Tag Archives: AC

Atma Job Platform Kerah Biru

CEO Atma Mengungkap Permasalahan Sistemis di Proses Perekrutan Pekerja Kerah Biru

Awal Mei 2022 lalu, Atma mengumumkan debutnya melalui pendanaan pra-awal senilai $5juta dari AC Ventures, Global Founders Capital, dan sejumlah angel investor. Visi besarnya adalah mendefinisikan ulang sistem pencarian kerja dan perekrutan untuk kalangan kelas menengah ke bawah (pekerja kerah biru).

Saat ini aplikasi Atma sudah bisa diakses publik melalui platform Android, menawarkan sejumlah fitur seperti loker tervalidasi, proses lamaran instan, platform pembuatan CV, sampai dengan layanan komunitas.

DailySocial.id berkesempatan untuk berbincang dengan Co-founder & CEO Atma Edy Tan, membahas tentang cerita di balik pengembangan Atma dan rencana-rencana selanjutnya.

Dimulai dari mitra pengemudi Gojek

Sebelum membangun Atma, Edy merupakan Chief of Driver di Gojek yang bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan mitra pengemudi. Sehari-hari ia berkomunikasi dengan pengemudi, untuk merumuskan cara terbaik dalam menaikkan pendapatan mereka.

“Waktu itu cara pandang saya, bagaimana menaikkan pendapatan mitra dan menurunkan pengeluaran [operasional] mereka. Namun, ketika serangkaian strategi dibangun, pada Maret 2022 pandemi datang yang menyebabkan jumlah pemesanan menurun [khususnya untuk layanan transportasi]. Para mitra online 24 jam, tapi on-job cuma 2 jam, sisanya nongkrong di jalan, main Tik Tok, atau kegiatan lainnya yang tidak produktif. Order-nya sedikit, mitra sama banyaknya,” ungkap Edy bercerita.

Lalu, saat itu ia memutuskan untuk melakukan survei untuk tanya langsung ke mitra pengemudi. “Pak kalau saya kasih lebih banyak order [karena performa bagus], Anda mau tidak?” Jawaban yang diberikan justru membuat Edy merasa tertampar, seorang mitra kala itu berkata, “Sebenarnya yang kami butuhkan bukan jumlah order atau pemasukan yang lebih banyak, tapi stabilitas pemasukan.”

Ini adalah hal yang sulit, berbeda dengan korporasi, model pekerjaan on-demand cenderung mendapatkan pemasukan yang tidak stabil. Waktu itu pun Edy menjawab, “Kalau mau yang stabil, apa Anda tidak mau cari pekerjaan tetap [full time]?” Lantas jawaban yang diberikan menjadi tamparan kedua buat Edy, “Bukannya saya tidak mau, tapi tidak tahu caranya.”

Untuk kebanyakan pekerja kerah biru, informasi pekerjaan sebagian besar mengandalkan kabar dari mulut ke mulut, sayangnya hanya dengan lingkup yang kecil — seperti dari kerabat, teman, atau tetangga. Di lain sisi, akses antara pemberi kerja dan pencari kerja bermasalah, apalagi tidak sedikit dimainkan oleh pihak ketiga seperti harus melewati agensi, diminati uang pendaftaran, ancaman scam [penipuan], dan sebagainya.

Di sisi lain, dari pekerjanya juga tidak punya cukup wawasan untuk mengetahui cara melamar yang baik, membuat CV, pedoman wawancara, dan sebagainya.

Salah satu komunitas Atma / Atma
Salah satu komunitas Atma / Atma

Permasalahan sistemis

Ketika didalami, permasalahan itu ternyata tidak hanya dirasakan oleh pengemudi ojek online, namun hampir menjadi isu menaun di segmen kelas menengah ke bawah. Dari situ Edy tertarik dan tertantang untuk mencari solusi atas permasalahan yang ada dalam sistem perekrutan pekerja di level ini.

“Ketika saya cari tahu, kapan orang butuh cari kerja? Maka jawabannya: ketika mereka sedang tidak punya pekerjaan, terhenti pekerjaannya karena perusahaan tidak sehat, atau tidak senang dengan pekerjaan yang dijalankan. Sayangnya untuk segmen kelas menengah ke bawah alasan ketiga tidak berlaku. Dan bagi saya, it doesn’t make sense. Karena dari sisi perusahaan, mereka bilang kesulitan untuk cari orang,” ungkap Edy.

Lantas ketika didalami lagi dengan survei, ada alur proses yang membuat para pencari kerja trauma secara emosional. Edy menjelaskan, biasanya seseorang akan mengirim lamaran ke sejumlah lowongan (bahkan sampai puluhan). Lalu ia akan masuk ke ‘ghosting zone‘, kadang lama menunggu panggilan atau mendapatkan kabar yang tidak jelas. Karena lama di-ghosting, akhirnya ketika ada pekerjaan yang masuk langsung diterima, dan rata-rata upahnya kadang jauh di bawah UMR (DKI Jakarta). Mereka terpaksa mengambil kesempatan tersebut.

“Kenapa harus begitu? Di luar itu banyak sekali perusahaan yang bermasalah mencari karyawan, apalagi untuk pekerja dengan gaji di bawah Rp5 juta,” imbuh Edy.

Di sisi perusahaan pun ternyata mendapati permasalahan juga. Dalam pengamatannya, Edy membagi perusahaan menjadi tiga kategori:

Tipe Perusahaan Permasalahan Perekrutan
Enterprise Mereka post 1 job, yang melamar ribuan orang. Permasalahan di sini sampahnya (spam) terlalu banyak; volume lamarannya tinggi membuat perekrut lama melakukan screening. Yang bagus banyak, yang jelek banyak.
Branded-SME Mereka post 1 job, yang melamar ada dan tidak terlalu banyak spam, tapi yang berkualitas jarang. Karena yang memiliki kualitas bagus akan cenderung lari ke Enterprise.
Unbranded-SME Mereka post 1 job, yang lamar tidak ada dan butuh waktu lama. Cari satu admin, bisa dua bulan dapatnya. Sayangnya 95% bisnis di kalangan ini.

Lantas ketika bertanya ke HR di perusahaan, bagaimana cara terbaik untuk mendapatkan pekerja yang ideal? Salah satunya mengandalkan rekomendasi. Jika ada lowongan, lalu seorang karyawan memberikan rekomendasi orang yang bisa dipercaya, biasanya akan lebih cepat. Sekali-duakali bertemu, langsung memberikan penawaran. Yang mana model ini akan mengembalikan ke kondisi di atas, pekerja hanya mengandalkan informasi dari mulut ke mulut.

Lantas dari perekrutan yang normal prosesnya bisa sangat panjang. Biasanya perusahaan akan meminta CV, kemudian melakukan wawancara via telepon untuk memvalidasi keabsahan data yang diberikan. Setelah perekrut merasa mantap dengan kandidatnya, maka akan menjadwalkan wawancara dengan user. Proses ini berjalan berminggu-minggu, bahkan beberapa bulan. Dan jika digali akar permasalahannya, proses tersebut lama karena banyak kandidat yang tidak terkualifikasi masuk ke proses lamaran.

Isu tersebut yang coba diselesaikan Atma lewat produknya untuk melakukan match-making (berdasarkan qualification, skills, dan culture fit). User experiences yang ingin dibangun lewat Atma, perusahaan tidak perlu menunggu waktu lama untuk mendapatkan kandidat sesaat setelah mereka posting sebuah pekerjaan. Tidak perlu menunggu kandidat untuk melamar, karena sudah langsung disodorkan rekomendasi orang-orang yang seusai dengan kualifikasi.

Sementara dari sisi pencari kerja, misalnya mitra pengemudi, ketika mereka selesai memenuhi pesanan bisa buka aplikasi Atma untuk bergabung ke sebuah komunitas. Di sana ia akan mendapatkan berbagai informasi peluang baru, pekerjaan dengan gaji yang lebih besar dan dekat dengan mereka.

Layanan yang disediakan Atma

Atma mendeskripsikan dirinya sebagai social job platform powered by community. Ini yang menjadi proposisi nilai dari produknya. Di job marketplace pada umumnya, orang dari berbagai rentang usia, berbagai demografi sosial, berbagai kelas ekonomi berbaur menjadi satu. Sementara di Atma semua dimulai dari komunitas yang bersifat tertutup, dibangun dari komunitas offline dari beberapa tempat, lalu ditarik ke online.

Sebelum masuk ke platform, setiap kandidat akan mendapatkan yang disebut dengan “internal employee scoring” dilihat dari sisi niat mereka untuk bekerja, karakter, dan lain sebagainya. Ini adalah informasi insider yang didapat dari komunitas tersebut, juga ditujukan sebagai kurasi tahap awal. Dan ketika sudah masuk, barulah mereka dibantu platform untuk membangun profil (termasuk CV).

Setiap pekerja hanya bisa melihat pekerjaan yang sesuai dengan kualifikasinya. Dan untuk menentukan kualifikasi ini, setiap skillset diukur melalui sebuah kuis yang telah didesain khusus di aplikasi. Sehingga ketika pengguna melamar, dipastikan dia sudah melalui beberapa tahap awal penyaringan.

“Sebelumnya 80% waktu perekrut akan dihabiskan untuk menyortir spam, melakukan screening, dan verifikasi data. Sisanya 20% digunakan untuk memproses kandidat terkualifikasi. Ini yang mau kita ubah, ke depannya perekrut bisa menggunakan 100% waktunya untuk fokus pada kandidat yang terkualifikasi saja,” terang Edy.

Aplikasi yang ada juga memungkinkan masing-masing mendapatkan pembaruan data terkini — termasuk untuk progres lamaran yang diajukan. Sehingga ketika waktunya wawancara atau proses seleksi, kandidat juga akan mendapatkan notifikasi di aplikasinya. Hal ini juga ditujukan agar karyawan tidak melakukan ghosting terhadap perusahaan dengan sulit untuk dikontak.

Atma juga tidak menggantikan sistem HRIS yang ada di perusahaan, namun bisa dihubungkan dan diintegrasikan dengan sistem yang sudah ada.

Segmen yang disasar Atma

Secara umum, aplikasi Atma diperuntukkan bagi perekrutan pekerja dengan gaji di bawah Rp10 juta. Mereka membatasi layanannya untuk industri atau vertikal bisnis tertentu. Karena menurut Edy, kalangan pekerjaan di level tersebut kualifikasinya hampir sama untuk semua jenis bisnis.

Untuk segmen tersebut, tidak sedikit perusahaan yang menggunakan jasa outsourcing untuk pemenuhan pegawainya. Namun demikian, Edy mengatakan hal sebaliknya, bahwa Atma tidak bersaing dengan perusahaan outsourcing.

“Di perusahaan outsourcing terbesar, dari 100 kandidat biasanya hanya terkonversi 20 pekerja yang terkualifikasi. Jadi sebenarnya mereka juga jadi klien kami, karena memiliki permasalahan yang sama,” ujar Edy.

Terkait model bisnis, ia tidak mau menjelaskan secara eksplisit. Namun dikatakan, bahwa dari sisi perusahaan maupun kandidat sebenarnya memiliki “daya beli” untuk membayar. Dari survei internal, 95% perusahaan mau membayar untuk mendapatkan kandidat yang seusai kualifikasi. Sementara 70% calon pekerja mau membayar untuk mendapatkan kesempatan pekerjaan yang lebih baik. Nyatanya banyak pekerja yang rela merogoh kocek untuk mengikuti pelatihan bahkan membayar jasa mempercantik CV.

“Saat ini menurut BPS ada 206 juta populasi usia kerja. 131 juta orang sudah bekerja, Atma ingin membantu mereka mendapatkan cari kerja dengan gaji yang lebih bagus. Kemudian 9 juta masih menganggur, di sini Atma membantu mereka menemukan pekerjaan,” jelas Edy.

Target Atma berikutnya

Jajaran founder Atma / Atma
Jajaran founder Atma / Atma

Edy enggan untuk menyebutkan metrik-metrik yang hendak diraih. Yang ia tekankan, bahwa Atma akan selalu berprinsip “community first”, termasuk produk akan didesain untuk menyesuaikan kebutuhan komunitas. Di fase pra-awal ini, yang ingin difokuskan adalah memberikan kesan yang baik kepada penggunaannya, misalnya dengan menyelesaikan masalah spam di atas dari sisi perusahaan. Untuk pendanaan yang didapat kemarin, fokusnya akan banyak ke pengembangan produk, go-to-market, dan membangun tim yang solid.

“Nama PT kami adalah Atma Meraki Nusantara. Atma artinya esensi hidup. Meraki itu dari bahasa Yunani, artinya melakukan sesuai untuk jiwa raga. Sementara Nusantara itu merepresentasikan Indonesia,” terang Edy.

Di akhir diskusi ia bercerita mengapa akhirnya memilih membangun Atma dengan model bisnis yang ada saat ini. Secara pribadi, ia memang selalu nyaman untuk melakukan sesuatu yang memberikan dampak baik dan menolong orang. “Dulu saat saya kuliah di Boston University, saya mendapatkan kepuasan sendiri ketika menjadi fellow untuk penjadi pengajar kepada calon mahasiswa yang mau masuk ke jurusan saya. Ada kepuasan tersendiri ketika melihat orang lain berhasil,” ujarnya.

Dan dalam membangun startupnya, ia memiliki 5 prinsip utama yang dipegang teguh:

  • Apapun yang dibangun harus memberikan dampak yang besar dan bisa di-scale dengan produk, bukan dengan operasional.
  • Bisnis yang digarap dipastikan bisa berkelanjutan. Dengan adanya enduring problem statement, di sana akan ada potensi pemasukan yang baik.
  • Intellectually stimulating. Bisnis yang dibangun harus benar-benar menarik, setiap tahap ada permasalahan baru yang bisa dipecahkan. Contohnya, untuk perekrutan permasalahan yang ada seperti yang tadi di ceritakan, tapi ke depan berbeda lagi, misalnya untuk menghadapi era automasi. Hal-hal yang selalu menantang bikin tidak cepat bosan.
  • Game of scale, harus ada return of capital yang bagus untuk perusahaan. Ini juga menjadi alasan mengapa pre-seed funding mereka tergolong besar, karena para founder tidak ingin membangun bisnis yang asal-asalan.
  • Terakhir, melakukan poin 1-4 dengan orang yang benar-benar disukai.
Application Information Will Show Up Here

Sony Kembali Luncurkan AC Saku, Kali Ini Lebih Dingin Lagi dari Sebelumnya

Di pertengahan tahun 2019, Sony memperkenalkan sebuah AC portabel yang sangat unik bernama Reon Pocket. Unik karena cara pemakaiannya nyaris tidak merepotkan sang pengguna, di mana perangkat hanya perlu diselipkan ke dalam kantong kecil di bagian punggung atas pada sebuah baju dalam khusus.

Untuk tahun ini, Sony sudah punya penerusnya. Dijuluki Reon Pocket 2, bentuk modulnya memang masih sama persis. Dimensinya pun tidak berubah, masih 116 x 54 mm, dengan tebal cuma 20 mm. Pun demikian, desain sirkuit elektronik di dalamnya sudah dirombak sehingga perangkat dapat menyerap hawa panas dua kali lebih banyak daripada sebelumnya. Alhasil, bobotnya sedikit bertambah dari 89 gram menjadi 92 gram.

Agar lebih efektif lagi, area permukaan yang menempel ke punggung kini tak lagi menggunakan bahan silikon, melainkan stainless steel SUS316L yang semestinya dapat mentransfer hawa dingin ke kulit secara lebih efisien. Meski begitu, Sony tetap menyertakan lapisan silikon yang bisa dipasangkan di atas permukaan stainless steel tersebut seandainya pengguna memiliki alergi maupun problem kulit lainnya.

Puncaknya, Reon Pocket 2 juga menawarkan satu pengaturan suhu tambahan dari tiga yang sudah ada pada versi sebelumnya. Level teratas ini benar-benar dirancang untuk pemakaian di cuaca yang luar biasa panas, sebab dalam mode ini baterainya bakal sangat boros dan cuma bisa bertahan sampai 3 jam saja.

Sebagai perbandingan, baterainya mampu bertahan sampai 20 jam di level pertama, 15 jam di level kedua, dan 13 jam di level ketiga. Saat diperlukan, perangkat juga dapat diisi ulang dengan disambungkan ke PC atau power bank via kabel USB-C.

Secara fisik, Reon Pocket 2 memiliki rancangan eksternal yang lebih tertutup, sehingga otomatis lebih tahan keringat. Pada versi sebelumnya, Sony tidak menyarankan pemakaian di luar kegiatan seperti commuting atau teleworking. Sekarang, mereka percaya diri Reon Pocket 2 bisa dipakai selagi pengguna berjalan jauh atau bermain golf.

Namun mungkin pembaruan yang paling menarik adalah sebuah aksesori opsional berupa neckband, yang memungkinkan modul Reon Pocket 2 untuk dipakai bersama baju apapun. Meski begitu, Sony masih tetap menawarkan baju khusus yang dilengkapi kantong khusus untuk diselipi Reon Pocket 2. Malahan, jenis bajunya bertambah berkat kerja sama dengan sejumlah brand fashion.

Seperti sebelumnya, Reon Pocket 2 sayangnya hanya bisa dibeli di Jepang saja, tapi tidak perlu lagi melalui sistem crowdfunding. Harganya dipatok 14.850 yen (± 2 jutaan rupiah), sedangkan aksesori neckband-nya tadi dibanderol 1.430 yen (± 192 ribuan rupiah).

Sumber: Gizmodo.

Cara Mengubah Smartphone Xiaomi Jadi Remote TV dan AC

Boleh ragu, tapi pada faktanya Anda bisa mengubah smartphone Android menjadi remote TV, AC, smart box atau peralatan lain yang dikendalikan dengan remote control. Di tutorial ini, saya khusus akan menggunakan smartphone bermerk Xiaomi yang memang secara default dilengkapi aplikasi Mi Remote.

Continue reading Cara Mengubah Smartphone Xiaomi Jadi Remote TV dan AC

Berwujud Seperti Termos, Airwirl Ialah Unit Penyejuk Udara Portable

Memang tak mudah tinggal di wilayah tropis. Ketika penduduk negera empat musim hanya berjumpa dengan musim panas selama beberapa bulan saja, kita harus menghadapinya sepanjang tahun. Pendingin udara merupakan sahabat baik kita dalam berurusan melawan panas dan keringat, namun AC tidak banyak membantu jika Anda harus pergi ke luar ruangan.

Sudah ada banyak solusi perangkat pendingin tubuh portable ditawarkan developer, dari mulai AC mini hingga wearable. Perangkat-perangkat tersebut sangat unik, namun mungkin alasan mereka tidak populer di kalangan konsumen disebabkan oleh aspek desain yang kurang praktis, atau sebetulnya cuma sekadar memberikan ‘sensasi dingin’. Tapi perangkat bernama Airwirl ini berbeda karena betul-betul menawarkan portabilitas dan solusi pendingin sejati.

Perangkat unik garapan tim developer Florida tersebut mempunyai penampilan seperti tumbler/termos. Desain ini memastikannya mudah dibawa-bawa dan tidak membuat Anda jadi pusat perhatian. Airwirl mengusung sebuah solusi thermal baru, tidak seperti mister (penyemprot kabut) atau kipas bertenaga baterai, dan benar-benar menghadirkan zona temperatur yang pengguna inginkan.

Airwirl 1

Dengan begini, Anda dapat membawa udara sejuk ke mana pun, saat berjalan-jalan sambil membawa bayi di stroller, menonton pertandingan olahraga, atau ketika pergi ke gym. Dan tidak hanya menyejukkan, Airwirl juga bisa menjadi penghangat portable sewaktu Anda pergi ke daerah dingin. Bergantung dari kebutuhan, Anda bisa memasukkan es atau hand warmer ke wadahnya.

Airwirl 2

Airwirl memiliki struktur mirip termos, terbuat dari dua lapis baja anti-karat dengan ruang vakum di tengahnya. Tubuhnya didesain untuk menjaga temperatur internal tetap bertahan lama dan tidak keluar tanpa seizin Anda. Namun bagian paling istimewa di sana adalah tutupnya.

Airwirl 5

Bagian tersebut mempunyai sistem kipas turbin yang bekerja hening untuk ‘menyemprotkan’ udara dingin/hangat ke luar, dikombinasikan bersama pipa panjang dengan ujung yang diposisikan di tengah-tengah wadah – karena di zona inilah suhu berada di titik paling rendah/tinggi. Di sana, developer juga membubuhkan busa khusus buat mengisolasi temperatur.

Airwirl 3

Cara menggunakannya sangat mudah. Setelah memasukkan es atau hand warmer, Anda hanya tinggal mencantumkan tiga buah baterai AA di tempat yang tersedia, lalu menyalakannya dengan menekan tombol power. Anda bisa mengarahkan lubang exhaust langsung ke tubuh atau menyambungkan selang penyemprot. Airwirl diklaim mampu bekerja efisien, menyala seharian cuma berbekal tiga butir baterai (Anda bisa memilih varian lithium rechargeable).

Airwirl sudah dapat dipesan di Kickstarter, dan akan mulai dikapalkan pada bulan Agustus nanti. Seperti pada produk elektronik lain, portabilitas memang menuntut harga yang tidak murah. Airwirl dijajakan seharga mulai dari US$ 130 – setara atau bahkan lebih mahal dari air-cooler rumahan.

Geizeer Ialah ‘AC’ Portable Mungil Berbahan Kayu yang Hemat Listrik

Di negara beriklim tropis seperti Indonesia, penggunaan air conditioner adalah hal yang lumrah. Tapi terlepas dari fungsi ia diciptakan, AC mempunyai sejumlah kelemahan: pemakaiannya tidak praktis dan terlalu lama terekspos udara dingin bisa menyebabkan timbulnya gejala penyakit seperti pusing, nyeri punggung dan masalah pernafasan. Lalu bagaimana solusinya?

Geizeer garapan tim idea3Di bisa menjadi salah satu jalan keluarnya. Ia adalah sistem pendingin berbasis thermal insulation. Geizeer bekerja layaknya AC portable, menyajikan udara dingin ke orang-orang di sekitarnya, mengusung pendekatan yang lebih canggih dan lebih sehat dibanding kipas angin biasa. Bentuk Geizeer juga tidak terlalu besar, memudahkan kita untuk memindah-mindahkannya.

Perangkat ini berpenampilan seperti kubus, berukuran 144x144x124-milimeter. Badannya terdiri dari dua bagian shell kayu (dipilih karena mudah menyerap kelembapan), diperkuat bingkai logam. Cara kerja Geizeer tidak serumit unit AC. Di dalam, ia menyimpan brushless fan DC, ruang untuk gel es, serta sebuah port micro USB yang tersambung ke PCB. Dua komponen ditaruh di atas dan bawah membentuk kubus. Meski terlihat sederhana, developer mengusung teknik yang inovatif.

Bagian bawah berperan sebagai base, berisi baterai dan printed circuit board; dan di atas terdapat kipas serta sistem pendingin. Geizeer baru bisa aktif ketika kedua bagiannya tersambung, memastikannya aman buat anak-anak dan peliharaan. Saat ia menyala, udara akan dihisap dari atas, didinginkan dalam kubus, kemudian dikeluarkan lewat slot di tengah-tengah secara 360 derajat.

Geizeer memang mirip air cooler, namun idea3Di memanfaatkan rancangan struktur berbeda. Ruang ice-pack dibentuk sedemikian rupa agar menyajikan difusi udara yang lebih baik, dan gel di sana cukup untuk mendinginkan ruang seluas 12 meter persegi. Lewat metode ini, Geizeer mampu menjaga temperatur internal tetap sejuk meski ada pergerakan mekanik (kipas) di dalam.

Seberapa efektifkan kreasi idea3Di? Geizeer mampu menurunkan suhu di ruang terisolasi sebesar tiga derajat Celcius di jarak 12 meter persegi. Dan hebatnya, perangkat ini hemat listrik dan ramah lingkungan, sangat jauh dibanding AC. Dalam pengoperasian 24 jam, ia hanya membutuhkan listrik setara satu sen. Elemen pendingin berupa gel sendiri memiliki durasi sekitar empat jam, sebelum Anda harus mendinginkannya lagi. Unit baterai 3,7V membuatnya aktif selama tujuh jam, dapat di-charge via kabel micro USB.

Anda sudah bisa memesan versi ‘Special Promotion’ Geizeer di Kickstarter seharga € 75, akan dikirimkan pada bulan September 2016 nanti.

BedJet Ialah ‘AC Untuk Kasur’, Memastikan Tidur Lebih Berkualitas

Umumnya orang dewasa membutuhkan tidur selama tujuh hingga sembilan jam agar kembali merasa segar di esok hari. Namun ada masa-masa di mana istirahat malam kita terganggu karena keadaan: suhu terlalu hangat buat menggunakan selimut, tapi tanpanya kita sulit merasa nyaman. Atau saking dinginnya, selimut tidak bisa menjaga tubuh tetap hangat. Continue reading BedJet Ialah ‘AC Untuk Kasur’, Memastikan Tidur Lebih Berkualitas

Lupakan Smartwatch, Wristify Adalah Gelang AC Pintar Penyejuk Tubuh Anda

Tinggal di negeri beriklim tropis memberikan berkah dan problema tersendiri. Ekspos sinar matahari membuat tanah kita subur, tapi jumlah penduduk dan kendaraan yang kian banyak menyebabkan suhu semakin panas. Itu sebabnya produk air conditioner sangat laris di beberapa daerah. Tapi seandainya saja AC bisa dibawa kemanapun Anda mau… Continue reading Lupakan Smartwatch, Wristify Adalah Gelang AC Pintar Penyejuk Tubuh Anda