Tag Archives: Air Quality

Aplikasi penyedia data kualitas udara nafas merambah produk air purifier berbasis smart home AirTest dan Pure40 dapat terintegrasi dengan aplikasi nafas

Optimisme nafas Rambah Produk Air Purifier “aria”

Baik buruknya kualitas udara akibat polusi dan hal-hal eksternal lainnya, belum menjadi topik umum bagi sebagian besar orang Indonesia. Perjalanan dalam meningkatkan kesadaran ini masih begitu panjang, yang sekarang dititahkan kepada nafas, sebagai aplikasi penyedia data kualitas udara.

Sementara itu di sisi yang lain, dibutuhkan solusi sebagai aksi nyata untuk meningkatkan kualitas udara di sekitar. nafas pun merambah produk air purifier berbasis smart home dinamai “aria” yang sudah dibeli secara online di platform marketplace.

Kepada DailySocial, Co-Founder & CEO nafas Nathan Roestandy menjelaskan bahwa aria menjadi tindakan langsung terhadap peningkatan kualitas udara. Meski segmen ini sudah dihuni oleh banyak merek elektronik multinasional, aria cukup percaya diri dapat bersaing di lapangan karena memiliki proposisi yang unik.

Selama ini produk yang ada di pasaran belum memberikan pengalaman pengguna maksimal karena tidak memberikan umpan balik dari data-data kualitas udara yang ditarik dari ruangan pengguna. Pertanyaan-pertanyaan seperti, apakah air purifier tersebut apakah mampu meningkatkan kualitas udara di sekitar atau tidak, belum mampu dijawab oleh perangkat yang ada saat ini.

Sementara, aria memiliki sensor terhubung dengan nafas yang dapat dimanfaatkan untuk monitor kualitas udara di dalam ruangan adalah yang paling aktual. Sensor kualitas udara mendefinisikan AQI dan kadar PM2.5 yang dapat menjadi panduan aman buat aktivitas pengguna setiap hari.

“Secara product journey, kita bangun nafas dulu baru kurang lebih setahun kemudian aria kami rintis. Sebagian proses manufakturnya kami lakukan di Indonesia dan ada di luar negeri,” terang Nathan.

Aria memiliki dua produk, yakni AirTest untuk memonitor kualitas udara dan memastikan data kualitas udara di dalam ruangan adalah yang paling aktual karena terhubung dengan aplikasi nafas. Lalu, Pure40 yang mampu membersihkan polusi udara di ruangan dengan jangkauan 40 meter persegi (terluas di kategorinya). Pengguna dapat mengatur waktu kapan Pure40 akan dinyalakan serta dimatikan, atur hari dan juga kecepatan yang diinginkan untuk mendapatkan AQI melalui aplikasi nafas.

Kompetisi di pasar

Dalam menciptakan skala ekonomi, terjadi dilema bagi skala startup untuk bersaing dengan korporasi besar, agar dapat bersaing dari segi harga yang lebih terjangkau untuk konsumen. Oleh karenanya, meski saat ini harga aria terhitung lebih di atas harga pasaran, namun ada proposisi lainnya yang ditawarkan ke konsumen.

Nathan menjelaskan, nafas mengedepankan pengalaman akses data kualitas udara kepada lebih banyak pengguna. Ke depannya, perusahaan akan perbanyak lokasi sensor nafas ke kota-kota besar, seperti Bandung, Semarang, dan Medan dari posisi saat ini lebih dari 100 sensor tersebar di Jabodetabek dan Yogyakarta.

Peletakan sensor tersebut ke depannya juga tidak hanya di lokasi privat saja, juga akan masuk ke lokasi publik yang lebih terbuka. Dengan demikian, semakin banyak sensor yang tersebar, maka akan akurat data kualitas udara yang didapat. Lebih banyak pula inisiatif berikutnya yang dapat dilakukan berbekal data tersebut.

Salah satunya adalah lebih intensifnya interaksi antara kualitas udara di indoor dan outdoor dalam membaca kualitas udara. Pasalnya, buruknya kualitas udara terbesar datang dari luar ruangan. “Dengan nafas kita bisa coverage interaksi tersebut dengan analisa-analisa yang bisa lebih berguna untuk pengguna.”

Produksi aria juga ditargetkan lebih masif agar perusahaan dapat menciptakan skala ekonomis, sehingga lebih banyak orang yang mendapat akses dan awareness terhadap kualitas udara kian meningkat. “Tentunya kami ada rencana mengembangkan aria menjadi lebih mass karena dalam skala ekonomi pricing yang lebih ekonomis itu bisa didapat dari produksi skala besar. Itu salah satu dilema dari startup di bidang consumer electronic di awalnya bersaing dari segi harga.”

Meski enggan merinci, Nathan menerangkan saat ini nafas telah mengantongi investasi untuk pengembangan berikutnya dari sejumlah investor yang fokus pada ekonomi berkelanjutan.

Application Information Will Show Up Here

Introducing nafas, Air Quality Monitoring Application in Jabodetabek

The 2018 Asian Games in Jakarta & Palembang creates a moment of air quality as a talk among citizens and the media on a national scale. The cases of forest and land fires that have occurred several times are also categorized as incidents that have triggered this issue to become a national issue. However, the air quality issue is still insufficient for the daily conversation of the community.

Piotr Jakubowski, former CMO of Gojek, tries to bring this conversation to life through a platform. Together with Nathan Roestandy, he founded “nafas”. Piotr serves as chief growth officer, while Nathan serves as chief executive officer. According to Piotr, Nathan, who was previously known as the founder of Zulu, has been researching this topic since 2016. In short, they both established nafas as a platform to help Jakarta residents and its surroundings in accessing data and educational sources regarding hyperlocal air quality.

Piotr said that this idea originated from the worsening air quality and the lack of local initiatives to describe the situation based on data. It was very bad, DKI Jakarta Governor Anies Baswedan even said that air pollution has cost Rp60 trillion loss.

Therefore, what nafas actually offers to the public? Air quality data is the answer. There are a number of basics according to Piotr that differentiate breath from other air quality platforms. First in terms of accuracy. Nafas uses its own sensors to display captured data instantly and in real-time.

Piotr said, there are several other platforms that collect data from second hand via API or use satellite data only. There are also those whose data recording is not in real-time.

“It can be misleading and not beneficial to users because good data recording yesterday does not mean the current air quality is good either. Breath only displays the latest data,” Piotr said.

Nafas has installed 46 sensors spread across Jabodetabek. Their sensors can update air quality data every 20 minutes. The data presented in the application are levels of Air Quality Index (AQI) and Particulate Matter (PM) 2.5.

The application also displays recommendations of activities according to the latest air conditions. With this number of sensors, Piotr claims nafas as the largest air quality data provider in Jakarta.

Bank Mandiri menjadi salah satu sponsor di nafas.
Bank Mandiri as one of the sponsor

Piotr didn’t say nafas as a non-profit organization. The method they take to run nafas is through a sponsorship program. Specifically, nafas embraces individuals or companies with concern to ESG (environmental, social, governance) to sponsor the installation of censorship. One of the companies already become nafas’ sponsor is Bank Mandiri.

Apart from helping the public to access better air quality data, nafas also offers a number of advantages. One of them is by displaying the sponsor’s logo in the application as part of sponsorship branding.

“In the sponsorship plan, we have some initiatives with partners including branding sponsorship in the application, collaborative marketing activities, and access to more detailed data,” Piotr added.

However, the goal that Piotr and Nathan coveted through nafas faced some challenges. Education to the community is the biggest homework. In fact, bringing the issue of air pollution dangers is like scaring people because the threat is not visible. Also, the resulting consequences shorten a person’s life expectancy by up to 4.8 years.

However, since the pandemic began, Piotr assessed that people’s views on air quality have changed. In addition, nafas intends to work with various types of organizations and individuals to improve education to the Indonesian people about air quality.

“The key to success is educating as many people as possible that bad air quality can affect health and how to reduce exposure to bad air as much as possible,” Piotr said.

Currently, nafas is available in the Greater Jakarta area. Piotr said the plan is yet to expand the scope of his work area because he still wanted to strengthen its presence in Jabodetabek. Nafas is now accessible on the Play Store and AppStore.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Aplikasi nafas

Mengenal nafas, Aplikasi Pemantau Kualitas Udara di Jabodetabek

Asian Games 2018 di Jakarta & Palembang mungkin menjadi momen di mana kualitas udara menjadi perbincangan warga dan media dalam skala nasional. Kasus kebakaran hutan dan lahan yang terjadi beberapa kali tentu juga menjadi masuk sebagai kategori kejadian yang memicu isu itu menjadi isu nasional. Namun sepakat atau tidak, pembicaraan mengenai kualitas udara masih jauh dari cukup dalam perbincangan sehari-hari masyarakat.

Piotr Jakubowski, eks CMO Gojek, mencoba menghidupkan perbincangan ini melalui sebuah platform. Bersama Nathan Roestandy, ia mendirikan “nafas”. Piotr berperan sebagai chief growth officer, sementara Nathan menduduki posisi chief executive officer. Menurut penuturan Piotr, Nathan yang sebelumnya dikenal sebagai pendiri Zulu, telah meneliti topik ini sejak 2016. Singkatnya mereka berdua mendirikan nafas sebagai platform yang dapat membantu warga Jakarta dan sekitarnya dalam mengakses data dan sumber edukasi mengenai kualitas udara yang bersifat hiperlokal.

Piotr bercerita, ide ini berawal dari kian buruknya kualitas udara dan minimnya inisiatif lokal untuk menggambarkan situasi berbasis data. Saking buruknya, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan bahkan menyebut kerugian yang ditimbulkan akibat polusi udara mencapai Rp60 triliun.

Lalu apa yang sebenarnya nafas tawarkan kepada publik? Data kualitas udara adalah jawabannya. Ada sejumlah sejumlah mendasar menurut Piotr yang membedakan nafas dengan platform kualitas udara lainnya. Pertama dari segi akurasinya. Nafas menggunakan sensor sendiri yang menampilkan data yang diambil langsung dan real time.

Menurut Piotr, beberapa platform lain ada yang hanya mengambil data dari tangan kedua melalui API atau memakai data satelit saja. Ada juga yang perekaman datanya tidak secara real time.

“Itu bisa menyesatkan dan tidak menguntungkan pengguna karena perekaman data yang baik kemarin tidak berarti kualitas udara saat ini baik juga. Nafas hanya menampilkan data terkini,” papar Piotr.

Nafas sudah memasang 46 sensor yang tersebar di Jabodetabek. Sensor mereka dapat memperbarui data kualitas udara setiap 20 menit. Adapun data yang disajikan dalam aplikasi nafas berupa kadar Air Quality Index (AQI) dan Particulate Matter (PM) 2,5.

Aplikasi juga menampilkan rekomendasi yang perlu dilakukan sesuai keadaan udara terkini. Dengan jumlah sensor tersebut, Piotr mengklaim nafas sebagai penyedia data kualitas udara terbesar di Jakarta.

Bank Mandiri menjadi salah satu sponsor di nafas.
Bank Mandiri menjadi salah satu sponsor di nafas

Piotr tidak mengatakan nafas sebagai organisasi non-profit. Metode yang mereka tempuh untuk menjalankan nafas adalah melalui program sponsor. Lebih jelasnya, nafas merangkul individu atau perusahaan yang menaruh perhatian pada ESG (environmental, social, governance) untuk menjadi sponsor pemasangan sensor. Salah satu perusahaan yang sudah menjadi sponsor di nafas adalah Bank Mandiri.

Selain membantu publik mengakses data kualitas udara yang lebih baik, nafas menawarkan sejumlah keuntungan bagi mereka. Salah satunya dengan menampilkan logo sponsor ke dalam aplikasi sebagai bagian dari sponsorship branding.

“Dalam rencana pensponsoran, kami punya sejumlah inisiatif bersama para mitra termasuk sponsorship branding di dalam aplikasi, kerja sama kegiatan pemasaran, dan akses ke data yang lebih mendetail,” cetus Piotr.

Kendati demikian, tujuan yang diidamkan Piotr dan Nathan melalui nafas punya tantangan tidak kecil. Edukasi kepada masyarakat menjadi pekerjaan rumah terbesar. Pasalnya mengangkat isu tentang bahaya polusi udara itu seperti pekerjaan menakut-nakuti sebab faktor pengancamnya tak terlihat. Padahal akibat yang ditimbulkan memperpendek harapan usia seseorang hingga 4,8 tahun.

Namun semenjak pandemi berlangsung, Piotr menilai pandangan orang mengenai kualitas udara sudah berubah. Selain itu nafas juga berniat bekerja sama dengan berbagai jenis organisasi dan individu untuk menggenjot edukasi kepada masyarakat Indonesia mengenai kualitas udara.

“Kunci suksesnya adalah edukasi ke sebanyak mungkin orang bahwa udara yang buruk bisa memengaruhi kesehatan dan bagaimana sebisa mungkin mengurangi paparan udara yang buruk,” pungkas Piotr.

Sejauh ini nafas baru tersedia di wilayah Jabodetabek. Piotr mengatakan belum ada rencana nafas memperluas cakupan wilayah kerjanya karena masih ingin memperkuat keberadaannya di Jabodetabek. Nafas sudah bisa diakses di Play Store maupun AppStore.

Application Information Will Show Up Here