Tag Archives: Airy Closed

Airy to Shut Down Business Permanently, Putting other OTAs in Jeopardy

Such unfortunate news came from the local OTA (Online Travel Agency) industry. Airy or Airy Rooms will terminate its operations permanently by the end of May 2020. We receive the news from a source involved in the company’s operations. It was later discovered that several property partners had received official notification emails regarding the service termination.

DailySocial has been trying to reach the management since Wednesday (5/6), yet the information still sealed – although they didn’t deny the rumor.

The layoff situation has gone wild in the Airy ecosystem, the number is monitored through SEAcosystem.com – a collaborative worksheet initiated by some Southeast Asia’s venture capitalists to help affected talents and startups due to Covid-19. A reliable source has confirmed the layoff.

In addition, as we observed, Airy is currently not displaying any property listings after May 31st, 2020.  It applies to the flight ticket, there will be no search results as per June 1st, 2020.

Since the beginning of the year, when the Covid-19 pandemic began to haunt the Southeast Asian region, there was a sharp decline for Airy service users. Exacerbated by the lockdown and physical distancing initiatives in almost all countries resulting in the declining number of traveling (out of town or abroad).

As general notes, in addition to offering low-cost lodging accommodations, Airy also provides a flight ticket booking feature.

Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
The declining number of Airy’s traffic, in PC and mobile platform / Similarweb

Earlier this year, the company had a succession by appointing Louis Alfonso Kodoatie as the new CEO. With 30 thousand rooms spread across 100 cities, they are confident enough to continue to penetrate the market. Particularly, after launching Airy for Business at the end of last year as a new initiative offering online services for company official travel management.

All OTAs afflicted, no exception

Last month, a news spread regarding Traveloka’s significant staff reduction. The temporary halt of inter-city public transportation modes, such as planes and trains, certainly has an impact on the decline in company revenue. Nearly zero tourist visits also make bookings for accommodation services such as hotels or recreation tickets drop sharply.

Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
The declining traffic of Traveloka’s site, in PC and mobile platform / Similarweb

Unlike Airy, Traveloka’s unicorn status ideally provides a longer runway. Particularly since last year, the company has been intensifying fundraising up to 7 trillion Rupiah. It was said by Co-Founder & CEO Ferry Unardi that the startup he founded was planned to take dual IPO listings in the next 2-3 years – it was before the pandemic.

Observing the current conditions, the Center of Reform on Economics (CORE) member, Yusuf Rendy Manilet told DailySocial that he believes all OTA players in Indonesia are devastated by Covid-19. However, Yusuf did not see this as hopeless.

“In my opinion, they can explore domestic tourists with more local potential, like culinary tourism,” Yusuf said.

A Traveloka representative, who was contacted separately, said he was concerned about the situation. But they refused to break down the whole impact. “Currently, our focus is to prioritize the safety and comfort of users in planning their trips,” Traveloka’s Head of Marketing, Transport, Andhini Putri said.

Pegipegi also facing a similar issue. The company’s response is not much different. They are still busy accommodating the needs of travelers who use their services, including in canceling reservations. “Currently, for customers who want to cancel their order, it can be done easily through the Pegipegi application using the Online Refund feature,” Pegipegi’s Corporate Communications Manager, Busyra Oryza told Dailysocial.

OTA in Indonesia

The local OTA business is filled with local and outside players, however, from the previous year’s trends, local players have a larger share of users. Of the many players, five of them have the biggest traction, including Traveloka, Pegipegi, Tiket, Airy, and Nusatrip.

Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch
Most popular local OTA platforms in Indonesia / DSResearch

The e-Conomy SEA 2019 report also shows that online travel is still the second most influential digital sector after e-commerce. In 2019 the industry recorded GMV at US$10 billion and is projected to grow to US$25 billion in the next five years.

The situation could change, after the end of the pandemic, “new normal” will be a challenge in all business sectors. In order to stay in the game while reaching its highest potential, every business must be able to adapt and innovate, including travel. The good thing is that this industry has grown rapidly, OTA players are no longer just about ticketing. More than that, each is transformed into a service with a variety of integrated features.

This is about how companies survive. Basically, traveling is a necessity, both for personal and business interests. When the dust settles, sooner or later, this sector will return to its pace.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Airy akan Tutup Bisnis secara Permanen, OTA Kalang Kabut Akibat Pandemi

Kabar buruk datang dari industri OTA (Online Travel Agency) lokal. Airy atau Airy Rooms akan menghentikan operasionalnya secara permanen per akhir Mei 2020. Kabar tersebut awalnya kami dapatkan dari seorang yang terlibat dalam operasional perusahaan. Belakangan diketahui, beberapa mitra properti telah mendapatkan email pemberitahuan resmi mengenai rencana penutupan layanan.

DailySocial mencoba menghubungi jajaran manajemen sejak Rabu (06/5), pihaknya masih belum bisa memberikan informasi – kendati tidak menampik kabar tersebut.

Badai PHK juga terus berlangsung di Airy, perkembangan jumlahnya terpantau melalui situs SEAcosystem.com – sebuah worksheet kolaboratif yang diinisiasi sejumlah pemodal ventura Asia Tenggara untuk membantu talenta dan startup yang terdampak layoff karena Covid-19. Narasumber kami pun membenarkan adanya PHK yang dilakukan secara bertahap.

Selain itu, dari percobaan kami, saat ini platform Airy sudah tidak menampilkan lagi daftar properti untuk pencarian di atas tanggal 31 Mei 2020. Pun untuk pemesanan tiket pesawat, jika memasukkan tanggal 1 Juni 2020 ke atas, tidak akan menampilkan hasil pencarian rute.

Sejak awal tahun, saat pandemi Covid-19 mulai menghantui kawasan Asia Tenggara, terjadi penurunan yang cukup tajam untuk pengguna layanan Airy. Diperburuk dengan insiatif lockdown dan physical distancing di hampir semua negara yang menjadikan kegiatan bepergian (ke luar kota atau luar negeri) nyaris tidak dilakukan oleh orang-orang.

Seperti diketahui, selain menawarkan akomodasi penginapan berbiaya rendah, Airy juga menyediakan fitur pemesanan tiket pesawat.

Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Airy, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Awal tahun ini perusahaan juga baru lakukan suksesi dengan menunjuk Louis Alfonso Kodoatie sebagai CEO baru. Beberbekal 30 ribu kamar yang tersebar di 100 kota, mereka cukup percaya diri bisa terus melanjutkan penetrasi pasar. Terlebih akhir tahun lalu Airy for Business juga baru diluncurkan, sebagai layanan yang menawarkan pelayanan online untuk manajemen perjalanan dinas perusahaan.

Semua OTA terdampak, tak terkecuali

Bulan lalu juga tersiar kabar mengenai pengurangan pegawai dengan jumlah yang cukup signifikan oleh Traveloka. Berhentinya operasional moda transportasi umum antarkota seperti pesawat dan kereta api tentu berimbas pada turunnya pemasukan perusahaan. Kunjungan wisata yang nyaris nol juga membuat pemesanan layanan akomodasi seperti hotel atau tiket rekreasi menurun tajam.

Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb
Penurunan trafik kunjungan situs Traveloka, di platform dekstop dan mobile / Similarweb

Berbeda dengan Airy, dengan status unicorn Traveloka idealnya memiliki runway yang lebih panjang. Terlebih sejak tahun lalu perusahaan juga tengah gencarkan fundraising hingga 7 triliun Rupiah. Disampaikan juga dalam sebuah kesempatan oleh Co-Founder & CEO Ferry Unardi bahwa startup yang didirikannya direncanakan tempuh dual-listing IPO dalam 2-3 tahun mendatang – kala itu belum ada asumsi worst case akibat pandemi.

Mengamati kondisi yang terjadi saat ini, kepada DailySocial ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet yakin pelaku OTA di Indonesia pasti terpukul akibat Covid-19. Akan tetapi Yusuf melihat mereka bukan tanpa harapan dalam situasi genting seperti sekarang.

“Menurut saya mereka bisa memanfaatkan potensi wisatawan domestik tapi yang sifatnya lebih lokal, seperti wisata kuliner,” ucap Yusuf.

Perwakilan Traveloka, yang dihubungi secara terpisah, mengaku prihatin atas situasi yang terjadi. Namun mereka menolak menjelaskan sejauh apa dampak yang mereka terima. “Saat ini fokus kami adalah mengutamakan keamanan dan kenyamanan pengguna dalam merencanakan perjalanannya,” ujar Head of Marketing, Transport, Traveloka Andhini Putri.

Pegipegi juga rasakan hal yang sama. Respons perusahaan tak jauh berbeda. Mereka masih sibuk mengakomodasi kebutuhan para pelancong yang menggunakan jasa mereka, termasuk dalam pembatalan reservasi. “Saat ini, bagi pelanggan yang ingin membatalkan pemesanan mereka, dapat dilakukan dengan mudah melalui aplikasi Pegipegi dengan menggunakan fitur Online Refund,” terang Corporate Communications Manager Pegipegi Busyra Oryza kepada Dailysocial.

OTA di Indonesia

Bisnis OTA lokal dipenuhi oleh pemain lokal dan luar, kendati demikian dari tren-tren di tahun sebelumnya pemain lokal mendapatkan porsi pengguna yang lebih besar. Dari banyaknya pemain, lima di antaranya miliki traksi yang paling besar, meliputi Traveloka, Pegipegi, Tiket, Airy, dan Nusatrip.

Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch
Platform OTA lokal populer di Indonesia / DSResearch

Laporan e-Conomy SEA 2019 juga menunjukkan, online travel masih menjadi sektor digital yang paling berpengaruh nomor dua setelah e-commerce. Tahun 2019 industri tersebut catatkan GMV mencapai US$10 miliar dan diproyeksikan tumbuh jadi US$25 miliar dalam lima tahun ke depan.

Situasinya bisa jadi berubah, pasca pandemi berakhir pun “new normal” akan menjadi tantangan di semua sektor bisnis. Untuk tetap on-track mencapai potensi tertingginya, setiap bisnis harus mampu beradaptasi dan berinovasi, pun untuk travel. Baiknya, industri ini sudah berkembang pesat, para pemain OTA tak lagi hanya jajakan tiket. Lebih dari itu, masing-masing menjelma menjadi layanan dengan beragam fitur terpadu.

Ini adalah tentang bagaimana cara perusahaan bertahan. Pada dasarnya bepergian adalah sebuah kebutuhan, baik untuk pribadi maupun kepentingan bisnis. Saat situasinya mulai kondusif, cepat atau lambat, sektor yang tengah lunglai ini akan kembal bergas seperti sediakala.

Application Information Will Show Up Here