Tag Archives: Alan Wong

Ula, startup teknologi untuk modernisasi warung, mengumumkan PHK terhadap 134 karyawan atau sekitar 23% dari total karyawan Ula

Ula Umumkan PHK 134 Karyawan, Seluruh Divisi Terdampak

Ula, startup teknologi untuk modernisasi warung, mengumumkan PHK terhadap 134 karyawan atau sekitar 23% dari total karyawan Ula yang tersebar di tiga negara, yakni India, Singapura, dan Indonesia. Dampak efisiensi ini berlaku rata untuk semua divisi di lintas negara.

“Hari ini kami dengan sedih berbagi keputusan yang sangat sulit untuk mengurangi ukuran tim kami, yang memengaruhi 134 kolega kami atau sekitar 23% perusahaan di seluruh geografi,” tulis manajemen dalam pernyataan resmi di situs Ula, Selasa (29/11).

Ula berdalih perusahaan mendapat tantangan besar semenjak pandemi. Dijelaskan saat peluncuran Ula di Januari 2020 disambut dengan pertumbuhan pesat, kecintaan pelanggan, dan minat investor sepanjang 2020 hingga 2021. Kemudian selepas pandemi dan memasuki 2022, seperti banyak perusahaan rintisan lainnya, pihaknya menghadapi berbagai tantangan, termasuk turbulensi pasar, volatilitas harga komoditas, kekurangan pasokan, perubahan peraturan, dan kenaikan harga minyak mentah.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, perusahaan melakukan berbagai pengurangan biaya agar lebih efisien, termasuk membuat perubahan pada rantai pasok, proses efektivitas penjualan, kebijakan perjalanan, dan teknologi server.

“Meskipun demikian, semakin jelas bagi kami bahwa kami perlu beradaptasi dengan realitas baru dan lebih fokus pada profitabilitas daripada sebelumnya. Keputusan yang sangat sulit hari ini berasal dari kebutuhan itu.”

Ke depannya, manajemen menyusun strategi untuk merampingkan portofolio bisnis dan basis pelanggan. Kemudian, membangun kemampuan monetisasi  dan bisnis baru dengan margin lebih tinggi; semakin menyederhanakan dan mengoptimalkan rantai pasok untuk beradaptasi dengan pelanggan berkualitas lebih tinggi, khususnya pengecer Indonesia yang kurang terlayani.

“Mengingat bahwa bisnis tidak akan tumbuh secepat yang kami rencanakan semula, kami akan menunda pembangunan atau dalam beberapa kasus, meningkatkan beberapa kemampuan teknologi yang kami rencanakan.”

Manajemen melanjutkan, “Jika Anda termasuk yang terkena dampak, kami sangat menyesal, dan ingin Anda tahu bahwa keputusan ini bukanlah cerminan dari pekerjaan Anda. Sebagai pendiri, kami mempekerjakan banyak dari Anda secara pribadi.”

Kepada karyawan yang terdampak, Ula memberikan sejumlah benefit:

  • Memberikan pesangon berdasarkan persyaratan hukum di negara masing-masing.
  • Memastikan dukungan karier, termasuk membantu mereka membuat CV dan persiapan wawancara.
  • Memanfaatkan dukungan jaringan mitra Ula untuk kesempatan kerja.
  • Menawarkan dukungan imigrasi untuk pemegang visa di semua wilayah geografis.
  • Bermitra dengan layanan berlisensi untuk memperluas dukungan kesehatan mental bagi karyawan yang terkena dampak.

“Untuk ke depannya, kami akan terus memberdayakan para peritel lokal, yang merupakan bagian tak terpisahkan dari hati dan jiwa ritel di Indonesia, dengan teknologi yang memungkinkan mereka melampaui rekan-rekan mereka yang lebih besar. Komitmen kami terhadap visi Ula sekuat sebelumnya, dan kami berharap dapat melakukan perjalanan ini bersama Anda,” tutupnya.

Ula merupakan satu dari dua startup lokal yang didukung dengan pendanaan dari Jeff Bezos, pendiri Amazon, pada Oktober 2021. Satunya lagi adalah Lummo pada Februari 2022. Sebelumnya, Lummo juga dikabarkan melakukan PHK, namun hingga kini belum ada memberikan keterangan resmi yang diumumkan terkait kabar tersebut. Dalam irisan bisnis yang sama, juga terdapat BukuWarung yang dikabarkan ambil langkah serupa.

Mengutip dari RevoU, dari berbagai sumber dari LinkedIn Premium Insights dan lainnya, sepanjang Mei 2021-Mei 2022, Ula termasuk ke dalam startup dengan persentase pertumbuhan karyawan terpesat. Berikut urutannya:

  1. Moladin (567%): bertambah 550 orang
  2. Sekolah.mu (157%): bertambah 598 orang
  3. Flip (142%): bertambah 247 orang
  4. Ajaib (133%): bertambah 253 orang
  5. Ula (126%): bertambah 369 orang
  6. Waresix (111%): bertambah 204 orang
  7. Zenius (100%): bertambah 599 orang
  8. eFishery (95%): bertambah 387 orang
  9. Bibit (94%): bertambah 246 orang
  10. Cakap (93%): bertambah 170 orang
Application Information Will Show Up Here

Ula Receives 148 Billion Rupiah Seed Funding, Offering Supply Chain Platform and Capital Support

Ula, a startup working on supply-chain solutions for small shops and SMEs, today (10/6) announced seed funding worth of US $10.5 million or equivalent to 148 billion Rupiah. The investment round was led by Sequoia India and Lightspeed India, with the participation of SMDV, Quona Capital, Saison Capital, and Alter Global. Several angel investors also participated, including Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, and Rahul Mehta.

The new platform was launched in January 2020 and has a head office in Jakarta. The business concept relies on e-commerce-based applications consists of a wide selection of wholesale merchandise with high demand by stall owners or other SMEs, specifically related to daily needs (FMCG). A unique thing about this service unique is that it allows users to use the pay later feature in the application. This flexible payment is considered to solve capital problems that often blocked small stalls to grow.

Currently Ula is still testing the beta version of its product in the East Java region. Moreover, it is targeted to immediately cover all potential users in Java and expand the product categories to electronics and fashion. The founders were quite optimistic, especially during the Covid-19 pandemic, online fulfillment services continued to increase.

Despite its business focus in Indonesia, Ula’s development team is not only in Jakarta, but also in India and Singapore. Ula was founded by four founders with working experience in global companies including Derry Sakti, Riky Tenggara, Nipun Mehra, and Alan Wong.

Together support the SME industry

In Indonesia, there are some startups trying their luck in similar business verticals. One of which is Klikdaily, their services also make it easier for shop owners to get supply chain. In May 2020, they announced series A funding led by Global Founders Capital. In addition, there also TokoPandai, Limakilo, Kudo, and so on.

Some other technology platforms have started supply chain models in various forms. For example, what Moka’s point of sales developer did with Moka Fresh products. Integrating the fulfillment of small businesses’ basic commodities through one door. In addition, a partnership program initiated by e-commerce giants, such as Mitra Bukalapak, Tokopedia, to Shopee – which also targets fulfillment segment in traditional stalls.

The market potential is quite large, according to Ula’s data, traditional retailers contribute almost 80% of the overall market share value in developing countries like Indonesia. The business model also empowers millions of people in various parts of the region; in terms of business, they are considered to be the most understanding of consumers’ characteristics around them, thus ensuring its products always on target.

However, there are problems that usually blocked business people to grow big, mostly related to working capital and lack of human resources, therefore, business development becomes stagnant. Ula is trying to solve both issues through a one-stop-fulfillment platform, along with credit services based on data analysis with intelligent systems.

“For us, the scale of Ula’s success is measured by how much customers can improve their business and lives. Our vision is to revolutionize the SME trade with technology, help improve their efficiency, and provide tools (technology) to facilitate business,” Riky Tenggara said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aplikasi Ula

Ula Dapatkan Dana Awal 148 Miliar Rupiah, Tawarkan Platform “Supply Chain” Dilengkapi Bantuan Modal

Ula, startup yang menggarap solusi supply-chain untuk warung dan UKM, hari ini (10/6) mengumumkan perolehan pendanaan awal senilai US$10,5 juta atau setara 148 miliar Rupiah. Putaran investasi dipimpin Sequoia India dan Lightspeed India, dengan keterlibatan SMDV, Quona Capital, Saison Capital, dan Alter Global. Beberapa angel investor juga turut berpartisipasi, meliputi Patrick Walujo, Willy Arifin, Sujeet Kumar, Vaibhav Gupta, Amod Malviya, Rohan Monga, dan Rahul Mehta.

Platform ini baru diluncurkan pada Januari 2020 dan memiliki kantor pusat di Jakarta. Konsep bisnisnya mengandalkan aplikasi berbasis e-commerce yang berisi berbagai pilihan barang dagangan grosir yang biasa diburu oleh pemilik warung atau pelaku UKM lainnya, khususnya terkait kebutuhan sehari-hari (FMCG). Satu hal yang membuat layanan ini unik, memungkinkan penggunanya untuk memanfaatkan fitur paylater yang tertanam di aplikasi. Pembayaran yang fleksibel ini dinilai dapat menyelesaikan masalah permodalan yang kerap dihadapi warung kecil untuk bertumbuh.

Saat ini Ula masih menguji versi awal produknya dalam private beta di wilayah Jawa Timur. Setelah itu ditargetkan segera merangkul seluruh calon pengguna di Jawa dan memperluas kategori produk ke elektronik dan fesyen. Para founder cukup optimis, terlebih dengan adanya pandemi Covid-19, layanan pemenuhan kebutuhan secara online terus meningkat.

Kendati fokus bisnisnya di Indonesia, tim pengembang Ula tidak hanya berbasis di sini, namun juga ada yang di India dan Singapura. Ula didirikan oleh empat orang founders yang memiliki pengalaman bekerja di perusahaan global meliputi Derry Sakti, Riky Tenggara, Nipun Mehra, dan Alan Wong.

Ramai-ramai sokong bisnis UKM

Di Indonesia sejatinya sudah ada beberapa startup yang coba peruntungan di vertikal bisnis serupa. Sebut saja Klikdaily, layanan mereka turut mudahkan pemilik warung dapatkan stok produk. Pada Mei 2020 lalu baru bukukan pendanaan seri A yang dipimpin Global Founders Capital. Selain itu masih ada TokoPandai, Limakilo, Kudo dan sebagainya.

Beberapa platform teknologi lain juga telah memulai model supply chain dengan berbagai bentuk. Misalnya yang dilakukan pengembang point of sales Moka dengan produk Moka Fresh. Mengintegrasikan sistem pemenuhan bahan pokok pengusaha kecil lewat satu pintu. Atau program kemitraan yang diinisiasi raksasa e-commerce, seperti Mitra Bukalapak, Tokopedia, hingga Shopee — yang juga menyasar pemenuhan kebutuhan di warung-warung tradisional.

Potensi pasarnya memang besar, menurut data yang disampaikan Ula, di negara berkembang seperti Indonesia ritel tradisional hampir berkontribusi 80% dari nilai pangsa pasar keseluruhan. Model bisnisnya turut memberdayakan jutaan orang di berbagai pelosok wilayah; dari sisi bisnis pun mereka dianggap yang paling mengerti tentang karakteristik konsumen di sekitarnya, sehingga memastikan produk yang selalu tepat sasaran.

Namun ada permasalahan yang mengganjal para pelaku bisnis tadi untuk bertumbuh besar, paling umum terkait modal kerja yang kurang optimal dan SDM yang kurang cakap, sehingga perkembangan bisnis jadi stagnan. Dua hal ini yang coba diselesaikan Ula melalui platform pemenuhan kebutuhan di satu pintu, dilengkapi layanan kredit yang didasarkan pada analisis data dengan sistem cerdas.

“Bagi kami, ukuran kesuksesan Ula diukur dengan seberapa besar para pelanggan dapat meningkatkan bisnis dan kehidupannya. Visi kami adalah merevolusi perdagangan UKM dengan teknologi, membantu meningkatkan efisiensi mereka, dan menghadirkan alat (teknologi) yang memperlancar bisnis,” ujar Riky Tenggara.

Application Information Will Show Up Here