Tag Archives: airy

Tujuh startup tercatat secara publik tutup di Indonesia sepanjang enam bulan pertama tahun 2020 ini.

Daftar Startup Indonesia yang Kolaps di Paruh Pertama Tahun 2020

Pandemi Covid-19 “sukses” meluluhlantakkan startup yang industrinya bersinggungan langsung dengannya, seperti pariwisata, ritel offline, juga industri pendukung lainnya yang beririsan.

Proses adaptasi harus dilakukan dengan cepat agar untuk bertahan. Mulai dari pengurangan jumlah karyawan, pivot bisnis, dan mengurangi jumlah gerai (bila bisnis ritel) harus ditempuh. Pengurangan karyawan dan pivot bisnis mulai mewarnai sejak awal karantina diumumkan.

Khusus pivot, kebanyakan dari mereka beralih ke segmen yang ramai diminati selama pandemi, seperti menjelma jadi layanan commerce untuk bahan baku sehari-hari, produk kesehatan, atau pesan antar makanan sehari-hari. Sementara untuk pengurangan karyawan, kondisi ini tidak hanya terjadi di startup yang bisnisnya masih skala kecil saja, sekaliber unicorn bahkan tidak luput dari ancaman ini.

Kenyataan terakhir adalah gulung tikar. Ini adalah keputusan paling akhir, sekaligus terberat yang diambil setelah beragam upaya penyelamatan sudah dilakukan, tapi tak kunjung membuahkan hasil.

Sejauh ini, DailySocial mencatat ada tujuh startup yang harus gulung tikar hingga paruh pertama tahun ini. Berikut daftarnya:

1. Eatsy Indonesia

Startup asal Singapura ini baru hadir di Indonesia pada November tahun lalu, namun mereka resmi tutup pada 1 April 2020.

Eatsy memberikan kemudahan untuk antrean dan pemesanan makanan di restoran. Di negara asalnya, sebelum pandemi, solusi ini diklaim berhasil mendongkrak penjualan mitra restoran hingga 1,5 kali lipat. Kesuksesan tersebut membuat mereka percaya diri untuk ekspansi ke Indonesia, pasca mengantongi pendanaan tahap awal dari East Ventures.

Di keterangan resminya, penutupan diambil karena masifnya penyebaran Covid-19. Akibatnya semakin banyak pebisnis kuliner yang menutup usahanya untuk mengurangi penyebaran virus.

2. QRIM Express

Di sektor logistik, umur QRIM Express juga baru seumur jagung. Mereka beroperasi di medio tahun lalu dan resmi tutup pada 1 April 2020.

QRIM Express, yang dulu dikenal dengan Red Carpet Logistics (RCL), adalah perusahaan logistik milik Sumitomo dan Lippo Group. Mereka punya semangat untuk merambah segmen C2C, sebelumnya diklaim kuat di B2B dan B2C.

Mereka ingin bersaing dengan layanan logistik last mile lainnya, seperti JNE, TIKI, GrabExpress, GoSend, Ninja Express, SiCepat, Paxel untuk memenuhi kebutuhan pengiriman konsumen ritel atau pengusaha online.

Berbicara soal aset, diklaim mereka memiliki 54 hub yang tersebar di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Bali, dan Sulawesi. Ada 515 kendaraan dan 423 kurir yang tergabung. Pendapatan mereka disebutkan tembus di atas Rp1,3 triliun pada awal tahun lalu.

3. Hooq

Hooq resmi tutup pada 30 April 2020, setelah lima tahun beroperasi. Penutupannya tidak hanya untuk operasional di Indonesia, tapi juga di regional Asia Tenggara.

Pandemi menjadi salah satu faktor pemicu secara tidak langsung di balik tutupnya layanan ini. Mereka dianggap kurang suntikan modal sehingga tidak mampu bersaing dengan para pesaingnya, padahal pemegang saham Hooq adalah konglomerasi media tersohor, seperti SingTel, Warner Media, dan Sony Pictures Television.

Bisnis OTT sendiri membutuhkan perjalanan panjang untuk memberikan laporan keuangan yang hijau. Asia Tenggara adalah lahan perang yang unik buat bisnis OTT karena beragam tantangannya.

4. Stoqo

Kali ini datang dari platform b2b yang mensuplai bahan baku untuk pebisnis kuliner. Stoqo resmi tutup menjelang akhir Mei 2020.

Sebelum pandemi, prospek bisnis ini terbilang cukup cemerlang karena pebisnis tidak perlu repot untuk menyuplai bahan baku sebelum toko dibuka. Sasaran penggunanya adalah pebisnis kuliner, mulai restoran, kafe, catering, warung makanan, dan usaha minuman.

Setelah setahun beroperasi, tepatnya pada akhir 2018, mereka berhasil mengantongi pendanaan Seri A dari Monk’s Hill Partners dan Accel Partners. Juga berkesempatan mengikuti rogram akselerasi Alibaba eFounders Fellowship di Hangzhou, Tiongkok.

Ketika karantina diberlakukan, bisnis makanan, terutama restoran, turun drastis. Hal ini berdampak pada bisnis Stoqo yang terus terpukul sehingga keputusan untuk gulung tikar diambil.

5. Airy

Startup ini resmi tutup permanen setelah lima tahun beroperasi pada 31 Mei 2020. Kabar ini cukup disesalkan, namun bisa dianggap keputusan paling rasional yang diambil manajemen.

Sebelum mengambil keputusan tersebut, perusahaan mengklaim telah mengambil berbagai upaya untuk memastikan perusahaan tetap bertahan. Situasi pandemi yang tidak dapat diprediksi akhirnya menggiring pada penutupan Airy.

Startup yang terafiliasi dengan Traveloka ini diklaim memiliki 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota. Layanannya tidak hanya menyewakan kamar budget, tapi juga tiket pesawat, kereta api, dan layanan pemesanan untuk korporat.

6. Wowbid

Wowbid tutup
Wowbid tutup

Wowbid baru beroperasi pada awal tahun lalu, menawarkan konsep marketplace lelang secara live yang dipandu host. Tepat pada 30 Juni 2020, mereka tutup karena penjualan yang anjlok.

Wowbid menjual barang-barang tersier, sementara masyarakat saat ini kebanyakan mengalokasikan dana untuk belanja kebutuhan pokok dan kesehatan. Sebelum pandemi, mereka mengklaim telah memiliki 720 ribu pengguna terdaftar, dengan 180 ribu di antaranya adalah pengguna aktif bulanan. Bahkan mereka sudah mengantongi pendanaan pra-Seri A sebesar $5 juta dari PT Envy.

Sebelum resmi tutup, perusahaan sudah membuat sejumlah pertimbangan, misalnya tutup sementara dan beroperasi lagi setelah pandemi. Ide ini diurungkan, karena untuk masuk ke posisi top five marketplace di Indonesia bisa dibilang susah. Pelanggan Wowbid memiliki irisan dengan pelanggan platform e-commerce lain yang sudah tersohor.

7. Freenternet

Freenternet adalah startup penyedia koneksi internet gratis berbasis mobile wifi. Startup ini baru dirilis pada awal tahun ini, tapi memutuskan untuk tutup per 30 Juni 2020 kemarin.

Konsep yang ditawarkan sebenarnya menarik, karena mereka bertindak sebagai penyedia akses internet (IAP), bukan penyedia layanan internet (ISP). Untuk sumber monetisasi, Freenternet menggunakan iklan.

Dikutip dari Gizmologi, bisa jadi karena pengaruh pandemi, pengeluaran budget iklan perusahaan harus ditekan seefisien mungkin. Hal ini berdampak pada bisnis Freenternet. Dengan basis pengguna yang bisa dikatakan belum banyak, tidak mudah untuk menawarkan iklan ke klien.

Highlight for this week: Airy, a budget accommodation platform, decides to shut down by end of May. In contrary, payment platform Cashlez is going public

[Weekly Updates] Airy Shuts Down; Cashlez Goes Public; and More

Another casualty of Covid-19 in Indonesia is Airy, a budget accommodation platform. It decides to shut down by the end of May. In contrary, payment platform Cashlez is making headlines by going public and opens for acquisition.

In other news, GudangAda raises Series A funding, while Donald Wihardja, former AC Ventures’ partner, is appointed as the new CEO of MDI Ventures, Telkom’s CVC.

Airy to Shut Down Business Permanently, Putting other OTAs in Jeopardy

Airy or Airy Rooms will terminate its operations permanently by the end of May 2020. DailySocial has been trying to reach the management since Wednesday (5/6), yet the information still sealed – although they didn’t deny the rumor. A reliable source has confirmed the layoff of the employees. As we observed, Airy is currently not displaying any property listings beyond May 31st, 2020.

Cashlez Officially IPO, Creating Opportunities for Other Acquisitions

The payment gateway and mPOS startup, Cashlez, officially going IPO at the Indonesia Stock Exchange (4/5) using “CASH” as the stock code. Cashlez is listed on the acceleration board, as well as being the 27th company to be trading on the stock exchange this year.

The company releases 250 million new shares at Rp350 per share. This capital amount covers around 17.5 percent of the agreed capital and is placed in Cashlez. Simultaneously, the company issued Series I Warrants at a ratio of 1:1.

Cashlez’ President Director, Tee Teddy Setiawan, said the company successfully obtained funding worth of Rp87.5 billion on this occasion. As planned, 61.31% of the funds were used for the acquisition of PT Softorb Technology Indonesia (STI), with the remaining 38.69% for working capital.

GudangAda Notches 372 Billion Rupiah Worth of Series A Funding

After securing seed funding last February 2020, GudangAda, B2B marketplace platform for FMCG products, (5/5) has successfully secured Series A funding round. In this round, the firm managed to bag funding worth of US$25.4 million, or around 372 billion Rupiah. This round was led by Sequoia India and Alpha JWC Ventures, with the participation of Wavemaker Partners. The company is to develop a new line of business and build up the internal team.

GudangAda is said to be successfully connecting around 50,000 traders in 500 cities, and covering almost 100 percent of FMCG wholesalers in Indonesia, through an enabler approach.

Donald Wihardja Serves as The New CEO of MDI Ventures

Recently manage fund for AC Ventures (a merger between Agaeti Ventures and Convergence Ventures), Donald Wihardja has officially appointed as the CEO of MDI Ventures. The position is vacant for 9 months after Nicko Widjaja left to lead BRI Ventures. Along with this appointment, Aldi Adrian Hartanto is promoted to be MDI’s VP of Investments.

Hartanto said Donald Wihardja’s experience, in terms of investment and running a business, should bring more colors to the investment style and culture of the next-generation MDI Ventures. The main objective of MDI Ventures is to remain the same, which is in line with the vision of being a VC that focuses on top multi-stage funding in Southeast Asia.

It is hoped that Wihardja and his team can help to accelerate fundraising activities, to create an independent fund, as well as to support and strengthen the organization. In 2019 MDI Ventures successfully made 5 exits, with 3 acquisitions and 2 IPOs.

Airy to Shut Down Business Permanently, Putting other OTAs in Jeopardy

Such unfortunate news came from the local OTA (Online Travel Agency) industry. Airy or Airy Rooms will terminate its operations permanently by the end of May 2020. We receive the news from a source involved in the company’s operations. It was later discovered that several property partners had received official notification emails regarding the service termination.

DailySocial has been trying to reach the management since Wednesday (5/6), yet the information still sealed – although they didn’t deny the rumor.

The layoff situation has gone wild in the Airy ecosystem, the number is monitored through SEAcosystem.com – a collaborative worksheet initiated by some Southeast Asia’s venture capitalists to help affected talents and startups due to Covid-19. A reliable source has confirmed the layoff.

In addition, as we observed, Airy is currently not displaying any property listings after May 31st, 2020.  It applies to the flight ticket, there will be no search results as per June 1st, 2020.

Since the beginning of the year, when the Covid-19 pandemic began to haunt the Southeast Asian region, there was a sharp decline for Airy service users. Exacerbated by the lockdown and physical distancing initiatives in almost all countries resulting in the declining number of traveling (out of town or abroad).

As general notes, in addition to offering low-cost lodging accommodations, Airy also provides a flight ticket booking feature.

Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
The declining number of Airy’s traffic, in PC and mobile platform / Similarweb

Earlier this year, the company had a succession by appointing Louis Alfonso Kodoatie as the new CEO. With 30 thousand rooms spread across 100 cities, they are confident enough to continue to penetrate the market. Particularly, after launching Airy for Business at the end of last year as a new initiative offering online services for company official travel management.

All OTAs afflicted, no exception

Last month, a news spread regarding Traveloka’s significant staff reduction. The temporary halt of inter-city public transportation modes, such as planes and trains, certainly has an impact on the decline in company revenue. Nearly zero tourist visits also make bookings for accommodation services such as hotels or recreation tickets drop sharply.

Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
The declining traffic of Traveloka’s site, in PC and mobile platform / Similarweb

Unlike Airy, Traveloka’s unicorn status ideally provides a longer runway. Particularly since last year, the company has been intensifying fundraising up to 7 trillion Rupiah. It was said by Co-Founder & CEO Ferry Unardi that the startup he founded was planned to take dual IPO listings in the next 2-3 years – it was before the pandemic.

Observing the current conditions, the Center of Reform on Economics (CORE) member, Yusuf Rendy Manilet told DailySocial that he believes all OTA players in Indonesia are devastated by Covid-19. However, Yusuf did not see this as hopeless.

“In my opinion, they can explore domestic tourists with more local potential, like culinary tourism,” Yusuf said.

A Traveloka representative, who was contacted separately, said he was concerned about the situation. But they refused to break down the whole impact. “Currently, our focus is to prioritize the safety and comfort of users in planning their trips,” Traveloka’s Head of Marketing, Transport, Andhini Putri said.

Pegipegi also facing a similar issue. The company’s response is not much different. They are still busy accommodating the needs of travelers who use their services, including in canceling reservations. “Currently, for customers who want to cancel their order, it can be done easily through the Pegipegi application using the Online Refund feature,” Pegipegi’s Corporate Communications Manager, Busyra Oryza told Dailysocial.

OTA in Indonesia

The local OTA business is filled with local and outside players, however, from the previous year’s trends, local players have a larger share of users. Of the many players, five of them have the biggest traction, including Traveloka, Pegipegi, Tiket, Airy, and Nusatrip.

Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch
Most popular local OTA platforms in Indonesia / DSResearch

The e-Conomy SEA 2019 report also shows that online travel is still the second most influential digital sector after e-commerce. In 2019 the industry recorded GMV at US$10 billion and is projected to grow to US$25 billion in the next five years.

The situation could change, after the end of the pandemic, “new normal” will be a challenge in all business sectors. In order to stay in the game while reaching its highest potential, every business must be able to adapt and innovate, including travel. The good thing is that this industry has grown rapidly, OTA players are no longer just about ticketing. More than that, each is transformed into a service with a variety of integrated features.

This is about how companies survive. Basically, traveling is a necessity, both for personal and business interests. When the dust settles, sooner or later, this sector will return to its pace.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Airy akan Tutup Bisnis secara Permanen, OTA Kalang Kabut Akibat Pandemi

Kabar buruk datang dari industri OTA (Online Travel Agency) lokal. Airy atau Airy Rooms akan menghentikan operasionalnya secara permanen per akhir Mei 2020. Kabar tersebut awalnya kami dapatkan dari seorang yang terlibat dalam operasional perusahaan. Belakangan diketahui, beberapa mitra properti telah mendapatkan email pemberitahuan resmi mengenai rencana penutupan layanan.

DailySocial mencoba menghubungi jajaran manajemen sejak Rabu (06/5), pihaknya masih belum bisa memberikan informasi – kendati tidak menampik kabar tersebut.

Badai PHK juga terus berlangsung di Airy, perkembangan jumlahnya terpantau melalui situs SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah pemodal ventura Asia Tenggara untuk membantu talenta dan startup yang terdampak layoff karena Covid-19. Narasumber kami pun membenarkan adanya PHK yang dilakukan secara bertahap.

Selain itu, dari percobaan kami, saat ini platform Airy sudah tidak menampilkan lagi daftar properti untuk pencarian di atas tanggal 31 Mei 2020. Pun untuk pemesanan tiket pesawat, jika memasukkan tanggal 1 Juni 2020 ke atas, tidak akan menampilkan hasil pencarian rute.

Sejak awal tahun, saat pandemi Covid-19 mulai menghantui kawasan Asia Tenggara, terjadi penurunan yang cukup tajam untuk pengguna layanan Airy. Diperburuk dengan insiatif lockdown dan physical distancing di hampir semua negara yang menjadikan kegiatan bepergian (ke luar kota atau luar negeri) nyaris tidak dilakukan oleh orang-orang.

Seperti diketahui, selain menawarkan akomodasi penginapan berbiaya rendah, Airy juga menyediakan fitur pemesanan tiket pesawat.

Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Awal tahun ini perusahaan juga baru lakukan suksesi dengan menunjuk Louis Alfonso Kodoatie sebagai CEO baru. Beberbekal 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota, mereka cukup percaya diri bisa terus melanjutkan penetrasi pasar. Terlebih akhir tahun lalu Airy for Business juga baru diluncurkan, sebagai layanan yang menawarkan pelayanan online untuk manajemen perjalanan dinas perusahaan.

Semua OTA terdampak, tak terkecuali

Bulan lalu juga tersiar kabar mengenai pengurangan pegawai dengan jumlah yang cukup signifikan oleh Traveloka. Berhentinya operasional moda transportasi umum antarkota seperti pesawat dan kereta api tentu berimbas pada turunnya pemasukan perusahaan. Kunjungan wisata yang nyaris nol juga membuat pemesanan layanan akomodasi seperti hotel atau tiket rekreasi menurun tajam.

Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Berbeda dengan Airy, dengan status unicorn Traveloka idealnya memiliki runway yang lebih panjang. Terlebih sejak tahun lalu perusahaan juga tengah gencarkan fundraising hingga 7 triliun Rupiah. Disampaikan juga dalam sebuah kesempatan oleh Co-Founder & CEO Ferry Unardi bahwa startup yang didirikannya direncanakan tempuh dual-listing IPO dalam 2-3 tahun mendatang – kala itu belum ada asumsi worst case akibat pandemi.

Mengamati kondisi yang terjadi saat ini, kepada DailySocial ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet yakin pelaku OTA di Indonesia pasti terpukul akibat Covid-19. Akan tetapi Yusuf melihat mereka bukan tanpa harapan dalam situasi genting seperti sekarang.

“Menurut saya mereka bisa memanfaatkan potensi wisatawan domestik tapi yang sifatnya lebih lokal, seperti wisata kuliner,” ucap Yusuf.

Perwakilan Traveloka, yang dihubungi secara terpisah, mengaku prihatin atas situasi yang terjadi. Namun mereka menolak menjelaskan sejauh apa dampak yang mereka terima. “Saat ini fokus kami adalah mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna dalam merencanakan perjalanannya,” ujar Head of Marketing, Transport, Traveloka Andhini Putri.

Pegipegi juga rasakan hal yang sama. Respons perusahaan tak jauh berbeda. Mereka masih sibuk mengakomodasi kebutuhan para pelancong yang menggunakan jasa mereka, termasuk dalam pembatalan reservasi. “Saat ini, bagi pelanggan yang ingin membatalkan pemesanan mereka, dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi Pegipegi dengan menggunakan fitur Online Refund,” terang Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza kepada Dailysocial.

OTA di Indonesia

Bisnis OTA lokal dipenuhi oleh pemain lokal dan luar, kendati demikian dari tren-tren di tahun sebelumnya pemain lokal mendapatkan porsi pengguna yang lebih besar. Dari banyaknya pemain, lima di antaranya miliki traksi yang paling besar, meliputi Traveloka, Pegipegi, Tiket, Airy, dan Nusatrip.

Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch
Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch

Laporan e-Conomy SEA 2019 juga menunjukkan, online travel masih menjadi sektor digital yang paling berpengaruh nomor dua setelah e-commerce. Tahun 2019 industri tersebut catatkan GMV mencapai US$10 miliar dan diproyeksikan tumbuh jadi US$25 miliar dalam lima tahun ke depan.

Situasinya bisa jadi berubah, pasca pandemi berakhir pun “new normal” akan menjadi tantangan di semua sektor bisnis. Untuk tetap on-track mencapai potensi tertingginya, setiap bisnis harus mampu beradaptasi dan berinovasi, pun untuk travel. Baiknya, industri ini sudah berkembang pesat, para pemain OTA tak lagi hanya jajakan tiket. Lebih dari itu, masing-masing menjelma menjadi layanan dengan beragam fitur terpadu.

Ini adalah tentang bagaimana cara perusahaan bertahan. Pada dasarnya bepergian adalah sebuah kebutuhan, baik untuk pribadi maupun kepentingan bisnis. Saat situasinya mulai kondusif, cepat atau lambat, sektor yang tengah lunglai ini akan kembal bergas seperti sediakala.

Application Information Will Show Up Here

Airy Talks Future Plans After Appointed New CEO

Airy as an accommodation network operator (ANO) company, is officially announced Louis Alfonso Kodoatie as the new CEO on Monday (1/20). The succession followed by lists of targets, one is to improve its popularity among the accommodation industry, amidst the rapid development in Indonesia’s tourism sector.

The Airy team is confident to optimize the market’s momentum. They now have around 30 thousand rooms in 100 cities. New products keep coming, one of the latest is Airy For Business, a service that offers online service for management business trips.

Another new product is the Self Check-in Kiosk, a self-check-in machine to support receptionist. The service is to minimize time spent on queueing, especially the peak season. It’s better known as Airy Aura and it’s integrated with Airy’s property management Airy Ease to facilitate hotel for customer tracking.

Next, there is Airy Community. This service acts as a meeting place for the property owners and community partners. Airy Community will be the center for Airy Academy, a hospitality skills training for employees who work at Airy’s property partners.

“Indonesia has a potential market for the tourism industry, both foreign and domestic segments. Especially for the budget-friendly accommodation in which business is rapidly developed. Companies must be able to respond to the dynamic market. Technological innovation and network expansion are key. I expect to tighten Airy’s partnership with stakeholders,” Kodoatie said.

In Indonesia, Airy has direct competitors that also provide low-cost lodging services, RedDoorz and Oyo.

The new CEO considered this competition as a natural thing. He chose to focus on Airy’s improvement and growth strategies in various aspects.

“Airy is to focus more on what has been and is being developed. One of those is by improving quality and to guarantee a comfortable space with high standard, therefore, it can support the growth of low-budget accommodation,” he added.

Airy also intends to grow with property partners in terms of growing the tourism sector in Indonesia.

“In order to make it, technological innovation and network expansion are key. Airy continuously strives to create and develop various technology-based innovations to support our services, of course providing benefits and convenience, both for users, property partners, and other stakeholders,” he said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Louis Alfonso Kodoatie

Rencana Airy Selepas Penunjukkan CEO Baru

Airy sebagai perusahaan di bidang accommodation network operator (ANO), pada Senin (20/1) kemarin resmi menunjuk Louis Alfonso Kodoatie sebagai CEO baru. Suksesi dibarengi dengan sederet target, salah satunya ingin terus meningkatkan popularitas Airy di industri penginapan, di tengah pertumbuhan pesat sektor pariwisata Indonesia.

Pihak Airy sendiri cukup percaya diri bisa mengoptimalkan momentum pasar. Kini mereka telah memiliki sekitar 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota. Produk baru pun terus diperkenalkan, salah satunya Airy For Business, yakni layanan yang menawarkan pelayanan online untuk manajemen perjalanan dinas perusahaan.

Produk baru lainnya ada Self Check-in Kiosk, sebuah mesin check-in mandiri yang ditujukan untuk mempercepat penerimaan tamu. Layanan ini diharapkan bisa memangkas waktu antre, terlebih saat peak season. Layanan yang juga dikenal sebagai Airy Aura ini terintegrasi dengan sistem manajemen properti Airy Ease sehingga memudahkan pemantauan tamu bagi pihak hotel.

Selanjutnya juga ada Airy Community. Layanan ini diposisikan sebagai pusat bertemunya para mitra pemilik properti dan komunitas. Airy Community juga akan menjadi sentra pelaksanaan Airy Academy, pelatihan keterampilan di bidang hospitality kepada karyawan yang bekerja di mitra properti milik Airy.

“Indonesia merupakan pasar industri pariwisata yang potensial, baik di segmen  mancanegara maupun domestik. Terlebih pada ranah akomodasi ramah anggaran yang bisnisnya semakin menggeliat. Perusahaan harus mampu merespons cepatnya perubahan kebutuhan pasar yang sangat dinamis. Inovasi teknologi dan perluasan jejaring menjadi kunci. Saya berharap dapat memperkuat kemitraan Airy dengan para pemangku kepentingan,” papar Alfonso.

Infografik Hotel Budget / DailySocial

Di Indonesia Airy bersaing langsung dengan beberapa perusahaan yang juga menyediakan layanan penginapan berbiaya rendah, termasuk RedDoorz dan Oyo.

Alfonso menanggapi persaingan ini sebagai hal yang wajar. Ia memilih untuk fokus pada strategi peningkatan dan pertumbuhan Airy dalam berbagai aspek.

“Airy memilih untuk lebih fokus terhadap apa yang sudah dan sedang dikembangkan. Salah satunya dengan meningkatkan kualitas serta terus mempertahankan jaminan kenyamanan dengan standardisasi yang dimiliki, sehingga mampu menunjang pertumbuhan akomodasi beranggaran rendah,” lanjut Alfonso.

Airy juga memiliki ambisi untuk bisa tumbuh bersama mitra properti dalam bagian memajukan sektor pariwisata di Indonesia.

“Untuk mewujudkan hal ini, inovasi teknologi dan perluasan jejaring menjadi kunci. Airy terus berupaya menciptakan dan mengembangkan berbagai inovasi berbasia teknologi untuk menunjang layanan kami, tentunya memberikan manfaat dan kemudahan, baik bagi pengguna, mitra properti dan stakeholder lainnya,” tutup Alfonso.

Application Information Will Show Up Here
Layanan hotel budget Airy masih fokus ke pasar lokal. Belum tertarik ekspansi global meski sudah mendapat tawaran dari calon mitra strategis

Konsistensi Airy Mengembangkan Ekosistem Hotel Budget

Startup jaringan hotel budget Airy memandang Indonesia masih memiliki peluang besar untuk mengembangkan hotel budget, kendati sudah banyak pemain sejenis bermunculan di sini, seperti RedDoorz, Oyo, dan Zen Rooms. Menurut pihak Airy, kualitas hotel melati (unbranded atau bintang tiga ke bawah) masih banyak yang jauh dari standar.

Dalam wawancara dengan DailySocial, CEO Airy Danny Handoko mengatakan jenuh atau tidaknya industri hotel budget harus dilihat dari dua sisi, apakah over supply atau demand. Menurutnya, yang terjadi sekarang ini adalah supply akomodasi budget yang bagus jauh lebih sedikit, sehingga kurang bisa memenuhi tingginya demand.

“Masih banyak pemilik hotel melati yang tidak punya perspektif yang sama terkait hotel budget. Sehingga kalau dibilang jenuh, secara average nationwide, kita masih kekurangan properti yang high quality dan value for money,” terangnya.

Kualitas hotel yang semakin baik punya korelasi yang dekat dengan meningkatnya ekonomi di kota tersebut karena semakin sering dikunjungi oleh wisatawan. Hanya saja tiap pemilik hotel punya masalah tersendiri. Masing-masing bisa ditangani dengan solusi 4T, yang terdiri dari teknologi, transformasi, transparansi, dan training.

Airy didirikan oleh Danny dan rekannya Samsu Sempena (CTO Airy) sejak tahun 2015. Mereka berdua pernah bekerja di Traveloka sebelum akhirnya merintis Airy. Saat ini perusahaan memiliki karyawan lebih dari 300 orang.

Terkait pendanaan dan investor di balik perusahaan, Danny masih menutup rapat-rapat informasi tersebut, termasuk apakah Traveloka menjadi salah satu investor Danny hanya menyebut Traveloka sebagai strategic affliate partner.

Dia menjelaskan setiap pendanaan yang diterima Airy selalu diarahkan untuk merekrut talenta baru, pemasaran, dan mengembangkan produk.

Layanan Airy

Danny mencontohkan, bila ada pengelola yang paham dengan basic hospitality, namun belum untuk sisi teknologi, bisa memanfaatkan layanan teknologi saja dari Airy. Begitupun sebaliknya.

Layanan teknologi disediakan untuk memenuhi sisi supply dan demand. Di sisi supply, ada Airy Ease untuk sistem manajemen hotel berbasis online dengan fitur booking dan reservasi, HRS, dan finance system yang diakses secara real time dan disajikan secara transparan.

Berikutnya adalah Airy Aura, kios check-in mandiri untuk percepat proses penerimaan tamu sehingga turut bantu memudahkan operasional hotel saat peak season; dan Airy Community, platform pelatihan aspek housekeeping dan front office.

Airy Aura
Airy Aura

Sedangkan untuk supply, Airy menyediakan tiga jenis layanan, untuk Airy Rooms, Airy Flight, dan asuransi perjalanan. Layanan teranyar, Airy for Business disediakan untuk konsumen B2B. “Essence buat konsumen adalah menyelesaikan pain point mereka, selama itu bisa ditangani dengan baik, saya yakin loyalitas mereka akan tumbuh.”

Di sisi lain, Danny menerangkan Airy memastikan setiap mitra properti yang bergabung dapat sustain untuk jangka panjang dan bisa mencetak profit. Harga yang tertera di aplikasi sudah mencakup komponen pembagian komisi yang jelas untuk Airy dan pemilik properti.

Transparansi seperti ini adalah upaya perusahaan untuk menciptakan ekosistem hotel budget yang lebih sehat. “Short sustain itu hanya menguntungkan diri sendiri, justru merusak ekosistem. Makanya kami memastikan bisnis kami ini transparan buat mitra, karena kebanyakan properti yang kami kelola adalah lanjutan dari properti pertama mereka.”

Danny mengklaim, berdasarkan studi internal, Airy unggul sebagai brand favorit bagi pemilik properti maupun para pelancong. Tingkat churn rate, disebutkan juga terendah. Disebutkan loyalitas konsumen Airy lebih tinggi dari industri hospitality.

Secara bisnis, pertumbuhan Airy secara tahunan dijaga di angka 50%-60%. Berdasarkan jumlah pesanan yang masuk, menurutnya, tiket penerbangan lebih tinggi daripada booking kamar. Akan tetapi dia meyakini ke depannya, porsi antara keduanya akan imbang.

“Dari tahun pertama ke tahun kedua Airy kami tumbuh cukup signifikan, bahkan bisa hit dua kali lipat. Tapi pertumbuhan tahunan kita selalu dijaga di kisaran 50%-60%.”

Taktik yang dilakukan untuk mencapai itu adalah mengukur consumer lifetime value (CLTV), consumer acquisition cost (CAC) dan keseluruhan life cycle dari tiap produk. “Karena increase value buat konsumen jadi keyword kita untuk menjaga pertumbuhan bisnis tahunan.”

Pengembangan produk

Dibandingkan kompetitornya, Airy tergolong pemain yang cukup konsisten menggarap ranah hotel budget. Danny menyebut kebutuhan akomodasi untuk wisatawan menjadi fokus yang diutamakan, ketimbang bermain di vertikal lain seperti indekos.

Malah Airy ke depannya berencana memperkuat akomodasinya berjenis Airy Premier agar dapat menjangkau seluruh segmen wisatawan. Lokasi terbaru Airy Premier berada di Seminyak, Bali. Disebutkan Airy memiliki enam tipe premier di berbagai lokasi dan ke depannya akan ditambah terus jumlahnya.

Airy Premier Seminyak
Airy Premier Seminyak

“Tentu kita akan menambah Airy Premier. Kita terbuka pada peluang tersebut. Namun kita cukup selektif karena Airy Premier ini harus memberikan kualitas dan janji yang tinggi.”

Airy Premier sebenarnya sudah diperkenalkan sejak tahun lalu, tetapi jumlah akomodasinya tidak begitu pesat karena dipilah-pilih secara selektif. Sebelum pemilik properti mendaftarkan diri, mereka harus mengisi 89 checklist pertanyaan untuk menentukan harga dan tipe akomodasi mana yang tepat.

Tercatat Airy memiliki lebih dari 2 ribu properti dan 30 ribu kamar yang tersebar di lebih dari 100 kota. Mayoritas adalah kategori Airy Eco dan Standard. Untuk tipe akomodasi syariah disebutkan ada lebih dari 400 properti dengan 5 ribu kamar tersebar di 50 kota.

Seluruh properti tersebut dijual tidak hanya mengandalkan aplikasi Airy, tapi juga listing ke berbagai pemain OTA. Disebutkan ada lebih dari 200 situs OTA, mulai dari Traveloka, Booking.com, Agoda, dan Expedia untuk menarik wisatawan inbound dan outbound.

Secara produk, ada potensi bagi Airy untuk berekspansi secara regional, bahkan global, karena bisnisnya dapat direplikasi ke negara lain dengan kondisi yang mirip di Indonesia. Danny mengaku sudah didekati berbagai calon mitra potensial dari luar negeri.

Meski demikian, Danny menekankan Indonesia masih menjadi negara utama karena masih banyak pekerjaan rumah yang belum diselesaikan.

Application Information Will Show Up Here
Layanan Perjalanan Dinas Airy Business

Airy Business Menjadi Layanan Unggulan Airy Indonesia

Setelah diperkenalkan akhir tahun 2018 lalu, kini Airy Business telah dipercaya oleh lebih dari 200 perusahaan dengan diperkuat akses reservasi ke 9 ribu rute penerbangan serta lebih dari 20 ribu hotel dan akomodasi di seluruh Indonesia.

Menyasar segmen B2B, platform Airy Business didesain untuk memudahkan perusahaan mengelola rencana perjalanan pegawai hanya dalam satu platform. Layanan yang diklaim menjadi unggulan Airy ini diharapkan bisa memudahkan pengelolaan perjalanan dinas perusahaan dengan sistem pengajuan dan persetujuan berbasis daring serta pelaporan komprehensif secara real time.

“Sebagai startup teknologi, Airy terus berinovasi mengembangkan diri dan menghadirkan solusi perjalanan bagi para traveller, termasuk pengguna perusahaan, serta menguatkan komitmen khusus Airy dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,” kata VP Commercial Airy Viko Gara.

Viko menambahkan, Airy Business memberikan efisiensi kepada pengguna karena meringkaskan alur administrasi. Selain itu, Airy Business juga memungkinkan karyawan memiliki kebebasan mengatur perjalanan dinas dan tetap berkesempatan mendapatkan waktu rekreasi, tanpa menyalahi ketentuan perusahaan.

“Dengan keleluasaan tersebut, karyawan bisa selalu terinspirasi dan termotivasi dalam bekerja sehingga produktivitas pun meningkat dan bisnis perusahaan terus tumbuh,” tambah Viko.

Memanfaatkan ekosistem Airy

Selain menyediakan prosedur terintegrasi secara digital bagi karyawan dan manajemen perusahaan untuk pengelolaan biaya perjalanan, Airy Business juga memungkinkan pemesanan moda pesawat serta akomodasi hotel melalui satu kanal yang sama.

Untuk meningkatkan ketersediaan akomodasi, Airy Business juga diperkuat oleh lebih dari 2 ribu properti mitra yang tersebar di lebih dari 100 kota di seluruh Indonesia. Dari segi pembayaran, mereka menawarkan metode yang beragam, mulai transfer bank, kartu kredit, sampai penagihan per bulan ke bagian keuangan perusahaan.

Untuk memudahkan penggunaan, Airy Business dilengkapi dengan dedicated account manager yang dikhususkan menangani tiap pengguna, termasuk dasbor yang menyajikan informasi lengkap jadwal berbagai penerbangan dan hotel. Tidak disebutkan apakah nantinya Airy Business akan menghadirkan aplikasi.

“Lebih dari itu, dengan Airy Business, tim manajemen mudah memonitor pengeluaran perjalanan per departemen menggunakan data real time serta pelaporan secara komprehensif sehingga menciptakan transparansi antara karyawan dan perusahaan,” kata Viko.

Airy untuk Bisnis

Airy Kini Layani Pemesanan Tiket untuk Korporasi

Startup OTA Airy merilis layanan terbaru Airy Business, sebuah manajemen online untuk perjalanan dinas bagi pengguna di kalangan perusahaan. Tersedia pilihan 9 ribu rute penerbangan dan lebih dari 20 ribu hotel dan akomodasi Airy di seluruh Indonesia.

Airy Business ini berbasis situs, sehingga bisa dikunjungi tanpa batasan waktu dan tempat. Panel dasbor yang sederhana menyajikan informasi lengkap dan data real time untuk memudahkan pemantauan pembiayaan atas reservasi perjalanan bisnis.

Corporate Communications Airy Stephan Sinisuka menuturkan, mengutip dari Data Kementerian Pariwisata selama Januari-Agustus 2017 terjadi 248.400 perjalanan yang berasal dari Jakarta –sebagai sentra perekonomian negara, untuk tujuan bisnis, kongres/seminar dan pelatihan ke daerah lain.

“Airy Business menangkap potensi pasar travel korporasi dan mengantisipasi kebutuhan pengguna yang terus berkembang. Aktivitas yang serba cepat, juga mobilitas para karyawan dan tim manajemen yang semakin tinggi tentu memerlukan sarana praktis yang lebih dari sekadar meringkaskan alur administrasi,” kata Stephan dalam keterangan resmi, Kamis (14/2).

Dia melanjutkan penggunaan data real time dalam Airy Business memungkinkan pelaporan secara komprehensif sehingga menciptakan transparansi antara karyawan dan manajemen perusahaan. Tidak hanya menjaga anggaran, –sebab tim manajemen sudah memonitor pengeluaran perjalanan per departemen, Airy Business juga membantu perusahaan dalam menegaskan penerapan kebijakan perjalanan kepada seluruh karyawannya.

Perusahaan menyiapkan dedicated account manager untuk menangani masing-masing pengguna perusahaan. Mereka siap dihubungi 24 jam setiap hari untuk mengatur kelancaran perjalanan dinas.

Dalam rangka menjaga kenyamanan perjalanan bisnis, Airy menyediakan akses ke berbagai maskapai penerbangan dan beragam akomodasi yang terkurasi dari inventori Airy. Baik dari kelas bujet sampai hotel bintang lima.

Ketersediaan akomodasi diperkuat lagi, dengan menyediakan lebih dari 1000 properti mitra Airy yang tersebar di 90 kota. Mitra properti ini sudah dijamin memenuhi standar kenyamanan yang ditetapkan Airy.

“Bukan hanya memberi manfaat kepada pengguna perusahaan, kami optimis Airy Business juga mendorong tingkat okupansi para pemilik properti yang menjadi mitra. Tahun lalu ada jutaan transaksi pemesanan yang berhasil kami catatkan.”

Stephan menambahkan, pihaknya akan terus mengembangkan Airy Business dengan fitur dan produk mutakhir lainnya yang segera meluncur pada tahun ini. Secara paralel, penambahan jumlah properti, perluasan pasar lewat kolaborasi dengan berbagai situs e-commerce, dan beberapa startup OTA juga terus digalakkan.

Sebelum Airy, perusahaan OTA lainnya yang sudah mulai garap pasar segmen yang sama adalah Tiket, Via, dan Bhinneka. Lewat kemitraan dengan Loket, Bhinneka menyediakan penjualan tiket hiburan, theme park, dan MICE untuk nasabah B2B dalam jumlah besar.

Application Information Will Show Up Here

Airy dan Komitmennya Bermain di Bisnis Hotel Budget

Startup jaringan hotel budget Airy menggelar roadshow pelatihan khusus “Airy Academy” untuk mitra akomodasi agar dapat bersaing dengan hotel berbintang. Strategi tersebut merupakan salah satu cara yang dipilih Airy untuk meningkatkan transaksi sekaligus meningkatkan repeat order, di samping dengan memperluas jumlah dan cakupan kemitraan.

Head of Pricing & Distribution Airy Rooms Viko Gara menuturkan, lewat roadshow pelatihan ini pihaknya ingin memberdayakan akomodasi lokal independen agar dapat terus berkomitmen mempertahankan pelayanannya kepada konsumen.

Pasalnya untuk memberi pelayanan berkelanjutan terkesan agak sulit dilakukan. Padahal pada dasarnya industri hospitality memiliki standar pelayanan yang tidak jauh berbeda, budget hotel dapat memberikan pelayanan maksimal dengan harga kamar terjangkau.

“Airy hanya bisa memantau dan maintain layanan dari sisi aplikasi saja, dari pencarian hotel hingga pembayarannya. Namun pada akhirnya seluruh pelayanan akan bermuara di mitra akomodasi itu sendiri, bagaimana mereka bisa maintain layanan sesuai standar Airy, itu yang mau kita tingkatkan,” terang Viko dalam sesi wawancara bersama DailySocial, kemarin (28/3).

Dalam rangkaian pelatihan tersebut, sambung Viko, mitra mendapat wawasan dan pembekalan, serta mempraktikannya secara langsung dari fasilitator berpengalaman di dunia hospitality. Pada akhir sesi, mereka mendapat sertifikasi sebagai bukti keikutsertaannya.

Peserta housekeeping diajarkan bagaiamana cara membersihkan kamar dan tempat tidur dengan baik. Personal front office diajarkan berupa simulasi cara menerima tamu dengan baik, menanggapi dan menangani keluhan tamu, serta melakukan proses check-in dan check-out dengan benar.

Tahun ini, Airy melatih 258 SDM dari sekitar 100 mitra akomodasi yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, dan Malang. Inisiasi Airy Academy ini sebenarnya baru mulai di tahun lalu, dengan mengadakan di dua kota yakni Medan dan Yogyakarta.

Kinerja Airy

Airy tergolong startup yang cukup jarang membeberkan informasi seputar informasi terbarunya. Startup ini sudah berdiri sejak pertengahan 2015 dan diklaim sebagai startup jaringan hotel budget terbesar di Indonesia lantaran jumlah kamar yang sudah diakuisisi lebih dari 10 ribu di 1.000 mitra akomodasi, tersebar di 72 kota.

Tak hanya menyediakan pemesanan kamar, Airy juga menyediakan tiket pesawat untuk rute domestik hasil bekerja sama dengan berbagai maskapai penerbangan. Aplikasi Airy sendiri sudah diunduh lebih dari 1 juta kali (Android saja). Mayoritas pemesanan dikontribusikan dari aplikasi, dan lokasi favorit pemesanan kamar adalah Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Viko enggan membeberkan apakah perusahaan pernah mendapat investasi dari eksternal atau masih bootstrapping.

Application Information Will Show Up Here