DSInnovate kembali menerbitkan laporan tahunan Startup Report 2022 dengan tajuk “Toward More Sustainable Startup Ecosystem in Indonesia”. Laporan ini menyoroti sejumlah peristiwa penting yang mewarnai dinamika industri startup Indonesia di sepanjang 2022. Salah satunya adalah langkah efisiensi industri startup di mana sebanyak 20 startup tercatat melakukan layoff tahun lalu. Berikut rangkumannya:
Gejolak industri hingga tren pendanaan
Menurut laporan AsianNikkei, transaksi pendanaan di Asia Tenggara melambat di 2022 dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini dipicu oleh situasi geopolitik yang berdampak terhadap investasi di kawasan ini.
Situasi perekonomian yang tidak menentu menyulitkan founder startup untuk mencari modal dalam mengembangkan bisnisnya, tidak seperti di 2021 di mana total nilai pendanaan meroket menjadi $25,75 miliar.
Berdasarkan laporan ini, total sebanyak $4,2 miliar dari 260 transaksi pendanaan mengalir ke industri startup Indonesia di sepanjang 2022. Jumlah tersebut turun dari tahun sebelumnya yang $6,9 miliar meski jumlah transaksinya lebih rendah sebanyak 214.
Dirinci berdasarkan akumulasi nilai, fintech menjadi sektor dengan pendanaan terbesar, yakni $1,71 miliar, diikuti OTA (Traveloka) sebesar $300 juta, dan agritech $229,9 juta. Dari sisi jumlah transaksi pendanaan, sektor fintech tetap mendominasi dengan 29 transaksi, diikuti agritech (15), dan social commerce (11).
Laporan ini juga menemukan sebanyak 34 aksi merger and acquisition (M&A) atau naik dua kali lipat dari 2021. M&A terbanyak berasal dari sektor fintech, beberapa di antaranya adalah (1) Xendit dan Bank Sahabat Sampoerna, (2) Komunal dan BPR (Kediri), (3) FinAccel Teknologi dan Bank Bisnis Internasional.
Terlepas dari itu, e-Conomy SEA oleh Google, Bain & Company, dan Temasek pada 2022 justru menunjukkan tren positif di mana ekonomi digital Indonesia diprediksi mencapai $77 miliar di 2022, dan mencapai $130 miliar di 2025.
“Saat ini, kita berada di tengah siklus ekonomi global baru yang mengharuskan kita untuk melakukan penyesuaian pada manajemen risiko, valuasi exit, dan capital deployment. Namun, perekonomian Indonesia yang resilien dan fundamental yang kuat justru membawa kita ke lintasan pertumbuhan tinggi, dan kita bersemangat untuk menjadi bagian dari itu,” tutur Co-Founder dan Managing Partner East Ventures Willson Cuaca.
Tren 2023
Laporan ini turut menampilkan proyeksi tren di sepanjang 2023 pada tiga sektor terpilih, yakni green tech, healthtech, dan embedded finance.
1. Green Tech
DSInnovate melihat ada pertumbuhan signifikan pada pelaku startup hijau di Indonesia selama beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan ini sejalan dengan komitmen Indonesia untuk mencapai Net Zero Emission di 2060, pemerintah tengah mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk mendorong pengembangan inovasi di sektor hijau dan berkelanjutan.
Berdasarkan data yang dihimpun, terdapat 39 startup yang berasal dari empat kategori besar antara lain food/trash/waste management, carbon print/credit, electric vehicle, dan new energy. Selain itu, DSInnovate melihat tren sektor hijau di Tanah Air terefleksi dari meningkatkan investasi VC ke startup di sektor terkait. Tercatat sebanyak 15 transaksi pendanaan diumumkan di 2022, bertambah dari 5 transaksi di 2021, dan 2 transaksi di 2020.
Menurut riset Southeast Asia’s Green Economy 2022 oleh Temasek and Bain & Company, saat ini investasi yang mengalir ke sektor hijau Indonesia masih didorong oleh korporasi. Paling banyak investasi dikucurkan korporasi untuk pengembangan energi terbarukan (EBT), sedangkan PE/VC paling banyak mengucurkan pendanaan ke sektor mobility, solar, dan sustanaibaility.
“Menurut pengalaman saya sebagai angel investor di area ini, sulit bagi investor untuk terlibat dalam pendanaan terlepas dari modal besar yang diperlukan startup untuk mengembangkan inovasi dan meningkatkan skala bisnis mereka. Startup di sektor hijau biasanya butuh waktu lama untuk return dibandingkan startup teknologi lain. Ketidakpastian kebijakan dan regulasi memengaruhi pengembangan inovasi hijau bagi startup tahap awal. Bahkan sulit bagi VC untuk memprediksi return investasi secara akurat,” tutur Co-Founder dan Managing Partner Jawara Ventures Alfred Boediman.
2. Embedded finance
Sektor fintech Indonesia terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir, dan telah berada di maturity level yang tinggi. Potensinya pun masih besar mengingat populasi unbanked dan underbanked di Indonesia masih sangat besar, dengan total akumulasi 90 juta dari kedua segmen tersebut.
Dalam laporan ini, DSInnovate mengamati perkembangan teknologi di bidang keuangan tak lagi berpusat pada sektor pembayaran digital. Setelah era open finance dan open banking (meski terbilang masih relatif baru), kini tren embedded finance mulai berkembang di Indonesia.
Embedded finance memungkinkan perusahaan non-keuangan untuk mengintegrasikan layanan keuangan mereka tanpa perlu membangun infrastruktur dari awal atau mengajukan lisensi layanan terkait. Embedded finance memampukan setiap bisnis untuk mengelola dan menawarkan layanan keuangan, mulai dari pembayaran, debit, asuransi, hingga investasi, ke dalam layanan intinya.
Saat ini, ada enam startup indonesia yang tercatat mengembangkan layanan open finance dan embedded finance, seperti Ayoconnect dan Digiasia Bios.
3. Healthtech
Pandemi Covid-19 telah membuat industri kesehatan berada dalam sorotan utama selama tiga tahun terakhir. Krisis kesehatan dunia ini telah membuka mata Indonesia tentang peran digitalisasi terhadap perbaikan industri kesehatan.
Permasalahan usang, seperti biaya berobat yang mahal dan tidak meratanya fasilitas kesehatan, berupaya diatasi dengan berbagai inovasi kesehatan. Di 2020, Kementerian Kesehatan mencatat rasio dokter hanya 03,8 per 1.000 populasi, sedangkan rasio tempat tidur rumah sakit sekitar 1,2 per 1,000 populasi.
Dalam dua tahun terakhir, industri healthtech tercatat memperoleh investasi sebesar $107,9 juta dari total akumulasi $231,7 juta pendanaan yang didapat selama delapan tahun terakhir di sektor ini.
Dalam laporan ini, DSInnovate menyoroti bagaimana Kementerian Kesehatan mengambil langkah progresif dengan menerbitkan peta jalan transformasi kesehatan 2020-2024, menunjukkan dukungan pemerintah untuk merevolusi industri kesehatan Tanah Air dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan.
Platform Satu Sehat, bagian utama dari transformasi ini, akan menghubungkan seluruh data layanan kesehatan dari hulu ke hilir. Pemerintah juga menerbitkan kebijakan yang akan memudahkan proses pertukaran data kesehatan dan pengembangan teknologi di bidang kesehatan.
Selengkapnya, unduh Startup Report 2022 di sini.