Tag Archives: aCommerce Indonesia

aCommerce Indonesia Tunjuk COO dan CCO Baru

Perusahaan e-commerce enabler aCommerce Indonesia hari ini mengumumkan dua orang baru di jajaran manajemen, yaitu Chief Operating Officer (COO) Mustofa Kamal Hamka dan Chief Commercial Officer (CCO) Donny Wardhana. Bergabungnya dua pimpinan baru di organisasi aCommerce Indonesia diharapkan bisa mewujudkan rencana aCommerce sebagai end-to-end e-commerce enabler dan menjadi operating system untuk commerce di Asia Tenggara pada tahun 2020.

Memiliki pengalaman dan wawasan yang tepat untuk aCommerce

Dipilihnya Mustofa Kamal Hamka sebagai COO baru aCommerce Indonesia berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya yaitu bekerja di perusahaan ternama seperti, MAP, Metrox, LION, Lazada, dan terakhir menjabat sebagai CEO di etobee sebelum bergabung bersama aCommerce. Nantinya Kamal akan bertanggung jawab terhadap Operations, Distribusi, Cross-order dan layanan pelanggan.

“Saya melihat peluang yang besar bagi aCommerce untuk semakin mengembangkan bisnis dan posisinya di pasar, terlebih dengan komitmen yang diberikan oleh seluruh tim manajemen lokal dan regional untuk menjadi pemain terbaik di Asia Tenggara,” kata Kamal dalam siaran pers yang dikirimkan hari ini.

Saat ini aCommerce sedang memfokuskan kepada otomasi dan optimisasi menyeluruh untuk semakin mengurangi proses manual dan meningkatkan produktivitas dan efisiensi cost. Disisi lain posisi Kamal nantinya juga dituntut untuk menciptakan komunikasi yang transparan antar tim dan people development.

Sementara itu direkrutnya Donny Wardhana sebagai CCO berdasarkan pengalaman terdahulu yang telah dimiliki yaitu bekerja di perusahaan logistik ternama seperti DHL, TNT, UPS, JNE, dan terakhir sebagai Direktur di Quantum Solutions Logistics Indonesia.

“Saat ini aCommerce merupakan pemimpin di industrinya, terutama di Indonesia, dan sangat memungkinkan bagi perusahaan ini untuk scale up lebih cepat mengingat besarnya potensi pasar e-commerce Indonesia yang masih belum kita kembangkan dengan maksimal. I want to be a part of the winning team,” ujar Donny.

Sebagai CCO, Donny memegang peranan kunci untuk mengembangkan bisnis dan portfolio aCommerce di Indonesia dengan memimpin tim Business Development dan memfokuskan Segmen B2B (Business to Business) dan B2E (Business to Employee).

CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro menyambut baik kehadiran dua jajaran manajemen baru yang nantinya bakal memperkuat rencana-rencana terdekat aCommerce dapat dieksekusi dan dikelola semakin maksimal.

“Dari Desember 2016 hingga Januari 2017 nanti kami akan meluncurkan beberapa brand e-commerce site dan akan ada produk/jasa baru yang hadir di kuartal pertama 2017,” kata Hadi.

aCommerce Umumkan Perolehan Pendanaan yang Dipimpin MDI Ventures

Hari ini (19/7) layanan e-commerce enabler asal Thailand aCommerce mengumumkan telah mendapatkan pendanaan baru yang dipimpin oleh MDI Ventures dengan nilai pendanaan diestimasi mencapai delapan digit dalam dolar Amerika Serikat. Investor sebelumnya, DKSH juga turut berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini diikuti oleh BlueSky. Dana ini akan digunakan untuk perluasan pasar secara agresif di Singapura, Malaysia, dan Vietnam bersamaan dengan memperkuat posisi di pasar yang sudah beroperasi seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina.

Co-Founder dan Grup CEO aCommerce Paul Srivorakul mengatakan, “Bermitra dengan MDI dan Grup Telkom, yang pada dasarnya adalah perpanjangan tangan teknologi pemerintah Indonesia, cocok dengan visi aCommerce untuk memecahkan tantangan e-commerce seperti infrastruktur, logistik, dan sistem pembayaran di pasar terbesar dan tercepat di Asia Tenggara.”

Managing Partner MDI Ventures Nicko Widjaja menambahkan, “Melalui investasi strategis kami di e-commerce enabler terkemuka Asia Tenggara, kami melihat peluang untuk menawarkan layanan digital dan perdagangan baru di seluruh ekosistem Telkom [dengan] memanfaatkan lebih dari 150 juta pelanggan [yang dimiliki Telkom].”

Di balik kesepakatan investasi

CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro mengungkapkan bahwa kesepakatan investasi ini berlangsung dengan cepat. Pertemuan antara MDI Ventures dan aCommerce yang berujung pada kesepakatan investasi ini diawali dari acara aCommerce yang digelar pada Januari 2016. Dari sana, setelah saling mengenal satu sama lain lebih jauh, kesepakatan pun berhasil dicapai.

Hadi mengatakan, “Dari sisi Telkom sendiri tentu ingin mencari diversifikasi model bisnis [dan] investasi ini fokus awalnya adalah logistik. Tapi ini akan berkembang. Dari sisi aCommerce sendiri, kami melihat Telkom punya infrastruktur yang cukup baik di seluruh Indonesia. Sebagai perpanjangan pemerintah di dunia telekomunikasi, tentu ini menjadi suatu peluang juga bagi aCommerce sendiri untuk membangun eksistensi model bisnis aCommerce dengan network infrastructure yang mereka miliki.”

Sementara itu Senior Associate MDI Ventures Kenneth Li menjelaskan, ”Alasan yang kami lihat [untuk berivestasi] adalah bahwa e-commerce belum melihat tanda-tanda melambat di Indonesia dan bagian dari pertumbuhan ini melibatkan infrastruktur yang mendukung bisnis e-commerce. Cina memiliki sekitar 9% penetrasi e-commerce, tetapi di Indonesia hanya sekitar 1%. Kami percaya bahwa semua infrastruktur pendukung pertumbuhan harus dibangun juga [logistik, pembayaran, dan lainnya].”

“Kami sudah memiliki marketplace [Blanja] yang merupakan perusahaan patungan dengan eBay yang berarti langkah logis selanjutnya adalah berinvestasi di pemain dan untuk mendukung e-commerce Indonesia. Telkom pemain di bidang infrastruktur dan kami fokus pada pembangunan mendukung ekosistem. Dalam hal kemitraan strategis, kami ingin bekerja sama erat dengan aCommerce untuk memperkuat logistik B2C dengan memanfaatkan properti Telkom yang ada dan infrastruktur logistik sekaligus juga mereplikasi model C2C mereka di Indonesia,” lanjutnya.

Rencana ke depan aCommerce Indonesia terkait pendanaan

Dana segar yang baru diterima aCommerce ini menurut Hadi juga akan berdampak pada rencana perluasan wilayah mereka di Indonesia. Di samping itu, Hadi juga mengungkap bahwa mereka akan menambah talenta-talenta baru seiring dengan perluasan wilayah yang dilakukan. Sebagai informasi, belum lama ini aCommerce Indonesia telah membuka fulfillment center baru di Cawang dan berencana untuk memperluas sayap ke 15 kota besar di Indonesia.

Di sisi lain, potensi untuk bersinergi dengan ILCS (Integrasi Logistik Cipta Solusi) juga telah didiskusikan. ILCS sendiri merupakan anak perusahaan Telkom yang bergerak di sektor logistik dan berdiri sejak tahun 2012 silam.

Kenneth mengatakan, “Untuk ILCS, apa yang kami lihat adalah bahwa aCommerce akan menjadi infrastruktur pendukung e-logistik perdagangan lintas batas. Kami berpikir bahwa dalam waktu dekat ini perdagangan lintas batas tidak akan terelakan karena ILCS bekerja sama dengan otoritas pelabuhan dan klien perusahaan besar kami yang lain.”

“Kami juga ingin mengintegrasikan sistem aCommerce dengan semua yang kami tawarkan melalui ILCS. Di sisi lain, kami juga bisa memperkuat aCommerce dengan pengetahuan lokal kami yang mendalam tentang distribusi pelabuhan, armada-pelacakan, optimasi rute, penyelesaian pelabuhan, dan lainnya. Kami melihat pasar yang besar yang bisa dimanfaatkan dalam hal e-logistik di B2B dan kami juga ingin menawarkan pilihan perusahaan klien kami untuk melakukan B2C logistik dengan aCommerce,” tandas Kenneth.

aCommerce Indonesia Bangun Fulfillment Center Baru di Cawang

Rencana e-commerce enabler asal Thailand aCommerce untuk pasar Indonesia di tahun 2016 ini satu demi satu mulai direalisasikan. Setelah ekspansi ke Surabaya dan Bandung dengan membangun hub pada bulan Februari lalu, Jum’at (3/6) kemarin fulfillment center aCommerce Indonesia terbaru di Cawang, Jakarta Timur resmi selesai dibangun. Gudang seluas 7.000 meter persegi ini rencananya akan didedikasikan untuk produk mode dari e-commerce Indonesia.

Gudang aCommerce yang resmi beroperasi sejak Jum’at kemarin ini memiliki luas 7.000 meter persegi, memiliki storage mezzanine 4-level yang luasnya setara dengan 17.000 meter persegi pada level ground space, dan secara keseluruhan diklaim dapat meningkatkan total kapasitas storage aCommerce Indonesia hingga empat juta unit produk. Di samping itu, fulfillment center aCommerce ini juga dilengkapi dengan  conveyor belt yang diklaim dapat mengefisiensi waktu pick-packing per order.

[Baca juga: Mengintip Rencana aCommerce Indonesia Tahun Depan]

Tujuan utama proyek fulfillment center aCommerce ini adalah untuk membangun gudang yang berorientasi pada teknologi (tech-oriented warehouse) yang secara spesifik dipilih untuk memenuhi kebutuhan industri retail dan fashion. aCommerce menyelesaikan pembangunan fulfillment center di Cawang dalam waktu tiga bulan untuk mengantisipasi tingginya permintaan dan pesanan di bulan suci Ramadhan yang terhitung sebagai peak season.

“Membangun gudang dari nol sampai kemudian menjadi FC yang memiliki kapasitas dan teknologi operasional hanya dalam waktu tiga bulan merupakan suatu tantangan. […] Tapi pada akhirnya kami sangat senang berhasil mengatasinya dan menyelesaikan pembangunan FC ini tepat waktu. Pembangunan FC ini menjadi milestone baru bagi aCommerce sebagai leading end-to-end solutions provider untuk para pemain industri e-commerce di Asia Tenggara,” ujar CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro.

Fulfillment center baru aCommerce di Cawang memiliki kapasitas untuk menampung empat juta unit produk / DailySocial
Fulfillment center baru aCommerce di Cawang memiliki kapasitas untuk menampung empat juta unit produk / DailySocial

Untuk menjalankan kegiatan operasional di fulfillment center baru mereka, aCommerce juga telah merekrut 400 orang yang dibagi dalam tiga shift. Dengan penambahan tenaga kerja tersebut, artinya jumlah anggota tim aCommerce Indonesia sudah mencapai lebih dari 800 orang dan diproyeksikan akan mencapai 1.000 karyawan pada akhir tahun 2016 ini.

Hingga kini, aCommerce Indonesia mengklaim memiliki kapasitas total di level ground (total ground capacity) seluas 30.000 meter persegi dan menangani 10-12 ribu pengiriman outbound setiap harinya. Dengan penambahan fulfillment center Cawang, tim Operasional memproyeksikan outbound bisa meningkat tiga kali lipat hingga 35-36 ribu pengiriman dalam waktu operasional 24 jam/7 hari.

[Baca juga: aCommerce Melakukan Ekspansi ke Bandung dan Surabaya]

Fulfillment center aCommerce di Cawang ini akan didedikasikan untuk produk fashion sedangkan fulfillment center aCommerce di Halim akan digunakan untuk kategori serba guna (multi user).  aCommerce Indonesia juga kini tengah bersiap meresmikan ekspansi ke 15 kota lainnya pada bulan Juli 2016, terutama setelah sukses meluncurkan dua hub baruya di Bandung dan Surabaya pada Februari lalu.

Inisiatif Penelitian eCommerceIQ dari aCommerce Hadir di Indonesia

Inisiatif penelitian untuk industri e-commerce yang terbentuk dari aCommerce, eCommerceIQ (eIQ), kini hadir di Indonesia. Ini ditandai dengan digelarnya acara Masterclass pertama di Jakarta pada Kamis (26/5) silam. Melalui acara tersebut aCommerce Research Unit, pihak yang terlibat di eCommerceIQ, membawa para ahli performance marketing Asia Tenggara untuk membantu pemain online meningkatkan kemampuan pemasaran melalui data, riset, dan workshop.

Hadirnya eCommerceIQ di Indonesia sebenarnya sudah pernah disinggung oleh CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro. Dijelaskan Hadi, eCommerceIQ akan menjadi kanal untuk membantu klien atau para pemain industri e-commerce mengambil keputusan dan membuat strategi berdasarkan data yang tersedia. Tujuan utama dari eCommerceIQ sendiri adalah untuk mengedukasi dan mengakselarasi pasar e-commerce di Asia Tenggara melalui reports, content, dan event.

Salah satu alasan kehadiran eCommerceIQ adalah besarnya potensi pasar e-commerce Indonesia yang hingga kini masih belum digarap maksimal. Head of eCommerceIQ dan Director of Research aCommerce Felicia Moursalien menyebutkan bahwa total penjualan e-commerce di ASEAN saat ini baru menyumbang 1% dari total penjual retail. Indonesia sendiri masih tertinggal jauh (0,7%) bila dibandingkan dengan China (8%) dalam hal pertumbuhan e-commerce.

eCommerceIQ tentang pertumbuhan e-commerce di China dan kawasan ASEAN / eCommerceIQ
eCommerceIQ tentang pertumbuhan e-commerce di China dan kawasan ASEAN / eCommerceIQ

Felicia mengatakan, “Indonesia merupakan pasar online yang paling cepat bertumbuh di Asia Tenggara. Namun dengan total penjualan e-commerce yang hanya menyumbang 1% dari total penjualan retail, masih ada banyak kesempatan tersisa bagi brand hingga pemain ritel tradisional untuk meraih 99% dari porsi yang tersedia.”

“Kami menciptakan Masterclass sebagai satu cara untuk mengatasi langsung beberapa poin tersulit yang dihadapi ecommerce di wilayah ini dan untuk membantu bisnis melewatkan tahapan pembelajaran yang mahal,” lanjutnya.

Sementara itu Head of Marketing aCommerce Indoneia Aditya Jamaludin menyampaikan, “Yang dilakukan para retailer tradisional dengan benar adalah offline branding dan memberikan pengalaman produk. Namun di era digital ini dunia marketing telah bertransformasi sepenuhnya, mulai dari tipe KPI [Key Performance Indicators] yang diukur hingga profil orang yang direkrut oleh para perusahaan.”

Performance marketing menjadi topik pertama dari seri Masterclass yang diisi oleh para praktisi in-house aCommerce, wawasan dari Google, studi kasus dari MatahariMall, dan studi kasus interaktif dengan para analis ahli dari Thailand. Ini juga merupakan kolaborasi kedua antara ecommerceIQ dan Google yang sebelumnya telah sukses menggelar eCommerceIQ Summit di Thailand.

Melihat Peran Teknologi yang Menjadi Fondasi Layanan aCommerce

Tumbuh suburnya industri e-commerce di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, turut membuka berbagai peluang bisnis baru. Salah satu yang coba digali adalah peranan sebagai e-commerce enabler, seperti yang dilakoni oleh perusahaan asal Thailand, aCommerce. Basis utama dari layanan aCommerce sendiri ada di sisi teknologi sistem informasi.

Teknologi sebagai fondasi dari layanan aCommerce

aCommerce berdiri pada Juni 2013 di Thailand dan secara resmi mulai beroperasi di Indonesia pada bulan Desember di tahun yang sama. Sebagai perusahaan e-commerce enabler, solusi yang disediakan oleh aCommerce adalah layanan end-to-end yang mencakup marketing, channel management, call center, fulfillment center dan logistik dalam satu platform terintegrasi.

“aCommerce bukan perusahaan logistik, […] kami itu perusahaan teknologi. Visi perusahaan kami secara teknologi adalah kami menggunakan teknologi sebagai enabler [untuk] partner kami, baik itu dari perspektif klien maupun dari perspektif platform partner kami,” ujar CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro.

Hadi juga menekankan, “aCommerce itu tidak hanya mengintegrasikan pergerakan transaksi fisik [logistik], […] tetapi enabler-nya justru dari teknologi sistem informasi.”

Sederhananya, aCommerce memiliki platform yang disebut AMP (aCommerce Management Platform) yang berperan sebagai middleware. Di dalamnya terdapat sumber daya platform teknologi yang dapat menghubungkan front end platform miliki klien hingga ke layanan logistik dari aCommerce. Platform channel management Squid yang diluncurkan pada akhir Januari silam dan SmartShip adalah core platform dalam AMP.

Selain itu masih ada juga Magento 2.0 untuk pengembangan mobile app, situs e-commerce, marketplace, atau regular website yang terdapat dalam AMP. Ada juga layanan PopShop yang lebih difokuskan untuk penanganan flash sale atau sample produk dari klien.

Salah satu tujuan aCommerce untuk mengintegrasikan sistem teknologinya adalah untuk memetakan data perilaku konsumen dari hulu ke hilir. Dari mulai berselancar mencari produk, hingga penerimaan barang. Data tersebut nantinya akan dimanfaatkan secara general untuk bantu mengambil keputusan untuk strategi klien dan juga dalam bentuk riset yang akan menjadi bagian dari kanal e-Commerce IQ.

Pendekatan konsumen dan kultur kerja

Tim Teknologi aCommerce Indonesia / DailySocial

Sebagai enabler, aCommerce juga memberikan jasa konsultasi kepada kliennya. Ini merupakan langkah awal dari aCommerce untuk memahami bisnis dari kliennya. Menurut Head of Technology aCommerce Indonesia Ferdian Robianto, rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh klien pada masa konsultasi ini adalah 2-6 bulan.

Ferdian mengatakan, “Kami memberikan jasa konsultasi dengan tujuan mengedukasi calon klien [terutama yang masih awam] akan kondisi dan tren industri e-commerce saat ini. Konsultasi ini tidak hanya bersifat pengetahuan general saja, tetapi juga dalam level yang lebih jauh seperti membangun model bisnis yang efektif dan menguntungkan, market study, sampai penghitungan return of investment [ROI]. […] Tentu saja konsultasi ini opsional, semua tergantung permintaan klien.”

Seperti kebanyakan startup teknologi, aCommerce juga menerapkan Scrum, Kanban, dan stand up meeting sebagai kerangka kerja untuk menyelesaikan permasalahan kompleks dan adaptif namun di saat bersamaan dapat menghasilkan produk yang baik.

Sebagai informasi, baru-baru ini aCommerce juga telah melebarkan sayap operasional ke Bandung dan Surabaya untuk memaksimalkan dukungan terhadap metode transaksi Cash on Delivery (COD). Ke depannya, Hadi mengungkap bahwa aCommerce sedang dalam masa penjajakan untuk membangun omni-channel sebagai platform tambahan dalam AMP untuk mendukung adopsi Online-to-Offline.

Mengintip Rencana aCommerce Indonesia Tahun Depan

Akhir tahun 2015 sudah semakin dekat dan banyak para pelaku bisnis di Indonesi mempersiapkan rencana untuk melangkah di tahun 2016 nanti. aCommerce Indonesia, perusahaan e-ommerce enabler asal Thailand, termasuk salah satunya. Setelah resmi memperkenalkan aDelivery, tahun depan aCommerce berencana memperluas jangkauan wilayah operasional dan mengembangkan sistem yang memudahkan brand dalam mengelola penjualan produknya di berbagai kanal marketplace online.

Pengembangan produk Tracking Management System aDelivery

IT & Product aCommerce Indonesia yang mengembangkan aDelivery / DailySocial

Belum lama ini, aCommerce resmi memperkenalkan Tracking Management System bernama aDelivery. Pada dasarnya, sistem yang dikembangkan secara in-house tersebut bertujuan untuk bantu meningkatkan produktivitas kerja armada yang dimiliki oleh aDelivery Indonesia. Sistem ini dapat berjalan di ponsel pintar Android yang digunakan oleh armada aCommerce Indonesia.

“aDelivery adalah bagian dari aCommerce untuk memberikan added value service pada kosumen atau klien kami sebagai perusahaan berbasisis teknologi yang salah satu fokusnya ada di logistik. Melalui aDelivery, kami bisa memonitor behavior dari para pengendara kami. […] Tujuannya untuk dapat memonitor, mengukur, dan pada akhirnya mengontrol produktivitas dari para riders yang melakukan proses pengiriman,” ujar Co-CEO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro ketika ditemui di kantornya di kawasan Halim, Jakarta.

IT and Product Manager aCommerce Indonesia Rano Santoso menjelaskan bahwa aDelivery dibuat dan digunakan sebagai problem solving terkait dengan backlog di pendistribusian dengan beberapa fitur yang diunggulkan seperti Status Delivery, Tracking Courier, Routing History, Rekonsiliasi Cash on Delivery, pemberitahuan melalui email dan SMS, hingga Dashboard Performance yang dapat bantu menentukan Key Performance Index [KPI] untuk setiap kurir aCommerce Indonesia.

Saat ini, aDelivery yang baru meluncur memang baru digunakan untuk aCommerce Indonesia dengan armada yang yang dimiliki berjumlah 60-100 kurir. Pun demikian, di tahun 2016 nanti rencananya aDelivery akan menjadi sistem standar operasional aCommerce di kawasan Asia Tenggara. Untuk kawasan Indonesia sendiri implementasinya akan diperluas hingga ke beberapa kota besar, seperti Bandung dan Surabaya.

“Sejauh ini untuk last mile delivery dalam kota [Jakarta], aDelivery sudah bisa mengakomodir kebutuhan pengiriman kami. Sedangkan untuk pengiriman luar kota, sistem sudah siap berjalan, […] tetapi kami masih menunggu dibukanya hub distribusi baru di Surabaya dan Bandung,” ungkap Rano.

Hadi menambahkan, “Sekarang kami fokus aDelivery ini dibangun untuk memperkuat product service aCommerce di Indonesia, kebetulan aDelivery ini diinisiasi oleh aCommerce Indonesia. Target berikutnya adalah regional lain, Filipina, Thailand, Singapura, tahun depan kami juga akan buka di Malaysia dan Vietnam. […] Prioritas berikutnya setelah internal adalah rekan-rekan kami dan third party logistics.”

“Kuartal pertama kami harapkan  sudah bisa hadir di lima kota lain. Bandung dan Surabaya adalah yang sudah berjalan, kota lain bisa jadi adalah Semarang, Jogjakarta, Denpasar, Medan, atau Makassar. Tapi ini masih digodok. Akhir tahun depan target kami adalah bisa ekpansi ke 22 kota,” lanjut Hadi.

Empat Pilar aCommerce Indonesia untuk melangkah di 2016

COO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro / DailySocial

aDelivery memang memang merupakan produk teranyar aCommerce Indonesia dan akan menjadi salah satu fokus pengembangan di tahun depan. Namun berbicara mengenai aCommerce sebagai peruhsahaan, menurut Hadi, ada empat pilar yang akan menjadi pegangan aCommerce. Mulai dari basis teknologi untuk e-Commerce hingga pilar terbaru yakni, channel management system.

Hadi menekankan, “aCommerce adalah ­end-to-end enabler services company untuk industri e-Commerce. Artinya, siapapun yang ingin terjun ke e-commerce, kami bisa mendukung secara end-to-end. Kami punya empat produk [yang jadi pilar]. Teknologi, Digital Marketing, Logistik Solution, dan terakhir Channel Management.”

Dijelaskan oleh Hadi, di sisi teknologi sebagai pilar pertama, aCommerce dapat membantu memberikan dukungan sumber daya teknologi bagi siapa saja yang ingin terjun ke e-commerce. Contohnya, mulai dari pembuatan situs hingga sistem pembayaran. Sedangkan pada pilar kedua, yakni digital marketing, aCommerce dapat bantu untuk merencanakan strategi dari hulu ke hilir untuk pemasaran digital.

Di pilar ketiga, yang fokus pada solusi logistik, aDelivery dan pengembangan produknya merupakan salah satu bagiannya. Selain itu, Hadi juga mengungkapkan bahwa aCommerce akan menambah luas gudang yang dimilikinya menjadi total sekitar 50.000 meter persegi. Sementara ini aCommerce memiliki dua gudang [fulfillment center] di Indonesia, masing-masing di kawasan Halim dan Pondok Ungu. Selain itu, O2O juga menjadi salah satu perhatian aCommerce ke depannya.

Pilar terakhir adalah yang paling baru dari aCommerce, yakni Channel Management System. Hadi mengungkapkan bahwa saat ini aCommerce sedang mengembangkan sebuah sistem yang dapat membantu brand dalam mengelola produknya di berbagai kanal marketplace online. Selain itu, para pelaku e-commerce juga dapat memanfaatkan sistem ini untuk mencari brand yang ingin berjualan dalam platformnya.

Lebih jauh, sistem ini juga akan mengakomodir cross boarder channel antar negara bagi brand ataupun pemain e-commerce. Pun demikian, channel management system ini masih dalam tahap pengembangan lebih lanjut. Bila sesuai jadwal, sistem ini akan diluncurkan pada akhir Januari tahun depan.

Hadi mengatakan, “Karena end-to-end ini [dan juga empat pilar utama aCommerce], maka kami sekarang menempatkan diri sebagai solution design consultant untuk industri e-commerce. Itu positioning kami sekarang. Jadi aCommerce itu bukan perusahaan logistik saja. Logistik hanyalah salah satu produk kami.”

aCommerce Indonesia Kembangkan Teknologi Manajemen Armada aDelivery

aCommerce Indonesia mengumumkan kehadiraan teknologi manajemen armada yang dikembangkan secara in-house bernama aDelivery melalui blog resminya. Teknologi tersebut pada dasarnya menggantikan sistem pelacakan yang sebelumnya diserahkan pada pihak ketiga. Tujuannya, untuk membantu meningkatkan produktivitas armada aCommerce.

COO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro mengatakan, “Dengan aDelivery, produktivitas pengendara Anda dapat dipantau dan diukur secara akurat. Dengan fitur-fitur […] seperti electronic signature, COD reconciliation, real time dan laporan rinci dari KPI dashboard, aplikasi ini mampu memberikan value added service dan kepuasan pelanggan dengan cara yang tepat dan transparan.”

Teknologi aDelivery sendiri dikembangkan dengan mengidentifikasi tantangan operasional umum yang dihadapi dalam logistik tradisional. Contohnya konfirmasi pembayaran Cash on Delivery, kesalahan pengelolaan waktu, dokumentasi manual, dan ketidakpuasan pelanggan.

Dashboard sistem aDelivery / aCommerce Blog

Selain menawarkan transparansi layanan pada klien dengan memungkinkan mereka melacak pengiriman secara real time, aDelivery juga mengintegrasikan aplikasi dengan email dan pemberitahuan SMS. Tujuannya untuk memberitahu status pengiriman terbaru, berhasil atau gagal.  Pelanggan akan selalu diberitahu ketika akan menerima produk sehingga memungkinkan mereka untuk mempersiapkan transaksi.

Mengacu pada situs resminya, ada empat kategori harga yang disediakan untuk menggunakan layanan aDelivery. Empat kategori layanan yang tersedia adalah Trial, Basic, Business, dan Enterprise.

Trial memungkinkan penggunaan layanan secara gratis, namun terbatas pada satu pengguna. Penggunaan Basic dikenakan biaya Rp 200.000 per bulan, sedangkan Business Rp 150.000 per bulan. Untuk penggunaan Enterprise, harga baru bisa diperoleh dengan menghubungi pihak terkait. Tersedia juga pilihan Enterprise Bundled dengan biaya Rp 230.000 per bulan.

aDelivery saat ini baru bisa digunakan untuk armada aCommerce saja. Aplikasi yang berjalan pada platform Android ini memungkinkan pelacakan rinci armada aCommerce dan membantu mereka mengatur rute untuk proses dan waktu pengiriman yang lebih efisien. Mimpi besarnya adalah untuk dapat membantu meningkatkan infrastruktur e-commerce di kawasan Asia Tenggara.

Masa Depan Adopsi Layanan Online to Offline (O2O) di Industri E-Commerce Indonesia

/ Shutterstock

Sejak MatahariMall membunyikan gong layanan Online to Offline (O2O), adopsi layanan tersebut kerap jadi perbincangan hangat di kalangan pelaku maupun konsumen dari industri ecommerce Tanah Air. Konsep ini dianggap punya potensi besar jika digarap, salah satunya sebagai jalan keluar alternatif bagi permasalahan logistik e-commerce Indonesia. Tapi dengan keunikan dan keragaman kultur Indonesia, tak sedikit pula yang mempertanyakan masa depan adopsinya.

Continue reading Masa Depan Adopsi Layanan Online to Offline (O2O) di Industri E-Commerce Indonesia

aCommerce Indonesia Miliki Dua Pemimpin Baru

CEO aCommerce Indonesia Snorre Larstad dan COO aCommerce Indonesia Hadi Kuncoro / aCommerce

Untuk menggantikan dua CEO yang meninggalkan perusahaan, aCommerce menunjuk Snorre Larstad dan Hadi Kuncoro sebagai CEO dan COO aCommerce Indonesia yang baru. Mereka akan memegang peranan penting untuk memimpin fase pertumbuhan berikutnya karena aCommerce berencana untuk mencari pendanaan Seri B senilai $30 juta di akhir tahun untuk membiayai ekspansi. Indonesia adalah kawasan operasional terbesar aCommerce secara regional.

Continue reading aCommerce Indonesia Miliki Dua Pemimpin Baru

Two New Head Honchos Lead aCommerce Indonesia

aCommerce Indonesia' two new leaders, Snorre Larstad and Hadi Kuncoro / aCommerce

Following the departure of its two co-CEOs, aCommerce has appointed Snorre Larstad and Hadi Kuncoro to lead Indonesia’s operation as the new CEO and COO. They will play important role to lead next phase of growth as aCommerce is about to raise a new $30 million Series B funding by the end of the year to fuel its expansion. Indonesia is aCommerce’s biggest regional operation.

Continue reading Two New Head Honchos Lead aCommerce Indonesia