Hybrid Cup telah selesai digelar akhir pekan kemarin (7-8 September 2019). Pertandingan antar jagoan Tekken dari Jakarta dan sekitarnya akhirnya berhasil menemukan juaranya. Christian “R-Tech” berhasil keluar menjadi juara pertama setelah mengalahkan lawan-lawan yang tangguh, termasuk kontingen Indonesia untuk cabang Esports Tekken 7 SEA Games 2019 , Anthony “TJ”.
Selain sengitnya persaingan antara R-Tech dengan TJ, ada beberapa hal menarik dari kompetisi Hybrid Cup. Salah satunya, kompetisi ini bisa dibilang sebagai kompetisi terakhir yang menggunakan Tekken 7 Season 2. Hal ini mengingat, 10 September mendatang update Tekken 7 Season 3 akan hadir dengan berbagai konten baru yang menarik.
Kompetisi ini juga jadi menarik karena diikuti oleh berbagai jagoan Tekken 7 dari dareah Jakarta dan sekitarnya. Nama-nama yang cukup sering malang melintang di beberapa kompetisi juga turut hadir di sini, seperti WIF | Silver, Myth | Link yang berasal dari Bogor, ataupun CHAOS | Hero.
Pertandingan Hybrid Cup sendiri berlangsung dengan cukup sengit. Apalagi ketika pertandingan sudah memasuki fase top 16 final, yang diselenggarakan pada hari kedua (8 September 2019). Pada bracket atas, Xiaoyu dari Myth | Link harus bertemu dengan Jack-7 dari R-Tech. Set pertama dari seri best-of-3, R-Tech tampil dengan meyakinkan, berhasil memukul Myth | Link habis-habisan. Pertandingan set pertama selesai di ronde keempat dengan skor 3-1.
Melaju ke set kedua, Myth | Link mulai bangkit dan mulai memberikan perlawanan yang berarti. Link berhasil membuat skor jadi 2-2, dan hampir bisa memenangkan set ini. Sayang, bantingan Tombstone milik Jack-7 tak dapat dilepas oleh Link, yang langsung mengamankan posisi R-Tech di babak selanjutnya.
Sementara di bracket bawah ada perjuangan DRivals | Pricefield dan WIF | Silver yang sama-sama menunjukkan daya juang yang kuat untuk merangkak dari bawah. Pricefield dengan Kazumi yang ia mainkan, berkali-kali mendominasi permainan. Sempat tersandung satu kali saat melawan CHAOS | Hero, namun tetap berhasil melaju ke Loser Round 5.
Perjuangan WIF | Silver juga terbilang tak jauh beda. Sempat tersungkur di Losers Round 2 ketika melawan Myth |RTG, namun perjuangan Silver setelahnya terbilang cukup mulus. Sampai ke titik penentuan, Pricefield akhirnya harus bertemu dengan Silver.
Pertarungan berjalan dengan alot, dengan keduanya sama-sama melakukan serangan-serangan agresif. Silver sempat berhasil merebut satu set, namun Pricefield yang kini bermain dengan lebih hati-hati, berhasil menangkan dua set dan melaju ke babak berikutnya.
Pada bracket atas, pertarungan antar TJ dengan R-Tech akhirnya tak terhindarkan. Menariknya, dalam pertemuannya, mereka sama-sama tidak menggunakan karakter andalannya. TJ yang biasanya menggunakan Geese kini menggunakan Lee. R-Tech yang biasanya menggunakan Jack-7 kini menggunakan Bryan.
Walau tidak menggunakan karakter andalan, keduanya tetap menunjukkan pertarungan terbaiknya. R-Tech memang terlihat lebih menguasai pertarungan, sementara TJ cenderung kesulitan mencari celah dari musuhnya. Pada babak semifinal, TJ pun harus rela tersungkur ke loser bracket setelah kalah 3-1 dalam set pertarungan best-of-5.
Di bracket bawah, terjadi perang saudara DRivals antara TJ dengan Pricefield. Kembali bertarung dalam set best-of-5, TJ masih bertahan menggunakan Lee. Pricefield kembali melakukan perlawanan yang sangat agresif, berkali-kali berhasil menundukkan TJ.
Pricefield berhasil memaksa TJ bermain di set kelima. Pada pertandingan tersebut, TJ sebenarnya cukup menangkan satu ronde lagi demi lolos ke babak final. Namun lagi dan lagi Pricefield berhasil menekan skor jadi 2-1. Ronde 4 pertandingan set kelima, Pricefield langsung memberi shock therapy.
TJ dengan sisa darah yang sangat tipis ternyata berhasil menemukan momentumnya. Satu kali serangan kombo yang memojokkan ternyata berhasil membuat Pricefield bangun dengan sembrono. Akhirnya serangan Rage Drive milik TJ yang tidak berhasil diterka oleh Pricefield berhasil masuk dan langsung menyelesaikan pertandingan loser finals.
Babak Final menjadi rematch antara TJ melawan R-Tech. Kembali menggunakan Bryan, R-Tech berhasil mendapatkan dua set dengan cukup mudah. TJ lalu mencoba ganti karakter dan memainkan Paul. Pergantian tersebut ternyata berhasil memberi sedikit kejutan kepada R-Tech, yang membuatnya kalah satu set.
Masuk set keempat, pertandingan ini jadi penentuan bagi R-Tech karena skor kini jadi 2-1. Pertarungan berjalan dengan sengit, yang memaksa keduanya bertarung sampai ronde kelima. TJ padahal hampir saja mendapatkan kesempatan untuk memenangkan ronde ini dengan serangan kombinasi di tembok.
Sayangnya kombinasi tersebut tidak maksimal. R-Tech yang masih bisa bangkit berhasil menerka dan menahan serangan bawah milik TJ. Bryan dari R-Tech tak lagi ragu melihat kesempatan tersebut dan melancarkan serangan balasan yang mengalahkan TJ.
Akhirnya Christian “R-Tech” pun keluar sebagai juara Hybrid Cup Tekken 7. Berikut top 3 Turnamen Hybrid Cup Tekken 7.
R-Tech – Juara 1 (Rp2.000.000,- + Merchandise & Voucher Google Play senilai Rp150.000)
DRivals | TJ – Peringkat 2 (Rp700.000,- Merchandise & Voucher Google Play senilai Rp50.000)
DRivals | Pricefield – Peringkat 2 (Rp300.000,- Merchandise & Voucher Google Play senilai Rp50.000)
Selamat bagi para pemenang! R-Tech kembali berhasil membuktikan diri sebagai salah satu pemain Tekken 7 terbaik. Terima kasih atas partisipasinya, sampai bertemu di Hybrid Cup selanjutnya!
Ketika dirilis pada awal tahun 2018 kemarin, Dragon Ball FighterZ langsung menjadi fighting game yang populer di pasaran. Daya tarik lintas generasi dari franchise Dragon Ball, dipadu dengan teknologi visual 3D anime karya Arc System Works, serta sistem kendali yang mudah dipelajari pemula, membuat Dragon Ball FighterZ banyak sangat diminati penggemar. Game ini juga berhasil menjadi game dengan partisipan turnamen terbanyak di EVO 2018, mengalahkan Street Fighter yang biasanya selalu jadi menu utama.
Bandai Namco mendukung ekosistem esports Dragon Ball FighterZ dengan menciptakan sirkuit turnamen dunia bertajuk Dragon Ball FighterZ World Tour, yang dimenangkan oleh Kazunoko (Ryota Inoue) dalam musim pertama. Di Indonesia sendiri, Dragon Ball FighterZ memiliki komunitas yang cukup aktif dan sering bermain bersama. Bahkan beberapa pemain Indonesia punya prestasi mentereng di level internasional, seperti Drek yang menjuarai Dragon Radar Turnamen dan sempat bertanding di Jepang.
Bila Anda belum pernah memainkan Dragon Ball FighterZ, saat ini adalah waktu yang tepat untuk mencoba. Bandai Namco baru mengumumkan peluncuran Dragon Ball FighterZ World Tour kedua yaitu untuk periode 2019/2020, artinya komunitas game ini akan kembali ramai. Dragon Ball FighterZ juga telah mendapatkan dua Season Pass, sehingga Anda bisa mendapat lebih banyak pilihan karakter untuk dimainkan.
Jangan khawatir kesulitan memainkannya, karena Hybrid bekerja sama dengan Taufik Ismail Harahap dari komunitas Advance Guard telah merangkum hal-hal mendasar yang perlu Anda pelajari untuk bisa bermain layaknya seorang pro. Yuk simak panduannya di bawah!
Dasar-dasar offense
Pada dasarnya offense atau serangan dalam Dragon Ball FighterZ dapat dibagi menjadi enam, yaitu serangan Light (L), Medium (M), Heavy (H), Special (S), Command Moves, dan Super. Setiap jenis serangan memiliki karakteristik berbeda-beda untuk setiap karakter, sehingga cara penggunaannya pun berbeda. Berikut akan kita bahas satu-persatu.
Light: Serangan dengan kekuatan lemah. Meski lemah, serangan ini memiliki gerakan yang cepat sehingga menjadi opsi utama untuk membuka pertahanan musuh.
Medium: Serangan dengan kekuatan menengah. Gerakannya lebih lambat dibanding serangan Light, tapi umumnya memiliki jarak serang yang lebih baik. Bagus digunakan sebagai awalan combo ataupun untuk memperpanjang combo.
Heavy: Serangan kuat. Jarang digunakan untuk mengawali combo karena serangan ini memiliki recovery yang lambat dan mudah dibalas oleh lawan, tapi bagus digunakan untuk memperpanjang combo. Dalam kondisi tertentu, serangan Heavy juga dapat membuat lawan terpental (disebut sebagai Smash Attack).
Special: Serangan unik yang dimiliki masing-masing karakter. Umumnya serangan ini merupakan serangan jarak jauh dengan cara melemparkan proyektil atau tenaga dalam (ki blast). Tapi beberapa karakter memiliki serangan Special berbeda, misalnya Videl yang memanggil Great Saiyaman untuk menyerang lawan.
Command Moves: Serangan yang bisa diakses dengan melakukan input kombinasi gerakan tertentu. Sebagai contoh, jurus Kamehameha dari karakter Son Goku (Super Saiyan) dilakukan dengan input arah seperempat lingkaran ke depan (quarter circle forward, qcf) dan tombol Special. Terkadang Command Moves disebut juga dengan istilah “Special Attack”, tapi istilah itu agak membingungkan karena ada tombol yang bernama Special juga.
Kecuali Command Moves yang menggunakan tombol Special, biasanya sebuah Command Move dapat dilakukan dengan tiga jenis tingkatan yaitu Light, Medium, atau Heavy tergantung tombol yang kita pilih. Sama seperti serangan-serangan normal, Command Moves ini juga punya kekuatan dan kecepatan berbeda-beda. Command Moves versi Heavy akan menghabiskan 1 meter Ki Gauge (bila Ki Gauge sedang kosong maka otomatis akan keluar versi Medium).
Super: Serangan ultimate milik masing-masing karakter. Pada umumnya serangan Super dibagi menjadi dua, yaitu Super Level 1 (menghabiskan 1 meter Ki Gauge) dan Super Level 3 (menghabiskan 3 meter Ki Gauge). Namun ada beberapa karakter seperti Gohan (Teen) dan Vegeta (SSGSS) dapat melakukan ekstensi Super hingga menghabiskan lebih dari 3 meter Ki Gauge.
Super adalah cara yang bagus untuk mengakhiri sebuah combo dan memastikan musuh terkena status knockdown. Tapi hati-hati, karena setiap Super memiliki karakteristik berbeda-beda. Ada Super yang bisa dilakukan di darat maupun udara, ada yang hanya bisa dilakukan di darat, dan seterusnya.
Dasar-dasar defense
Sekilas Dragon Ball FighterZ mungkin terlihat seperti game yang mendorong kita untuk bersikap ofensif dan terus-menerus menyerang lawan. Padahal justru sebaliknya. Dalam game ini pertahanan sangatlah penting, karena bila Anda gagal bertahan, satu serangan saja dari lawan yang masuk bisa membuat Anda terkena combo panjang dan kehilangan banyak nyawa.
Untungnya Dragon Ball FighterZ memberikan kita opsi bertahan yang cukup lengkap. Ada dua jenis pertahanan dasar di game ini, yaitu Block dan Z Reflect.
Block:Seperti fighting game 2D pada umumnya, Block di Dragon Ball FighterZ dapat menangkis serangan lawan namun harus disesuaikan dengan arah serangannya. Ada tiga arah serangan di game ini, yaitu Mid (tengah), Low (bawah), dan Overhead (atas). Block sambil berdiri alias Standing Block dapat menangkis serangan Mid dan Overhead, sementara Block sambil jongkok alias Crouching Block dapat menangkis serangan Mid dan Low.
Bila Anda melakukan Block di udara (Air Block), Anda dapat menangkis serangan dari arah mana pun.
Z Reflect: Seperti adegan dalam anime Dragon Ball di mana karakter dapat menepis serangan lawan dengan kibasan tangan, game ini memberikan fitur serupa yang disebut Z Reflect. Caranya yaitu dengan menekan tombol belakang + Special (tombol X di PS4 untuk konfigurasi default).
Z Reflect lebih sulit dilakukan daripada Block karena harus menyesuaikan timing serangan lawan. Tapi bila berhasil, efeknya sangat berguna. Berbeda dengan Block di mana nyawa kita tetap akan berkurang sedikit ketika menangkis serangan (chip damage), Z Reflect membuat serangan musuh tertangkis sempurna tanpa ada chip damage. Melakukan Z Reflect terhadap serangan melee juga akan membuat musuh terpental kembali ke posisi netral. Hebatnya lagi, Z Reflect dapat digunakan untuk menangkis hampir semua serangan, termasuk serangan Super.
Mekanisme unik dalam Dragon Ball FighterZ
Dragon Ball FighterZ memiliki beberapa mekanisme unik yang membuatnya berbeda dari fighting game lainnya. Selain memahami dasar-dasar Offense dan Defense, mekanisme unik ini juga penting dipelajari supaya kita bisa bertarung secara optimal. Apa saja mekanisme tersebut?
Auto Combo:Combo otomatis yang bisa kita lakukan cukup dengan menekan satu tombol berulang-ulang. Ada dua jenis Auto Combo, yaitu Light Auto Combo dan Medium Auto Combo. Light Auto Combo dilakukan dengan cara menekan serangan Light berulang-ulang, sementara Medium Auto Combo menggunakan serangan Medium.
Auto Combo sangat berguna bagi pemain yang baru belajar, tapi sebenarnya kegunaan Auto Combo tidak berhenti sampai di situ. Di level permainan yang lebih tinggi, Auto Combo bisa juga dikombinasikan dengan gerakan-gerakan lain untuk menghasilkan combo yang lebih dahsyat. Bahkan para pemain profesional pun masih sering menggunakan fitur ini.
Vanish: Mekanisme unik dalam Dragon Ball FighterZ, di mana kita menghabiskan 1 meter Ki Gauge untuk menghilang (teleport) dan menyerang musuh dari belakang. Caranya adalah dengan menekan tombol Medium + Heavy bersamaan. Vanish dapat digunakan untuk menghindari serangan lawan atau memperpanjang combo.
Bila Anda sedang dalam kondisi Sparking, Vanish dapat dimodifikasi menjadi hanya teleport tapi tanpa serangan. Caranya adalah dengan menahan tombol M + H. Teknik ini berguna untuk beberapa combo yang hanya bisa dilakukan saat Sparking.
Super Dash: Gerakan “terbang” yang akan mengejar musuh di mana pun ia berada. Super Dash ini sekaligus berfungsi sebagai sebuah serangan, jadi kita bisa menggunakannya di tengah-tengah combo atau untuk mengawali combo.
Super Dash juga akan menembus serangan-serangan ki blast musuh yang lemah, jadi teknik ini sangat berguna untuk mengatasi spamming. Tapi hati-hati juga, jangan terlalu sering menggunakannya sehingga gerakan Anda terprediksi, karena Super Dash mudah digagalkan dengan serangan uppercut (menekan tombol bawah + Heavy).
Dragon Rush: Di dalam Dragon Ball FighterZ tidak ada gerakan bantingan (throw) seperti fighting game pada umumnya. Sebagai gantinya adalah serangan Dragon Rush. Serangan ini tidak bisa ditangkis, tapi bisa kita gagalkan dengan cara menekan tombol Dragon Rush pula ketika musuh menyerang.
Mirip seperti serangan Dust di seri Guilty Gear, Dragon Rush akan membuat lawan terlempar dan bisa kita lanjutkan ke combo. Ada juga kegunaan-kegunaan lainnya, seperti membuat lawan knockdown, atau membuat lawan terlempar ke luar arena dan berganti dengan karakter lain.
Assist: Fitur memanggil teman untuk membantu kita dalam serangan. Bila tombol Assist kita tahan, karakter kita akan berganti dengan karakter lain yang masih hidup. Pergantian karakter ini disebut Z Change.
Guard Cancel: Mekanisme untuk kabur dari tekanan musuh dengan cara mengorbankan 1 meter Ki Gauge. Ketika Anda sedang melakukan Block, Anda dapat menekan arah depan + Assist untuk mengganti karakter dengan karakter lain dan menggagalkan serangan lawan. Bila tidak ada karakter lain yang masih hidup, gerakan Guard Cancel akan menyerupai gerakan Vanish.
Sparking Blast: Dengan menekan 4 tombol Normal Attack (Light, Medium, Heavy, Special) bersamaan, karakter kita akan masuk ke mode Sparking dan tubuhnya akan menyala kemerahan. Selama kondisi Sparking, serangan kita akan jadi lebih kuat, dan nyawa kita akan terisi secara perlahan-lahan. Semakin banyak karakter yang mati maka durasi Sparking akan semakin lama.
Sparking Blast juga dapat dilakukan sebagai mekanisme Offense maupun Defense, karena kita dapat mengaktifkannya ketika kita terkena combo ataupun ketika kita sedang melakukan combo. Ketika kita menyalakan Sparking Blast, musuh akan terpental, sehingga kita bisa terlepas dari serangan atau bisa melanjutkan serangan ke combo yang lebih panjang.
Rekomendasi karakter untuk pemula
Dragon Ball FighterZ adalah pertarungan 3v3, artinya dalam satu pertarungan kita harus bisa menguasai 3 karakter sekaligus. Tapi jangan khawatir, ada beberapa karakter yang cukup mudah untuk dipelajari dan dikuasai oleh pemula.
Tentu saja, pada akhirnya pemilihan karakter itu kembali ke pribadi masing-masing. Mungkin Anda sudah memiliki karakter-karakter favorit sendiri di seri Dragon Ball, tidak ada salahnya bila Anda membuat komposisi tim berdasarkan karakter-karakter favorit tersebut. Namun bila Anda kesulitan dalam menentukan karakter, kami akan bantu dengan memberikan garis besar kemampuan karakter-karakter di bawah.
Oh ya, meski mudah dipelajari, bukan berarti karakter-karakter ini lemah. Bahkan di level turnamen internasional pun beberapa karakter di bawah masih sering muncul, jadi jangan khawatir. Berikut ini 5 karakter rekomendasi untuk pemula di Dragon Ball FighterZ:
Bardock adalah karakter yang bisa dibilang termudah sekaligus juga terkuat di seluruh Dragon Ball FighterZ. Alasannya karena Bardock memiliki Auto Combo terkuat di dalam game, serangan Assist yang bagus, combo yang relatif mudah, serta damage yang besar. Bardock adalah pilihan pertama untuk membangun tim bila Anda belum menemukan komposisi yang nyaman.
Goku (Super Saiyan). Kelebihan utama Goku (Super Saiyan) adalah serangan Assist miliknya yang sangat fleksibel. Anda dapat menggunakan Assist ini untuk melanjutkan combo, melakukan pressure, atau melindungi karakter Anda ketika hendak mendekati musuh. Secara gameplay pun ia relatif mudah digunakan.
Vegeta (Super Saiyan). Mirip seperti Goku (Super Saiyan), Vegeta (Super Saiyan) juga memiliki gameplay relatif mudah serta Assist yang sangat fleksibel—salah satu Assist terbaik di game ini. Ia juga memiliki gerakan dragon punch yang berguna untuk menjauhkan musuh yang menyerang secara berlebihan. Namun kekurangannya adalah Vegeta memiliki jarak serangan yang lebih pendek.
Vegito (SSGSS). Lazim juga disebut Vegito Blue, karakter ini mirip Bardock dalam artian memiliki serangan L yang sangat bagus terutama dari segi jangkauan jaraknya. Serangan L milik Vegito Blue sangat kuat untuk membuka pertahanan musuh, tapi Vegito Blue punya sistem combo yang unik dibanding karakter-karakter lain. Pemain yang baru mencoba mungkin akan sedikit bingung, namun selain sistem combo tersebut, Vegito Blue adalah karakter yang mudah dipakai.
Goku Black. Memiliki karakteristik Assist mirip seperti Goku (Super Saiyan), namun lebih cepat. Goku Black juga memiliki jarak serangan yang sangat panjang, terutama serangan Heavy. Auto Combo miliknya pun relatif panjang, dan semua serangan Super miliknya bisa dilakukan di darat maupun udara. Kelemahannya, ia memiliki damage dan kecepatan yang lebih rendah.
Rekomendasi video untuk dipelajari
Setelah mempelajari dasar-dasar permainan dari Dragon Ball FighterZ dan sudah memiliki 3 karakter yang ingin dimainkan, langkah selanjutnya adalah mempelajari cara bermain Dragon Ball FighterZ dari ahlinya.
Apa saja sih yang dapat dipelajari? Yang dapat dipelajari dari permainan pro player adalah bagaimana mereka dapat memanfaatkan serangan-serangan yang dimiliki oleh karakter-karakter mereka, bagaimana cara mereka menggunakan Assist, bagaimana cara mereka menghindari serangan tertentu, dan lain sebagainya.
Untuk menonton video pro player, selain dari video-video turnamen, anda juga dapat melihatnya dari beberapa kreator konten seperti Fredchuckdave, Flying High, YogaFlame24, dan XusesGB.
Selain dari pro player, Anda juga dapat mempelajari Dragon Ball FighterZ dari video yang dibuat oleh beberapa kreator konten yang memiliki video tutorial untuk Dragon Ball FighterZ. Kreator konten yang kami rekomendasikan adalah Rooflemonger, karena dia menyajikan berbagai macam guide untuk pemula, juga menyajikan guide spesifik untuk para karakter yang ada di Dragon Ball FighterZ.
Mungkin itu saja panduan dapat kami berikan untuk mempelajari hal-hal dasar dari Dragon Ball FighterZ. Jangan lupa untuk memantau terus media sosial Advance Guard dan Hybrid untuk mendapatkan lebih banyak konten seputar fighting game. Sampai jumpa di guide berikutnya!
Tanggal 27-28 April 2019 ini, BeastAPAC bekerja sama dengan PVP Esports menggelar Versus Masters 2019 (VS Masters). VS Masters ini merupakan sebuah event yang menjadi program Versus Community untuk mengembangkan komunitas gaming di Asia.
Acara yang disponsori oleh Singtel dan digelar di Singtel Recreation Club ini akan mempertandingkan 9 game fighting (dengan 10 cabang) berbeda, sebagai berikut:
Super Smash Bros Ultimate
Street Fighter V: Arcade Edition
Tekken 7 (masuk dalam rangkaian Tekken World Tour Dojo Event)
Soul Calibur VI
Blazblue Cross Tag Battle
Under Night In-Birth
Ultra Street Fighter IV
Dragon Ball Fighter Z
Mortal Kombat 11 (PS4)
Mortal Kombat 11 (Nintendo Switch)
Untuk kompetisi Tekken 7 nya sendiri, setidaknya ada dua jagoan Tekken Indonesia yang akan ikut bertandang ke sana yaitu Christian ‘R-Tech’ Samuel dan Sean Sebastian ‘sbyrazor’ Wijaya (yang bisa dipastikan sampai artikel ini ditulis). Oh iya, selain itu, Valerie Christi-Ann, seorang shoutcaster fighting dari Indonesia, juga turut menjadi shoutcaster di gelaran ini.
Saya pun berbincang-bincang dengan Bram Arman, Co-Founder Advance Guard sekaligus sesepuh di Fighting Game Community (FGC) Indonesia, dan Christian Samuel mengenai kompetisi ini.
Buat yang tidak terlalu mengikuti esports fightingIndonesia, menurut cerita dari Bram, event ini menjadi event keempat dari Valerie menjadi shoutcaster event internasional. Shoutcaster ini memulai debut internasionalnya saat memandu pertandingan di Abuget Cup 2018.
Sedangkan R-Tech mungkin bisa dibilang sebagai salah satu pemain Tekken 7 Indonesia terbaik bersama dengan Muhammad ‘Meat’ Adrian Jusuf. Pemain Alter Ego ini sudah langganan juara turnamen Tekken 7 tingkat nasional seperti ESL Fighting Arena, dan turnamen Tekken 7 KASKUS Battleground 2018.
Di sisi lainnya, sbyrazor adalah salah seorang pemain Tekken 7 yang biasanya masuk peringkat 8 di turnamen lokal Jakarta.
Seperti yang saya cantumkan di atas, turnamen Tekken 7 di VS Masters merupakan bagian dari rangkaian Tekken World Tour Dojo. Anda bisa membaca tautan tadi untuk info lebih lengkap soal jenjang esports Tekken 7 yang digunakan di tahun 2019 ini.
Namun singkatnya, Tekken World Tour (TWT) menggunakan sistem jenjang yang mirip dengan Dota 2 dan FIFA 19; yang berbasis poin. Para pemenang turnamen yang masuk dalam rangkaian TWT (di sini disebut Dojo) akan mendapatkan poin tertentu, berdasarkan peringkat dan jenis turnamennya. 19 pemain dengan poin tertinggi (rankingnya bisa dilihat di sini) di akhir musim akan langsung mendapatkan undangan untuk bertanding di kompetisi Tekken 7 paling bergengsi di dunia, Tekken World Tour Finals.
TWT musim ini sendiri memang baru saja dimulai dengan gelaran pertama yang bertajuk MIXUP di Lyon, Perancis, tanggal 20 April 2019 kemarin.
Lalu bagaimana sebenarnya peluang pemain Indonesia di turnamen kali ini?
R-Tech yang rendah hati sempat memberikan komentarnya, “Saya ga berani ngomong sampe mana. Cuma saya selalu do the best aja. Hehe.” Ujarnya. Sedangkan Bram menjelaskan bahwa, menurutnya, Indonesia setidaknya ada di 3 besar di dunia persilatan Tekken 7 se-Asia Tenggara.
“Kalau menurut saya pribadi, masih di bawah Thailand dan Filipina.” Ujar Bram. R-Tech juga setuju dengan pendapat Bram soal posisi Indonesia di dunia persilatan Asia Tenggara tadi. Dari Thailand sendiri, ada pemain Tekken 7 bernama Book. Sedangkan Filipina memiliki 2 bintang, Doujin dan AK. Setidaknya 3 nama itulah yang disebutkan Bram saat saya tanyakan jagoan-jagoan Tekken 7 dari Thailand dan Filipina.
Akhirnya, mampukah 2 jagoan Tekken kita meraih poin TWT pada pertandingan VS Masters 2019 kali ini? Kita doakan saja yuk!
Fighting game adalah genre yang cukup rumit dan butuh keahlian tinggi, saya rasa kita semua sudah paham akan hal itu. Begitu banyak tombol yang harus dipencet, combo yang perlu dihapal, istilah yang penting diingat, serta strategi yang wajib dipelajari, membuat orang awam sering terintimidasi duluan sebelum mencoba mendalaminya lebih dalam. Sering kita mendengar orang menolak untuk main fighting game, atau berhenti main fighting game, karena alasan yang sama. “Saya nggak jago main fighting.”
Memang kita tidak bisa memaksakan seseorang untuk menyukai sesuatu. Akan tetapi, sering kali ada salah kaprah dalam kalimat di atas. Ketika pemain awam berkata bahwa dirinya tidak jago main fighting game, sebetulnya mungkin ia bukan tidak jago. Ia hanya tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan ketika bermain fighting game.Fighting game bukan hanya soal menekan-nekan tombol dan berharap pukulan kita kena. Melakukan itu sama saja seperti bermain baseball tanpa tahu peraturannya. Memang benar, tujuan akhir kita adalah mencetak skor sebanyak-banyaknya. Tapi bagaimana bisa kita mencetak skor, kalau cara bermainnya saja kita tidak paham?
Lewat artikel ini, Hybrid bekerja sama dengan komunitas Advance Guard untuk membantu para pemain baru mempelajari “aturan main” dalam sebuah fighting game, utamanya Street Fighter V. Seri Street Fighter adalah pionir fighting game dengan fundamental sangat kuat, artinya sebagian besar ilmu yang Anda pelajari di Street Fighter V juga akan dapat diterapkan di fighting game lain. Apa saja kesalahan umum ketika seseorang baru memainkan Street Fighter V? Dan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya? Simak panduannya di bawah.
Tidak melakukan blocking
Surprise! Hal pertama yang seharusnya Anda pelajari ketika memainkan fighting game bukan bagaimana cara menyerang, tapi cara agar tidak terkena serangan. Memang sih, berhasil memukul musuh dengan jurus-jurus keren itu terasa menyenangkan. Tapi bila Anda tidak belajar menahan serangan lawan, Anda tak jauh berbeda dari sebuah training dummy saja. Seperti bermain sepak bola, tapi gawang Anda tidak ada kipernya.
Untuk bisa melakukan blocking dengan baik, Anda terlebih dahulu harus mengenali tipe-tipe serangan dalam game yang Anda mainkan. Serangan dalam Street Fighter V dapat dibagi menjadi lima berdasarkan arah pukulannya, dan setiap jenis serangan harus ditangkis dengan cara berbeda. Jenis-jenis serangan itu adalah:
High attack – Dapat ditangkis sambil berdiri. Bila Anda jongkok, serangan ini akan meleset.
Mid attack – Dapat ditangkis sambil berdiri ataupun jongkok.
Low attack – Hanya dapat ditangkis sambil jongkok.
Overhead – Hanya dapat ditangkis sambil berdiri. Bila Anda jongkok, serangan ini tetap akan kena. Sebagian besar serangan yang dilakukan sambil melompat adalah Overhead, namun ada juga beberapa yang bukan.
Cross-up – Serangan yang mengenai musuh dari sisi belakang. Cara menangkisnya adalah dengan bertahan ke arah yang berlawanan.
Jangan pernah berpikir bahwa terkena serangan beberapa kali itu tidak apa-apa, karena dalam Street Fighter V, satu serangan saja bisa berubah menjadi combo dengan damage yang fatal. Apalagi bila lawan Anda memiliki meter V-Trigger atau Critical Art dalam kondisi penuh. Belajarlah mengenali jenis serangan yang dilakukan oleh lawan, kemudian merespons dengan cara blocking yang tepat. Jangan malu untuk bermain defensif!
Terlalu banyak loncat
Melompat adalah cara yang sangat efektif untuk mendekati lawan. Kebanyakan combo dengan damage terbesar di Street Fighter V juga dimulai dengan serangan melompat. Akan tetapi, melakukan lompatan terus-menerus sama sekali bukan ide bagus. Tidak seperti seri Street Fighter Alpha atau Street Fighter III, Anda tidak bisa melakukan blocking sambil melompat di Street Fighter V. Artinya ketika Anda sedang melompat, Anda rentan terkena serangan anti-air dari musuh.
Anti-air ini ada bermacam-macam. Beberapa memang tidak terlalu berbahaya, misalnya sekadar crouching hard punch (cr.HP) milik Sakura atau crouching medium punch (cr.MP) milik Nash. Tapi bila Anda melawan karakter seperti Ryu, siap-siap saja menerima pukulan Shoryuken yang sakit. Lebih parah lagi, Shoryuken juga dapat di-cancel menjadi Critical Art. Melompat tanpa perhitungan itu sama saja dengan mengantar nyawa.
Tidak melakukan anti-air
Anda tidak boleh ceroboh dalam melompat. Sebaliknya pun sama, Anda juga tidak boleh membiarkan musuh melompat seenaknya. Sebisa mungkin, ketika musuh melompat mendekat, lakukanlah sesuatu agar ia gagal melakukan serangan. Memang blocking juga merupakan salah satu pilihan, akan tetapi bila lawan sudah tahu bahwa Anda tidak akan melakukan serangan anti-air, ia dapat bergerak jauh lebih leluasa.
Semua karakter di Street Fighter V pasti memiliki opsi anti-air, namun sebagian di antaranya lebih kuat daripada yang lain. Karena itu ada baiknya Anda mempelajari dengan baik karakteristik anti-air dari karakter yang telah Anda pilih. Keahlian anti-air seorang karakter juga merupakan salah satu faktor penentu apakah karakter itu dipandang kuat atau lemah.
Jangan khawatir apabila Anda belum mahir melakukan anti-air. Teknik yang satu ini, meskipun simpel, memang membutuhkan reflek yang baik. Hanya ada satu cara untuk mendapatkannya, yaitu dengan sering-sering berlatih.
Tidak melakukan quick wakeup
Dalam Street Fighter V, ketika karakter Anda baru saja terjatuh (knockdown), ada dua cara agar Anda dapat bangun dengan cepat. Pertama adalah menekan arah bawah atau dua tombol Punch tepat ketika Anda jatuh, karakter Anda akan segera berdiri di tempat. Cara ini disebut dengan istilah Quick Rise. Kedua yaitu menekan arah belakang atau dua tombol Kick tepat ketika Anda jatuh, maka karakter Anda akan berguling ke belakang dan bangun di posisi menjauhi musuh. Cara ini dikenal sebagai Back Roll.
Quick Rise dan Back Roll adalah teknik yang sangat penting karena ini membuat lawan Anda tidak bisa bebas memberi tekanan. Tanpa dua teknik ini, karakter Anda akan makan waktu yang lama untuk bangun. Cukup lama untuk membuat lawan leluasa berpikir, menyiapkan setup serangan, atau bahkan menyeret tubuh karakter Anda hingga ke pojok arena. Percayalah, berada di pojok merupakan hal yang sangat menakutkan dalam Street Fighter V.
Beberapa tips tambahan, bila Anda jatuh gara-gara terkena bantingan, Anda tidak bisa melakukan Back Roll, hanya bisa melakukan Quick Rise. Disarankan juga untuk melakukan Back Roll/Quick Rise menggunakan tombol Punch/Kick daripada tombol arah untuk meminimalisir risiko gagal input, juga berguna untuk karakter tipe charge, seperti Guile, Urien, dan sebagainya.
Membuang meter percuma
Street Fighter V menyediakan dua meteran sumber daya yang sangat berguna, yaitu V-Gauge dan EX Gauge. V-Gauge akan terisi apabila Anda menggunakan V-Skill atau terkena damage, sementara EX Gauge akan terisi bila Anda melakukan serangan dan memberikan damage pada musuh.
V-Gauge dapat digunakan untuk mengeluarkan V-Trigger dan V-Reversal, sementara EX Gauge digunakan untuk mengeluarkan EX Attack dan Critical Art. Keempat tools ini semuanya merupakan tools kuat yang dapat membalikkan momentum pertarungan. Pertanyaannya, tahukah Anda kapan waktu yang tepat untuk menggunakannya?
Agak sulit menjelaskan strategi penggunaan meter yang tepat, karena setiap karakter punya karakteristik V-Trigger, V-Reversal, EX Attack, maupun Critical Art yang berbeda-beda. Mungkin untuk membahasnya kita perlu satu guide tersendiri. Namun ada dua aturan simpel yang dapat kita pegang. Pertama, jangan menghabiskan meter tanpa tahu apa hasil yang akan Anda dapatkan. Kedua, jangan mati dalam keadaan meter terisi penuh. Sesulit apa pun lawannya, memiliki meter artinya Anda memiliki kesempatan untuk memberi perlawanan. Jangan mudah menyerah!
Tidak tahu cara punish
Apa itu punish? Gampangnya, punish adalah melakukan serangan balik ketika lawan melakukan kesalahan. Kesalahan itu umumnya dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
Block punish – Terjadi ketika serangan berhasil di-block dan bisa dihukum (punish). Punish dilakukan pemain saat selesai melakukan blocking, lalu membalas dengan serangan yang sesuai.
Whiff punish – Menghukum serangan yang meleset. Punish ini terjadi di saat lawan melakukan gerakan yang sama sekali tidak mengenai kita. Contohnya ketika musuh melakukan spamming tombol namun meleset. Serangan itu kemudian dapat dibalas dengan serangan yang tepat.
Tidak semua serangan bisa berperan sebagai punishment. Aturan umumnya, serangan yang bisa menjadi punishment adalah serangan dengan startup lebih kecil daripada recovery serangan yang kita tangkis. Untuk Anda yang belum kenal istilah ini, startup adalah waktu yang dibutuhkan untuk memulai sebuah serangan, sementara recovery adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan animasi sebuah serangan.
Contoh klip video di atas, Sakura dapat melakukan block punish terhadap serangan Ryu, karena startup dari crouching medium punch (cr.MP) milik Sakura lebih cepat daripada waktu recovery dari crouching heavy kick (cr.HK) milik Ryu.
Block punish dan whiff punish ini tingkat kesulitannya sangat bervariasi, dari sangat mudah hingga sangat sulit, karena serangan dalam Street Fighter V ada banyak sekali dan tidak mungkin dijabarkan satu per satu. Namun jika sudah memahami konsepnya, Anda akan sangat terbantu untuk mengetahui serangan mana saja yang bisa dihukum. Sering-seringlah berlatih di Training Mode untuk melakukan eksperimen dan mempelajari timing punish tersebut.
Gerakan repetitif
Satu hal yang sering menjadi penyebab kekalahan dalam Street Fighter V adalah bila lawan telah berhasil membaca gerakan serta kebiasaan kita. Oleh karena itu, kita harus memiliki banyak variasi taktik supaya lawan kebingungan. Sebagai contoh, melakukan spamming Hadouken terus-menerus bukanlah ide bagus, karena lawan akan bisa menyesuaikan timing untuk meloncatinya dan menyerang balik.
Bila Anda tidak punya ide tentang variasi taktik, Anda dapat mencoba mencari inspirasi dari menonton pertandingan pemain-pemain profesional, atau dengan menonton video tutorial di internet. Setelah itu, coba tiru apa yang Anda lihat di Training Mode. Ciptakan variasi antara serangan-serangan normal, special attack, dan bantingan agar lawan tidak dapat memprediksi langkah Anda berikutnya.
Tidak punya game plan
Salah satu kesalahan fatal yang dilakukan pemain baru umumnya adalah tidak punya game plan. Yang dimaksud game plan di sini adalah strategi tentang apa yang harus dilakukan ketika berhasil membuat lawan jatuh (knockdown). Biasanya pemain baru hanya akan diam dan menunggu lawan bangun, baru kemudian menyerang lagi. Padahal sebetulnya justru dalam kondisi knockdown itulah kita bisa menyiapkan posisi yang menguntungkan, memberi tekanan, atau menyiapkan setup dan jebakan.
Strategi “menyerang ketika lawan sedang jatuh” ini di dunia fighting game dikenal juga dengan istilah okizeme. Strategi okizeme ada banyak sekali dan akan panjang bila dibahas, namun konsep dasarnya adalah bahwa Anda harus sudah menyerang ketika lawan baru bangun. Selalu berikan pressure, jangan biarkan lawan bangun dengan bebas. Malah kalau bisa, begitu lawan bangun dia harus segera knockdown lagi.
Game plan bisa berbeda-beda tergantung dari jenis knockdown yang kita dapatkan. Ada dua jenis knockdown dalam Street Fighter V, yaitu:
Soft Knockdown – Dinamakan Soft Knockdown karena musuh dapat melakukan Quick Rise dan Back Roll yang sudah dijelaskan sebelumnya. Semua Soft Knockdown bisa di-Quick Rise, tapi tidak semua bisa di-Back Roll. Soft Knockdown bisa terjadi akibat bantingan, sweep (cr.HK), serta beberapa variasi combo ender, Critical Art, V-Reversal, atau V-Trigger.
Hard Knockdown – Knockdown di mana lawan jatuh dan tidak bisa melakukan Quick Rise ataupun Back Roll. Tidak banyak opsi untuk mendapatkan Hard Knockdown ini, hanya dari Crush Counter sweep dan Critical Art beberapa karakter (Ed, Birdie, dsb).
Dari jenis-jenis knockdown di atas, kita dapat melihat bahwa lawan memiliki 3 opsi timing untuk bangun: Quick Rise, Back Roll, atau diam saja (seperti terkena Hard Knockdown). Artinya kita juga harus menyiapkan setidaknya 3 opsi untuk melakukan tekanan. Namun ketika kita berhasil mendapatkan Hard Knockdown, maka lawan hanya punya 1 pilihan timing bangun, memudahkan kita untuk melakukan setup dan jebakan.
–
Itulah delapan kesalahan yang sering dilakukan pemula ketika bermain Street Fighter V. Beberapa di antaranya mungkin terlihat sederhana namun sebetulnya sangat penting. Beberapa yang lain mungkin terdengar rumit padahal sebenarnya biasa saja. Semakin sering Anda bermain dan berlatih, hal-hal di atas akan bisa Anda pelajari secara natural. Jangan lupa untuk terus pantau berita terkini seputar fighting game Indonesia, hanya di Hybrid.
–
Disclosure: Hybrid adalah media partner Advance Guard.
Bandai Namco akhirnya merilis 2 karakter baru untuk Tekken 7, Marduk dan Armor King. 2 Karakter baru ini sebenarnya sudah dirilis kemarin (3 Desember 2018) di PS4 namun baru hari ini dirilis untuk PC (Steam).
Marduk dan Armor King adalah 2 dari 6 karakter baru yang ditambahkan dalam Season Pass 2 DLC (atau Anda juga bisa membelinya secara terpisah). Selain 2 karakter tadi, ada 4 karakter lainnya. 2 Karakter, Lei Wulong dan Anna Williams, sudah dirilis sebelum ini. Sedangkan Julia dan Negan (dari The Walking Dead) masih belum mendapatkan kepastian tanggal rilis.
Saya pun berbincang-bincang bersama dua tokoh FGC (Fighting Game Community) Indonesia, yaitu Bram Arman yang merupakan pendiri Advance Guard dan Christian “R-Tech” Samuel, tentang kesan pertama mereka atas 3 karakter baru yang akan dirilis di Tekken 7, yang sudah keluar trailer resminya.
Oh iya, karena kebetulan keduanya memang belum sempat memainkan Marduk ataupun Armor King, pendapat ini hanyalah berdasarkan pada trailer resmi dari Bandai Namco yang menunjukkan combo-nyamasing-masing dan pengalaman mereka menggunakan karakter tersebut di seri Tekken sebelumnya.
Marduk
“Dari cuplikan orang yang main Marduk hari ini, bisa dibilang karakternya ini bukan kontender top tier. Cuma, para fans Marduk akan senang karena tackle andalannya telah kembali di sini.” Ujar Bram.
Ia juga menambahkan bahwa damage untuk juggle combo yang counter hit juga bisa dikatakan relatif besar. Meski begitu, menurut Bram, Marduk akan punya kelemahan karena termasuk golongan karakter yang berbadan besar. “Ada beberapa juggle yang bisa dikenakan ke Marduk dengan damage yang lebih besar daripada karakter umumnya.”
Sedangkan R-Tech mengatakan, “kalau yang saya lihat dari trailer, dia ini tipenya seperti Jack yaitu badan besar dan juga high damage. Kelemahannya mungkin agak berat untuk digunakan dan benar yang Pak Bram katakan bahwa dia akan lebih memakan banyak damage/combo daripada char lain.”
R-Tech yang biasanya menggunakan Jack mengaku tertarik untuk mempelajari Marduk karena ia suka dengan karakter-karakter yang punya damage besar.
Armor King
Lalu bagaimana soal Armor King?
Sebelum kita masuk ke pendapat mereka, R-Tech pun sedikit memberikan penjelasan antara perbedaan antara King dan Armor King. King merupakan karakter yang lebih cenderung menjadi grappler karena punya banyak variasi throw. Sedangkan Armor King punya lebih banyak jurus seperti Mishima dan tidak begitu mengandalkan grappler.
Christian juga mengaku tertarik untuk mencoba Armor King karena kebetulan ia juga menggunakan King. Ia tertarik karena karakter ini terlihat keren dan kebetulan ada throw yang menjadi ciri khas dari Armor King.
Sedangkan buat Bram, ia mengaku Armor King adalah salah satu karakter favoritnya di seri Tekken. Ia juga sempat menggunakan Armor King saat era Tekken 5 dan Tekken Tag.
“Sepertinya karakternya menyenangkan, terutama rage drive-nya cepat dan tidak bisa ditangkis, hanya bisa ditundukkan. Itu kalau rage drive-nya kena, bantingan yang umumnya cenderung mudah dilepas, ini jadi ga bisa dilepas kalo kena rage drive sebelumnya.” Kata Bram.
Negan
Negan merupakan salah satu karakter yang muncul pertama kali di serial TV berjudul The Walking Dead (TWD).
Baik Bram dan R-Tech setuju bahwa, dari trailer-nya, Negan terlihat mirip seperti Miguel. Hanya saja ia menggunakan tongkat pemukul berduri seperti di filmnya.
“Untuk Negan, ia sangat mirip Miguel. Hanya saja tambahan tongkat membuatnya semakin badass…” Kata R-Tech.
Bram pun menambahkan bahwa, trailer Negan benar-benar terlihat seperti fans service untuk para penggemar TWD karena benar-benar dibuat mirip sekali dengan yang ada di TV. “Yang saya agak kurang sreg dari trailer-nya, agak kaku Negan-nya. Mungkin faktor budget development team-nya… Hahaha.” Ujar Bram seraya bercanda.
Berbicara soal crossover, Bram menganggap keputusan itu adalah sebuah langkah yang brilian. Negan bukanlah karakter pertama yang muncul dari ‘dunia’ di luar Tekken. Akuma bahkan muncul di Tekken dari frachise Street Fighteryang merupakan rival berat Tekken, di pasar game fighting.
Bram memang mengakui bahwa keputusan crossover ini memang mungkin ditentang oleh sebagian fans fanatik Tekken. Namun, menurut Bram, hal tersebut harus diapresiasi karena Tekken 7 adalah seri Tekken tersukses yang pernah ada dan Tekken World Tour (TWT) semakin baik ke depannya. Namco bahkan berencana untuk melanjutkan TWT Season ketiga.
Julia
Satu karakter terakhir yang prediksinya akan dirilis berbarengan dengan Negan tadi adalah Julia. Sayangnya, sampai artikel ini ditulis, belum ada trailer yang dirilis resmi untuk Julia.
“Saat ini belum terbayang sih, karena dia (Julia) benar-benar digunakan produser Tekken buat nyenengin fans. Tapi rasanya sih udah pasti mirip dengan yang dulu ya. Perkara nanti jadinya gabungan antara Julia dan Michelle (seperti Hwoarang dan Baek Doo San), ini sih belum tahu. Tapi yang pasti Armor King dan Julia itu memang sudah masuk wish list banyak fans Tekken dari dulu banget.” Tutup Bram.
Itu tadi kesan pertama kedua tokoh FGC Indonesia. Kira-kira bagaimana ya pendapat mereka setelah mempelajari Marduk dan Armor King?
–
Disclosure: Hybrid adalah media partner dari Advance Guard
Jika di pekan sebelumnya Techno Fest menggelar kompetisi untuk Tekken 7 dengan R-TecH dari Alter Ego yang keluar sebagai sang jawara, hari Sabtu dan Minggu (24-25 November 2018) kemarin Technofest masih melanjutkan serangkaian acaranya dengan menggelar turnamen untuk game balap simulasi (sim racing) — Gran Turismo Sport (GT Sport).
Di turnamen ini, Andika “RamStig” Rama Maulanayang boleh dibilang sebagai pembalap simulasi / virtual nomor 1 di Indonesia menjadi juaranya. Meski memang namanya tak sepopuler pemain Mobile Legends dan minimnya exposure esports sim racing di Indonesia, RamStig punya segudang prestasi di tingkat internasional.
Ia bahkan terakhir turut bertarung di Mercedes-AMG Motorsport eRacing di Jerman mewakiliki Indonesia. Kala itu, RamStig juga bahkan jadi satu-satunya pembalap yang mewakili benua Asia.
Selain Rama, berikut ini adalah urutan juara GT Sports di Techno Fest beserta hadiah yang mereka dapatkan:
Andika Rama Maulana (Rp1 juta)
Raditya Indera Syahreza (Rp750 ribu)
Tubagus Farhan (Rp500 ribu)
Prawira Jalu N (Rp250 ribu)
Setelah kemenangannya, saya sempat berbincang-bincang sejenak untuk pendapatnya tentang turnamen ini.
Rama pun mengatakan bahwa ada beberapa kekurangan yang mungkin bisa dicatat di turnamen ini. Pertama, layar yang terlalu tinggi membuat lehernya sakit. Kursi untuk balapannya juga bisa diganti agar tidak goyang atau geser saat menjejak pedal. Ia juga bercerita bahwa rencana pertandingan berbentuk battle alias balapan bersama-sama harus dibatalkan karena kekhawatiran atas koneksi internet yang digunakan.
Sistem kompetisi yang digunakan di sini adalah sistem time-attack alias mencetak waktu terbaik namun dilakukan bergantian. Setiap peserta berhak mencoba 3x memacu mobil sebanyak 3x putaran (3 lap).
Terlepas dari itu, ia mengatakan turnamen ini tetap layak diapresiasi. “Turnamennya cukup organized. Acaranya on-time banget, salut untuk Mas Bram (dari Advance Guard sebagai organizer turnamen). Cukup rapih walau kurang banyak pesertanya.” Ujar Rama.
Ia pun berharap akan ada lebih banyak dan rutin turnamen sejenis ini agar lebih banyak masyrakat luas yang mengetahui esports sim racing.
We can say that 2018 is a year of esports awakening in our homeland, and esports itself actually has a lot of game genres from MOBA (Multiplayer Online Battle Arena), FPS (First Person Shooter), Battle Royale, Sports, Fighting, CCG/TCG (Collectible Card Game / Trading Card Game), Racing, and many more.
In the unfortunate fact, this awakening is spreading uneven between all genres. MOBA is the most played games thanks to Mobile Legends and Dota 2. Fighting game is one of esports genres that one could say is still marginalized.
We’ll discuss about other genres some other time, as for this time I’ve invited Co-Founder Advance Guard Bramanto Arman, a figure of fighting games, to share his story.
For those who are unaware of the esports world, Advance Guard is an icon of fighting game esports in Indonesia. When many are doing MOBA, Bram with the Advance Guard are raising this genre keenly since this icon was established in 2012.
According to Bram, Advance Guard is a place for fighting game community to gather. Tekken community, for example, which is mostly from IndoTekken, and Street Fighter which is mostly from IndoSF.
Thanks to their hard work and persistence, several tournaments conducted by Advance Guard have successfully claimed an official certificate from CAPCOM (for Street Fighter series) and Bandai Namco (for Tekken series) as a qualification tournament at international level.
Indonesia representations who would like to compete in CAPCOM Pro Tour and Tekken World Tour have to participate in the tournament conducted by Advance Guard first.
Of course, those achievements cannot be taken lightly anymore, in fact, there’s no any other higher authority than them in the world of Indonesia’s fighting game esports.
Let’s take a look at our talks.
Esports fighting game popularity in Indonesia
As I said before, esports fighting game in Indonesia is lack of an exposure, and Bram knew it.
“The exposure is lower than any other popular games with a huge number of player base in Indonesia,” said Bram. He added that this happened because of the game’s factor.
Bram explained that esports games enthused among Indonesian players are the addictive freemium games so that players might forget oneself and shop at the in-app purchase.
“Eventually, they saw many Indonesian players playing those games and created a big event from that. The games are Mobile Legends, AoV and PUBG Mobile.”
Meanwhile, for PUBG (PC), Bram sees a place that possibly can accommodate the gamers, like various types of iCafe. Therefore, many gamers can try the game without having to buy it; they only need to pay the bill at the iCafe. It has also happened to Dota 2.
Esports fighting game popularity outside the country
If esports figthing gamepopularity in Indonesia is low, how about in the other countries?
Bram said that people in another country were also showing low interest in fighting game esports, compared to any other popular games and one of the biggest esports fighting game events in the world, EVO, also began from the same story.
They initially conducted an event for the community full of passion. As the development of esports, however, now EVO is on the same level as most esports events having their match in a stadium with festive production, and get a lot of sponsors.
Thanks to EVO’s struggles, many big EOs that didn’t even go near fighting games before began to take interest in it.
Bram then added that fighting game esports should actually be popular as people would be easier to enjoy the games even if they’re newcomers, and I personally agree. As if we compare it to a MOBA match, we wouldn’t really enjoy watching the match if we didn’t even play and understand the game itself, while fighting game is an easily watchable game even for newcomers.
Outside the country, fighting game esports are way bigger than here, despite its lack of popularity. Bram told us about his experience visiting REV Major, the biggest fighting game tournament in Philippines, and he saw great enthusiasm not only from players but also from audiences willing to come even if the tickets were quite pricy.
Even fighting game esports has gotten some supports from several celebrities like the wrestlers Kenny Omega and Saviour Woods, as well as the American rapper Lupe Fiasco.
Advance Guard’s struggle on keeping Indonesia’s fighting game esports alive
The question is with the lack of popularity, why Bram and Advance Guard are willing to stay and fight for this esports? Why they just don’t shift to another popular game like most Event Organizers (EOs)?
“Because our approach is different,” Bram answered straightforwardly.
“It’s a fact that other EOs are mostly commercial, so they’re looking for mature markets, while I come from and for the community. So, I’m fighting for the community to keep them alive. It’s indeed hard and difficult as we’re lacking support compared to other popular game.
Most people think that watering barren land is useless; it’s better to harvest fruit that’s there,” he said figuratively. Bram chose to keep on watering the barren land until a leaf is finally growing, and so he does because of his love to fighting games.
The result shows now how Advance Guard has its own identity and stand as the icon of fighting game esports. They started from a small scale of a community and now become the international benchmark.
That said, from the business side, Bram admitted that Advance Guard’s journey was far from other EOs who were prefer working on popular games to get more profit.
According to him, big EOs from other countries usually collaborate with those used to the field concerned and it happens in Malaysia, Philippines, and Thailand.
“That is the ideal way of working on an esports. Meanwhile here, sometimes we don’t really get along and fight over some sweets instead… Hahaha,” said Bram joking.
The things esports fighting game in Indonesia needs
What are the things that Indonesia’s fighting game esports needs?
First of all, in terms of exposure, there are still so many games and esports media that don’t cover fighting game esports events. “It tends to be covered only by some media that have their interest in fighting games. Most media would write about fighting game esports if it is a huge event. As I know, IGX (Indonesia Game Xperience) is one with the most writings about it.”
According to Bram, the readers of fighting game news are still segmented compared to the popular games. Whereas, on the other hand, many things can be brought up from fighting games, like national and international professional players.
Moreover, the players of fighting games from Indonesia are actually able to compete at the level of Southeast Asia. Bram told us that several times ago, Indonesia representation was taking home the trophy of BlazBlue Cross Tag Battle and BlazBlue Central Fiction competition in Philippines.
That said, to be able to successfully get achievement in Asia or even the world, Indonesia players still need a lot more practice. This achievement is yet worth a praise considering fighting game esports lacking of exposure and support.
Then how about the support for local esports organizations? Can it help develop fighting game esports? Given fighting game division of some esports organizations has not yet been much established.
“In my personal opinion, it might happen to be a boost of help; as long as there’s potential and passion from the players. Sponsors can give them a chance to compete abroad for some experience,” explained Bram.
He added, “Unavoidably, they need to compete abroad to raise their own standard.”
Recently, a fighting game player was invited to join Alter Ego and we might see the result from their teamwork later.
I then asked, what would happen if the players of fighting games also get monthly salary just as Dota 2 or Mobile Legends players? Would it help them achieve more?
Bram stated that now fighting game players had gotten their salary but just from a stream and it’s not much. “It’s a business after all. So I think we need to find a win-win solution for all.”
This condition is more suitable for those who’re still studying / a fresh graduate and have their passion in fighting games, and it won’t be as much suitable for those adult, as the career path might not be worth the pain.
The biggest problem of having a career in esports is parents’ concern and permission, as the prizes are not as high as MOBA games yet to make sure that their children would not live in despair in the future.
It is true that in the end it goes back to respective players to decide. If they are successful and can be on their own financially, they may be able to convince their parents to have a career in the esports world.
More to that, sponsors’ support for fighting game esports is indeed very valuable as well; a fighting game competition which was held by AMD (AMD eSports FIGHT! Championship 2018) is for an example.
“If all game tournaments can have similar prize pool as MOBA game tournaments, both business matter and a gap between esports stakeholders and players can be maintained. The point is that esports ecosystem needs to be in a stable condition first.”
The last thing Bram said was that fighting games need to be introduced properly for the sake of its esports’ upturn.
“I realize that Indonesia is far from that, compared to other Southeast Asia countries, like Malaysia, Thailand, or Philippines, they always have a spot for fighting games in an esports event.
For that matter as well, I would like to thank AMD who lets me and believes in me to manage their event.
Hopefully, fighting game esports’ ecosystem will gradually develop its various aspects. After all, fighting game esports is one of esports that people can enjoy because of its entertainment factor that is the most intriguing one, and has many outstanding local players,” said Bram.
—
That was our brief talk with Bram about fighting game esports’ ins and outs. Hopefully, the barren land managed wholeheartedly by Bram and Advance Guard as well as the community can turn into a wonderful garden where everyone can feel comfortable.
Tahun 2018 mungkin boleh dibilang sebagai tahun kebangkitan gairah esports di ibu pertiwi. Namun esports sendiri sebenarnya mencakup banyak sekali cabang game dari mulai MOBA (Multiplayer Online Battle Arena), FPS (First Person Shooter), Battle Royale, Sports, Fighting, CCG/TCG (Collectible Card Game / Trading Card Game), Racing, dan yang lainnya.
Sayangnya, faktanya, kebangkitan gairah esports ini tidak merata di semua game. MOBA adalah yang paling laris berkat jumlah pemain yang masif dari Mobile Legends dan Dota 2. Game Fighting adalah salah satu genre esports yang boleh dibilang masih dimarginalkan.
Lain kali, kita akan berbincang untuk genre lainnya namun kali ini saya telah mengundang salah seorang dedengkot dari cabang game fighting untuk berbagi ceritanya. Ia bernama Bramanto Arman yang merupakan Co-Founder Advance Guard.
Buat yang tidak terlalu familiar dengan dunia persilatan esports, ijinkan saya mengenalkannya terlebih dahulu. Advance Guard merupakan icon dari esportsfighting di Indonesia. Di kala kebanyakan event organizer di Indonesia ramai-ramai menggarap MOBA, Bram bersama Advance Guard nya memang setia membesarkan genre tersebut sejak didirikan dari 2012.
Menurut cerita Bram, Advance Guard sendiri juga sebenarnya merupakan tempat berkumpulnya beberapa komunitas game fighting. Misalnya, untuk komunitas Tekken, mayoritas berasal dari IndoTekken. Sedangkan untuk Street Fighter, kebanyakan dari IndoSF.
Berkat ketekunan dan jerih payah mereka di sini, beberapa turnamen garapan Advance Guard bahkan mendapatkan sertifikasi resmi dari CAPCOM (untuk Street Fighter series) dan Bandai Namco (untuk seri Tekken) sebagai turnamen kualifikasi di tingkat internasional.
Jadi, perwakilan Indonesia yang ingin bertanding untuk CAPCOM Pro Tour dan Tekken World Tour harus melalui turnamen besutan Advance Guard.
Tentu saja, prestasi Advance Guard tersebut sudah tak dapat dipandang remeh lagi. Plus, kenyataannya, memang tidak ada lagi ‘otoritas’ yang lebih tinggi selain mereka di dunia persilatan esports fighting Indonesia.
Mari kita masuk ke obrolannya.
Popularitas esports fighting di Indonesia
Seperti yang saya tuliskan di atas tadi, exposure esports fighting di Indonesia memang masih kurang. Hal ini juga dirasakan oleh Bram.
“Minim sekali dibandingkan dengan game-game mainstream yang punya player base sangat besar di Indonesia.” Ungkapnya. Menurutnya, hal ini terjadi juga berkat ada faktor game-nya itu sendiri.
Bram pun menjelaskan bahwa game-game esports yang laris di Indonesia itu memang nyatanya game freemium yang adiktif sehingga bisa membuat banyak orang ‘khilaf’ dengan in-app purchase-nya.
“Dari situ, akhirnya mereka melihat banyak pemain Indonesia yang memainkan game tersebut dan membuat event berskala besar. Itu untuk game Mobile Legends, AoV, dan PUBG Mobile.”
Sedangkan untuk PUBG (PC), Bram melihat ada wadah yang menaungi para gamer itu, seperti berbagai jenis iCafe. Karena itulah, banyak gamer bisa mencoba game tersebut tanpa membeli; cukup perlu membayar billing di warnet (bahasa kerennya iCafe). Hal ini dirasakan sama seperti yang terjadi di Dota 2.
Popularitas esports figthing di luar Indonesia
Jika popularitas esports fighting di dalam negeri memang masih minim, bagaimana dengan di luar sana?
Bram pun mengatakan bahwa popularitas esports fighting juga masih kalah dengan game-game mainstream di sana. Ia bahkan bercerita bahwa salah satu ajang esports fighting terbesar di dunia, EVO, juga berawal dari cerita yang sama dengan Bram.
Mereka juga awalnya membuat acara untuk komunitas dan penuh dengan passion. Namun seiring berkembangnya esports, EVO sekarang sudah bisa sebanding dengan ajang esports kebanyakan yang bertanding di stadium dengan production yang hingar bingar, dan dapat dukungan banyak sponsor.
Berkat perjuangan EVO itu tadi, EO-EO besar yang sebelumnya tidak menjamah fighting pun akhirnya ikut tergoda.
Bram pun menambahkan esports fighting sebenarnya juga seharusnya bisa populer karena lebih mudah dinikmati oleh orang-orang yang tidak memainkan game tersebut. Saya pribadi setuju sekali. Pasalnya, menonton pertandingan MOBA sebenarnya juga tidak menarik jika kita sendiri tidak memainkannya.
Meski masih kalah populer, di luar sana esports fighting sudah jauh lebih besar. Ia pun bercerita pengalamannya berkunjung ke REV Major, turnamen game fighting terbesar di Filipina. Di sana, ia melihat antusiasme yang begitu tinggi tidak hanya dari para pemainnya namun juga para penonton yang rela datang meski harus membayar tiket yang harganya tidak murah.
Di luar sana, esports fighting juga bahkan sudah didukung oleh beberapa selebriti seperti atlit wrestling Kenny Omega dan Saviour Woods. Ada juga rapper Amerika, Lupe Fiasco.
Perjuangan Advance Guard menggarap esports fighting Indonesia
Lalu, pertanyaannya, dengan popularitas yang masih minimal, kenapa Bram dan Advance Guard masih setia dengan esports fighting? Kenapa tidak bergeser ke game-game lain yang populer seperti kebanyakan Event Organizer (EO) lainnya?
“Karena approach kita memang berbeda.” Jawab Bram lugas.
Lanjutnya, “tak bisa dipungkiri, EO lain kan umumnya komersil jadi mereka melihat pasar yang sudah matang. Kalau saya kan dari komunitas. Jadi, saya berjuang agar komunitas ini bisa survive. Memang berat sih karena bisa dibilang minim support, jika dibanding dengan gamemainstream pada umumnya.”
Ia pun memberikan pengandaian seperti ini, kebanyakan orang merasa menyirami tanaman tandus itu sia-sia; lebih baik memetik buah yang sudah ada. Sedangkan Bram memilih untuk terus menyirami tanah tandus, sampai akhirnya muncul satu helai daun. Hal ini ia lakukan karena kecintaannya terhadap game-gamefighting.
Hasilnya pun sekarang Advance Guard punya jati diri dan ikonik di esports fighting. Mereka yang tadinya hanya mengerjakan skala kecil dari komunitas, sekarang mereka ‘kiblat’nya standar internasional.
Meski demikian, dari sisi bisnis, Bram mengaku perjalanan Advance Guard masih jauh jika berbicara soal profit (dibanding dengan sejumlah EO yang menggarap game-game populer tadi).
Menurut ceritanya, untuk esports fighting di luar negeri, EO-EO besar biasanya kolaborasi dengan mereka yang sudah biasa di ranah itu. Hal ini terjadi di Malaysia, Filipina, dan Thailand.
“Jadi, idealnya, inginnya seperti itu ya. Tapi kadang-kadang di sini malah jadinya rebutan kue… Hahaha,” ujar Bram sembari berseloroh.
Apa saja yang dibutuhkan oleh esports fighting di Indonesia
Lalu apa saja yang sebenarnya dibutuhkan oleh esports fighting Indonesia saat ini?
Pertama, dari sisi exposure, masih banyak media game dan esports yang minim sekali memberitakan dari ranah esports fighting. “Hanya media yang memang memiliki ketertarikan terhadap game fighting yang cenderung lebih banyak membahas. Media umumnya menuliskan berita esports fighting jika cukup besar skalanya. Sepengetahuan saya, IGX (Indonesia Game Xperience) termasuk yang banyak tulisannya dari media.”
Menurut Bram faktor pembaca game fighting sendiri juga masih segmented dibanding dengan game lain yang lebih populer. Padahal, di satu sisi, banyak hal yang sebenarnya bisa dibahas dari game fighting. Para pemain profesional nasional ataupun luar bisa jadi bahan artikel.
Apalagi, menurut Bram, para pemain game fighting dari Indonesia sebenarnya sudah bisa bertarung di tingkat Asia Tenggara. Bram pun bercerita bahwa beberapa waktu lalu, di Filipina, perwakilan Indonesia sempat meraih juara 1 untuk kompetisi BlazBlue Cross Tag Battle dan BlazBlue Central Fiction.
Meski demikian, Bram pun menambahkan bahwa untuk mengejar prestasi di tingkat Asia atau dunia, para pemain Indonesia masih perlu banyak belajar. Prestasi ini perlu diacungi jempol mengingat esports fighting memang masih minim exposure dan dukungan.
Lalu bagaimana dengan dukungan organisasi esports dalam negeri? Apakah hal tersebut dapat membantu perkembangan esports fighting? Apalagi mengingat belum banyak organisasi esports Indonesia yang punya divisi game fighting.
“Kalau menurut saya pribadi, bisa saja; selama ada potensi dan passion dari pemainnya. Sponsor bisa memberikan kesempatan bagi para pemain untuk bertanding di luar negeri untuk menambah pengalaman.” Jelas Bram.
Ditambah lagi, “mau tidak mau, mereka harus bertanding di luar negeri untuk menaikkan standar.”
Kebetulan, belakangan ini salah satu pemain game fighting diajak bergabung dengan Alter Ego. Jadi, hasilnya mungkin bisa dilihat dari hasil kerja sama tersebut.
Selain mendapatkan sponsor, bagaimana jika para pemain game fighting juga mendapatkan gaji bulanan layaknya para pemain Dota 2 ataupun Mobile Legends? Apakah hal tersebut bisa membantu prestasi? Saya pun bertanya.
Menurut cerita Bram, para pemain game fighting saat ini sudah mendapatkan semacam gaji namun dari streaming yang jumlahnya relatif kecil. “Tapi ini bisnis ya, saya rasa mungkin yang win-win saja buat kedua belah pihak.”
Bram pun menambahkan bahwa kondisi yang ada sekarang lebih cocok untuk mereka yang masih kuliah / fresh graduate dan sangat passion di sini. Sedangkan untuk yang sudah berumur, mereka harus berpikir matang apakah sebanding kerja keras dengan jenjang karir ke depannya jika dibandingkan dengan kerja kantoran pada umumnya.
Menurutnya, masalah terberat berkarir di esports itu dari kekhawatiran orang tua yang pasti dibandingkan dengan pekerjaan kantoran. Baru game-game MOBA yang hadiahnya ratusan juta yang bisa membuat sejumlah orang tua terbuka dengan industri esports.
Meski begitu, Bram pun mengatakan, akhirnya memang kembali lagi ke masing-masing pemainnya. Jika dia bisa sukses dan tak bergantung orang tua, mereka bisa menyakinkan keluarga untuk bisa berkarir di sini.
Selain 2 hal tadi, dukungan sponsor ke esports fighting tentu juga sangat berharga; misalnya seperti AMD yang sempat menggelar kompetisi untuk game fighting (AMD eSports FIGHT! Championship 2018).
“Kalau semua turnamen game bisa menyamai prize pool yang ditawarkan oleh turnamen game MOBA, tentunya dari sisi bisnis dan kesenjangan antara para pelaku esports bisa terjaga. Jadi, ekosistem esports itu perlu stabil dulu.”
Terakhir, menurut Bram, yang dibutuhkan juga oleh esports fighting adalah pengenalan game fighting itu sendiri.
“Saya melihat Indonesia masih jauh dari itu jika dibanding dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Thailand, ataupun Filipina. Setidaknya, di sana, event esports selalu ada spot untuk game fighting.
Karena itu juga, saya ingin berterima kasih pada AMD yang telah memberikan kepercayaannya kepada saya untuk menjalankan event mereka.
Harapannya, ekosistem esports fighting terus pelan-pelan berkembang dari berbagai aspek. Toh, esports fighting itu adalah salah satu esports yang punya faktor entertainment yang paling menarik dan punya banyak pemain nasional yang berprestasi di luar sana.” Tutup Bram.
–
Itu tadi obrolan singkat kami bersama Bram tentang seluk beluk esports fighting. Semoga saja tanah tandus yang sepenuh hati digarap Bram dan kawan-kawannya dari Advance Guard dan komunitas game fighting bisa berubah jadi taman indah yang bisa dinikmati semua orang ya!