50mm + 55-210mm. Sedangkan, A6600 body only dijual seharga US$1.400 (sekitar Rp19 jutaan) dan US$1.800 (Rp25 jutaan) dengan lensa kit 18-135mm F3.5-5.6.

Lalu, peningkatan apa saja bila dibandingkan dengan para pendahulunya? Serta, apa persamaan dan perbedaan antara A6100, A6400, dan A6600? Mari cari tahu lebih banyak.

Sony A6000 Vs. A6100

Sony A6100 2

Sony A6000 dirilis pada tahun 2014, memang sudah cukup tua. Bedanya dengan A6100 pertama ialah titik fokus-nya, A6000 punya 179 titik fokus – sementara A6100 memiliki 425 fast hybrid AF dengan real-time eye AF untuk mata manusia atau hewan dan real-time tracking untuk foto maupun video.

Untuk kemampuan videonya, bila A6000 mentok pada resolusi 1080p dan tanpa port mikrofon 3,5mm – A6100 sudah mampu merekam video 4K dan dibekali dengan port mikrofon 3,5mm. Selain perbedaan mekanisme layar, sisa spesifikasinya masih identik, resolusi layar dan viewfinder-nya, serta jenis baterainya sama.

Sony A6300 Vs. A6400

Sony A6400 2

Sony A6300 dirilis pada tahun 2016 dan saat Sony merilis A6400, mekanisme layar sentuh yang dapat diputar ke depan memang menjadi salah satu keunggulannya. Selain mekanisme layar, peningkatan yang dibawa ialah sistem autofocus canggih ‘Speed X AI‘ dengan real-time autofocus yang lebih cepat dan akurat. Kemampuan videonya, masih sama-sama cukup kuat – mampu merekam video 4K dengan dukungan picture profile.

Sony A6500 Vs. A6600

Sony A6600 2

Sony A6500 juga dirilis pada tahun 2016, sebagai penerus flagship – A6600 juga mewarisi keunggulan pendahulunya dan juga dibekali update yang penting.

Kamera ini punya 5-axis image stabilization, real-time tracking autofocus-nya sudah pasti yang paling kencang, menggunakan jenis baterai baru NP-FZ1000 yang 2,2x lebih tahan lama, serta memiliki port microphone dan headphone.

Selain itu, A6600 juga dapat memotret format Raw 14-bit, perekaman video 4K dengan dukungan picture profile macam HLG yang dapat meningkatkan dynamic range, dan punya weather-sealed magnesium-alloy body. 

Sony A6100 Vs. A6400 Vs. A6600

Sony A6600 1

Semua jajaran seri Alpha 6000 mengemas sensor CMOS APS-C beresolusi 24-megapixel dan pada generasi yang terbaru memiliki layar sentuh yang bisa di lipat ke atas. Perbedaan kemampuan biasanya ada di aspek sistem autofocus dan perekam videonya.

Lalu, apa yang membedakan antara ketiga kamera mirrorless APS-C terbaru dari Sony ini? Pertama meski ketiganya mampu merekam video 4K, namun hanya A6400 dan A6600 yang didukung picture profile (HLG, S-Log3, dan S-Log2). Jadi, buat para content creator yang ingin meningkatkan kualitas videonya – maka setidaknya harus ambil A6400.

Kedua ialah A6100 dan A6400 mendukung real-time tracking di video, sementara A6600 mendukung real-time tracking dan juga real-time Eye AF di video. Ketiga, resolusi viewfinder A6100 hanya 1,440k dot. Sementara, A6400 dan A6600 sudah 2,359k dot. Terakhir adalah A6600 memiliki port headphone, jadi Anda dapat memonitor audio. Satu lagi, A6600 menggunakan jenis baterai baru.

Sumber: DPreview

[Komparasi] Equipment Vlogging Sony RX0 II Vs. Sony A6400

Sony akhirnya meluncurkan RX0 II (model DSC-RX0M2) ke Indonesia, premium ultra-compact camera ini dibanderol dengan harga Rp9.999.000 dan akan tersedia pada akhir bulan Mei. Sebelumnya, saya sudah mengupas fitur-fitur unggulan dari Sony RX0 II saat peluncuran globalnya di Singapura – dalam acara bertajuk ‘Vlog With Sony‘.

Hadir dengan layar LCD yang dapat ditekuk hingga 180 derajat ke atas dan 90 derajat ke bawah, serta dilengkapi jack mikrofon – Sony RX0 II memang ditujukan sebagai equipment for vlogging. Buat kalian yang tertarik dengan Sony RX0 II, tetapi juga penasaran sama Sony A6400 – saya akan komparasi keduanya dan menguak kelebihan serta kekurangannya.

Portability Vs. Expandability

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-8

Dengan dimensi super kecil yakni 59×40,5×35 mm dan bobot hanya 132 gram, keutamaan Sony RX0 II terletak pada nilai ‘portability-nya’. Anda bisa membuat setup vlogging ideal yang ringkas dan tidak menarik perhatian orang. Serta, dapat dengan mudah masuk ke dalam kantong.

Kemampuan merekam video 4K pada 30p dengan full pixel readout dan tanpa pixel binning akan mengumpulkan sekitar 1,7 kali dari jumlah data yang dibutuhkan, oversampling ini akan mengurangi munculnya moire dan jaggies.

Selain itu, dukungan picture profile S-Log2 dan Time Code / User Bit memastikan hasil videonya bisa dioptimalkan. Sony RX0 II juga mampu video Super Slow Motion hingga 1000 fps, hasil 4K HDMI yang tidak terkompresi dan perekaman film proxy dalam waktu bersamaan.

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-1

Bentukan yang mungil membuatnya dapat menjangkau tempat-tempat yang sulit dan bisa menjadi solusi untuk multi-camera untuk mendapatkan angle yang lebih kreatif. Kerangka body-nya sangat tangguh, karena tahan debu dan air hingga 10 meter tanpa perlu aksesori tambahan seperti case. Tahan guncangan hingga 2 meter, serta tahan tindihan hingga 200 kg.

Pastikan semua port sudah tertutup rapat, layar tetap bisa di flip ke depan dan kamera bisa digunakan di pantai dan air laut, namun jangan lupa dibilas dengan air tawar setelah selesai menggunakannya. Selain itu, kemungkinan lecet saat kamera terjatuh bisa saja terjadi – meski Sony memastikan kamera tetap dapat beroperasi secara normal.

Dengan Sony RX0 II, Anda dapat lebih fleksibel dalam membuat konten. Seperti yang kalian ketahui, ada beberapa tempat menerapkan peraturan tidak boleh menggunakan kamera berjenis DSLR dan mirrorless, tetapi masih boleh memotret dengan kamera smartphone dan action camera atau ultra camera.

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-6

Sementara, Sony A6400 sebagai kamera mirrorless menawarkan ‘expandability‘. Anda bisa gonta-ganti lensa dan memasang lebih banyak aksesori seperti mikrofon eksternal, flash eksternal, L-bracket, hingga gimbal untuk setup video yang lebih serius.

Sama seperti RX0 II, A6400 memiliki layar LCD yang dapat ditekuk hingga 180 derajat ke atas. Namun fitur unggulan utama yang ditawarkan ialah sistem auto focus-nya yang disebut ‘Speed X AI’, meliputi Real-time Tracking, Real-time Eye AF, hingga Real-time Eye AF for Animals.

Spesifikasi Sony RX0 II dan Sony A6400

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-2

Bagian inti dari Sony RX0 II ialah image sensor 1.0-type stacked 15.3 MP dan dan prosesor Sony BIONZ X. Hadir dengan lensa fix wide-angle ZEISS Tessar T* 24mm, aperture f4.0, jarak fokus minimum 20cm, dan rentang ISO 80-12800.

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-11

Sementara, pada Sony A6400 tertanam sensor CMOS berukuran APS-C resolusi 24,2 MP dengan enhanced skin tone. Dipadu image processor Bionz X, rentang sensitivitasnya mencapai ISO 100 hingga ISO 32.000 dan bisa diperluas sampai 102.800. Kecepatan foto berturut-turut 11 fps dan 8 fps pada silent mode dengan buffer hingga 116 jepretan.

Soal video, kamera ini mampu merekam video 4K full pixel readout dan tanpa pixel binning pada 24 fps dan 30 fps, video Full HD pada 30 fps, 60 fps, dan 120 fps dengan bit rate maksimal 100 Mbps. Serta, mendukung profil gambar HLG (Hybrig Log-Gamma) S&Q, perekaman Proxy, S-Log2, dan S-Log3 untuk fleksibilitas color grading.

Easy Transfer

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-3

Menurut riset dari Sony, jumlah video yang di-upload ke internet meningkat pesat dari tahun ke tahun. Fakta menariknya ialah ternyata didominasi oleh kamera smartphone. Namun seiring berkembangnya channel, mereka pasti akan upgrade equipment untuk mendapatkan kualitas lebih baik.

Sony sendiri telah menciptakan rangkaian kamera dan aksesori untuk memenuhi kebutuhan para content creator, kedua kamera ini menawarkan teknologi canggih seperti Eye AF dan Natural Skin Tone sehingga Anda bisa fokus bercerita. Lalu dukungan shooting grip siap menunjang aktivitas vlogging sehari-hari, Anda dapat mulai record, stop, motret, dan melakukan zoom hanya dengan satu tangan saja.

Sony-RX0-II-Vs-Sony-A6400-4

Baik Sony RX0 II dan Sony A6400 mendukung aplikasi Imaging Edge Mobile, di mana Anda bisa mentransfer hasil foto mupun video beresolusi 4K sekalipun dengan instan ke smartphone. Dalam hal ini, Sony RX0 II lebih istimewa karena didukung fitur video editing terbaru dari Sony yang disebut Movie Edit add-on.

Saat ini, Sony RX0 II masih satu-satunya model kamera yang mendukung fitur editing video tersebut. Beberapa fitur diantaranya smooth gimbal-like image stabilization untuk memperhasil gerakan video, intelligent framing dari aspek rasio 16:9 ke 1:1, dan banyak lagi.

Verdict

Kedua kamera ini memang menawarkan fitur-fitur menarik yang menunjang para video content creator atau vlogger untuk menciptakan konten berkualitas dan juga kreatif. Mereka sudah pasti akan membutuhkan lebih dari satu kamera, tetapi sebelum melirik Sony RX0 II pastikan equipment utama Anda sudah lengkap – misalnya A6400 dengan lensa yang Anda inginkan dan mikrofon eksternal.

Sony RX0 II akan tersedia di Indonesia pada akhir bulan Mei dengan harga Rp9.999.000. Anda bisa mendapatkan paket khusus yakni bonus shooting grip GP-VPT1 senilai Rp1.499.000 dengan mengikuti pre-order dari tanggal 27 April-12 Mei 2019. Sementara, Sony A6400 body only dibanderol Rp12.999.999 dan Rp14.999.000 dengan lensa kit 16-50mm f/3.5-5.6 OSS.

[VlogWithSony] Membahas Tren Vlogging dan Pendapat Content Creator Tentang Sony A6400

Sony Southeast Asia (SEA) telah menggelar acara bertema ‘Vlog With Sony‘ di Art Science Museum, Singapore pada tanggal 26 Maret 2019. Vlog With Sony adalah interactive campaign yang melibatkan 39 vlogger top dari 6 negara di kawasan Southeast Asia, meliputi Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Singapura.

Vlogger atau content creator tersebut terdiri dari empat kategori berbeda, mulai dari beauty, entertainment, travel, dan gadget. Sony ingin dunia mengetahui, bahwa mereka punya produk kamera dan aksesori yang dirancang untuk vlogger dengan background, konten, dan level experience yang berbeda-beda.

Dari Indonesia sendiri ada enam vlogger yang dipilih oleh Sony Indonesia, yaitu Vincent Raditya, JWestBros, Titan Tyra, Akadika, Estechmedia, dan BangRipiu. Saya mewakili Dailysocial sebagai media Indonesia bersama Infofotografi.

Tren-vlogging-5

Di acara ‘Vlog with Sony‘ ini mereka mengumumkan premium ultra-compact camera; Sony RX0 II. Ada juga sesi sharing seperti beauty vlog sharing, entertainment vlog sharing, travel vlog sharing, hingga special performance dari international YouTuber Sam Tsui.

Artikel hands-on untuk Sony RX0 II saya buat terpisah, singkatnya ultra camera ini sangat ideal untuk aktivitas vlog. Karena ukurannya yang ringkas, sangat serasi berpasangan dengan shooting grip (VCT-SGR1) – membuat vlogging di tempat umum tidak akan begitu mencolok.

Meningkatkannya Tren Vlogging 

Tren-vlogging-2

Tren vlogging meningkat pesat dari tahun ke tahun. Suka tidak suka banyak brand yang melirik content creator [baca; YouTuber] sebagai salah satu cara efektif untuk menyampaikan pesan kepada para audiensnya.

“Tren vlogging tidak terjadi serentak, tetapi marak di sejumlah wilayah di dunia. Contohnya Asia terutama Tiongkok dan juga di Amerika Serikat. Sedangkan di negara asal kami; Jepang, angkanya tidak meningkat pesat, tapi kenaikannya masih positif.” Ungkap Satoshi Hatano, General Manager Digital Imaging Group, Sony Imaging Product & Solutions.

Satoshi Hatano menambahkan bahwa meskipun tren vlog baru muncul belakangan ini, namun sejatinya Sony sudah sejak lama mendalami ranah di sektor kamera digital. Mulai dari handycam (camcorder) yang ‘easy to use‘ dan punya battery life panjang, action camera dan compact camera yang mengunggulkan portability, hingga mirrorless camera yang expandability – di mana bisa mengganti lensa dan compatibility dengan mikrofon eksternal.

Ada pertanyaan yang cukup menarik yang dilontarkan oleh awak media kepada Satoshi Hatano mengenai produk favorit yang digunakan untuk menciptakan video. Ternyata jawabannya bukan RX0 II, tapi A9 karena sudah memilikinya. Namun untuk kebutuhan yang lebih menyeluruh, Satoshi Hatano pribadi menyarankan A6400.

Saya juga setuju dengan Satoshi Hatano, menurut saya Sony A6400 memang sangat ideal untuk aktivitas vlog. Setelah memiliki kamera utama, Anda bisa melirik Sony RX0 II sebagai kamera sekunder untuk solusi pengambilan gambar multi kamera.

Tren-vlogging-4

Capability Sony RX0 II cukup mengagumkan, layarnya dapat diputar hingga 180 derajat, body-nya waterproof dan shockproof, mampu merekam video 4K dengan dukungan picture profile, dan punya jack mikrofon. Kamera ini juga punya fitur di mana kita bisa menggabungkan lima unit RX0 II untuk merekam bersama, bayangkan uniknya konten yang bisa Anda dapat.

Apa Kata Content Creator Mengenai Sony A6400?

Pada acara Vlog With Sony, para vlogger asal Tanah Air ditantang untuk membuat konten video menggunakan Sony A6400. Ada pula beberapa vlogger yang menggunakan compact camera premium Sony RX100 VI yang memiliki kelebihan dalam segi kenyamanan dan kepraktisan tingkat tinggi.

Enche Tjin - Infofotografi
Enche Tjin – Infofotografi

Lalu, apa pendapat mereka mengenai tren vlog dan Sony A6400? Menurut Enche Tjin sebagai pendiri Infofotografi dan seorang fotografer, tren vlog yang semakin marak dan bervariasi genrenya saat ini membutuhkan gear dengan spesifikasi yang berbeda-beda. Menyikapi itu, Sony menawarkan kamera dalam berbagai bentuk untuk mengakomodir kebutuhan yang berbeda-beda.

“Tapi ingat, meskipun dipromosikan sebagai kamera untuk vlog, sebagian besar kamera-kamera Sony adalah kamera yang mumpuni untuk still photography juga.” Ujar Enche Tjin.

Akadika, vlogger dan profesional wedding photography
Akadika, vlogger dan profesional wedding fotografer

Beralih ke pendapat Akadika, vlogger yang juga seorang profesional wedding fotografer dari Bengkulu. Menurutnya, tren vlogging saat ini sudah menjadi salah satu racun yang diikuti banyak kalangan nggak cuma anak muda bahkan yang tua pun juga ikutan.

“Kalau pengalaman pakai A6400, gue cukup surprise karena beberapa fitur di dalamnya terutama soal focusing ya, focus-nya membantu banget untuk bikin vlog apa lagi kamera itu kita pegang sendiri. Terus yang gue suka lagi dari A6400 adalah transisi dari ruangan gelap ke terang peralihan exposure-nya halus banget.” Ungkap Akadika.

Erwin - Estechmedia
Erwin – Estechmedia

Menuju ke pendapat Erwin dari Estechmedia yang bercita-cita menjadi director, ia melihat tren vlogging sebagai sesuatu yang memang sangat potensial kedepannya, karena walaupun ini bukan hal baru tapi masih sangat menjanjikan kedepannya secara influence. Karena vlogging ini memiliki pengaruh yang cukup luas layaknya media tapi memiliki poin personal branding di mana para penonton dapat merasakan kedekatan dengan sang vlogger.

“Mengenai A6400, sejauh ini bisa dibilang A6400 itu seperti monster kecil, tapi bukan cuma kamera ini yang masuk dalam kategori itu tapi nggak perlu disebutkan ya. Ini kamera kecil yang memiliki potensi yang sangat tinggi seperti kamera profesional.” Kata Erwin.

Ikhsan - BangRipiu
Ikhsan – BangRipiu

Beralih ke Bang Ikhsan (BangRipiu) menurutnya sebagai first time user Sony Mirrorless, saya impress dengan kemampuan continuous autofocus-nya A6400 yang sangat responsive.

“Tampaknya kamera ini akan sangat mendukung saya dalam pembuatan video-video tentang gadget di YouTube, terutama pada video bertemakan unboxing gadget.” Ungkapnya.

Verdict

Melihat tren vlogging ini apakah Anda ingin ikut-ikutan menjadi vlogger atau content creator? Bila tertarik mulai saja dulu dengan smartphone, seiring perkembangan channel Anda bisa meng-upgrade equipment Anda secara perlahan. Yang pasti mereka para content creator telah bekerja keras selama bertahun-tahun untuk mencapai titik sampai di acara Vlog With Sony.

Mendengar cerita perjuangan, merasakan semangat mereka, dan berbagi perspektif – banyak hal yang bisa dipetik. Sebenarnya banyak peluang lain juga yang bisa didapat dengan memiliki sebuah kamera mirrorless baik di ranah photography maupun videography, selain membuat konten video dan diunggah ke YouTube.

Saya sudah request unit review Sony A6400 dan terus terang saya sudah tidak sabar untuk me-review nya. Dengan harga Rp13 juta untuk body only, posisi A6400 memang untuk para vlogger yang sudah mulai dan ingin meningkatkan kualitas konten videonya.

Sony-A6400

Rp13 Juta, Kamera Mirrorless Vlogging Sony A6400 Resmi Hadir di Indonesia

Tepat dua bulan setelah peluncuran globalnya, Sony akhirnya membawa masuk secara resmi kamera mirrorless APS-C A6400 ke Indonesia. Sesuai namanya, posisi kamera ini berada di tengah-tengah antara A6300 dan A6500.

Sebelum lanjut membahas fitur-fiturnya, saya ingin sedikit memberikan gambaran mengenai persaingan kamera mirrorless. Menurut saya, tahun ini Sony mungkin akan sibuk karena harus menghadapi lawan-lawan tangguh dari Nikon, Canon, dan Panasonic yang kini terjun ke ranah full frame.

Di sisi lain, Sony juga tidak boleh kendor di ranah APS-C. Saya melihat Sony mendapatkan persaingan yang sengit dari Fujifilm. Belum lagi kamera Micro Four Thirds besutan Panasonic dan Olympus.

Sejauh ini, Sony A6300 dan A6500 sudah melakukan tugasnya dengan sangat baik di kelas menengah. Keduanya diakui punya kemampuan perekam video yang mumpuni.

Kehadiran A6400 dengan layar sentuh yang bisa di lipat ke atas dan sistem autofocus canggih menjadikannya kamera yang nyaris sempurna untuk para videografer dan content creator (vlogger).

Inovasi autofocus tersebut menggunakan teknologi kecerdasan buatan, Sony menyebutnya ‘Speed X AI’ dengan fitur Real-time Tracking, Real-time Eye AF, dan Real-time Eye AF for Animals. Kecepatan autofocus-nya hanya 0,02 detik, meliputi 425 titik phase-detection AF dan 425 titik contrast-detection AF yang mencakup sekitar 84% dari area frame.

Hands-on Sony A6400

Sony-A6400

Garis besarnya, kamera ini masih mengusung desain yang identik dengan seri A6XXX. Namun, alih-alih menggunakan mekanisme fully articulated yang bisa ditarik ke samping dan putar ke segala arah, layar A6400 hanya bisa dimiringkan hingga 180 derajat ke atas.

Sony-A6400

Artinya, sangat memudahkan aktivitas vlogging. Namun layar tersebut sedikit terhalangi oleh cup mata EVF dan akan tertutupi saat kita memasang mikrofon eksternal di hot shoe. Solusinya kita memang bisa memasang aksesori cold shoe, tapi memasangnya di bagian bawah melalui soket tripod sehingga tidak menghalangi layar.

Pilihan kamera mirrorless dengan layar yang bisa dihadapkan ke depan ini memang tidak banyak. Di rentang harga Rp10 jutaan setidaknya ada tiga yang menjadi pesaing utama A6400 yaitu Panasonic Lumix G85, Canon EOS M50, dan Fujifilm X-T100.

Sony-A6400

Layar A6400 berukuran 3 inci dengan resolusi 921,6 ribu dot dan sudah touchscreen. Jadi, bisa digunakan untuk touch pad, touch focus, touch shutter, dan touch tracking dengan cepat melalui layar. Sementara, electronic viewfinder (EVF) memiliki panel OLED resolusi 2,36 juta dot.

Body A6400 ini dibungkus dengan material magnesium alloy yang tahan debu dan kelembaban. Saat pertama kali memegangnya, konstruksinya terasa begitu kokoh. Build quality yang baik itu sangat penting, karena mirrorless juga bagian dari gaya hidup dan prestise.

Sony A6400 sendiri hadir dalam warna black dan silver. Warna silver-nya terlihat cukup manis, para vlogger cewek mungkin akan menyukainya – dengan kombinasi grip dan cup mata EVF berwarna hitam. Berikut beberapa hasil foto dari Sony A6400:

Kamera Hybrid Foto dan Video

Sony-A6400

Di jantung Sony A6400 tertanam sensor CMOS berukuran APS-C resolusi 24,2-megapixel dengan enhanced skin tone. Kualitas fotonya mungkin tidak akan berbeda signifikan dengan A6500 dan A6300.

Dipadu image processor Bionz X, rentang sensitivitasnya mencapai ISO 100 hingga ISO 32.000 dan bisa diperluas sampai 102.800. Kecepatan foto berturut-turut 11 fps dan 8 fps pada silent mode dengan buffer hingga 116 jepretan.

Sony-A6400

Soal video, A6400 memang tergolong istimewa. Kamera ini mampu merekam video 4K full pixel readout dan tanpa pixel binning pada 24 fps dan 30 fps, video Full HD pada 30 fps, 60 fps, dan 120 fps dengan bit rate maksimal 100 Mbps. Serta, mendukung profil gambar HLG (Hybrig Log-Gamma) S&Q, perekaman Proxy, S-Log2, dan S-Log3 untuk fleksibilitas color grading.

Hasil foto maupun video 4K yang diambil bisa langsung ditransfer ke smartphone lewat konektivitas WiFi menggunakan aplikasi Imaging Edge Mobile (pengganti Sony PlayMemories Mobile). Ada NFC untuk menghubungkan kamera dan smartphone secara instan.

Harga dan Ketersediaan

Sony-A6400

Sony A6400 akan tersedia di Indonesia mulai tanggal 6 April 2019 dengan harga Rp12.999.000 untuk body only dan Rp14.999.000 dengan lensa kit SELP1650. Anda juga bisa mendapatkan paket khusus untuk pembelian kamera A6400 secara pre-order dari tanggal 15-31 Maret 2019 dengan bonus sebagai berikut:

  • Camera bag
  • Camera screen protector
  • Leather camera strap
  • 64GB Sony SD Card

Dapatkan juga promo Purchase with Purchase (PWP) berikut:

Cashback senilai Rp500.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + shooting grip GP-VPT1
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + shooting grip GP-VPT1.

Cashback senilai Rp2.000.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + lensa SELP18105G
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + lensa SELP18105G

Cashback senilai Rp3.500.000 untuk pembelian:

  • ILCE-6400 body only + lensa SEL1670Z
  • ILCE-6400 + lensa SELP1650 + lensa SEL1670Z

Sony-A6400

Selain mirrorless A6400, Sony juga mengumumkan lensa telephoto prime full frame dengan aparture besar seri G Master 135mm f1.8 (model SEL135F18GM). Lensa FE 135mm F1.8 GM akan tersedia di Indonesia pada bulan April 2019 dengan harga Rp26.999.000.

Verdict

Sony-A6400

Sony A6400 adalah penerus dari A6300 yang dirilis sejak tiga tahun lalu. Dengan semua fitur yang disebutkan di atas, A6400 adalah kamera mirrorless yang nyaris sempurna untuk aktivitas vlogging maupun videografer untuk membuat konten video yang cukup series.

Nyaris ya, karena ada satu fitur yang sangat disayangkan tidak hadir pada A6400 dan juga ini yang membedakannya dengan A6500 yakni tanpa 5-axis in-body image stabilization.

Terus terang, harga A6300 body only sekarang Rp9 juta juga sangatlah menarik. Bedanya Rp4 juta dengan A6400 body only yang dijual Rp13 juta. Dengan budget Rp13 juta sendiri kita juga bisa mendapatkan kamera mirrorless full frame Sony A7 dengan lensa fix 50mm f1.8. Kalau nambah Rp3 juta lagi dapat Sony A6500 body only.