Tag Archives: Alice Budisatrijo

Main Game Bareng Komunitas Esports Ability Indonesia di Hybrid Dojo

Kalau Anda menjadi pembaca setia Hybrid.co.id, Anda bisa jadi telah menonton video tentang komunitas Esports Ability Indonesia, sebuah komunitas yang menjadi wadah bagi penyandang disabilitas yang gemar esports alias bermain game kompetitif. Nah, kini EAI akan mengadakan gathering di Hybrid Dojo.

Acara akan gathering ini tentunya akan diisi dengan beragam kegiatan esports, misalnya saja ada turnamen ringan FIFA 20 dan Tekken 7 selain itu juga bisa main bareng PUBGM dan Mobile Legends. Namun tidak seperti turnamen lainnya, ada yang spesial di acara gathering kali ini.

Yang pertama, akan ada para peserta dari komunitas disabilitas yang meski memiliki kekurangan, tetap bisa dan semangat untuk bermain game-game kompetitif yang biasanya dimainkan di kompetisi esports. Anda juga akan bisa belajar bahasa isyarat bersama teman-teman tuli dari Esports Ability Indonesia.

Untuk turnamennya sendiri terbuka untuk umum, artinya semua pemain game FIFA 20 dan Tekken 7 bisa ikut, namun ada syaratnya. Karena lawannya nanti adalah teman-teman disabilitas maka ada syarat tambahan agar level of playing-nya sejajar. Untuk FIFA 20, nantinya akan ada dua bracket, satu bracket untuk disabilitas dan satu lagi non disabilitas. Pemenang dari masing-masing bracket akan saling bertanding. Untuk Teken 7, nanti mainnya tidak akan menggunakan tangan. Menarik bukan? Tutorialnya nanti akan dipandu oleh Elo Kusuma dari channel Youtube Rotti’s Game.

Acara akan diadakan hari Sabtu 19 Oktober 2019, mulai jam 10 pagi sampai dengan jam 5 sore. Lokasi acara di Hybrid Dojo – Kantor DailySocial.id Jl. Kemang Selatan 1D No.2, Jakarta Selatan. Acara gratis tidak dipungut biaya sama sekali dan bagi pemenang akan disediakan hadiah berupa voucher Razer Gold. Anda yang tertarik tinggal hadir saja di lokasi untuk bermain. Untuk kontak bisa ke @ebility.id atau via WhatsApp ke 081233864279.

Shena Septiani dari Esports Ability Indonesia mengatakan bahwa tujuan dari acara ini adalah untuk mempertemukan antara komunitas gamer disabilitas dan non disabilitas. Sesuai misi mereka yaitu untuk mengenalkan budaya disabilitas kepada masyarakat dan menjadi pioneer kesetaraan dalam berkompetisi esports. Shena juga menambahkan bahwa acara ini bisa menjadi salah satu cara untuk meningkatkan eksistensi, inklusifitas, sportifitas, dan kesetaraan dalam eSport. Kedepannya EAI ingin mengusahakan acara ini berlangsung secara rutin demi tercapainya misi kami untuk mewujudkan dunia kompetisi esports yang setara bagi semua kalangan.

Di Hybrid, kami percaya bahwa seperti olahraga umum, esports harusnya bisa dinikmati oleh semua kalangan, jika di olahraga non elektronik ada paragames, semoga saja di esports pun ada wadah serupa, agar teman-teman disabilitas juga bisa merasakan serunya pertandingan esports. Jalannya memang masih panjang, tetapi memulai adalah sebuah langkah realistis untuk menggapai impian, untuk itu kami mengundang pembaca Hybrid untuk berkenalan dengan komunitas disabilitas Esports Ability Indonesia untuk bertukar sapa, diskusi dan tentunya bermain bersama.

Info tambahan bisa cek di poster berikut:

Esports Ability Indonesia

(Left-right): Alice Budisatrijo, Facebook Indonesia's News Partnership Lead; Sapto Anggoro, Tirto.id's Founder; Ruben Hattari, Facebook Indonesia's Public Policy Lead

Facebook Partners with Tirto.id to Introduce Third Party Fact Checking Feature

To reduce circulation of the fake news (hoax), Facebook pairs with Tirto.id to introduce third-party fact checker in Indonesia. Tirto.id, which already received certification from Independent International Fact Checking Network, will investigate the news involving any dubious data or information.

Indonesia is the first country in Asia Pacific to use the feature with more than 115 million monthly active users. Previously, the feature has been available in US, Italy, and Mexico. Facebook claims it cannot work alone to filter all fake news.

“Facebook will recommend post with alleged fake news to Tirto.id. Later the its distribution will be reduced in the newsfeed,” Alice Budisatrijo, Facebook Indonesia’s News Partnership Lead, said.

On the number of fake news to be filtered, both Facebook and Tirto.id haven’t confirmed. The feature will be focused on quality, not on quantity.

“We can’t determine what kind of news will be fact-checked, but we’ll decide whether it has false information, not only from Facebook’s trending topic.”

Tirto.id’s supporting articles will be attached

News with false information will be marked along with Tirto.id’s s supporting articles. Therefore, users can read debunking version of the fake news spread in their newsfeed.

“There will be some users still seeing fake news after the fact-checking, but we’ll attach supporting articles containing correct information,” Budisatrijo said.

To ensure the fact-checking process is correct, Tirto.id is still on trial and training its team. Even in the early stage, both Facebook and Tirto.id want to make sure to the fake news is clarified correctly.

“Facebook alone has been able to filter out fake news based on user’s complaints, this partnership is expected to help Facebook getting better in reducing fake news on the timeline,” she said.

Furthermore, Facebook will partner with more media, institutions, and government to be a third-party fact checker. The requirement is for the institutions to have been certified by International Fact-Checking Network.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

(kiri ke kanan; Alice Budisatrijo, News Partnership Lead - Facebook Indonesia; Sapto Anggoro - Pendiri Tirto.id; Ruben Hattari, Public Policy Lead – Facebook Indonesia

Gandeng Tirto.id, Facebook Luncurkan Fitur Pemeriksa Fakta Pihak Ketiga

Untuk meminimalisir penyebaran berita palsu (fake news) Facebook menggandeng media online Tirto.id meluncurkan fitur pemeriksa fakta pihak ketiga (third party fact checker) di Indonesia. Melalui kerja sama ini Tirto.id yang telah mendapatkan sertifikasi dari pemeriksa fakta internasional independen, akan melakukan pemeriksaan terhadap berita-berita yang diklaim memiliki informasi hingga data yang kurang tepat.

Indonesia merupakan negara pertama di Asia Pasifik yang menikmati fitur ini dengan jumlah pengguna aktif bulanan Facebook lebih dari 115 juta. Fitur ini sebelumnya telah hadir di Amerika Serikat, Italia, dan Meksiko. Sebagai media sosial yang selalu dibanjiri oleh berita palsu hingga hoax, Facebook mengklaim tidak bisa bekerja sendiri untuk menyaring berita-berita palsu tersebut.

“Facebook nantinya akan merekomendasikan berita-berita yang dinilai mengandung unsur berita palsu kepada Tirto.id, nantinya berita-berita yang mengandung informasi palsu tersebut akan dikurangi distribusinya di halaman newsfeed milik pengguna,” kata News Partnership Lead Facebook Indonesia Alice Budisatrijo.

Disinggung berapa jumlah berita palsu yang akan disaring Facebook dan Tirto.id, baik pihak Facebook maupun Tirto.id enggan menyebutkannya. Fitur tersebut diklaim akan lebih fokus kepada kualitas dibandingkan dengan kuantitas.

“Kami juga tidak bisa menentukan jenis berita seperti apa yang akan diperiksa faktanya, namun kami akan menentukan jika berita tersebut ternyata memiliki informasi tidak benar dan bukan hanya berdasarkan trending topic di Facebook,” kata Founder Tirto.id Sapto Anggoro

Menyematkan artikel pendukung dari Tirto.id

Nantinya berita yang sudah diperiksa dan ternyata memiliki informasi palsu, akan ditandai palsu dengan disertai artikel pendukung dari Tirto.id. Dengan demikian pengguna bisa melihat tanggapan artikel yang benar saat berita palsu tersebut beredar di newsfeed mereka.

“Mungkin nantinya ada beberapa pengguna yang masih bisa melihat berita palsu tersebut meskipun sudah ditandai oleh Facebook dan Tirto.id, namun kami akan memberikan artikel pendukung yang memang benar informasinya,” kata Alice.

Untuk memastikan proses pemeriksaan fakta tersebut benar adanya, Tirto.id masih melakukan uji coba dan training kepada timnya. Meskipun masih dalam tahap awal, baik Facebook maupun Tirto.id ingin memastikan berita palsu tersebut dapat diklarifikasi dengan benar kepada pengguna Facebook di Indonesia.

“Facebook sendiri selama ini mampu menyaring berita palsu yang kebanyakan berasal dari laporan pengguna, dengan kerja sama ini diharapkan bisa membantu Facebook lebih baik lagi untuk mengurangi berita palsu di halaman newsfeed pengguna,” kata Alice.

Ke depannya Facebook akan menambah kemitraan dengan media, lembaga hingga pemerintah untuk menjadi pemeriksa fakta pihak ketiga. Syaratnya institusi tersebut memiliki sertifikasi dari pemeriksa fakta internasional independen.