Tag Archives: Accelerating Asia Ventures

Pendanaan Accelerating Asia Tokban TransTRACK.id

Accelerating Asia Umumkan Investasi ke 13 Startup, Termasuk Tokban dan TransTRACK.ID

Pemodal ventura sekaligus akselerator startup tahap awal Accelerating Asia mengumumkan putaran investasi terbarunya. Kali ini melihatkan 13 startup, termasuk 9 startup baru  yang bergabung dalam program unggulan Cohort 6. Selain itu mereka juga mengumumkan dana tambahan untuk 4 startup yang telah tergabung di Cohort sebelumnya.

Dari 9 startup baru tersebut, salah satunya dari Indonesia. Bernama Tokban, startup tersebut melahirkan platform B2B untuk bahan konstruksi, MRO, dan kebutuhan renovasi rumah lainnya. Tokban membantu toko bahan bangunan, toko perangkat keras, dan kontraktor mengakses bahan bangunan yang lebih bervariasi dengan harga lebih rendah. Serta mendigitalkan proses konektivitas bisnis.

Sementara dari portofolio Cohort sebelumnya, dari Indonesia yang mendapatkan dukungan follow-on funding adalah TransTRACK.ID.

Investasi terbaru yang dilakukan menambah total perusahaan portofolio Accelerating Asia menjadi 52 startup dengan total pendanaan lebih dari $42 juta. Investasi baru di Cohort 6 juga memiliki daya tarik pasar dan pendapatan yang terus meningkat dengan GMV rata-rata $100 ribu per bulan dan pendapatan rutin bulanan rata-rata lebih dari $25 ribu.

Masih dalam proses finalisasi, startu[ Cohort 6 Accelerating Asia akan melakukan Demo Day pada bulan Juni 2022 mendatang. Startup Cohort 6 hadir di lebih dari 10 negara serta mencakup 7 vertikal bisnis termasuk proptech, marketplace, fintech, logistik, services, e-commerce, dan healthtech.

“Sejak tahun 2019, kami telah membangun kumpulan aset investasi startup kami dengan investor yang mendatangi Accelerating Asia untuk mendapatkan akses awal ke jaringan startup yang menggabungkan keuntungan dengan tujuan,” kata General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo.

Accelerating Asia meluncurkan Fund II pada tahun 2021. Cohort 6 merupakan investasi gelombang kedua untuk Fund II yang akan menyebarkan modal ke startup pra-seri A di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Selatan.

Fokus kepada startup Indonesia dan Bangladesh

TransTRACK.ID menjadi salah satu startup unggulan mereka dari Indonesia. Startup ini didirikan oleh dua founder, yakni Anggia Meisesari dan Aris Pujud. Hingga saat ini pengguna sistem TransTRACK.ID sudah hampir 3000 unit. Perusahaan dapat melayani pelanggan di seluruh Indonesia, dengan service point sementara ini berada di seluruh pulau Jawa, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan. TransTRACK.ID fokus pada model bisnis B2B dan B2B2C.

“Dengan solusi telematika armada mereka dan pengalaman industri yang luas dari tim pendiri, TransTRACK.ID berada di jalur yang tepat dengan berhasil meraup pangsa pasar kargo dan logistik yang diharapkan bernilai US$383 miliar pada tahun 2023,” kata General Partner Accelerating Asia Craig Bristol Dixon.

Selain investasi dari Accelerating Asia, startup-startup ini telah menggalang dana dari Cocoon Capital, Dana Pemberdayaan Wanita Indonesia (sebuah inisiatif dari Moonshot Global & YCAB Ventures), Draper Startup House Ventures Fund, HH VC Investments, Startup Bangladesh, Impact Collective, dan angels investor di pendanaan Accelerating Asia.

Selain fokus kepada startup di Indonesia, Accelerating Asia juga mulai melirik startup dari negara Bangladesh.

“Minat investor terhadap kumpulan aset investasi kami meningkat sejak pertama kali mulai berinvestasi di Bangladesh pada tahun 2019 sebagai salah satu pemodal ventura bertaraf internasional. Contohnya, Shuttle telah berhasil berkembang dari awalnya sebagai solusi transportasi yang aman bagi wanita hingga memperluas layanannya untuk memasukkan penawaran B2B untuk perusahaan dan jalan lainnya.” tambah Craig.

Accelerating Asia

Accelerating Asia Tingkatkan Nilai Investasi ke Startup, Kembali Buka Pendaftaran Cohort Kelima

Accelerating Asia, perusahaan modal ventura dan akselerator untuk startup pra-seri A, mengumumkan penambahan keseluruhan jumlah investasinya. Startup kini dapat menerima pendanaan hingga $250.000 (setara Rp 3,5 miliar), naik dari $150.000 (setara Rp 2,1 miliar) pada periode sebelumnya.

“Kami sangat senang melihat traksi yang terbentuk, hasil dan pertumbuhan portofolio startup kami sejauh ini. Dengan meningkatnya minat investor yang mereka terima, ini menjadi penanda awal bahwa model pendanaan akselerasi kami berhasil. Oleh karena itu, kami memutuskan bahwa sekarang adalah waktu yang tepat untuk meningkatkan jumlah investasi dan menaruh kepercayaan lebih besar pada startup yang mengikuti program kami,” ungkap Co-Founder & General Partner Accelerating Asia Amra Naidoo.

Sejak 2019, mereka mengklaim berhasil mempercepat pertumbuhan 36 startup pra-seri A unggulan di negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi digital tercepat seperti Indonesia, Singapura, Bangladesh, Vietnam dan India. Hingga kini, portofolio startup Accelerating Asia telah berhasil mengumpulkan $ 27 juta secara kolektif dan 65% di antaranya diperoleh setelah bergabung dengan network Accelerating Asia.

Dari seluruh portofolio, para startup yang menyelesaikan program akselerator unggulan pada tahun 2019 dan 2020 telah berhasil meningkatkan pendapatan bulanan mereka hingga tiga kali lipat, dari USD 9.000 di awal program Accelerating Asia menjadi USD 27.000 di tahun 2021.

Di Indonesia sendiri sudah ada beberapa program akselerasi yang banyak diikuti oleh startup. Mulai dari Gojek Xcelerate, Plug & Play Indonesia hingga Google for Startups Accelerator.

Pembukaan Accelerating Asia Cohort Kelima

Setelah sebelumnya mengumumkan 11 startup yang masuk ke dalam cohort keempat, saat ini Accelerating Asia telah membuka cohort 5 dan akan ditutup pada 30 Juni 2021. Selain program akselerator andalannya, Accelerating Asia juga mendukung ekosistem startup melalui Amplify, akselerator virtual 6-module yang memberikan akses startup pada sumber daya terbaik untuk mengembangkan bisnis mereka.

Secara khusus Accelerating Asia menawarkan akses awal dan eksklusif kepada para investor untuk melihat portofolio startup demi memberikan gambaran tentang alur transaksi yang sesuai syarat, hak prorata, serta kesempatan memilih di awal untuk berinvestasi. Pada 2021 dan seterusnya, Accelerating Asia berencana meluncurkan Fund II di paruh kedua di 2021 dan akan terus melakukan pendanaan serta upaya percepatan startup pra-seri A unggulan di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Ke depannya, perusahaan berencana untuk memperluas kehadiran, mengembangkan jejak yang lebih besar di berbagai pasar melalui perekrutan cohort dan kemitraan dengan pemerintah serta investor. Untuk mendukung ekosistem startup, Accelerating Asia menawarkan program Amplify, sebuah program akselerator virtual dengan enam modul yang memberikan akses bagi startup ke jaringan papan atas untuk menumbuhkan bisnis mereka.

Pendiri Izy

Izy Mungkinkan Pemilik Hotel Hadirkan Layanan “On-Demand” untuk Pengunjung

Digitalisasi layanan di sektor akomodasi sudah hampir meliputi hulu hingga hilirnya. Pemesanan kamar sampai penyampaian kepuasan tamu sudah bisa dilakukan melalui sebuah gawai. Justru saat ini layanan di dalam hotel itu sendiri yang acapkali masih konvensional.

Izy adalah startup yang melihat celah tersebut sebagai peluang bisnis. Startup ini didirikan pada 2018 oleh tiga orang yakni Gerry Mangentang, Mahesa Al Rasyid, dan Gustaf Loho. Gerry yang berlaku sebagai CEO menjelaskan bahwa Izy merupakan platform mobile concierge yang membantu hotel dalam mendigitalkan layanan dan meningkatkan pendapatannya.

Misal ada sebuah hotel tak memiliki restoran sendiri, Izy akan menghubungkan hotel itu ke restoran-restoran di dekatnya. Alhasil tamu hotel tetap bisa mencari makan tanpa meninggalkan kamar. Platform ini tak hanya membantu hotel dalam pemesanan makanan, bisa juga layanan binatu, room service, dan lainnya sesuai kebutuhan hotel.

“Oleh klien kami, Izy ini dilihat jadi semacam Gojek-nya. Tamu masuk, tinggal check in ke sistem hotel lalu mereka tinggal pesan apa saja dari sana,” jelas Gerry kepada DailySocial.

Model bisnis

Gambaran aplikasi Izy
Gambaran aplikasi Izy

Sebanyak 82 hotel kini sudah menggunakan platform Izy. Mayoritas di antara hotel tersebut bermukim di Bali, sisanya tersebar di Jabodetabek, Medan, Balikpapan, dan Samarinda. Kebanyakan hotel yang memakai jasa Izy adalah hotel luxury & leisure. Gerry menyebut angka itu segera bertambah seiring kesepakatan baru yang mereka raih dengan sejumlah hotel.

Meski begitu Gerry mengatakan, pihaknya tak eksklusif menyasar segmen tersebut. Pasalnya platform Izy dapat disesuaikan dengan kebutuhan hotel di segala kelas.

Adapun model bisnis yang Izy pakai adalah sistem berlangganan bulanan. Namun sistem itu juga fleksibel karena ada juga yang memakai sistem kombinasi dengan tarif datar atau bagi hasil. Startup lulusan Gojek Xcelerate ini meyakini dapat meraup pelanggan yang besar. Selain karena adopsi teknologi pihak hotel yang relatif lambat, juga karena banyaknya jumlah hotel dan penginapan di seluruh Indonesia. Dari sisi kompetisi pun masih minim pesaing dari lokal.

“Di market Indonesia kompetitor kita dari luar negeri semua. Tapi itu jadi kelebihan kita juga karena hotel-hotel yang ikut dengan kami prefer yang sama-sama dari Indonesia,” terang Gerry.

Efek pandemi

Industri perhotelan dan akomodasi sejak awal jadi salah satu industri paling parah terkena dampak Covid-19, tak terkecuali Izy. Gerry mengaku pendapatan Izy turun cukup seret akibat pandemi ini.

Namun di saat bersamaan tingkat respons hotel dalam menerima ajakan bergabung Izy jadi jauh lebih cepat. Dorongan untuk efisiensi dan mencari pos pendapatan baru memaksa hotel lebih cepat melirik solusi Izy. Padahal menurut Gerry pihaknya sudah menghentikan kegiatan marketing guna menekan pengeluaran perusahaan.

Menghadapi situasi paceklik ini, pendanaan jadi salah satu solusi untuk memperpanjang nafas. Izy juga mengambil langkah itu. Gerry mengungkapkan mereka baru saja meraih pendanaan awal dari sejumlah investor untuk nominal yang tak bisa disebutkan.

“Yang berpartisipasi itu ada Indigo Telkom, Arkblu Capital, dan Accelerating Asia Ventures,” imbuhnya.

Antisipasi lebih jauh

Jumlah kasus Covid-19 yang bertambah eksponensial sampai hari ini jelas membebani Izy. Namun Gerry mengatakan sudah merancang strategi anyar untuk mengantisipasi keadaan terburuk, salah satunya dengan pivot yang sifatnya sementara.

Gerry mengakui situasi sekarang mengharuskan mereka tidak mengandalkan hotel sebagai satu-satunya sumber pemasukan. Oleh sebabnya mereka berencana menyasar gerai ritel modern dan permukiman residensial sebagai pasar baru.

“Kita ini platform on demand, kalau dengan ritel ini kita bisa dianggap light e-commerce-lah, tapi untuk mall dan ritel. Fokusnya akan ada di Jakarta, Bandung dan Bali,” pungkas Gerry.

Application Information Will Show Up Here