Kepemilikan saham OLX Classifieds kini resmi telah berpindah tangan 100% ke PT Astra International Tbk (IDX: ASII). Perusahaan konglomerasi ini mengumumkan telah menyelesaikan akuisisi PT Tokobagus, entitas yang mengoperasikan platform iklan baris digital OLX Classifieds.
Dalam keterangan resminya, Jumat (11/8), Grup Astra mencaplok OLX melalui dua anak usahanya PT Astra Digital Mobil yang menguasai 99,98% saham OLX dan PT Astra Digital Internasional sekitar 0,02%. Tidak diungkap berapa nilai kesepakatan akuisisi tersebut.
Direktur Astra Gidion Hasan mengatakan OLX punya basis pengguna dan ekuitas merek yang kuat. Posisinya sebagai pionir iklan baris digital dinilai akan menjadi pilihan utama masyarakat di Indonesia. “Akuisisi ini diharapkan akan melengkapi ekosistem digital Grup Astra yang sudah ada, mendorong inovasi, serta memenuhi kebutuhan pelanggan,” ujarnya dikutip dari Bareksa.com.
Sementara, CEO OLX Grup Lydia Ventura Paterson menambahkan, “kami yakin platform iklan baris digital OLX berada di tangan yang tepat, dan Astra akan membawa iklan baris digital OLX ke tingkat yang lebih tinggi.”
Perusahaan juga mengumumkan debut OLX dengan identitas barunya pasca-akuisisi di ajang GIIAS 2023. Di sana, OLX akan hadir sebagai Trade-In Partner yang berkolaborasi dengan Astra Financial.
Astra diketahui tengah menggenjot potensi jual-beli mobil bekas, salah satunya melalui anak usahanya Astra Digital Mobil yang menaungi platform mobbi (sebelumnya bernama mo88i). Aplikasi mobbi telah terintegrasi dengan ekosistem Grup Astra, termasuk ACC group, Toyota Astra Financial Services, Asuransi Astra Buana, dan AstraPay.
Mobil bekas
Hingga saat ini, penjualan mobil bekas masih banyak diminati oleh masyarakat indonesia. Angka penjualannya bahkan ditaksir lebih tinggi sekitar 1,5 juta per tahun dari penjualan unit mobil baru yang berkisar 1 juta unit.
Penyedia marketplace online mobil bekas pun telah menghadirkan showroom fisik untuk meningkatkan pengalaman pengguna, mengingat pembelian mobil tetap memerlukan pengecekan fisik.
Masuknya Astra ke dalam persaingan jual-beli mobil bekas akan menambah persaingan di sektor ini bersama sejumlah pemain existing, termasuk Carro, Carsome, Moladin, dan Broom.
Menurut laporan Industry Research, nilai pasar mobil bekas di dunia ditaksir sebesar $810,5 miliar pada 2022. Angka tersebut diestimasi naik menjadi $$1.093 miliar pada 2028 dengan tingkat pertumbuhan 5,12% per tahun.
Platform marketplace jasa Seekmi resmi dicaplok oleh Siam Cement Group (SCG), perusahaan konglomerasi asal Thailand. Akuisisi ini ditargetkan dapat membantu SCG untuk ekspansi bisnis penyedia jasa on-demand ke pasar Indonesia.
Seekmi merupakan marketplace jasa on-demand untuk berbagai kebutuhan rumah tangga, mulai dari pembersihan rumah, penatu, AC, hingga tukang harian. Seekmi berdiri sejak 2015 dan telah beroperasi di delapan kota di Indonesia. Jumlah mitra penyedia jasanya telah mencapai puluhan ribu dengan ratusan ribu pelanggan rumah tangga.
“Saya bangga dengan pencapaian tim kami serta bagaimana Seekmi telah mampu mematahkan batasan dan mengubah industri jasa rumah tangga. Kami senang dan bersemangat untuk bekerja sama dengan perusahaan ternama seperti SCG dalam memperluas bisnis untuk membantu lebih banyak orang Indonesia,” tutur Founder dan CEO Clarissa Leung dalam keterangan resminya.
Sekadar informasi, Siam Cement Group (SCG) merupakan salah satu perusahaan konglomerasi terbesar di Asia Tenggara yang kepemilikannya mayoritas dikuasai oleh Raja Vajiralongkorn. SCG didirikan 1913 menyusul keputusan oleh Raja Rama VI untuk memproduksi semen. Kini, SCG memiliki berbagai lini bisnis, mulai dari konstruksi, pengemasan, tenaga surya, hingga logistik.
Ekspansi ke Indonesia
Masih disampaikan dalam keterangan resminya, SCG sejak lama mengincar ekspansi bisnis ke Indonesia melalui anak usahanya Q-Chang usai melihat adopsi masif terhadap penggunaan jasa on-demand rumah tangga. Diketahui, Q-Chang adalah platform home and living berbasis di Bangkok yang diklaim sebagai salah satu platform home service dengan pertumbuhan tercepat di sana.
SCG menilai Q-Chang dan Seekmi menawarkan solusi dan memiliki core value yang sama, yakni menyediakan layanan jasa rumah tangga berkualitas tinggi yang dapat dipesan melalui aplikasi atau website. Dengan akuisisi ini, Q-Chang dapat memperluas penetrasi bisnisnya ke pasar Indonesia dengan membidik segmen kelas menengah yang kini tengah tumbuh di Indonesia.
Berdasarkan pemberitaan terakhir di DailySocial, diketahui Seekmi mulai mendorong kolaborasi strategis dan fokus menyasar sektor B2B. Sejumlah mitra B2B terkemuka yang telah digandeng Seekmi antara lain IKEA, Samsung, Panasonic, Coca Cola, Toshiba, hingga Orang Tua Group. Layanan yang ditawarkan mulai dari insalasi, perbaikan dan pemeliharaan, hingga layanan pengiriman barang ke konsumen mereka.
Seekmi menilai kebutuhan untuk jasa rumah tangga di Indonesia masih sangat besar. Pengguna jasa ini juga mengaku kesulitan untuk merekrut penyedia jasa yang dapat dipercaya mengingat mereka jarang memiliki lisensi atau sertifikasi untuk membuktikan kompetensi dan keamanannya.
Tak sedikit ditemukan penyedia jasa membatalkan atau menjadwal ulang pekerjaan, bahkan pekerjaan tidak selesai. Ini menjadi salah satu tantangan utama di sektor ini. Maka itu, Seekmi menawarkan sistem untuk melakukan perekrutan, penyaringan, pelatihan, dan pemantauan proses kerja bagi penyedia jasa rumah tangga.
Seekmi tercatat memperoleh pendanaan dari sejumlah VC dan angel investor di 2019 antara lain GDP Ventures, AddVentures, Prasetia Dwidharma, Ventek Ventures, AC Ventures, dan CyberAgent.
Startup edtech Ruangguru mengumumkan akuisisi atas Mclass, sebuah platform live teaching asal Vietnam. Hal ini disebut sebagai langkah strategis perusahaan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan kapabilitasnya di wilayah tersebut.
Ruangguru telah lebih dulu memulai ekspansi ke Vietnam dengan nama Kien Guru pada 2019. Vietnam menjadi negara pertama tujuan ekspansi Ruangguru karena dinilai memiliki masalah yang sama seperti yang dihadapi Indonesia dan beberapa negara berkembang lainnya di bidang pendidikan.
Co-Founder dan CEO Ruangguru Belva Devara meyakini reputasi dan keahlian Mclass dalam pembelajaran daring dapat semakin memperluas penawaran, meningkatkan bisnis, serta melengkapi solusi pembelajaran Ruangguru di Vietnam dan Asia Tenggara.
Ruangguru juga memperkuat posisinya sebagai salah satu pemimpin pasar di sektor edtech yang berkembang di Vietnam. “Visi kami adalah menjadi perusahaan teknologi pendidikan terdepan di Asia Tenggara dan kami yakin bahwa akuisisi ini merupakan langkah lanjutan untuk mencapai tujuan tersebut,” ungkap Belva.
Didirikan oleh Nguyen Van Khai dan Nguyen Minh Thang pada 2019, Mclass bekerja sama dengan guru-guru terbaik di negara tersebut untuk menawarkan sesi live teaching pada mata pelajaran matematika, sains, sastra, serta persiapan perguruan tinggi seperti IELTS. Dalam waktu kurang lebih empat tahun, Mclass disebut telah menjadi platform pembelajaran daring ternama di Vietnam.
Pendekatan inovatif Mclass mengundang respons positif dan daya tarik yang kuat pada siswa maupun orang tua. Hal ini ditunjukkan oleh sekitar 10 juta pengikut di media sosial para guru, sesi live teaching yang berhasil meraih 85 ribu peserta pelajar, dan total 1 juta replay untuk satu sesi pembelajaran di 2022.
Solusi pembelajaran daring K-12 dari Kien Guru telah digunakan oleh lebih dari 2,5 juta siswa di Vietnam selama empat tahun terakhir, termasuk solusi video belajar (pre-recorded), live teaching, dan fitur khusus untuk membantu siswa mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah.
Akuisisi ini tidak hanya memperluas solusi pembelajaran bagi siswa, tetapi
juga akan memberikan kesempatan yang baik bagi guru Mclass untuk memperluas jangkauan mereka dan memberi dampak kepada lebih banyak siswa di Vietnam dan sekitarnya.
Pasar edtech di Vietnam
Pada tahun 2019, Vietnam masuk dalam sepuluh besar pasar pendidikan online dengan pertumbuhan tercepat secara global dan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 44,3%. Saat ini, terdapat lebih dari 200 bisnis edtech di Vietnam dengan dua juta pengguna secara nasional. Pemerintah Vietnam memperkirakan ukuran pasar ini tidak kurang dari $2 miliar.
Dilansir dari media lokal Vietnam, pendapatan pasar e-learning Vietnam diperkirakan mencapai sekitar $3 miliar di 2023 dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan sekitar 20,2% selama 2019-2023 menurut laporan Ken Research.
Sementara, laporan terbaru Do Ventures, edtech adalah bidang terbanyak diinvestasikan ketiga di Vietnam dalam delapan tahun terakhir di sektor teknologi. Total investasi VC ke sektor edtech di Vietnam adalah $103 juta, diikuti pembayaran ($462 juta), dan ritel ($416 juta). Namun, bidang edtech dan transformasi digital pendidikan di Vietnam dinilai masih dalam tahap awal.
Salah satu modal ventura paling aktif dari Indonesia dan juga salah satu investor pertama di Ruangguru, East Ventures, belum lama ini juga mengucurkan investasi pada platform pembelajaran online berfokus bahasa asal Vietnam, Prep. Ini adalah startup Vietnam kedua yang tahun ini mendapatkan dukungan pendanaan dari East Ventures
Dalam sebuah wawancara bersama DailySocial.id, Partner East Ventures Melisa Irene mengatakan, sebagai negara dengan populasi terbesar kedua di regional, pertumbuhan ekonomi digital di sana cukup kencang. Selain itu, Vietnam dikenal sebagai salah satu pemasok talenta teknis untuk ekosistem digital global; yang berarti memenuhi variabel untuk pengembangan tim lokal yang kuat.
Bukalapak mengumumkan telah mengakuisisi seluruh saham situs pembanding harga asal Malaysia iPrice. Melalui akuisisi ini, iPrice berpeluang untuk mempercepat pertumbuhannya dengan memanfaatkan sinergi antar kedua grup.
Menurut informasi di keterbukaan Bursa Efek Indonesia (BEI), kesepakatan ini dilakukan melalui anak usaha Bukalapak, PT Recommerce Internasional Indonesia (RII). Transaksi ini bernilai $130 ribu (Rp1,97 triliun).
Direktur Bukalapak Teddy Oetomo menyampaikan ada dua poin yang menjadi tujuan perseroan mengakuisisi iPrice:
● Untuk memperkuat usaha penjualan barang elektronik milik RII (dengan merek GOATS) agar dapat meningkatkan manfaat dan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan, terutama pada peningkatan layanan yang dapat ditawarkan kepada pelanggan. Hal ini dikarenakan iPrice memiliki kapabilitas yang terbukti kuat dalam menghadirkan komparasi produk dan harga serta potongan diskon maupun voucher, sehingga konsumen dapat memperoleh penawaran terbaik.
● Untuk memperkuat ekosistem induk usaha RII, yakni Perseroan, sebagai perusahaan platform digital dengan tujuan komersil yang berfokus pada pemberdayaan dan dukungan untuk UMKM di Indonesia.
Secara terpisah, sebelumnya dalam keterangan resmi pada Selasa (4/4), CEO Bukalapak Willix Halim menyampaikan bahwa ia telah mengenal Co-Founder iPrice David Chmelar bersama timnya selama bertahun-tahun. Akuisisi ini dinilai memunculkan kesempatan untuk bekerja sama lebih erat lagi.
“Dengan keahlian Bukalapak yang luas dalam e-commerce dan basis pengguna setia iPrice serta teknologi eksklusif, kami yakin dapat membuka potensi penuh platform ini,” ujarnya.
Menurut Willix, akuisisi iPrice dilandasi perkembangan pesat industri e-commerce di Asia Tenggara selama satu dekade terakhir. Secara vertikal, pertumbuhannya cukup besar untuk menjadi sektor spesifik. Mencermati tren ini, Bukalapak memutuskan mengalihkan fokusnya dari bersaing langsung dengan kompetitor menjadi membangun/mengakuisisi ceruk pasar untuk mempercepat pertumbuhannya. Terlebih, selama delapan tahun terakhir, iPrice telah membangun ceruk ini untuk melayani industri e-commerce.
Co-Founder iPrice Heinrich Wendel memastikan iPrice akan terus beroperasi sebagai entitas independen dengan mempertahankan posisi netralnya terhadap pengguna, dan bekerja sama dengan berbagai pedagang dan penjual.
“Kami sangat senang dapat bergabung dengan Bukalapak dan memanfaatkan sinergi grup. Kemitraan ini memungkinkan kami memperluas layanan untuk membantu lebih banyak pengguna menghemat uang di vertikal baru, seperti gaming, dan masuk ke negara baru, seperti Australia.”
Itochu dan Naver selaku investor iPrice juga menyambut baik kesepakatan tersebut. Stagnansi pada fundraising pada tahun lalu memaksa iPrice untuk mengurangi beberapa aspek bisnisnya dan mengurangi jumlah tim secara substansial. iPrice mulai mengeksplorasi cara-cara baru untuk menumbuhkan bisnis dengan biaya yang efektif. Transisinya kini dipercepat dengan dukungan grup Bukalapak di berbagai vertikal yang membuka banyak peluang baru.
Pada tahun lalu, iPrice mengklaim telah membantu lebih dari 100 juta konsumen di tujuh negara di Asia Tenggara untuk menghemat uang. Teknologi miliknya menampilkan penawaran dan diskon terbaik dari lebih dari delapan miliar penawaran di pasar yang menampilkan beragam acara penjualan dan mekanisme diskon yang sulit dinavigasi.
Bukalapak akuisisi lainnya
Aksi akuisisi startup sudah menjadi bagian dari strategi Bukalapak dalam memperbesar bisnisnya. Sebelumnya terdapat sejumlah startup yang resmi diakuisisi dan diumumkan ke publik, di antaranya:
Crewdible
Online fulfillment service yang memanfaatkan gudang atau ruko kosong di berbagai wilayah untuk bekerja sama sebagai mitra perusahaan.
Kingkong Meats
Platform online grocery yang menyediakan produk daging ayam, telur, makanan beku, dan bumbu dapur untuk kebutuhan masak keluarga.
Bolu (Belajar Online Yuk)
Platform edtech yang berfokus pada komunitas dan tempat belajar online untuk pengembangan bisnis rumahan.
PT Onstock Solusi Indonesia
Startup SaaS yang berfokus pada pengembangan sistem manajemen stok berbasis komputasi awan untuk membantu UMKM berbisnis lebih rapi dan serba otomatis.
PT Ayo Tech Indonesia
PT Kokatto Teknologi Global
Five Jack Co. Ltd (induk usaha PT Five Jack yang menaungi itemku)
PT Cloud Hosting Indonesia.
–
*) Kami menambahkan informasi terbaru dari keterbukaan di BEI
Xendit mengumumkan investasi strategis di Bank Sahabat Sampoerna. Nantinya, Xendit akan menjadi mitra teknologi Bank Sampoerna untuk mengembangkan infrastruktur teknologi kelas dunia dan terus meningkatkan proses internal dan produk yang tersedia.
Dalam keterangan resmi, tidak disebutkan persentase saham Bank Sampoerna yang kini dimiliki Xendit. Namun menurut pemberitaan DailySocial.id sebelumnya, Xendit akan mengempit saham secara bertahap hingga 51% menjadi pemegang mayoritas.
Mengutip dari situs Bank Sampoerna, Xendit Pte. Ltd. menguasai 14,96% saham. Pemegang saham mayoritas, PT Sampoerna Investama terdilusi menjadi 64,24%. Kemudian, PT Cakrawala Mulia Prima (bagian dari Alfa Group) juga ikut tergerus menjadi 14,28%. Sisanya, dikuasai oleh Abakus Pte. Ltd. (2,55%), Sultan Agung Mulyani (2,49%), Ekadhamajanto Kasih (0,79%), dan Yan Peter Wangkar (0,69%).
Co-founder dan CEO Xendit Moses Lo menyampaikan kedua perusahaan akan terus berjalan secara independen, tanpa mengubah produk dan layanan yang ada. “Kami akan bekerja sama unutk menetapkan arah strategis jangka panjang,” ujar Lo dalam keterangan resmi, Rabu (22/4).
“Xendit dan Bank Sampoerna telah menjadi mitra sejak awal Xendit di Indonesia. Dengan investasi ini, Xendit bangga dapat mendukung Bank Sampoerna dalam mengembangkan infrastruktur digital Bank dan terus berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi digital bangsa.”
CEO Bank Sampoerna Ali Rukmijah turut menambahkan, “Kolaborasi telah menjadi titik sentral Bank Sampoerna dalam melayani bisnis mikro dan UKM. Dukungan dari Xendit tentunya akan meningkatkan kemampuan layanan kami. Peningkatan tersebut akan terlihat dari segi kapasitas layanan, cakupan, dan yang tidak kalah pentingnya, kualitas & inovasi.”
Bank Sampoerna adalah bank swasta Indonesia yang fokus pada bisnis mikro, UKM dan banking-as-a-service kepada bisnis berbasis teknologi. Selama bertahun-tahun, Bank Sampoerna terus berinovasi dan berinisiatif mengembangkan layanan transaksi perbankan yang inovatif dengan mengoptimalkan teknologi di berbagai produk dan layanan digital. Hal ini dilakukan melalui integrasi teknis dan berbagai format yang disediakan oleh bank.
Aplikasi Nex
Saat ini, Xendit tengah mengujicoba secara terbatas aplikasi bank digital Nex. Nex akan memanfaatkan kapabilitas perbankan milik Bank Sampoerna dan teknologi yang ditawarkan Xendit. Fitur awal yang ditawarkan adalah bunga tahunan 6% yang dibayar setiap hari untuk tabungan, bebas biaya admin dan transfer, dan kemudahan pengiriman dan penerimaan dana. Hal yang umum ditawarkan bank digital kekinian.
Aplikasi Nex dikelola tiga pihak, yakni PT Nex Teknologi Digital, PT Sumber Digital Teknologi (iluma.ai), PT Sinar Digital Terdepan (Xendit), dan afiliasi-afiliasinya. Iluma bertugas melakukan e-KYC dan pengecekan skoring kredit yang lebih seamless. Kemungkinan besar Iluma adalah bagian dari Xendit karena lokasi kantornya satu gedung dengan kantor pusat Xendit.
Kepada DailySocial.id, perwakilan Xendit memberikan pernyataannya. Mereka bilang, aplikasi Nex merupakan produk digital yang sedang berada dalam masa uji-coba terbatas dan saat ini hanya dipergunakan untuk kalangan internal, tanpa melibatkan Bank Sahabat Sampoerna.
“Aplikasi Nex sepenuhnya dikelola oleh PT Nex Teknologi Digital. PT Sumber Digital Teknologi (iluma.ai) maupun PT Sinar Digital Terdepan (Xendit) tidak terlibat dalam pengelolaan aplikasi ini,” tulis manajemen.
Akuisisi perusahaan pembiayaan
Sebelumnya, Xendit juga mengonfirmasi akan membeli saham perusahaan pembiayaan PT Global Multi Finance. Langkah ini terkait dengan rencana Global Multi Finance merger dengan PT Emaas Persada Finance.
“Yang saat ini diumumkan di media adalah rencana aksi korporasi dari Globalindo Multi Finance mengenai perubahan kepemilikan. Xendit group nantinya menjadi salah satu pemilik dari Globalindo Multi Finance,” ujar perwakilan perusahaan mengutip dari Katadata.
Tidak dirinci lebih lanjut terkait besaran saham yang akan diakuisisi Xendit nantinya. Sebab, dia bilang masih berlangsung proses administrasinya dan akan disampaikan ketika rampung. Dilanjutkan, masuknya ke perusahaan pembiayaan ini nantinya akan memberikan produk-produk pembiayaan sebagai nilai tambah.
–
*) Kami menambahkan pernyataan tambahan dari manajemen Xendit terkait Nex.
Bukalapak confirms to acquire Bolu edtech (PT Belajar Tumbuh Berbagi) at $1 million (over 14.3 billion Rupiah). Bukalapak snags a full 11,340 shares through PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) and PT Bina Unggul Kencana (BUK), and has completed since January 11th, 2022.
The confirmation was stated in its disclosure on the Indonesian Stock Exchange (IDX), along with the clarification of its nominal at $1 million not $1 billion.
“We intend to clarify that the share sale and purchase transactions made and by the selling shareholders of PT Learning Grow Sharing, PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI), and PT Bina Unggul Kencana (BUK) that occurred on November 4th, 2021 were related to the purchase of 100% The 11,340 shares of PT Belajar Tumbuh Bersama are worth USD 1,000,000 (One Million Dollars) not USD 1,000,000,000 (One Billion Dollars),” Bukalapak’s Corporate Secretary Perdana A. Saputro said.
He further said, “The information on the sale and purchase value of the shares is listed in the Addendum to the Conditional Shares Sale and Purchase Agreement signed by the selling shareholders of PT Learning to Grow Sharing, PT Belajar Tumbuh Bersama, KKI and BUK on January 11, 2022. This information will be uploaded later in the Q4 2021 Financial Report.”
Following this acquisition, Bolu’s operational office is now located not only in the Cengkareng area, West Jakarta, but also in Bukalapak’s head office which is located at the Metropolitan Tower Building, Cilandak.
Bukalapak’s road to edtech
Bolu, which stands for Belajar Online Yuk, is an edtech startup that was founded in 2018 by Sandi Pratama and Deka Adrai. Bolu focuses on being a community and online learning place for home business development. It is expected that online sellers can learn from each other and share experiences, therefore, they can continue to develop and transform digitally.
On our observation, this spirit is in line with Bukalapak’s main focus on building the MSME sector, through Bukalapak Partners, its main business driver. By the end of June 2021, the number of registered Partners reached 8.7 million, rising from 6.9 million at the end of December 2020.
Mitra Bukalapak’s revenue in the second quarter of 2021 grew 292% to Rp145 billion. Meanwhile, revenue in the first semester of 2021 rose 350% to IDR 290 billion. Its contribution to the company’s revenue increased from 12% in the second quarter of 2020 to 33% in the same quarter the following year.
Other startups acquired by Bukalapak
Aside from Bolu, Bukalapak has announced a series of acquisitions. Based on the company’s financial statements, the following is a list of completed acquisitions:
1. PT Onstock Solusi Indonesia
Bukalapak affiliates PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) and PT Bina Unggul Kencana (BUK) signed a share purchase agreement with PT Onstock Solusi Indonesia (OSI) on September 2nd, 2021. Bukalapak bought 400 thousand shares or the equivalent of 100% ownership of OSI for Rp1 .45 billion. OSI is a SaaS startup that focuses on developing cloud-based stock management systems to help MSMEs do business neatly and automatically.
2. PT Ayo Tech Indonesia
KKI signed a share purchase agreement with PT Ayo Tech Indonesia (ATI) on August 12th, 2021. Bukalapak controls 51% ownership shares or 30,600 shares worth of Rp8.16 billion. ATI is engaged in trading and services business in Indonesia.
3. PT Kokatto Technology Global
KKI and BUK acquired PT Kokatto Teknologi Global (KTG) on November 2nd, 2021 for IDR 90.09 billion. Bukalapak controls 100% of the ownership shares or a total of 1,298 shares. However, the acquisition is held in stages, until no later than October 15, 2023. Kokatto is a provider of automated calling technology that is fast and effective in conveying business messages. This startup is led by Arsyah Rasyid.
4. Five Jack Co. Ltd
Five Jack Co. Ltd (FJ) was acquired by Bukalapak on April 30, 2021 through the issuance of new shares by FJ to FJ shareholders with a total share of 40,909 Series G shares. FJ is a company from South Korea that has a subsidiary in Indonesia, PT Five Jack (itemku). The aim of this acquisition is to expand the e-commerce business not limited to the game sector. As of September 30, 2021, Bukalapak owns 82,815 FJ shares or the equivalent of 100%.
5. PT Cloud Hosting Indonesia
Bukalapak acquired PT Cloud Hosting Indonesia for IDR 49.7 billion through the information technology infrastructure fixed assets transfer worth of IDR 53.3 billion. With this acquisition, Bukalapak obtained 486,531 shares of Cloud Hosting or equivalent to 13.35%.
– Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian
Bukalapak mengonfirmasi akuisisi terhadap startup edtech Bolu (PT Belajar Tumbuh Berbagi) senilai $1 juta (lebih dari 14,3 miliar Rupiah). Bukalapak mengambil sepenuhnya 11.340 saham melalui PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) dan PT Bina Unggul Kencana (BUK), dan telah rampung sejak 11 Januari 2022.
Konfirmasi tersebut disampaikan dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), sekaligus mengklarifikasi perilah nominal akuisisi bukan $1 miliar melainkan $1 juta.
“Kami bermaksud memberikan klarifikasi bahwa transaksi jual beli saham yang dibuat dan oleh pemegang saham penjual PT Belajar Tumbuh Berbagi, PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI), dan PT Bina Unggul Kencana (BUK) yang terjadi pada tanggal 4 November 2021 terkait dengan pembelian 100% saham-saham PT Belajar Tumbuh Berbagi, sebanyak 11.340 saham adalah senilai USD1,000,000 (Satu Juta Dollar) bukan senilai USD1,000,000,000 (Satu Miliar Dollar),” ucap Corporate Secretary Bukalapak Perdana A. Saputro.
Perdana melanjutkan, “Informasi nilai jual beli saham tersebut tercantum dalam Addendum Atas Perjanjian Jual Beli Saham Bersyarat yang ditandatangani oleh pemegang saham penjual PT Belajar Tumbuh Berbagi, PT Belajar Tumbuh Berbagi, KKI dan BUK pada tanggal 11 Januari 2022. Informasi ini akan di muat lebih lanjut dalam Laporan Keuangan Q4 2021.”
Dampak dari akuisisi ini, kantor operasional Bolu kini tak hanya di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat, juga menempati di kantor pusat Bukalapak yang bertempat di Gedung Metropolitan Tower, Cilandak.
Jalan Bukalapak merambah edtech
Bolu yang merupakan kepanjangan dari Belajar Online Yuk, adalah startup edtech yang sudah berdiri sejak 2018 oleh Sandi Pratama dan Deka Adrai. Bolu fokus sebagai komunitas dan tempat belajar online untuk pengembangan bisnis rumahan. Harapannya agar para penjual online dapat belajar dari satu sama lain dan berbagi pengalaman agar mereka dapat terus berkembang dan bertransformasi secara digital.
Bila dilihat, semangat tersebut selaras dengan fokus Bukalapak yang menjadikan sektor UMKM, melalui Mitra Bukalapak, sebagai motor bisnis utamanya. Pada akhir Juni 2021, jumlah Mitra yang telah terdaftar mencapai 8,7 juta, naik dari 6,9 juta pda akhir Desember 2020.
Pendapatan Mitra Bukalapak pada kuartal II 2021 tumbuh 292% menjadi Rp145 miliar. Adapun pendapatan pada semester I 2021 naik 350% menjadi Rp290 miliar. Kontribusi Mitra Bukalapak terhadap pendapatan perseroan meningkat dari 12% pada kuartal II 2020 menjadi 33% pada kuartal yang sama di tahun berikutnya.
Startup lainnya yang diakuisisi Bukalapak
Selain Bolu, Bukalapak telah mengumumkan serangkaian aksi akusisi. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, berikut daftar akuisisi yang telah rampung:
1. PT Onstock Solusi Indonesia
Entitas afiliasi Bukalapak PT Kolaborasi Kreasi Investa (KKI) dan PT Bina Unggul Kencana (BUK) menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT Onstock Solusi Indonesia (OSI) pada 2 September 2021. Bukalapak membeli 400 ribu lembar saham atau setara 100% kepemilikan OSI senilai Rp1,45 miliar. OSI merupakan startup SaaS yang berfokus pada pengembangan sistem manajemen stok berbasis cloud untuk membantu UMKM berbisnis lebih rapi dan serba otomatis.
2. PT Ayo Tech Indonesia
KKI menandatangani perjanjian jual beli saham dengan PT Ayo Tech Indonesia (ATI) pada 12 Agustus 2021. Bukalapak menguasai 51% saham kepemilikan atau 30.600 saham senilai Rp8,16 miliar. ATI bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa di Indonesia.
3. PT Kokatto Teknologi Global
KKI dan BUK mengakuisisi PT Kokatto Teknologi Global (KTG) pada 2 November 2021 senilai Rp90,09 miliar. Bukalapak menguasai 100% saham kepemilikan atau sejumlah 1.298 lembar saham. Namun, proses akuisisi dilakukan secara bertahap, sampai selambat-lambatnya 15 Oktober 2023. Kokatto adalah perusahaan penyedia teknologi panggilan otomatis yang cepat dan efektif dalam menyampaikan pesan bisnis. Startup ini dipimpin oleh Arsyah Rasyid.
4. Five Jack Co. Ltd
Five Jack Co. Ltd (FJ) diakuisisi oleh Bukalapak pada 30 April 2021 lewat penerbitan saham baru oleh FJ kepada pemegang saham FJ dengan total saham 40.909 lembar saham Seri G. FJ merupakan perusahaan asal Korea Selatan yang memiliki anak usaha di Indonesia, PT Five Jack (itemku). Tujuan dari akuisisi ini adalah untuk memperluas bisnis e-commerce tidak terbatas pada sektor gim. Pada 30 September 2021, Bukalapak memiliki 82.815 lembar saham FJ atau setara 100%.
5. PT Cloud Hosting Indonesia
Bukalapak mengakuisisi PT Cloud Hosting Indonesia senilai Rp49,7 miliar melalui pengalihan aset tetap infrastruktur teknologi informasi senilai Rp53,3 miliar. Atas akuisisi ini, Bukalapak mendapatkan hak kepemilikan saham Cloud Hosting sebanyak 486.531 saham atau setara 13.35%.
Pesatnya pertumbuhan gaya hidup digital di Indonesia memicu terus lahirnya berbagai perusahaan digital baru, dengan beragam model bisnis yang mendorong pertumbuhan ekonomi tanah air. Di antaranya, startup Tjufoo dan Una Brands, yang hadir dengan model bisnis rollup e-commerce sebagai brand aggregator.
Tjufoo hadir pada awal tahun 2022 dengan mengusung konsep “House of Brands” sebagai ekosistem digital brand di Indonesia. Tujuannya yakni membantu brand lokal untuk meningkatkan performa, melalui rangkaian teknologi digital, platform data, kecerdasan buatan, juga tim yang berpengalaman.
Sedangkan Una Brands, telah lebih dulu lahir di Singapura sebagai startup agregator e-commerce, dan baru mengumumkan kehadirannya di Indonesia pada akhir tahun 2021. Meski begitu, Indonesia menjadi salah satu negara prioritas untuk mendukung merek brand di berkembang menjadi usaha berkelas internasional.
Keuntungan UMKM Berbaur dengan Startup Rollup E-commerce
Co-Founder dan CEO Tjufoo Tj Tham mengungkapkan, hadirnya model bisnis rollup e-commerce, memberikan wadah bagi pelaku usaha, termasuk UMKM dalam memperkuat bisnisnya. Lalu, Co-Founder dan CEO Una Brands Kiren Tanna menambahkan, model bisnis ini juga dapat membantu menaikkan potensi brand lokal agar menjangkau pasar global.
Sebagai brand aggregator, Tjufoo dan Una Brands sama-sama berkomitmen mengembangkan UMKM dan brand lokal, dari berbagai kategori dan level. Melalui program akuisisi, pemberian modal kerja, dukungan operasional hingga ekspansi bisnis internasional.
Bagi brand yang telah diakuisisi, brand aggregator akan memberikan sesi mentoring atau pendampingan, guna meningkatkan skala usahanya. Pendampingan itu, dilakukan secara konsisten agar memberikan panduan yang solid untuk kebutuhan usaha jangka panjang.
“Pendampingan yang diberikan mulai dari cara pemanfaatan dana investasi, ekosistem digital, brand building, dan pemasaran produk. Lalu, mengoptimalkan digitalisasi, mengelola tenaga kerja dan pengadaan, hingga urusan operasional lainnya,” kata Tj Tham.
Selain itu, Tjufoo juga hadir memberikan permodalan bagi brand yang telah bergabung dengan brand aggrigator itu. Bentuk permodalannya terbagi dalam tiga skema investasi. Di antaranya yakni Direct Investment, Acquisition, dan Hybrid.
Menurut Tj Tham, permodalan memang menjadi masalah yang kritikal bagi UMKM. Namun bukan hanya memberikan permodalan, Tjufoo juga menyediakan resources yang dibutuhkan oleh bisnis, untuk dapat mencapai potensi bisnis mereka dengan maksimal.
“Mulai dari peningkatan revenue dari penjualan online, memperluas jaringan distribusi bisnis, mengembangkan brand equity, serta memperkuat elemen-elemen penting dalam bisnis, yaitu marketing dan operasional,” ujarnya.
Sedangkan Una Brands hadir membawa pilihan baru, di mana akuisisi oleh brand aggregator itu tak hanya memberikan full exit secara tunai, serta bagi hasil keuntungan bagi pengusaha. Tetapi, juga melindungi bahkan mengangkat legacy yang telah ada ke level yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, brand yang telah bergabung dengan kedua brand aggrigator itu, baik Tjufoo atau Una Brands, diharapkan mampu menjalin hubungan lebih dekat dengan konsumen, guna mencapai tujuan bisnis yang lebih besar.
Syarat dan Kriteria Brand Lokal agar Diakuisisi Brand Aggregator
Tj Tham memaparkan, kriteria yang ditetapkan Tjufoo dalam menentukan brand yang akan diakuisisi dilakukan secara agnostik. Artinya, seluruh brand dari berbagai kategori dan level usaha, memiliki potensi untuk dapat bergabung bersama kami.
“Namun fokus utamanya kepada brand dengan model bisnis Direct to Consumer (D2C). Di mana pemilik bisnis atau brand mendapatkan mayoritas revenue, dengan cara menjual produk langsung ke end consumer,” jelasnya.
Sementara, Kinen Tanna selaku Co-Founder dan CEO Una Brands mengungkapkan, brand yang dibidik untuk diakuisisi oleh Una Brands adalah brand pada sektor bisnis kebutuhan sehari-hari.
“Misalnya, kebutuhan rumah dan tempat tinggal, kecantikan dan perawatan tubuh, kebutuhan bayi, anak, dan hewan peliharaan, olahraga, serta kegiatan luar ruangan. Namun, Una Brands juga tetap terbuka untuk mengakuisisi bisnis di luar kategori tersebut,” ungkap Kiren Tanna.
Lalu, syarat yang harus dipenuhi brand lokal agar dapat solusi permodalan melalui akuisisi baik oleh Tjufoo maupun Una Brands, antara lain:
Telah beroperasi dengan periode operasional bisnis selama minimal 2 tahun.
Sudah mencapai profitability dan memiliki brand equity yang kuat.
Jenis produk yang dijual serta segmentasi konsumen dari brand yang sesuai kriteria.
Berjualan melalui e-commerce populer seperti Tokopedia, Lazada, Shopee dan Shopify, khusus Una Brands.
Serta, syarat minimal omset bisnis. Tjufoo mensyaratkan brand memiliki omset mencapai 10 miliar rupiah per tahun. Sedangkan, Una Brands mencapai 400 juta rupiah per bulan.
“Hal ini sebagai pertimbangan kami untuk merefleksikan kestabilan bisnis usaha yang dibangun, sehingga seluruh proses digitalisasi dan scaling up bisnis yang kami lakukan dapat berjalan dengan mulus,” kata Tj Tham.
Sementara, bagi UMKM yang belum mampu memenuhi syarat dan kriteria, atau masih dalam tahap awal membangun bisnis, Tjufoo memberi solusi alternatif. Brand aggregator ini menawakan Program Sarinah Pandu, yakni program dukungan bagi UMKM, berupa pendanaan bisnis, mentoring, dan ekosistem guna pengembangan digitalisasi.
Alur Pengajuan Pemodalan dari Brand Aggregator
Tj Tham menjelaskan proses pengajuan permodalan melalui akuisisi oleh brand aggregator Tjufoo. Menurutnya, timeline pengajuan modal dari Tjufoo bagi UMKM terbilang efisien. Ada pun di antaranya sebagai berikut:
Pertama, perlu diketahui bahwa proses pengajuan memerlukan 9-10 minggu dari mulai pengenalan sampai pendanaan.
Pada minggu ke-1 hingga 3, brand aggregator fokus melakukan pengenalan tentang brand.
Proses pengenalan itu, di antaranya dilakukan dengan pertemuan dengan pemilik bisnis, memperkenalkan pemilik bisnis kepada growth & strategy team dari startup rollup e-commerce, juga penyerahan data awal dari brand ke brand aggregator. Lalu, terms sheet awal akan diterima oleh pemilik bisnis.
Pada minggu ke-4 hingga 8, brand aggregator akan melakukan due diligence dan juga memulai proses legal agreement.
Selanjutnya, pada minggu ke-9 dan 10, brand aggregator akan melakukan penandatangan surat kerja sama, beserta penyerahan dana kepada pemilik bisnis.
Peran Startup Rollup E-commerce bagi UMKM atau Brand Lokal
Tj Tham optimis bahwa setiap usaha dapat berkembang pesat, salah satunya melalui ekosistem digital brand yang diusung Tjufoo, begitu pun dengan Una Brands. Sebagai brand aggregator, keduanya fokus mendukung UMKM atau brand lokal untuk memajukan bisnisnya secara digital.
“Kami ambil bagian dalam membantu UMKM yang memiliki tantangan dalam menjalankan bisnis. Mulai dari tantangan memperkuat branding building, optimisasi digital hingga tantangan otomasi operasionalisasi bisnis,” katanya.
Tjufoo megaku, sejauh ini, pelaku UMKM yang menjadi mitranya terus bertambah. Kedepannya Tjufoo berkomitmen untuk terus mempercepat pertumbuhan UMKM, dengan mengakuisisi brand lokal potensial pada kategori D2C.
“Dengan dukungan permodalan, kami berharap Indonesia mampu menciptakan ratusan brand lokal yang dapat bersaing di pasar global. Dalam upaya mempercepat misi ini, Tjufoo sangat terbuka untuk kolaborasi dengan berbagai pihak yang memiliki misi yang sama,” katanya.
Tjufoo sendiri memiliki misi untuk meningkatkan skala bisnis UMKM dan membangkitkan perekonomian pasca pandemi, melalui digitalisasi UMKM. Misi tersebut, didukung oleh tim yang berpengalaman dalam memberikan pendampingan bagi pelaku UMKM.
“Tim yang berpengalaman itu berasal dari indvidu unggul perusahaan lintas sektor besar seperti Apple, Grab, Amazon, SAP, dan JP Morgan. Kami menyelaraskan semua elemen tersebut ke dalam digital ekosistem brand Tjufoo, atau yang kami sebut House of Brands,” lanjutnya.
Sementara, pada Una Brands, setelah proses akuisisi akan mengoptimalkan kinerja brand lokal melalui tekonologi. Misalnya dalam segi branding, pemasaran, rantai pasok, hingga pengadaan.
“Serta, memperluas target distribusi secara domestik maupun internasional, dalam lingkup Asia Pasifik, Amerika, dan Eropa dengan target pertumbuhan 10 kali lipat di nilai penjualan dan keuntungan,” ungkap Kinen Tanna.
Selain Tjufoo dan Una Brands ada pula beberapa platform brand aggregator lainnya di Indonesia. Di antaranya, Hypefast dan OpenLabs, yang mungkin dapat menjadi opsi bagi pelaku UMKM atau brand lokal, apabila tertarik dengan konsep rollup e-commerce ini.
Video: Strategi Una Brands Naikkan Potensi “Brand” Lokal Indonesia
Sekarang, Tencent merupakan publisher game terbesar di dunia. Sejauh ini, strategi Tencent untuk mengembangkan bisnis game mereka adalah dengan mengakuisisi atau membeli saham dari berbagai perusahaan game. Sepanjang 2021, Tencent masih menggunakan strategi yang sama untuk membangun bisnis game mereka.
Bulan Desember 2021, Tencent mengakuisisi Turtle Rock, developer dari Left 4 Dead. Pada Juli 2021, Tencent mengeluarkan US$1,27 miliar untuk membeli developer asal Inggris, Sumo. Di era sebelum 2020, strategi Tencent dalam mengakuisisi atau menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan game terbilang konservatif. Mereka hanya tertarik dengan perusahaan-perusahaan yang telah meluncurkan game sukses. Contohnya, Riot Games, yang membuat League of Legends.
Namun, pada 2020, Tencent mulai mengubah strategi mereka. Pada 2021, mereka bahkan sangat aktif dalam melakukan akuisisi atau membeli saham dari perusahaan-perusahaan game. Menurut Niko Partners, rata-rata, Tencent melakukan 2,5 transaksi bisnis per hari, mulai dari pembelian saham sampai akusisi. Per 10 Mei 2021, Tencent telah menandatangani 51 transaksi bisnis, jauh lebih banyak dari total transaksi bisnis yang mereka lakukan pada 2020 — yang hanya mencapai 31 transaksi sepanjang tahun.
Walau Tencent menjadi lebih agresif dalam mengakuisisi atau membeli saham perusahaan-perusahaan game, mereka tidak mencoba untuk melakukan rebranding pada perusahaan yang sudah mereka akuisisi atau modali. Sebaliknya, Tencent biasanya membiarkan perusahaan-perusahaan itu beroperasi secara mandiri.
Melihat sikap Tencent yang menjadi lebih agresif dalam mengakuisisi atau membeli perusahaan game, Niko Partners mencoba untuk menjelaskan tiga alasan di balik perubahan strategi tersebut.
1. Ancaman dari Alibaba dan ByteDance
Salah satu alasan mengapa Tencent menjadi lebih agresif dalam melakukan investasi dan akuisisi di industri game sepanjang 2021 adalah karena mereka menghadapi persaingan yang semakin ketat dengan dua raksasa teknologi Tiongkok lain: Alibaba dan ByteDance, perusahaan induk TikTok.
Memang, pada awal 2020, ByteDance dikabarkan berencana untuk membuat divisi gaming. Tak hanya itu, sekarang, mereka juga mempekerjakan hampir 3 ribu orang untuk membuat game sendiri. Sejauh ini, mereka telah sukses dengan Ragnarok X: Next Generation di Hong Kong dan Taipei, serta One Piece: The Voyage di Tiongkok. Tak berhenti sampai di situ, pada Maret 2021, ByteDance mengakuisisi Moonton, developer dari Mobile Legends.
Sementara itu, pada September 2019, Alibaba meluncurkan Three Kingdoms: Tactics, game yang didasarkan intellectual property (IP) Koei Techmo. Berkat game tersebut, Alibaba sukses menjadi publisher mobile game terbesar ke-4 di Tiongkok pada 2020. Di tahun yang sama, mereka memutuskan untuk memindahkan divisi gaming mereka dari segmen “inisiatif inovasi” — berisi bisnis-bisnis kecil yang bersifat eksperimental — ke segmen “hiburan dan media digital”. Alasannya adalah karena mereka menganggap, bisnis game mereka sudah berkembang cukup besar.
2. Munculnya Game-Game Populer dari Developer Menengah
Tencent tidak hanya menghadapi persaingan dari perusahaan raksasa seperti Alibaba dan ByteDance, tapi juga dari perusahaan-perusahaan game skala menengah, seperti miHoYo, Lilith Games, dan QingCi Digital. Dari tiga perusahaan itu, Tencent hanya memiliki saham di QingCi Digital. Dan nilai saham yang mereka miliki hanyalah 3,33%, yang mereka beli seharga RMB101 juta (sekitar Rp225, 6 miliar). Padahal, ketiga perusahaan itu telah mengeluarkan game-game sukses.
Developer miHoYo berhasil meraih sukses di kancah global dengan Genshin Impact. Game itu hanya membutuhkan waktu 12 hari untuk mendapatkan US$100 juta, yang merupakan total biaya produksi dari game tersebut. Tak hanya itu, pada Maret 2021, 5 bulan sejak Genshin Impact diluncurkan, game itu telah berhasil menjadi mobile game dengan pemasukan terbesar ke-3 di dunia. Dan menurut Niko Partners, total pemasukan dari Genshin Impact di semua platform telah menembus US$1,5 miliar.
Sementara itu, Lilith Games meluncurkan AFK Arena dan Rise of Kingdoms di Tiongkok pada tahun lalu. AFK Arena adalah turn-based RPG sementara Rise of Kingdoms merupakan real-time multiplayer 4x strategy game. Menariknya, pada tahun lalu, Tencent sebenarnya juga meluncurkan game dengan genre yang sama seperti AFK Arena dan Rise of Kingdoms. Namun, game dari Tencent masih kalah populer dari kedua game buatan Lilith.
3. Keinginan untuk Kuasai Pasar Game International
Saat ini, Tiongkok memang masih menjadi pasar game paling besar. Sekitar 33% dari total pemasukan game PC dan mobile berasal dari Tiongkok. Meskipun begitu, Tencent juga tertarik untuk memasuki pasar game internasional. Sekarang, pasar game internasional hanya berkontribusi sebesar 21% dari total pemasukan Tencent. Mereka berencana untuk meningkatkan angka itu menjadi 50%.
Di pasar game internasional, sebagian besar dari pemasukan Tencent berasal dari IP yang lisensinya mereka beli, seperti PUBG Mobile dan Call of Duty Mobile. Dari segi platform, mobile masih memberikan kontribusi paling besar. Meskipun begitu, Tencent juga sadar, nilai pasar game PC dan konsol di luar Tiongkok bernilai US$70 miliar. Jadi, walau mobile jadi salah satu prioritas mereka, mereka juga tidak mengacuhkan pasar game PC atau konsol. Selain itu, mereka juga merasa, mereka masih bisa menumbuhkan bisnis game PC mereka di Tiongkok.
Di masa depan, Tencent juga berencana untuk mengembangkan game AAA yang bisa dimainkan di berbagai platform. Sementara mereka membuat game tersebut, mereka juga akan terus menanamkan investasi di perusahaan-perusahaan game yang memang sudah punya pengalaman dalam membuat game AAA.
Menilik Strategi Investasi Agresif Tencent
Per 10 Mei 2021, Tencent telah mengakuisisi atau menanamkan investasi di 51 perusahaan game. Dari semua perusahaan game itu, sebanyak 39 perusahaan berasal dari Tiongkok dan 12 sisanya berasal dari luar Tiongkok. Lima dari 12 perusahaan asing yang Tencent akuisisi atau berikan modal berasal dari Korea Selatan. Kesamaan lain dari lima perusahaan itu adalah mereka fokus untuk membuat game PC atau mobile. Tahun ini, Tencent sama sekali tidak melirik perusahaan Amerika Serikat. Kemungkinan, alasannya adalah karena masalah geopolitik. Bahkan saat ini, kepemilikan saham Tencent di Riot Games dan Epic Games menjadi perhatian dari Committee on Foreign Investments in the United States (CFIUS).
Hampir setengah dari 51 perusahaan game yang menarik perhatian Tencent punya pengalaman dalam membuat game konsol atau PC. Menariknya, banyak dari perusahaan tersebut yang bermarkas di Tiongkok. Seperti yang disebutkan oleh Niko Partners, keputusan Tencent untuk menanamkan investasi di perusahaan Tiongkok yang membuat game PC dan konsol adalah sesuatu yang baru. Pasalnya, di 2020, kebanyakan perusahaan game asal Tiongkok yang mendapatkan investasi atau diakuisisi oleh Tencent merupakan perusahaan yang membuat mobile game.
Pada 2021, Tencent justru menginvestasikan dana mereka ke perusahaan yang membuat game PC atau konsol, seperti Game Science yang membuat Black Myth: Wu Kong, Surgical Scalpels yang merupakan kreator dari Project Boundary, atau UltiZero Games yang membuat Lost Soul Aside. Tujuan Tencent menanamkan modal di perusahaan-perusahaan tersebut adalah karena mereka ingin memperkuat posisi mereka di pasar game PC lokal, yang diperkiran akan kembali tumbuh pada 2022.
Tak hanya di dalam negeri, Tencent juga tertarik untuk menanamkan saham atau mengakuisisi perusahaan game yang membuat game atau konsol di luar Tiongkok, seperti Fatshark, Bohemia Interactive, Dontnod Studios, dan Klei. Salah satu tujuan mereka adalah untuk membawa game-game dari perusahaan itu ke Tiongkok. Tujuan lainnya adalah karena mereka ingin bisa mendapatkan keahlian perusahaan-perusahan itu dalam membuat game PC dan konsol.
Tencent Mulai Perhatikan Gamers Perempuan
Pada 2021, Tencent juga berusaha untuk memperkaya portofolio akan perusahaan yang mereka akuisisi atau modali. Sekarang, mereka juga tertarik dengan perusahaan yang membuat game untuk gamers perempuan atau game dengan konten anime. Dalam satu tahun terakhir, mereka telah menanamkan modal di 14 perusahaan yang membuat game dengan gaya anime dan game untuk perempuan.
Sebelum ini, Tencent sebenarnya telah membuat game yang didasarkan pada anime, seperti Naruto dan Dragon Ball. Meskipun begitu, game anime Tencent tidak sesukses Genshin Impact dari miHoYo atau Onmyoji dari NetEase. Alasan mengapa Tencent tertarik dengan game bergaya anime atau game yang menargetkan gamers perempuan adalah karena pada akhir 2020, ada lebih dari 350 juta gamers perempuan dan 300 juta fans ACGN (Animation, Comic, Game, dan Novel) di Tiongkok.
Perubahan lain dalam strategi investasi Tencent adalah sekarang, mereka lebih bersedia untuk menanamkan modal ke perusahaan-perusahaan muda. Dalam dua tahun terakhir, mereka telah memberikan investasi pada enam perusahaan yang baru membuat sedikit produk atau bahkan belum mengeluarkan produk sama sekali. Tampaknya, alasan mengapa Tencent menjadi lebih proaktif dalam menanamkan investasi adalah karena ancaman dari developer game skala menengah seperti miHoYo dan Lilith Games.
Minggu lalu, Final Fantasy XIV berhasil memecahkan rekor jumlah peak gamers. Sementara itu, Farming Simulator 22 juga berhasil mencetak rekor baru, yaitu dalam hal penjualan. Niantic baru saja mengakuisisi platform social gaming Lowkey dan Sony dikabarkan akan mengubah layanan yang ditawarkan pada PlayStation Plus di tahun depan.
Final Fantasy XIV Pecahkan Rekor Jumlah Peak Gamers
Walau telah berumur hampir 10 tahun, Final Fantasy XIV tetap populer. Faktanya, game itu baru saja memecahkan rekor baru untuk jumlah pemain aktif di Steam. Setelah expansion Endwalker diluncurkan, jumlah pemain aktif FFXIV mencapai lebih dari 95 ribu orang. Menurut laporan Kotaku, sebelum ini, rekor jumlah pemain terbanyak FFXIV adalah 67 ribu orang. Angka itu dicapai pada Juli 2021. Selain memecahkan rekor jumlah pemain, FFXIV juga berhasil menggandakan jumlah pemain aktif mereka di Steam, seperti yang disebutkan oleh PCGamesN. Pada Juni 2021, jumlah pemain aktif dari game MMO itu hanyalah sekitar 41 ribu orang.
Peluncuran expansion baru memang jadi salah satu alasan mengapa FFXIV menjadi semakin populer. Namun, beberapa tahun belakangan, jumlah pemain game MMO itu memang terus bertambah. Faktor lain yang membuat jumlah pemain game tersebut meningkat adalah kasus yang menimpa Activision Blizzard. Karena skandal budaya pelecehan seksual di perusahaan itu, banyak gamers dan streamers yang memutuskan untuk berhenti memainkan World of Warcraft dalam beberapa bulan belakangan.
Niantic Akuisisi Lowkey, Platform Social Gaming
Niantic telah mengakuisisi Lowkey, platform social gaming. Dengan akuisisi ini, sebagian besar tim Lowkey akan menjadi bagian dari Niantic. Sementara Lowkey adalah situs media sosial untuk mengedit dan membagikan video, khususnya video gameplay.
“Lowkey merupakan pemimpin di bidang social gaming. Dengan bantuan mereka, kami akan bisa menerapkan berbagai fitur sosial di game-game buatan Niantic,” kata Head of Product, Niantic, Ivan Zhou, dikutip dari GamesIndustry. “Niantic dan Lowkey punya visi yang sama, yaitu untuk membangun komunitas berdasarkan pengalaman bermain bersama. Kami juga ingin menyediakan cara baru bagi pemain untuk saling terhubung dengan satu sama lain.”
Terjual 1,5 Juta Unit Dalam Seminggu, Farming Simulator 22 Pecahkan Rekor
Farming Simulator 22 diluncurkan untuk PC, Mac, konsol, dan Stadia pada 22 November 2021. Dalam satu minggu sejak dirilis, game itu telah terjual sebanyak 1,5 juta unit. Angka ini menjadi rekor penjualan terbanyak untuk seri Farming Simulator. Menurut SteamDB, game tersebut bahkan sempat mengalahkan Battlefield 2042 di Steam dalam hal jumlah pemain. Jumlah peak players dari Farming Sim 22 sempat mencapai 93,8 ribu orang, sementara Battlefield 2042 hanya 53 ribu orang.
Keberadaan Farming Simulator 22 sukses memperluas audiens dari franchise tersebut. Tak hanya itu, keberadaan fitur cross-platform multiplayer juga memungkinkan pemain PC, konsol current-gen dan last-gen untuk bermain bersama. Satu hal menarik lain tentang Farming Sim 22 adalah game itu merupakan game pertama yang Giants Software rilis sendiri, menurut laporan GamesIndustry.
Sony Dikabarkan akan Merombak Layanan PlayStation Plus
Di tahun depan, Sony berencana untuk mengubah penawaran dari PlayStation Plus, menurut laporan dari Bloomberg. Disebutkan, Sony akan tetap menggunakan merek PlayStation Plus. Namun, mereka akan menggabungkan layanan dari PlayStation Plus dengan PlayStation Now. Melalui layanan itu, Sony akan menyediakan katalog game dari semua platform yang pernah mereka buat, kecuali Vita, menurut laporan GamesIndustry.
Dikabarkan, PlayStation Plus yang baru akan memiliki tiga tier. Tier paling dasar dengan biaya paling murah hanya akan menawarkan segala sesuatu yang sudah tersedia di Plus sekarang. Jadi, gamers akan bisa memainkan game secara online dan mendapatkan akses ke game-game tertentu setiap bulannya. Tier kedua akan menawarkan sejumlah game PS4 dan PS5 yang bisa diunduh. Sementara tier yang paling tinggi dengan harga yang paling mahal akan memberikan akses ke on-demand streaming dan berbagai game dan dari tiga generasi PS pertama serta PSP.
Versi VR dari Cities: Skylines Bakal Dirilis Pada 2022
Minggu lalu, Fast Travel Games mengumumkan keberadaan Cities: VR, versi virtual reality dari game Cities: Skylines. Cities: VR akan diluncurkan pada musim semi 2022 untuk Meta Quest 2 alias Oculus Quest 2. Cities: Skylines sendiri dirilis untuk PC pada 2015. Game itu sukses meraih popularitas di kalangan fans SimCity, yang kecewa dengan versi terbaru dari franchise tersebut. Setelah itu, Cities: Skylines diluncurkan untuk PlayStation 4, Xbox One, dan Nintendo Switch.
“Genre city-building punya potensi besar di pasar VR. Dan kami tidak sabar untuk mengembangkan IP ini,” kata Creative Director, Fast Travel Games, Erik Odeldahl, lapor VentureBeat. “Kami menghabiskan banyak waktu, riset, dan energi untuk membawa Cities: Skylines ke VR dan memastikan bahwa game itu tetap menarik bagi pemain baru dan menawarkan tantangan baru bagi pemain lama.”