Tag Archives: action camera

GoPro Hero10 Black Dijual Rp8,5 Juta di Indonesia, Bawa Prosesor Baru dan Perekam Video 5.3K 60fps

Erajaya Active Lifestyle (EAL) bersama GoPro telah mengumumkan kehadiran Hero10 Black. Action camera yang dilengkapi dengan prosesor baru GP2 itu dijual dengan harga Rp8.500.000 di Indonesia.

Berkat prosesor GP2, GoPro Hero10 Black menjanjikan peningkatan dari segi kualitas gambar, kestabilan perekaman, dan performa keseluruhan yang lebih responsif. Sebagai permulaan, ia dapat merekam video hingga resolusi 5.3K dengan frame rate 60fps.

Kemudian pada resolusi video 4K mendukung frame rate 120fps dan hingga 240fps pada 2.7K. Selain itu, prosesor GP2 juga turut menghadirkan sistem penstabil gambar generasi terbaru, HyperSmooth 4.0 yang lebih efektif dalam hal meredam guncangan yang ekstrem.

Peningkatan kekuatan pemrosesan juga mempercepat proses pemindahan foto dan video ke smartphone secara nirkabel 30 persen lebih cepat (menggunakan aplikasi GoPro Quik). Serta, hingga 50 persen lebih kencang dengan menyambungkan Hero10 Black ke smartphone dengan kabel.

Djohan Sutanto, CEO Erajaya Active Lifestyle, mengemukakan, “Meningkatnya penghasilan, popularitas adventure sports seperti diving, surfing, skydiving, serta tren content sharing ikut mendorong permintaan akan action camera. Produk ini menjadi pilihan tepat karena ukurannya yang mungil, portable, mudah digunakan dan kaya fitur, menjadikannya pilihan tepat untuk pengguna personal maupun profesional, untuk mengabadikan momen indah dan membaginya di platform media sosial.

Dengan tingkat adopsi yang semakin cepat, diprediksikan pangsa pasar action camera dunia akan mencapai $3.2milyar di tahun 2027. GoPro Hero10 Black, dengan peningkatan teknologi dan fitur yang signifikan, menawarkan performa dan fleksibilitas luar biasa. Kami bangga dapat menghadirkan produk ini di Indonesia dan berharap akan diterima dengan baik oleh masyarakat dan menjadi produk yang tak kalah sukses dibandingkan seri sebelumnya,” imbuh Djohan.

Promo GoPro Hero10 Black

GoPro Hero10 Black dibanderol dengan harga Rp8.500.000 dan bisa didapatkan di seluruh jaringan outlet Urban Republic, outlet iBox, dan Erafone tertentu. Produk ini juga bisa didapatkan secara online melalui platform e-commerce eraspace.com, GoPro official store di marketplace Tokopedia dan Blibli.

Kelengkapan aksesori seperti pegangan ekstensi dengan tripod, dudukan klip magnetic, baterai cadangan, dan lainnya dijual terpisah. Selama periode peluncuran GoPro Hero10 Black dari tanggal 1 – 10 November 2021, pelanggan juga berkesempatan untuk mendapatkan cashback hingga Rp500.000 dan cicilan 0% hingga 12 bulan dengan menggunakan kartu kredit Bank BCA, CIMB Niaga, digibank by DBS, dan Bank Mandiri.

DJI-Action-2-3

DJI Action 2 Ialah Penerus Osmo Action, Bawa Desain Modular dan Rekaman 4K 120fps

Masih ingat dengan Osmo Action? Action camera dari DJI yang dirilis tahun 2019 itu dirancang untuk bersaing secara langsung dengan GoPro. Pada masanya, ia mengunggulkan fitur dua layar yang belum dimiliki oleh pesaingnya.

Kini DJI telah merilis penerus Osmo Action, sambutlah DJI Action 2 dengan konsep yang sangat berbeda. Ia memiliki desain modular dengan magnetic dalam bentuk kotak kecil, dimensinya hanya 39×39×22.3 mm dan bobotnya 56 gram.

Bagian mukanya didominasi oleh layar 1,7 inci dengan bezel tipis di sekilingnya. Bodinya sudah waterproof hingga 10 meter dan hingga 60 meter dengan waterproof case.

Di bagian dalam, DJI Action 2 mengemas sensor CMOS 1/1.7 inci, sama seperti yang dimiliki DJI Pocket 2. Sebagai pembanding, Osmo Action memiliki sensor berukuran 1/2.3 inci.

Sensor tersebut berpadu lensa F2.8 dengan bidang pandang 155 derajat, lebih luas 10 derajat dari Osmo Action. Serta, dilengkapi sensor suhu warna baru untuk membantu kamera menghasilkan warna yang akurat dalam berbagai situasi termasuk di bawah air.

Walau bodinya kecil, DJI Action 2 punya kemampuan besar. Untuk fotografi, ia dapat menghasilkan foto beresolusi 4000×3000 piksel atau 12MP, mendukung format Raw DNG, digital zoom 4x, dan punya rana elektronik dari 30 detik hingga 1/8000 detik.

Perekam videonya, DJI Action 2 sanggup menghasilkan footage beresolusi 4K 120fps, 2.7K 120fps, dan 1080p dengan frame rate hingga 240fps. Agar rekamannya stabil, DJI memadukan stabilisasi EIS RockSteady 2.0 dan HorizonSteady, tetapi perlu dicatat bahwa EIS tidak mendukung perekaman di atas frame rate 100fps dan HorizonSteady hanya tersedia pada resolusi 1080p atau 2.7K dalam rasio 16:9.

Lalu, berapa lama baterai DJI Action 2 mampu bertahan? Kira-kira sekitar 70 menit, itupun dicapai saat merekam video sebatas 1080p 30fps dengan penstabilan gambar elektronik dinonaktifkan. Pengguna bisa memperpanjangnya hingga 160 menit dengan menghubungkannya ke front touchscreen module, dan hingga 180 menit saat terhubung dengan power module.

Harga DJI Action 2 sendiri dibanderol mulai dari US$399 atau sekitar Rp5,6 jutaan. Berkat desain modular dengan magnetic, action camera ini didukung banyak modul aksesori dan pengguna dapat menyesuaikannya dengan workflow dan kebutuhannya.

Aksesori tersebut antara lain front touchscreen module yang menampilkan layar OLED menghadap ke depan dan 4-mic Matrix Stereo. Lainnya meliputi magnetic lanyard, magnetic ball-joint adapter mount, magnetic adapter mount, power module, magnetic headband, remote control extension rod, macro lens, DJI mic, waterproof case, dan DJI floating handle.

Sumber: DPreview

10 Kamera untuk Video dengan Harga Kurang dari 10 Juta Rupiah yang Bisa Dibeli di Indonesia

Hampir semua kamera modern, termasuk halnya smartphone, bisa digunakan untuk menjepret foto dan merekam video sekaligus. Kendati demikian, tidak semuanya betul-betul didedikasikan untuk perekaman video.

Memilih kamera untuk video pada dasarnya lebih rumit ketimbang memilih kamera untuk foto, sebab yang perlu diperhatikan bukan cuma resolusi video yang dapat dihasilkan saja. Rekan saya, Lukman, sebelumnya sempat menuliskan sejumlah tips memilih kamera untuk video, dan di artikel ini, saya ingin memberikan rekomendasi langsung terkait kamera-kamera yang pantas dibeli, khususnya bagi yang memiliki bujet terbatas.

Tanpa basa-basi lebih jauh, berikut adalah 10 kamera untuk video yang bisa dibeli di Indonesia dengan dana kurang dari 10 juta rupiah.

1. Sony ZV-1

Dari perspektif sederhana, Sony ZV-1 pada dasarnya merupakan Sony RX100 yang sudah dioptimalkan untuk pengambilan video. Berbekal sensor 1 inci dan bodi yang ringkas, ia pantas dijadikan senjata andalan saat vlogging, apalagi jika melihat layarnya yang bisa dihadapkan ke depan. Keberadaan lensa 24-70mm f/1.8-2.8 juga membuatnya semakin fleksibel.

Kemampuan videonya pun tidak boleh diremehkan. Sony ZV-1 mampu merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps dan tanpa pixel binning pada format XAVC S. Ia juga dibekali hot shoe dan colokan untuk mikrofon eksternal seandainya pengguna tidak puas dengan kualitas mikrofon bawaannya (yang sebenarnya sudah tergolong bagus).

Di Indonesia, kamera ini bisa dibeli dengan harga Rp9.499.000. Anda hanya perlu menyiapkan SD card, maka perangkat bisa langsung digunakan. Buat yang ingin tahu lebih detail mengenai kamera ini, Anda bisa membaca review lengkapnya di sini.

Link pembelian: Sony ZV-1

2. Sony RX0 II

Anda lebih suka dengan desain ala action cam? Coba lirik Sony RX0 II. Kamera ini betul-betul Sony rancang untuk videografer, baik yang masih amatir sampai yang sudah masuk kelas profesional. Para vlogger pun masuk sebagai target pasarnya, sebab layarnya memang bisa dilipat sampai menghadap ke depan.

Di balik ukurannya yang terbilang mungil, bernaung sensor 1 inci bertipe stacked dengan kemampuan merekam dalam resolusi 4K 30 fps, juga dengan bitrate 100 Mbps dan tanpa pixel binning pada format XAVC S. Seperti kebanyakan action cam, ia mengemas lensa fixed (24mm f/4.0). Input mikrofon pun juga tersedia bagi yang membutuhkan.

Dengan banderol Rp9.999.000, kamera ini bakal jadi upgrade yang sangat signifikan bagi mereka yang masih menggunakan smartphone untuk merekam video. Silakan baca artikel hands-on singkatnya seandainya masih penasaran.

Link pembelian: Sony RX0 II

3. Panasonic Lumix LX10

Alternatif lain buat para vlogger, kamera ini turut mengemas sensor 1 inci pada bodi mungilnya. Tipikal Panasonic, sensor tersebut ditandemkan dengan lensa Leica 24-72mm f/1.4-2.8. Sistem penstabil gambar 5-axis turut tersedia, tapi ini hanya bisa aktif ketika merekam video di resolusi 1080p ke bawah.

Namun tak usah khawatir, sebab kamera ini tetap mampu merekam dalam resolusi maksimum 4K 30 fps di bitrate 100 Mbps. Kekurangannya mungkin hanya satu: ia tidak punya port mikrofon. Oh dan satu lagi, ia merupakan produk keluaran tahun 2016. Terlepas dari itu, ia tetap sangat bisa diandalkan untuk keperluan merekam video, dengan catatan dana Anda tidak kurang dari Rp9.499.000.

Link pembelian: Panasonic Lumix LX10

4. Panasonic Lumix G85

Kalau yang diincar adalah fleksibilitas terbaik, maka Anda harus mempertimbangkan kategori mirrorless. Di rentang harga ini, ada Lumix G85. Ia dibekali sensor Micro Four Thirds dan sanggup merekam dalam resolusi 4K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps. Ia bahkan punya port HDMI out untuk disambungkan ke external recorder.

Kamera ini memang bukan model yang paling baru, tapi harganya sudah tinggal Rp7.999.000, sehingga sisa dua jutanya bisa dibelikan lensa. Memangnya ada lensa semurah itu yang mendukung autofocus? Well, silakan tengok lensa 14-42mm f/3.5-5.6 milik Olympus, yang sepenuhnya kompatibel dan dijual seharga 1,3 juta saja. Atau kalau bujet Anda bisa melar sedikit, tersedia pula bundel G85 plus lensa 25mm f/1.7 seharga 10,5 juta.

Link pembelian: Panasonic Lumix G85 (body only)

5. Fujifilm X-T200

Mirrorless lain yang patut dilirik adalah Fujifilm X-T200, yang bisa didapat seharga Rp9.499.000, sudah termasuk lensa 15-45mm f/3.5-5.6. Ia mengemas sensor APS-C dan sanggup merekam video 4K secara proper di 30 fps, dengan bitrate maksimum 100 Mbps, tidak seperti pendahulunya yang terbatas di 4K 15 fps saja (alias tidak usable).

Seperti hampir semua kamera yang ada di artikel ini, layarnya juga bisa dihadapkan ke depan sehingga cocok untuk keperluan vlogging. Hot shoe dan colokan 3,5 mm juga tersedia sehingga pengguna bisa memasangkan mikrofon eksternal dengan mudah.

Link pembelian: Fujifilm X-T200

6. Canon PowerShot G7 X Mark III

Model compact premium dari Canon ini menawarkan peningkatan pesat dibanding generasi sebelumnya dalam bentuk sensor 1 inci bertipe stacked. Kemampuan videonya pun juga dirombak besar-besaran. 4K 30 fps dengan bitrate 120 Mbps adalah opsi tertinggi yang bisa dipakai, dan ia bahkan dibekali mode khusus untuk live streaming ke YouTube dalam resolusi 1080p 30 fps. Ya, langsung dari kamera dengan mengandalkan Wi-Fi.

Canon bahkan mengambil satu langkah ekstra dengan menyematkan mode perekaman video vertikal, sehingga hasilnya bisa langsung diedit di smartphone dan dibagikan ke media sosial. Ia memang tidak punya hot shoe, tapi setidaknya masih ada colokan 3,5 mm untuk mengakomodasi mikrofon eksternal.

Harganya? Rp9.499.000 saja. Simak juga ulasan lengkapnya untuk mendapatkan impresi yang lebih lengkap.

Link pembelian: Canon PowerShot G7 X Mark III

7. Insta360 One R 1-Inch Edition

Buat yang berniat membawa kameranya bertualang, Anda tentu butuh action cam dengan fisik yang tangguh. Salah satu kandidatnya adalah Insta360 One R 1-Inch Edition yang dijual seharga Rp8.749.000. Kamera ini tak hanya sekadar mengandalkan bodi yang kokoh saja (bisa menyelam sampai 5 meter tanpa bantuan casing tambahan), tetapi spesifikasinya pun sangat mumpuni berkat sensor 1 inci dan lensa 14,4mm f/3.2 yang dikembangkan bersama Leica.

Resolusi maksimum yang dapat direkam adalah 5,3K 30 fps dengan bitrate 100 Mbps. Namun hal menarik lain dari kamera ini adalah desain modularnya; sensor dan lensanya itu bisa dicopot dan diganti dengan modul yang lain. Insta360 bahkan punya modul berlensa ganda yang dapat dipakai untuk merekam video 360 derajat.

Link pembelian: Insta360 One R 1-Inch Edition

8. GoPro Max

Kalau memang yang diincar adalah perekaman video 360 derajat, maka GoPro Max bisa jadi salah satu alternatif yang menarik. Menarik karena selain bisa merekam video 360 derajat dalam resolusi 5,6K 30 fps, ia juga dapat berperan sebagai action cam biasa maupun kamera vlogging, meski di mode ini resolusinya cuma terbatas di 1440p 60 fps saja.

Seperti GoPro modern lain, Max turut dibekali sistem stabilisasi HyperSmooth yang sangat efektif dalam meredam guncangan. Total ada enam buah mikrofon yang tertanam di kamera ini, dan GoPro mengklaim kinerjanya tak kalah dari shotgun mic.

GoPro Max memang sudah tidak tergolong baru, tapi itu berarti harganya pun sudah turun menjadi Rp7.828.000. Namun kalau Anda menginginkan yang terbaik dari GoPro, masih ada kamera lain yang lebih oke.

Link pembelian: GoPro Max

9. GoPro Hero10 Black

Kamera lain yang saya maksud adalah GoPro Hero10 Black yang masih sangat gres. Dibandingkan versi sebelumnya, Hero10 mengemas sensor baru sekaligus prosesor baru. Alhasil, kemampuan perekaman videonya naik menjadi 5,3K 60 fps, atau 4K 120 fps. Ya, Anda bisa menciptakan adegan slow-motion di resolusi 4K menggunakan kamera ini.

Kinerja kamera secara keseluruhan juga lebih gegas daripada pendahulunya, sehingga semua pemrosesan bakal rampung dalam waktu yang lebih singkat. Pembaruan pada sistem penstabil gambarnya berarti ia dapat meredam guncangan yang lebih ekstrem daripada sebelumnya.

Di Indonesia, pre-order GoPro Hero10 Black saat ini sudah dibuka di harga Rp8.499.000, dengan estimasi kedatangan pada akhir Oktober 2021. Buat yang sebelumnya memiliki Hero9, semua aksesori untuk kamera tersebut kompatibel dengan Hero10.

Link pembelian: GoPro Hero10 Black

10. DJI Pocket 2

Untuk mendapatkan stabilisasi yang lebih baik, videografer biasanya memanfaatkan alat bantu bernama gimbal. Kalau tidak mau ribet, Anda juga bisa mencari kamera yang dari sananya memang sudah dibekali gimbal bawaan. Contohnya seperti DJI Pocket 2 ini.

Duduk manis di gimbal 3-axis miliknya adalah sensor 1/1,7 inci dan lensa 20mm f/1.8 yang siap digunakan untuk merekam video 4K 60 fps dengan bitrate 100 Mbps. Berkat keberadaan sebuah layar mungil, kamera ini tentu juga sangat ideal untuk vlogging.

Konsumen tanah air bisa membeli kamera ini seharga Rp5.999.000. Sederet aksesori opsional juga tersedia guna semakin menambah fleksibilitasnya.

Link pembelian: DJI Pocket 2

GoPro Hero10 Black Diumumkan, Janjikan Kualitas Gambar Lebih Baik dan Performa Lebih Responsif

Setahun pasca dirilis, GoPro Hero9 Black sudah punya suksesor, yaitu GoPro Hero10 Black. Action cam generasi terbaru ini menjanjikan peningkatan dari segi kualitas gambar, kestabilan perekaman, serta performa keseluruhan yang lebih responsif.

Secara bentuk, Hero10 identik dengan pendahulunya, hanya saja bodinya kini dihiasi aksen berwarna biru. Semua aksesori yang didesain untuk Hero9 dipastikan kompatibel dengan Hero10, termasuk halnya Max Lens Mod untuk memperluas bidang pandang. Bahkan modul baterai yang digunakannya pun sama persis.

Kulit luarnya boleh sama, tapi jeroannya rupanya telah dirombak cukup drastis. Pertama-tama, ada sensor baru dengan resolusi 23 megapiksel. Kedua, Hero10 turut mengemas prosesor anyar bernama GP2. Sebagai informasi, Hero9 menggunakan GP1, prosesor rancangan GoPro sendiri yang sudah eksis semenjak era Hero6 di tahun 2017.

Chip baru tersebut memungkinkan Hero10 untuk merekam video dalam resolusi yang lebih tinggi lagi: 5,3K 60 fps, atau bisa juga 4K 120 fps. Kemampuannya merekam adegan slow-motion pun juga ditingkatkan; masih dengan kecepatan 240 fps, tapi kini di resolusi 2,7K ketimbang 1080p.

Namun imbas positif penggunaan chip anyar ini tidak berhenti sampai di situ saja, sebab kinerja Hero10 secara keseluruhan juga meningkat pesat dibanding pendahulunya. Untuk urusan mengambil foto HDR misalnya, pengujian yang dilakukan The Verge membuktikan bahwa Hero10 mampu menjepret tiga foto di saat Hero9 masih belum selesai mengolah foto yang pertama.

Proses memindah foto dan video ke smartphone secara nirkabel (via aplikasi GoPro Quik) juga diklaim 30 persen lebih cepat pada Hero10. Pengguna juga bisa menyambungkan Hero10 ke smartphone dengan kabel untuk mendapatkan kecepatan transfer data hingga 50 persen lebih kencang daripada secara wireless.

GoPro Hero10 Black kompatibel dengan semua aksesori milik Hero9 Black / GoPro

Alternatifnya, Hero10 juga bisa langsung mengunggah konten ke cloud selagi baterainya dicas, dengan catatan pengguna sudah terdaftar sebagai subscriber layanan berbayar GoPro.

Terakhir, Hero10 turut menghadirkan sistem penstabil gambar generasi terbaru, yakni HyperSmooth 4.0 yang diklaim lebih efektif lagi dalam hal meredam guncangan yang ekstrem. Di Amerika Serikat, action cam ini sudah bisa dibeli seharga $500, atau kurang lebih sekitar 7,1 jutaan rupiah.

Sumber: PetaPixel dan GoPro.

Ukurannya Imut-Imut, Action Cam Insta360 Go 2 Hadir Bersama Charging Case Multifungsi

Masih ingat dengan Insta360 Go, action cam keluaran tahun 2019 yang saking mungilnya datang bersama charging case ala TWS? Well, Insta360 sekarang sudah punya penerusnya, Go 2, dan ia hadir membawa sejumlah upgrade yang signifikan.

Sebelumnya, mari kita bahas fisiknya terlebih dulu, sebab seperti versi pertamanya, ukurannya yang imut-imut kembali menjadi salah satu nilai jual utamanya. Secara teknis, Go 2 tercatat memiliki dimensi 52,9 x 23,6 x 20,7 mm, sedangkan bobotnya berada di kisaran 26,5 gram.

Beratnya memang sedikit bertambah jika dibandingkan pendahulunya, tapi tidak masalah seandainya jeroan yang diusung memang juga makin kapabel. Go 2 tahan air dengan sertifikasi IPX8, yang berarti ia tetap dapat beroperasi secara normal di dalam air dengan tingkat kedalaman maksimum hingga 4 meter.

Di dalamnya bernaung sensor berukuran 1/2,3 inci yang mampu merekam video dalam resolusi maksimum 2560 x 1440 pixel pada kecepatan 30 fps. Opsi slow-motion juga tersedia di resolusi 1080p 120 fps, dan semuanya ditangkap dalam sudut pandang seluas 120°. Melengkapi semua itu adalah teknologi penstabil gambar FlowState yang sangat efektif meredam guncangan, sama seperti yang terdapat pada Insta360 One X2.

Cara menggunakan Insta360 Go 2 masih belum berubah, logo di bawah lensanya bisa ditekan untuk langsung memulai perekaman. Berhubung ia tidak dilengkapi layar, pengguna perlu mengandalkan aplikasi pendampingnya di smartphone untuk mengakses menu pengaturan. Alternatifnya, pengguna juga bisa memanfaatkan charging case-nya.

Ya, charging case milik Go 2 telah menerima pembaruan yang sangat dramatis. Saat case-nya ini dibuka, Anda bisa melihat sebuah layar kecil beserta sepasang tombol, yang berarti ia bisa dijadikan remote control buat Go 2, baik ketika kameranya sedang terpasang di dalamnya, atau dari kejauhan dengan jarak maksimum 10 meter.

Tidak berhenti sampai di situ saja, Insta360 juga menyematkan sepasang kaki pada bagian bawah case-nya, sehingga case-nya ini juga bisa berperan sebagai tripod ketika dibutuhkan. Dudukan 1/4 inci untuk tripod standar pun juga tersedia di bawah port USB-C miliknya. Dalam sekali pengecasan, baterai Go 2 diklaim bisa tahan sampai 30 menit perekaman, atau sampai 150 menit jika digunakan selagi terpasang pada charging case-nya.

Insta360 Go 2 kabarnya akan segera dipasarkan dengan harga Rp5.399.000. Paket penjualannya mencakup tiga macam aksesori dengan mekanisme mounting berbasis magnet. Nantinya juga akan ada aksesori opsional yang dapat dibeli secara terpisah seperti ND filter maupun mount adapter.

Insta360 One X2 Hadir Membenahi Sejumlah Kekurangan Pendahulunya

Mengawali kiprahnya sebagai produsen aksesori kamera 360 derajat untuk smartphone, Insta360 telah berevolusi menjadi brand action cam yang sangat inovatif dalam kurun waktu yang cukup singkat. Kunci kesuksesannya, kalau menurut saya pribadi, adalah sinergi hardware dan software yang apik, kurang lebih seperti yang kita jumpai pada produk-produk DJI di kategori consumer drone.

Memasuki penghujung tahun 2020 ini, Insta360 punya satu persembahan baru, yakni Insta360 One X2. Sesuai namanya, ia merupakan penerus langsung dari Insta360 One X yang diluncurkan dua tahun silam. Fisiknya memang cukup identik, dengan wujud menyerupai balok kecil yang pipih dan bobot kurang dari 150 gram.

Tentu saja ada beberapa perubahan yang sudah diterapkan. Yang paling utama, seperti yang bisa kita lihat, adalah kehadiran layar sentuh yang dapat berfungsi sebagai viewfinder di salah satu sisinya, menggantikan layar indikator kecil yang terdapat pada pendahulunya.

Adanya layar semacam ini jelas bakal memudahkan kegiatan vlogging, apalagi mengingat pengguna dapat menggeser-geser tampilan preview-nya saat tengah merekam video 360 derajat. Kita patut berterima kasih kepada DJI selaku yang memulai tren ini, yang pada akhirnya juga ditiru oleh GoPro baru-baru ini.

Dua hal yang sebelumnya cukup sering dikeluhkan konsumen Insta360 One X adalah terkait ketahanan air dan kualitas audio yang dihasilkan. Kabar baiknya, dua hal itu tidak lagi menjadi problem buat One X2.

Berbekal sertifikasi IPX8, One X2 siap diajak menyelam sampai kedalaman 10 meter tanpa perlu bantuan casing sama sekali. Barulah untuk kegiatan diving yang lebih ekstrem, pengguna bisa membeli aksesori Dive Case dan membawanya sampai sedalam 45 meter.

Terkait kualitas audio, One X2 dilengkapi dengan empat buah mikrofon. Pengguna dibebaskan memilih antara merekam suara stereo dengan algoritma wind-reduction aktif, atau merekam suara ambisonic (multi-channel) guna mendapatkan pengalaman yang lebih immersive. Alternatifnya, pengguna juga dapat menyambungkan mikrofon eksternal menggunakan bantuan sebuah adaptor yang dijual terpisah.

Insta360 juga tidak lupa menyempurnakan daya tahan baterainya. Meski dimensinya tidak jauh berbeda, One X2 punya baterai berkapasitas lebih besar (1.630 mAh) yang diklaim sanggup bertahan hingga 80 menit perekaman di resolusi maksimumnya, alias 20 menit lebih lama dari sebelumnya. Baterainya ini tetap bisa dilepas-pasang, yang berarti pengguna bisa menyiapkan unit cadangan ketika hendak mengabadikan momen-momen spesial.

Beralih ke pembahasan mengenai performa, One X2 sanggup menciptakan video 360 derajat dengan resolusi maksimum 5,7K 30 fps, atau video standar dengan resolusi maksimum 1440p 50 fps. Meski kemampuan merekam videonya tidak berubah, Insta360 bilang teknologi penstabil gambar FlowState yang ada di One X2 sudah disempurnakan agar dapat semakin efektif menggantikan peran gimbal.

Secara total, ada empat mode perekaman yang One X2 tawarkan. Selain mode 360 dan mode standar tadi, terdapat juga mode yang dinamai MultiView, dan yang paling baru, InstaPano. Seperti yang bisa ditebak dari namanya, InstaPano memungkinkan pengguna untuk mengambil gambar panorama dengan satu kali klik saja ketimbang harus melakukan panning secara manual.

Namun kualitas gambar baru sebagian dari cerita utuh One X2, sebab ia turut mengunggulkan sederet fitur pintar yang siap menunjang kreativitas para penggunanya. Seperti sebelumnya, One X2 juga datang bersama aplikasi pendamping yang sanggup menyunting video secara otomatis, memilah-milah mana saja momen terbaik yang sempat terekam, dan dari perspektif mana momen tersebut kelihatan paling bagus.

Pada praktiknya, ini berarti pengguna tidak perlu menghadapkan kamera ke arah tertentu selagi merekam. Cukup tekan tombol record dan biarkan perangkat merekam video dari segala arah, lalu persilakan AI mengedit hasilnya menjadi sebuah video yang bisa langsung dibagikan ke media sosial. Berbagai template efek sinematik juga bisa ditambahkan dengan mudah pasca perekaman.

Insta360 pun tidak lupa memperbarui algoritma fitur tracking-nya sehingga One X2 dapat mengunci fokus pada subjek yang dipilih secara otomatis, entah itu manusia, binatang, atau objek-objek bergerak lainnya secara lebih baik lagi.

Saat ini Insta360 One X2 sudah dipasarkan seharga $430, atau $30 lebih mahal daripada harga perdana pendahulunya. Seperti yang saya bilang, Insta360 juga menawarkan sejumlah aksesori opsional buat One X2, mulai dari adaptor mikrofon, cover lensa, sampai unit docking fast charging yang bisa memuat hingga tiga modul baterai.

HERO9_Black_22

Action Camera Terbaru GoPro Hero9 Black Resmi Dirilis

Saya masih ingat, bagaimana keseruan saat GoPro meluncurkan Hero8 Black dan Max di Indonesia pada akhir bulan Oktober tahun lalu. Acara experience-nya diselenggaran di Dufan, saya sangat terkesan dengan sistem stabilisasi HyperSmooth 2.0 yang mulus dan kemudahan membuat time-lapse dengan mode TimeWarp 2.0.

Saat diluncurkan GoPro Hero8 Black dibanderol Rp6.799.000, tetapi sekarang bisa didapat dengan harga Rp4.999.000. Kini GoPro telah memperkenalkan Hero9 Black, dengan dua layar serta membawa peningkatan fitur dan spesifikasi.

HERO9_Black_1

Mari mulai dari fisiknya, bentukan action camera ini masih identik dengan pendahulunya dengan pengait di bagian bawah. Namun status screen di bagian depan telah berubah menjadi front LCD screen dengan live preview. Meski ukurannya sangat kecil, tetapi cukup membantu untuk memperbaiki komposisi saat ngevlog.

Selain itu, lensa wide-angle Hero9 Black kini bisa dilepas dan diganti dengan lensa baru yang disebut ‘Max Lens Mod’ dengan bidang pandang lebih luas 155 derajat. Saat Max Lens Mod dipasang, Hero9 Black membawa kemampuan baru seperti Max HyperSmooth hingga resolusi 2.7K 60p, Max SuperView, dan Max Timewarp.

HERO9_Black

Peningkatan besar juga terjadi di dalam Hero9 Black, di mana kini sudah dilengkapi dengan sensor beresolusi 20MP. Fitur-fiturnya antara lain SuperPhoto + HDR , digital lenses (wide, linear, dan narrow), scheduled capture, Raw photo capture, dan banyak lagi.

Untuk perekam videonya, Hero9 Black sanggup merekam video 5K 30p, 4K 60p, dan 1080p dengan frame rate tinggi 240p. Teknologi HyperSmooth yang digunakan versi 3.0 dan dilengkapi fitur horizon leveling. Begitu pula dengan mode TimeWarp yang juga berada di versi 3.0.

Terkait baterai, GoPro mengatakan Hero9 Black memiliki daya tahan baterai 30% lebih baik dibanding Hero8 Black dan tahan air hingga 10 meter. Juga kompatibel dengan 40 Mod dan aksesori GoPro lainnya untuk mendandani kamera sesuai kebutuhan. Harga GoPro Hero9 Black dibanderol US$499.99 atau sekitar Rp7,4 juta tanpa subcription dan US$350 atau Rp5,1 jutaan dengan subcription GoPro selama satu tahun.

Sumber: Dpreview

Layar Depan Berwarna Bakal Jadi Sajian Utama GoPro Hero9 Black?

Sejak tahun 2016, GoPro rutin meluncurkan action cam kelas flagship (Hero Black) baru di bulan September atau Oktober. Kalau tahun lalu mereka memperkenalkan Hero8 Black, tidak lama lagi semestinya bakal ada Hero9 Black – meski tidak menutup kemungkinan pandemi memaksa GoPro untuk menunda rencananya sampai tahun depan.

Terlepas dari itu, pembaruan seperti apa yang kira-kira bisa dihadirkan Hero9? Kalau rumor yang baru-baru ini beredar tidak meleset, Hero9 Black bakal hadir mengusung layar depan yang berwarna layaknya DJI Osmo Action. Bocoran gambarnya bahkan sudah disebar oleh WinFuture, situs asal Jerman yang sudah beberapa kali terbukti bisa dipercaya terkait bocoran gadgetgadget terbaru.

Kumpulan gambar render GoPro Hero9 Black dari beragam angle ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi perubahan fisik lain sedrastis layar depannya. Di Hero8 Black, kita tahu bahwa layar depannya berukuran kecil dan hanya bisa menyajikan informasi-informasi tertentu dalam tampilan monokrom.

Layar depan yang berwarna seperti ini tentu bakal sangat bermanfaat bagi para vlogger, sebab layarnya dapat berfungsi sepenuhnya sebagai jendela bidik alias viewfinder. Kalaupun tidak hobi vlogging, pengguna masih bisa memanfaatkannya untuk memudahkan pengambilan selfie.

GoPro Hero9 Black

Lalu mungkin yang jadi pertanyaan adalah, kenapa GoPro tidak menerapkan desain ini sejak tahun lalu, apalagi mengingat DJI Osmo Action memang dirilis 5 bulan lebih awal ketimbang Hero8 Black? Entahlah, tapi yang pasti tahun lalu GoPro lebih memilih menawarkan koleksi Mod yang opsional untuk Hero8 Black, termasuk salah satunya Display Mod untuk keperluan vlogging.

Bukan cuma kurang praktis, mengandalkan aksesori semacam ini berarti konsumen juga perlu mengeluarkan biaya ekstra. Hero9 Black dengan layar depan berwarnanya semestinya bisa mengatasi problem ini, meski memang ada kemungkinan juga harga jualnya jadi sedikit lebih mahal daripada Hero8 Black.

WinFuture juga menyinggung opsi perekaman dalam resolusi 5K sebagai pembaruan lain yang dibawa Hero9, tapi sejauh ini belum ada detail lebih lanjut soal itu. Satu hal yang saya pribadi berani jamin adalah, mekanisme mounting aksesorinya sama simpelnya seperti Hero8 Black – kamera memiliki pengaitnya sendiri di bagian bawah sehingga tidak perlu dipasangkan ke dalam case terlebih dulu – atau malah bisa lebih disempurnakan lagi.

Sumber: WinFuture via Engadget.

Lewat GoPro Labs, Pengguna Dapat Mengakses Berbagai Fitur Eksperimental

GoPro baru saja memperkenalkan GoPro Labs, semacam platform untuk bermain-main dengan sejumlah fitur eksperimental yang tersedia. Anggap saja GoPro Labs ini sebagai versi khusus firmware yang memberikan akses ke fitur-fitur yang mungkin tak akan pernah dirilis ke publik secara luas.

Bukan karena fiturnya terlalu buggy, tapi karena fiturnya terlalu spesifik untuk skenario penggunaan yang mungkin tidak akan pernah dialami mayoritas konsumen. Salah satu contohnya adalah skenario merekam momen pesawat ulang-alik yang lepas landas. Fitur niche untuk skenario penggunaan yang niche pula, kira-kira seperti itu premis yang ditawarkan GoPro Labs.

Pada iterasi pertamanya, GoPro Labs menghadirkan fitur kode QR untuk mengoperasikan kamera Hero8 Black. Fitur ini sangat berguna untuk skenario pesawat ulang-alik itu tadi, yang mengharuskan kamera untuk diletakkan di lokasi 72 jam sebelum pesawat lepas landas, dan dalam kurun waktu tersebut, kamera tak boleh disentuh sama sekali.

GoPro QR code camera control

Berhubung kameranya juga terlalu jauh dari jangkauan Wi-Fi, maka kode QR-lah yang dijadikan alternatif. Sebelum kamera ditinggalkan di lokasi, sebuah kode QR sudah dipindai terlebih dulu, dan kode tersebut telah diprogram untuk menjadi timer yang akan menyalakan kamera beberapa menit sebelum pesawat lepas landas dan memulai perekaman secara otomatis.

GoPro menyediakan online tool untuk memprogram kode QR-nya, sehingga konsumen dapat memanfaatkannya untuk, misalnya, menyalakan kamera dan mengaktifkan fungsi time-lapse di waktu tertentu saja setiap harinya. Contoh lain, kode QR-nya juga dapat diprogram untuk menyulap GoPro menjadi kamera pengawas yang hanya akan merekam saat ada gerakan terdeteksi.

Selain kode QR, fitur lain yang GoPro Labs bawa adalah optimasi buat para pengguna software ReelSteady GO. GoPro Labs saat ini sudah tersedia buat para pengguna Hero8 Black. Cara instalasinya bisa langsung dilihat di situs GoPro.

Sumber: GoPro.

Insta360 One R Adalah Action Cam dengan Lensa Lepas-Pasang Layaknya Kamera Mirrorless

Kamera 360 derajat bukan untuk semua orang. Itulah mengapa belakangan produsen seperti GoPro dan Insta360 turut menyertakan fitur untuk mengekstrak atau merekam video standar pada kamera 360 derajatnya.

Namun kalau menurut Insta360, video standar hasil reframing dari video 360 derajat ini kualitasnya masih kalah jika dibandingkan dengan rekaman kamera biasa. Berkaca pada kesimpulan tersebut, mereka merancang Insta360 One R, sebuah action cam yang dideskripsikan mampu beradaptasi sesuai kebutuhan.

Insta360 One R

Untuk mewujudkannya, Insta360 mengambil rute modular. Satu unit One R terdiri dari tiga jenis modul yang berbeda: Battery Base, Core yang memuat layar sentuh dan bisa dihadapkan ke sisi pengguna atau sebaliknya, dan Lens Mod yang dapat diganti-ganti layaknya sebuah kamera mirrorless. Lens Mod inilah yang menjadi daya tarik utama One R.

Saat pengguna hendak merekam video 360 derajat, mereka dapat memasangkan Dual-Lens 360 Mod yang dapat merekam sisi depan dan belakang sekaligus, sebelum akhirnya digabungkan secara otomatis menjadi satu video 360 derajat beresolusi 5,7K. Kalau ingin merekam video biasa, tinggal lepas dan ganti dengan 4K Wide Angle Mod yang mendukung perekaman dalam resolusi 4K 60 fps serta slow-motion sampai 8x kecepatan asli.

Insta360 One R

Terakhir, ada 1-Inch Wide Angle Mod yang mengemas sensor 1 inci dan komponen optik hasil kolaborasi Insta360 dengan Leica. Mod ini sejatinya adalah versi lebih mumpuni dari 4K Wide Angle Mod, sanggup merekam video 5,3K maupun memotret foto 19 megapixel, dan berhubung ukuran sensornya besar, performanya di kondisi low-light bisa diandalkan.

Ketiga modul lensa ini turut mendukung fitur-fitur seperti sistem stabilization FlowState yang sangat efektif meredam guncangan, mode perekaman HDR maupun Night Shot untuk di pencahayaan minim ala ponsel-ponsel terkini. Satu fitur khusus untuk Dual-Lens 360 Mod yang menarik adalah Auto Frame, yang dirancang untuk memudahkan proses penyuntingan dengan merekomendasikan sejumlah subjek yang teridentifikasi dari keseluruhan video.

Insta360 One R

Secara fisik, dimensi One R tidak jauh berbeda dari action cam standar macam GoPro Hero8 Black. Sertifikasi IPX8 memastikan ia tahan air sampai kedalaman 5 meter tanpa bantuan casing tambahan, dan jika diperlukan, ada aksesori Dive Case yang siap membawanya sampai 60 meter di bawah air.

Urusan audio, One R dibekali dengan sepasang mic internal, namun pengguna dapat dengan mudah menyambungkan mikrofon eksternal via port USB-C, lalu menempatkannya di atas kamera dengan bantuan Accessory Shoe. One R juga mendukung pengoperasian via perintah suara, cocok untuk skenario seperti ketika kamera dipasangkan di atas helm.

Insta360 One R

Insta360 saat ini sudah memasarkan One R dalam tiga bundel yang berbeda, berikut rinciannya:

Ke depannya, Insta360 juga akan memasarkan bundel yang lebih ekstrem, yakni Insta360 One R Aerial Edition yang mencakup sistem mounting khusus supaya kamera bisa dipasangkan pada sejumlah drone. Di luar itu, konsumen juga dipersilakan membeli modul pendukung, seperti misalnya modul Boosted Battery Base yang memiliki kapasitas baterai dua kali lebih besar.

Sumber: Insta360.