Di tahun 2020 ini banyak rencana yang akan dilancarkan GrabKios (sebelumnya Kudo). Bukan hanya menambah jumlah mitra kios menjadi 3,8 juta hingga tahun 2021, tapi juga ingin menghadirkan berbagai layanan finansial dan asuransi untuk mitra agen, pengemudi hingga konsumen.
Head of GrabKios Agung Nugroho mengungkapkan, sudah ada lini bisnis yang mengalami pertumbuhan positif. Dan ke depannya GrabKios akan menambah kemitraan dengan institusi finansial, perbankan hingga startup yang relevan untuk menambah pilihan layanan.
“Kami percaya dengan mitra kios yang besar jumlahnya hingga ekosistem yang ada di Grab, bisa menjadikan GrabKios platform unggulan yang bisa dimanfaatkan oleh jaringan agen untuk membeli produk hingga memanfaatkan fitur tambahan lainnya.”
Asuransi, P2P lending hingga pembelian FMCG dan produk segar
Didirikan sejak 2014, hingga saat ini GrabKios telah memberdayakan lebih dari 2,8 juta mitra dengan jaringan yang tersebar di 505 kota dan kabupaten di Indonesia. Masih fokus kepada warung kelontong, tahun 2020 ini GrabKios juga akan memberikan layanan kepada merchant GrabFood.
Salah satunya dengan menawarkan pinjaman tunai disalurkan melalui kerja sama dengan perusahaan fintech terpercaya yang telah mendapatkan lisensi dari OJK. GrabKios juga akan menyediakan asuransi mikro, ditujukan bagi mitra dan para pelanggan melalui kerja sama dengan perusahaan asuransi.
Sebagai langkah awal, di kuartal pertama 2020 GrabKios akan mulai menawarkan produk pinjaman tunai ini ke mitra pilihan. Untuk mendukung “Gerakan Non Tunai Bank Indonesia”, mereka juga akan menyediakan alternatif metode pembayaran untuk pelanggan mitra berupa Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS). Dengan kode QR tersebut, pelanggan warung dapat berbelanja dan membayarnya dengan aplikasi dompet digital yang mereka miliki.
Dengan bergabung menjadi jaringan agen GrabKios, semua mitra diberikan akses dashboard yang bisa digunakan untuk membeli kebutuhan tambahan hingga melakukan pembayaran dari konsumen untuk pembayaran listrik hingga membeli voucher pulsa. Dengan demikian akan terlihat secara langsung rekam transaksi mereka yang mempengaruhi penilaian mereka jika berencana untuk mengajukan pinjaman.
“Karena bentuknya adalah capital loan rata-rata pinjaman yang akan diberikan adalah dibawah Rp10 juta. Untuk pembayaran akan dilakukan setiap bulannya. Sementara untuk cash loan tergantung dari persyaratan yang ditetapkan oleh masing-masing asssetmen loan penyedia pinjaman,” terang Agung.
Tidak disebutkan lebih lanjut siapa perusahaan asuransi, platform p2p lending hingga perbankan yang akan digandeng. Untuk produk asuransi tersebut, GrabKios menjamin memiliki harga yang terjangkau dan bisa dimanfaatkan oleh pemilik warung kelontong agar terhindar dari persoalan keuangan jika terjadinya bencana dan risiko lainnya.
“Intinya GrabKios akan melakukan kolaborasi dengan pihak terkait mulai dari layanan p2p lending, perbankan hingga startup agritech untuk menghadirkan pilihan tersebut. Hal itu yang membedakan kami dengan platform seperti p2p lending yang langsung menawarkan produk mereka kepada konsumen, GrabKios justru membuka kesempatan platform terkait untuk bermitra bersama kami,” kata Agung.
“Untuk penyediaan barang-barang yang dibutuhkan oleh warung kelontong dan warung makan kita sudah bekerja sama dengan perusahaan FMCG hingga supplier lainnya, dan saat ini sudah kita lakukan dalam lini bisnis wholesale GrabKios. Untuk penyediaan produk bahan segara, GrabKios bermitra dengan TaniHub.”
Menyambut baik persaingan
Selama 5 tahun terakhir GrabKios telah menghadirkan beberapa layanan yang secara signifikan menambah penghasilan para mitranya. Mulai dari berbagai produk digital: pulsa dan paket data, token listrik, pembayaran tagihan (air, listrik, telepon, multi-finance) hingga pendaftaran mitra pengemudi Grab. Ke depannya perusahaan akan terus menambah variasi produk digital lain untuk meningkatkan pendapatan mitra.
Berdasarkan hasil Laporan Dampak Sosial Grab, pendapatan mitra GrabKios meningkat sebesar 51% dengan rata-rata penghasilan mencapai Rp10 juta per bulan. Melalui peningkatan pendapatan mitra yang cukup signifikan, GrabKios telah berkontribusi sebesar Rp2,7 triliun terhadap perekonomian Indonesia dalam 12 bulan terakhir (hingga Maret 2019).
Saat ini makin banyaknya layanan e-commerce, marketplace hingga startup berbasis teknologi yang sengaja menyasar warung atau toko kelontong. Menurut Agung hal tersebut sah-sah saja dilakukan dan menyambut baik makin bertambahnya jumlah kompetitor yang ada.
Menurut Agung selama ini masih banyak pemain lain yang fokus untuk mengakuisisi end consumer, sementara GrabKios memanfaatkan peranan jaringan agen untuk melakukan proses tersebut yang mereka sebut sebagai “cascaded approcach“.
“Yang membedakan, GrabKios memiliki teknologi buatan sendiri yang cara kerja serupa dengan aplikasi Salesforce. Melalui teknologi tersebut, yang saat ini sudah dimanfaatkan oleh ekosistem di Grab (GrabFood) untuk mengakuisisi merchant, kami percaya bisa memberikan layanan lebih baik memanfaatkan jaringan mengakuisisi lebih banyak lagi end consumer,” tutup Agung.
Tamasia dan Grab berkolaborasi untuk meluncurkan fitur pembelian emas. Kolaborasi ini merupakan tindak lanjut setelah terpilihnya Tamasia dalam program Grab Venture Velocity (GVV). Fitur ini memungkinkan pengguna untuk bisa membeli emas melalui warung mitra GrabKios (sebelumnya Kudo) mulai Rp10.000. Pembelian akan dikonversikan dalam bentuk gram sesuai dengan harga emas pada saat itu.
Untuk pembayaran, pengguna bisa memanfaatkan virtual account dari beberapa bank, menggunakan Ovo, dan juga gerai Alfamart. Pembelian atau tabungan emas yang dimiliki dapat dicetak secara fisik dengan bentuk logam mulia bersertifikasi Antam dengan pilihan mulai dari 1,5,10, 25,50, dan 100 gram. Emas tersebut juga bisa langsung dikirimkan langsung ke alamat pelanggan GrabKios.
“Dengan terintegrasinya sistem Tamasia ke dalam platform GrabKios, masyarakat akan semakin mudah berinvestasi emas dan membantu mitra GrabKios untuk semakin mengembangkan usahanya,” terang Co-founder & CEO Tamasia Muhammad Assad.
Saat ini kurang lebih terdapat 2,6 juta mitra GrabKios yang tersebar di lebih dari 500 kota/kabupaten di seluruh Indonesia. Sedangkan untuk Tamasia, 70% pengguna mereka adalah kaum milenial yang tinggal di perkotaan. Kolaborasi keduanya akan sama-sama menguntungkan, Grab menambah daftar panjang layanan finansial yang dimiliki, Tamasia bisa menjangkau lebih banyak pengguna.
“Mitra kami di daerah tentu terbantu dengan hadirnya Tamasia di aplikasi GrabKios, mereka bisa menjual tabungan emas dengan mudah dan terjangkau,” terang Head of GrabKios Agung Nugroho.
Tamasia sendiri resmi meluncur pada tahun 2017. Sejak awal kemunculannya Tamasia mengusung konsep jual beli emas berbasis syariah.
Kita saat ini menjadi saksi evolusi pengemudi ojek. Tak hanya sebatas transportasi kini mereka mampu penjadi pembeda. Berkat teknologi kini mereka bisa menjadi kurir pengantar barang atau makanan. Teknologi berhasil membuat pengemudi ojek kembali berdaya di jalanan. Warung menyimpan potensi yang serupa, kembali menjadi lebih berdaya berkat bantuan teknologi.
Hal ini yang tengah diupayakan Kudo, Bukalapak melalui Mitra Bukalapak, Tokopedia melalui Mitra Tokopedia, Wahyoo, dan WarungPintar. Semuanya melakukan pendekatan offline to online (O2O) untuk mengoptimalkan potensi dari warung sebagai bagian penggerak ekonomi digital selanjutnya.
Vice President O2O Bukalapak Rahmat Danu Andika kepada DailySocial menjelaskan bahwa saat ini Bukalapak, melalui Mitra Bukalapak, berusaha untuk mendorong usaha kecil dengan teknologi dan distribusi yang lebih efisien. Warung dinilai bisa jembatan bagi masyarakat untuk menjangkau produk-produk digital dan menjadi bisnis yang lebih modern berkat alat pengelolaan bisnis yang disediakan.
“Seperti yang kita ketahui, sektor UMKM menjadi salah satu penopang penting ekonomi Indonesia. Selain itu, Indonesia juga diproyeksikan menjadi negara dengan kekuatan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020.”
“Bukalapak yang memiliki visi menjadi perusahaan teknologi yang menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang menyeluruh melihat hal ini sebagai tantangan sekaligus kesempatan, bagaimana kami dapat mentransformasikan teknologi sehingga dapat menciptakan dampak yang luas bagi para pelaku usaha kecil dan membuka banyak kesempatan bagi apra pelaku usaha kecil termasuk warung untuk meningkatkan daya saing dan jangkauan bisnis mereka,” terang Danu.
Hal yang senada disampaikan CEO Kudo Agung Nugroho. Warung tradisional disebut menjadi salah satu pilar terbesar untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun kehadiran minimarket modern membuat mereka kesulitan bersaing. Pengelolaan yang masih tradisional juga membuat mereka tidak bisa mengoptimalkan bisnisnya.
“Melihat kondisi tersebut (peranan UMKM terhadap PDB negara), peluang untuk memberdayakan warung sangat besar karena warung adalah salah satu aset bangsa terhadap kemajuan ekonomi yang perlu diberikan perhatian dan kesempatan untuk bersaing dengan menggunakan teknologi. Melalui teknologi yang diberikan oleh Kudo, warung dapat selangkah lebih maju dan mampu bersaing dengan minimarket modern,” terang Agung.
Evolusi warung, tak hanya sekedar jual produk digital
Masuknya teknologi di warung warung ini dimulai dari hal yang paling sederhana, melayani pembelian produk digital seperti pulsa dan paket data. Setelah efek positif terasa masing masing perusahaan digital ini mengembangkannya dengan keahlian masing masing.
Bukalapak misalnya, mereka memulai dengan menghadirkan aplikasi yang bisa digunakan oleh para mitranya untuk membeli pulsa, paket data, tiket kereta, pembayaran tagihan, dan produk digital lainnya.
Kemudian secara bertahap mereka menghadirkan layanan pembelian barang grosir. Layanan ini dihadirkan untuk memudahkan Mitra Bukalapak yang berbentuk warung untuk membeli barang dagangan dengan penawaran dan harga yang menarik berakat kerja sama Bukalapak dengan berbagai macam brand dan pemain terkait.
Danu menceritakan. cikal bakal Mitra Bukalapak dimulai pada tahun 2017, di mana dari data yang ada kebanyakan reseller Bukalapak adalah warung.
“Sejak 2017, siapa pun bisa jadi reseller bukalapak. Karena kebanyakan yang menggunakan warung, akhirnya kita research sehingga hadir fitur ‘kulakan’ untuk stock. Distribusi yang ndak efisien. Sejak 2017 kita membuat distribution center bekerja sama dengan banyak pihak,” lanjut Danu.
Salah satu Mitra Bukalapak yang ditemui DailySocial mengaku mendapat sejumlah keuntungan. Salah satu yang paling kentara adalah pilihan pembayaran dan juga pilihan cara untuk mendapatkan barang dagangan. Dengan hadirnya fitur pembelian stok, mereka dapat kesempatan untuk menikmati kemudahan pemesanan, gratis ongkos kirim hingga berbagai macam promo yang ditawarkan Bukalapak. Termasuk fitur kirim-kirim uang melalui aplikasi.
“Selain Mempermudah pembayaran, untuk warung dan penyet juga bisa bayar melalui saya. Sebelumnya salesman datang, sekarang setelah jadi Mitra Bukalapak ada pilihan, dari Bukalapak biasanya ada promo dan free ongkir,” cerita mitra Bukalapak tersebut.
Selanjutnya Bukalapak juga akan mengintegrasikan layanan yang ada untuk bisa juga dimanfaatkan untuk Mitra Bukalapak. Seperti BukaMotor yang memungkinkan Mitra Bukalapak menjadi “perantara” untuk membelikan sepeda motor masyarakat yang ada di sekitarnya.
Mitra Bukalapak juga akan mampu menerima pembayaran menggunakan berbagai macam jenis e-money karena sudah menerapkan QRIS (QR code Indonesia Standar), sebuah standar kode QR yang dikeluarkan pemerintah. Warung yang menjadi mitra juga dimungkinkan sebagai “agen” pencairan “saldo” dari mitra lainnya.
Kudo juga memiliki misi yang sama, menghadirkan layanan lengkap bagi para penggunanya, perlahan-lahan melengkapi dan menginovasi fitur dan yang ada. Kini tak hanya produk digital, pembayaran tagihan, dan pembelian stok barang para pengguna Kudo sudah bisa melakukan kirim dan setor uang dan membantu proses pendaftaran menjadi driver Grab.
“Salah satu hal yang menjadi fokus saat ini adalah memberikan layanan keuangan digital kepada masyarakat luas dengan keterbatasan akses digital dan perbankan melalui kolaborasi dengan BNI untuk menghadirkan layanan kirim uang melalui jaringan agen Kudo,” terang Agung.
Kudo sejak bulan Februari silam mulai mengkapanyekan #MajuinWarung. Selain kemudahan akses untuk “kulakan” atau stok barang mereka juga akan mendapatkan konsultasi yang diberikan langsung oleh tim Kudo. Tim tersebut secara berkala akan memberikan informasi yang berguna untuk meningkatkan usaha warung para agen Kudo.
Mengusung semangat yang sama Warung Pintar melakukan pendekatan yang berbeda. Mereka mengubah warung tak hanya dari produk dan layanan digital tetapi juga secara fisik. Menyulapnya menjadi tempat yang nyaman dan cukup “cozy” dengan hadirnya wifi, televisi, kulkas, akses wifi dan beberapa perlengkapan lainnya.
Warung Pintar awalnya dimulai sebagai proyek spesial di East Ventures. Mereka menangkap keresahan Pak Jun, pemilik warung di depan coworking space Jakarta Smart City Hive, yang khawatir warungnya tutup. Berangkat dari sana tim Warung Pintar memindahkan lokasi warung Pak Jun ke dalam area parkir dan merenovasinya.
Selang satu bulan kemudian pendapatan Pak Jun pun meningkat hingga 7 kali. Dari sanalah kemudian merevolusi warung dengan teknologi menyimpan potensi menyelesaikan masalah yang dihadapi pemilik warung.
“Kami terus berinovasi dan mendengarkan apa yang dibutuhkan pelanggan serta mitra kios agar teknologi yang kami kembangkan dapat diakses dan mudah digunakan oleh mereka. Kami terus mencoba memecahkan masalah hyperlocal yang dimiliki para warung ini setiap hari dengan teknologi terbaru serta pengetahuan global tentang produk. Oleh karena itu kami tengah membangun tim engineering dengan pemahaman teknis yang kuat dan hati yang besar bagi masyarakat Indonesia,” jelas CTO Warung Pintar Sofian Hadiwijaya kepada DailySocial Agustus tahun lalu.
Upaya untuk menyejahterakan warung juga dilakukan oleh Wahyoo. Mereka menghadirkan sebuah konsep yang akan mengintegerasikan teknologi dengan usaha warung makan. Termasuk dari segi tampilan dan distribusi bahan-bahan makanan.
Sejauh ini Wahyoo menawarkan kemudahan bagi pemilik warung untuk berbelanja kebutuhan seperti bumbu dan kebutuhan makanan. Namun pendiri sekaligus CEO Wahyoo Peter Shearer menjanjikan sejumlah inovasi teknologi lainnya yang akan digunakan oleh pengguna Wahyoo.
“Wahyoo punya beberapa pipeline teknologi untuk mendukung warung makan. Saat ini produk teknologi yang kami keluargan berupa aplikasi yang memudahkan pemilik warung untuk berbelanja. Tapi kedepannya akan ada beberapa teknologi yang kami luncurkan seperti penggunaan POS dan aplikasi khusus pelanggan warung makan,” terang Peter.
Adopsi teknologi masih jadi tantangan
Sama halnya dengan solusi berbasis teknologinya, proses menginovasikan warung juga dihadapkan dengan tantangan adopsi teknologi yang belum banyak menyentuh para pelaku warung. Mau tidak mau harus ada pendampingan atau tim khusus yang membantu penetrasi teknologi hingga ke mitra.
Wahyoo misalnya, mereka dihadapkan tantangan ketika menjumpai beberapa pemilik warung yang sudah berumur dan belum menggunakan smartphone.
“Tantangannya lebih karena beberapa pemilik warung sudah berumur dan belum menggunakan smartphone atau yang meminjam milik anaknya. Tapi kami rasa itu bisa kami atasi dengan beberapa program kami, yaitu pembiayaan elektronik,” jelas Peter.
Kudo pun juga demikian, dengan pasar Indonesia yang cukup beragam dan masih banyak warung tradisional yang sama sekali belum tersentuh teknologi, tantangannya adalah mengajak mereka untuk mau belajar dan mengoptimalkan teknologi. Tentunya dengan strategi yang berbeda-beda.
“Salah satu strategi yang kami lakukan adalah dengan merekrut tim lokal yang benar-benar memahami kebiasaan dan kebutuhan masyarakat sehingga strategi kami dapat terimplementasikan dengan baik, dan juga dengan menghadirkan teknologi yang mudah digunakan oleh para pemilik warung ini untuk dapat memaksimalkan usaha mereka,” jelas Agung.
Bagi Bukalapak tantangan terbesar dalam upaya membuat warung naik kelas adalah menciptakan infrastruktur teknologi dan edukasi yang tepat bagi mitra-mitra mereka, terutama untuk meyakinkan bahwa teknologi yang sedang dikembangkan bisa memberikan dampak positif bagi mitra.
“Kami juga terus berupaya untuk memberdayakan para mitra Bukalapak melalui berbagai pelatihan, karena kami yakin, yang terpenting dalam meningkatkan potensi ekonomi digital adalah daya saing dan kualitas SDM yang harus kita tingkatkan terus,” jelas Danu.
Proses untuk hadir di seluruh negeri
Baik Bukalapak, Kudo, Warung Pintar dan Wahyoo tengah mengusahakan yang terbaik untuk solusi yang mereka kembangkan. Danu mengklaim saat ini mereka sudah memiliki lebih dari 900.000 mitra warung dengan 14 pusat distribusi yang berada di Sumatera dan Jawa. Sementara untuk mitra yang bersifat individu atau perorangan sudah tersebar hampir di seluruh provinsi di Indonesia.
Bukalapak bahkan optimis bisa mendapatkan 3 sampai 3,5 juta mitra, baik mitra warung maupun individu, di tahun ini. Sebab Mitra Bukalapak adalah salah satu fokus perusahaan saat ini. Danu juga berujar bahwa akan ada banyak kejutan di semester dua tahun ini dari Bukalapak.
“Potensinya tidak terbatas, untuk sekarang kita masih fokus apa yang sedang kita kerjaan ngurusi warung. Begitu kita bisa bermitra dengan tempat centre of society kesempatannya terbuka lebar. Mudah-mudahan kita bisa ke sana (shifting offline ke online). Potensinya masih terbuka luas,” terang Danu.
Untuk Kudo, yang sejak Mei 2017 diakusisi Grab telah berhasil membantu mendaftarkan 800.000 pengemudi Grab melalui agennya. Kerja sama dengan Ovo dan BNI juga menambah fungsionalitas layanan Kudo menjadi lebih lengkap. Hingga saat ini pihak Kudo mencatat sudah berhasil mendapatkan 2,4 juta agen yang tersebar di lebih dari 500 kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
“Rencana di 2019 ini adalah memfokuskan pemberdayaan pada pengusaha kecil dan menengah, terutama warung-warung di Indonesia untuk bisa maju, lebih produktif meningkatkan kesejahteraan serta berkontribusi membangun bangsa melalui teknologi dengan Kudo,” ujar Agung.
Untuk Warung Pintar, yang beberapa waktu lalu mengamankan pendanaan seri B senilai 390 miliar dari SMDV, Vertex, Pavilion Capital, Line Ventures, Digital Garage, Agaeti, Triputra, Jerry Ng, Ev Growth dan Ovo, berusaha untuk melebarkan jangkauannya di seluruh pulau jawa.
“Rencana dari Warung Pintar selanjutnya adalah melakukan ekspansi ke pulau jawa dan menambah jumlah warung sebanyak 5000 warung. Serta terus berinovasi untuk menciptakan produk yang dapat meningkatkan kapabilitas bisnis warung,” terang Business Development Associate Warung Pintar Dista Mirta Ayu.
Sementara itu Wahyoo, yang memulai debut di 2017, tahun ini menargetkan untuk bisa menginovasi 13.000 warteg (warung tegal). Sejauh ini mereka sudah berhasil menyematkan teknologi di lebih dari 7.000 warteg di Jakarta dan sekitarnya. Dukungan dari investor akan dimaksimalkan untuk peningkatan layanan dan perluasan wilayah.
“Pendanaan tersebut akan digunakan untuk mengembangkan produk serta tim kami, agar Wahyoo bisa menghadirkan pelayanan yang lebih baik kepada para mitra warteg kami serta meningkatkan jangkauan kami ke wilayah yang lebih luas lagi. Saat ini mitra kami masih berpusat di Jakarta. Ke depannya, kami berharap untuk menjangkau wilayah Jabodetabek,” jelas Peter mengomentari pendanaan yang didapat beberapa waktu lalu.
Kudo mengungkapkan rencana ekspansi ke Asia Tenggara untuk mengembangkan bisnis warung tradisional pada dua tahun mendatang. Wacana ini selaras dengan relasi langsung Kudo dengan Grab yang disebut sebagai pemain regional terdepan.
“Untuk sampai setahun sampai dua tahun mendatang, kami mau mengembangkan Kudo untuk pasar Indonesia karena ini market terbesar. Tapi untuk rencana ke regional pasti ada karena kami ini adalah bagian dari Grab sebagai pemain terbesar di Asia Tenggara,” terang Co-Founder & CEO Agung Nugroho, Kamis (27/6).
Agung enggan membicarakan detail mengenai rencana tersebut. Namun dalam kurun waktu yang sama, sambungnya, perusahaan berencana untuk menambah jumlah agen hingga dua kali lipat, dari 2 juta menjadi 4 juta agen. Perusahaan akan menyasar ke luar Jawa, lantaran di sana dianggap tidak memiliki banyak pilihan untuk mengembangkan usaha selain buka warung tradisional.
Kondisi tersebut dinilai membuat peluang Kudo jauh lebih besar untuk memajukan warung jadi serba bisa karena dibantu oleh teknologi. Beda kondisinya dibandingkan di dalam Jawa. Kesempatan untuk mengembangkan usaha jauh lebih besar, tidak harus buka warung saja.
“Dari kondisi ini kami sadar bahwa teknologi punya peran besar untuk bantu warung bisa berjualan apa saja. Mereka pun punya daya saing saat disandingkan dengan peritel modern.”
Perusahaan juga terus mengembangkan fitur-fitur untuk agen warung agar mereka bisa lebih ‘canggih’. Meski tidak dijelaskan secara spesifik, fitur tersebut nantinya akan didesain untuk meningkatkan penghasilan agen, efisiensi operasional, dan pemberian modal kerja.
“Kami dari awal berdiri untuk bangun warung tradisional, jadi kami terus konsisten mengembangkan fitur-fitur yang gunanya untuk bantu usaha mereka.”
Diharapkan fitur yang segera dirilis pada kuartal III tahun ini akan mendorong secara perlahan agen Kudo agar lebih aktif berjualan. Disebutkan dari dua juta agen, hanya ratusan ribu di antaranya saja yang aktif tiap bulannya.
Pencapaian lima tahun Kudo
Pada saat yang sama, Agung mengungkapkan sejumlah pencapaian Kudo sejak pertama kali berdiri di tahun 2014. Jumlah agen saat ini tumbuh 44% secara year on year. Pertumbuhan tertinggi terjadi di Aceh, Bengkulu, Kalimantan Tengah, Gorontalo, dan Sumatera Barat.
Dari segi transaksi, diklaim tumbuh 132% untuk periode yang sama. Sepanjang Ramadan 2019 saja, transaksi yang paling banyak dimanfaatkan agen adalah pulsa, utilitas, kirim uang, produk supermarket, kupon dan voucher.
Inovasi terbaru Kudo adalah belanja stok jualan warung (grosir) langsung dari aplikasi. Agen tidak perlu keluar rumah untuk mendapatkan stok jualan mereka karena akan diantarkan langsung oleh mitra Kudo pada esok harinya.
Layanan yang sudah dirilis sejak Oktober 2018 ini, tersedia di lebih dari 20 kota dan kabupaten di Indonesia. Kudo memanfaatkan kemitraan di tiap daerah untuk menyediakan stok barang dan gandeng startup buat pengirimannya.
Lalu, pada Mei 2019 perusahaan menjadi mitra strategis dengan BNI untuk menyediakan fitur kirim uang melalui agen Kudo bagi masyarakat yang tidak mendapatkan akses keuangan di daerah. Dalam hal ini, agen Kudo sekaligus menjadi agen LKD untuk BNI.
Untuk menjadi agen Kudo, persyaratannya cukup menunjukkan identitas diri dan membuktikan warung sesuai dengan yang mereka laporkan dalam aplikasi. Mereka yang berhasil jadi agen, diperbolehkan ikut layanan keagenan dari pemain lain.
“Kompetisi di ranah warung ini memang menarik, tapi kita sudah masuk dalam ekosistem Grab. Ini yang membuat kita beda dan lebih kuat. Terlebih dari awal ekosistem yang kita bangun ini end to end untuk warung saja,” pungkas Agung.
Selain Kudo, pemain lainnya yang turut meramaikan ranah ini adalah Mitra Bukalapak, Mitra Tokopedia, Kioson, Paytren, Payfazz, dan lainnya.
Bulan April ini Grab mengumumkan akuisisi terhadap Kudo, startup lokal yang fokus kepada layanan penjualan produk melalui agen. Kabarnya akuisisi ini dikabarkan termasuk melancarkan rencana Grab menjadikan Kudo kendaraan legal GrabPay di Indonesia. Bagaimana cerita Kudo pra dan pasca akuisisi? Di sesi diskusi Tech in Asia Jakarta 2017, CEO Albert Lucius menceritakan kisah perjalanannya.
Proses akuisisi tidak direncanakan
Proses akuisisi yang berjalan sekitar selama tiga bulan disebutkan awalnya tidak pernah direncanakan Albert dan Co-Founder-nya, COO Agung Nugroho. Albert mengungkapkan awal pertemuan dengan Grab diinisiasi investor Kudo East Ventures di Singapura.
“Pertemuan kita ke Singapura awalnya hanya sebatas perkenalan dan mendapatkan informasi perihal teknikal saja. Setelah kami memperkenalkan diri dan menjabarkan apa itu Kudo dan misinya, tidak beberapa lama kemudian Grab membawa tim finance dan investment team untuk melakukan pertemuan dengan kami,” kata Albert.
Adanya kesamaan misi dan visi antara Grab dan Kudo menjadikan proses akuisisi ini berjalan dengan cepat. Meskipun proses akuisisi ini merupakan “prestasi” tersendiri bagi Kudo, namun Albert dan tim sempat ragu untuk menyetujui kesepakatan ini.
“Kekhawatiran tersebut apakah kedua perusahaan ini nantinya bisa melakukan kolaborasi dengan baik, memberikan kontribusi satu dan lainnya. Hal tersebut sempat kami pikirkan, namun demikian akhirnya proses exit ini kami setujui,” kata Albert.
Albert menambahkan di Indonesia persepsi exit, akusisi atau menjual perusahaan, masih diartikan negatif oleh kalangan keluarga, rekan kerja, hingga pegawai. Berbeda dengan Amerika Serikat yang menyambut baik proses exit sebuah startup.
“Setelah perjanjian kami sepakati selama bulan Desember 2016 sampai Januari 2017, kami melakukan pertemuan intesif dengan stakeholder sekaligus pegawai Kudo terkait dengan proses akuisisi ini,” kata Albert.
Rencana Kudo dan Grab selanjutnya
Saat ini Albert masih menjabat sebagai CEO Kudo dan terus menjalankan bisnis Kudo secara independen. Meskipun telah menjadi bagian keluarga besar Grab, Kudo masih terus fokus meneruskan rencana bisnis yang telah disusun sebelumnya.
Implementasi kolaborasi dengan Grab adalah penggunaan agen Kudo, yang saat ini sudah tersebar di seluruh Indonesia, oleh Grab dan pemanfaatan keberadaan Grab yang sudah hadir di 7 negara.
“Hal ini sejalan dengan rencana dari Kudo untuk go global. Selain itu kami juga memanfaatkan tenaga ahli dari Grab untuk memberikan pelatihan kepada engineer Indonesia,” kata Albert.
Saat ini Kudo tengah menghubungkan teknologi dan back-end dengan Grab. Jika sudah siap, Kudo, yang saat ini sudah bermitra dengan perusahaan FMCG, operator telekomunikasi hingga layanan e-commerce di Indonesia, akan menghadirkan pilihan penjualan berbagai produk tersebut di dalam aplikasi Grab.
“Saat ini masih kita kembangkan. Diharapkan nantinya melalui mitra pengemudi Grab kemudahan tersebut bisa dinikmati oleh orang banyak,” kata Albert.
Kudo, layanan e-commerce yang membantu masyarakat (khususnya yang belum melek teknologi) berbelanja online, mengumumkan perolehan pendanaan sebesar 8 digit dollar Amerika (kisarannya sangat luas, antara 130 miliar hingga 1,3 triliun Rupiah) dari grup investor yang dipimpin EMTEK. Investor terdahulu, yaitu East Ventures, 500 Startups, Singapore Press Holdings, IMJ Investment Partners, dan Skystar Capital, juga turut berpartisipasi. Pendanaan ini disebutkan untuk membantu memperluas pengadaan agen yang lebih masif di seluruh Indonesia. Selain itu Kudo juga memperkenalkan Sukan Makmuri sebagai CTO perusahaan. Sukan sebelumnya kita kenal pernah berkiprah bersama Kaskus.
Diungkapkan dalam rilisnya, Kudo mengklaim saat ini memiliki lebih dari 150 ribu agen yang tersebar dari Sabang sampai Merauke dan telah membantu lebih dari satu juta orang Indonesia yang sebelumnya belum pernah berbelanja online, karena keterbatasan perangkat dan alat pembayaran.
Kudo sendiri didirikan oleh Albert Lucius dan Agung Nugroho di awal tahun 2015. Perusahaan memperoleh pendanaan Seri A di bulan Mei 2015.
Dulu awalnya Kudo menggunakan perangkat khusus yang bisa diakses konsumen secara langsung. Kini mereka memastikan agen, dengan kelengkapan smartphone Android dan aplikasi Kudo, adalah sarana paling tepat untuk menyebarkan “virus” belanja online ke seluruh pelosok Indonesia. Kudo telah bermitra dengan berbagai pihak untuk melayani pembayaran berbagai kebutuhan bulanan (pulsa telepon, listrik prabayar), pembelian tiket pesawat, dan pembelian barang-barang melalui marketplace.
Co-Founder dan COO Kudo Agung Nugroho menyebutkan, “Kami ingin memberdayakan lebih dari 1 juta pengusaha digital [sebagai agen] dan memudahkan jutaan orang Indonesia untuk berbelanja online pertama kalinya di tahun 2018. Kami percaya pada kemampuan eksekusi kami di Indonesia. Kemitraan strategis kami dengan perbankan [yang banyak menyasar konsumen] di daerah pedesaan, BTPN, dan sejumlah mitra distributor dan ritel kunci akan membantu kami meraih tujuan ini dengan lebih cepat.”
Sementara disinggung soal penunjukan Sukan, yang sebelumnya sempat lama berkiprah di Amerika Serikat, Kudo berharap bisa mendorong lebih banyak diaspora teknologi yang “pulang kampung” dan berkontribusi untuk membangun ekonomi digital Indonesia, yang khusus untuk sektor e-commerce saja ditargetkan mencapai nilai $130 miliar di tahun 2020.
Bagi EMTEK, investasi di Kudo melengkapi lingkaran investasi yang dilakukannya setelah sebelumnya berinvestasi di marketplace umum Bukalapak dan layanan e-commerce barang mewah Bobobobo.
In this first episode of DStour, DailySocial visits and talks with Kudo’s COO Agung Nugroho.Kudoplex, that’s how Kudo’s office is called, is located in Radio Dalam, South Jakarta. It applies an open-space concept of building with spacious rooms to ensure that the team may work conveniently. Kudoplex indeed is dedicated for Kudo’s employees, so that they may give their best to the company. Continue reading DStour #01: A Visit to “Kudoplex”, Kudo Indonesia’s Main Office→
Dalam DSTour edisi perdana kali ini, DailySocial berbincang-bincang dengan Co-Founder dan COO Kudo Agung Nugroho soal memperkenalkan kantor ideal bagi tim Kudo Indonesia. Memilih lokasi di kawasan Radio Dalam, Jakarta Selatan, Kudoplex memiliki desain yang terbuka dengan ruangan yang luas. Lebih mengutamakan kenyamanan dan mendukung peningkatan semangat kerja tim, Kudoplex diciptakan dengan tujuan agar para pegawai bisa memberikan kontribusi terbaik untuk perkembangan Kudo.
In this episode, Kudo’s Co-Founder and CEO Albert Lucius talks about How Kudo uses all the three funding it received for infrastructure development and operational expansion. What if everyone in Indonesia finally can do online transaction on his own? What will Kudo do? What our discussion to find out. Continue reading DScussion #32: Albert Lucius and Kudo’s Support towards “Social Commerce”→
Only a month after securing a funding from GREE Ventures, East Ventures, 500 Startups, and IMJ Partners for expansion to other cities, Kudo sealed an undisclosed investment from Emtek Group. This time, it’s in form of strategic partnership with Emtek’s broad access in numerous media and a network of e-commerce services. Continue reading Kudo Secured Funding from Emtek Group→