Tag Archives: aliya amitra

Aplikasi Tinkerlust

Luncurkan Aplikasi, Tinkerlust Ingin Perluas Area Layanan ke Sumatera dan Sulawesi

Indonesia memiliki pasar yang berkembang untuk preloved luxury brand. Ada sejumlah alasan, pertama seringkali harganya lebih terjangkau daripada membeli produk fesyen desainer baru. Alasan kedua, karena lebih ramah lingkungan. Dengan memilih untuk membeli barang bekas, pembeli mengurangi permintaan akan produk baru dan memperpanjang umur barang yang sudah ada, yang secara langsung membantu mengurangi limbah dan carbon footprint.

Tinkerlust, sebagai salah satu platform yang hingga saat ini masih konsisten menghadirkan pilihan preloved luxury brand dengan mengusung fashion sustainability dan circular economy, mengklaim terus mengalami pertumbuhan yang positif.

Kepada DailySocial.id, Co-founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan rencana perusahaan tahun ini setelah meluncurkan aplikasi untuk pelanggan mereka.

Perluas area layanan

Didirikan sejak 2016, Tinkerlust bercita-cita untuk memperkenalkan cara berbelanja yang lebih ramah lingkungan. Di tahun 2020 Tinkerlust telah mengubah posisi mereka menjadi online marketplace yang mendukung gerakan sustainable fashion dengan mengajak brand lokal yang memiliki nilai yang sama  menjual produknya di platform mereka.

Tinkerlust melihat topik mengenai fashion sustainability dan circular economy di Indonesia memiliki kesempatan untuk berkembang ke depannya. Dengan semakin banyak hadirnya brand atau pelaku bisnis yang memiliki misi untuk menerapkan sustainability termasuk bisnis-bisnis yang bergerak di bidang preloved luxury, tentu secara tidak langsung juga akan mempengaruhi dan mengubah gaya berbelanja pelanggan.

Jika di awal mereka lebih memilih untuk berbelanja pakaian fast fashion dan brand new, kini perlahan-lahan mereka mulai beralih dan mempertimbangkan untuk berbelanja preloved fashion berkualitas baik yang bisa mereka gunakan dalam jangka waktu yang lebih panjang.

“Kami pun yakin akan memiliki peluang yang lebih besar dalam membangun sebuah ekosistem bersama dengan pelaku bisnis lain maupun masyarakat luas agar pada akhirnya, kita bisa bersama-sama mempercepat perkembangan pemahaman mengenai sustainability dan circular economy ke semua kalangan di seluruh Indonesia,” kata Samira.

Indonesia telah memiliki kelas menengah yang besar dan terus berkembang, banyak dari mereka yang tertarik dengan barang-barang mewah tetapi mungkin tidak mampu membelinya dengan harga penuh. Hal ini telah menciptakan permintaan akan barang-barang mewah bekas, yang menawarkan cara yang lebih terjangkau untuk mengakses barang-barang bermerek.

Saat pandemi perusahaan sempat mengalami kendala menjalankan bisnis mereka. Tinkerlust pun sempat berada dalam situasi untuk lebih berhati-hati dalam melakukan kegiatan promosi, sehingga berdampak pada pertumbuhan  bisnis. Namun, di tahun 2022 Tinkerlust mengklaim telah berhasil pulih kembali dari dampak pandemi. Tercatat pada Q4 perusahaan bisa mencapai GMV terbesar sepanjang bisnis Tinkerlust.

Hingga saat ini jumlah pengguna terbesar dari Tinkerlust masih berasal dari pulau Jawa dan Bali. Namun, salah satu misi perusahaan tahun ini ingin melakukan ekspansi yang lebih luas ke pulau-pulau utama lainnya seperti Sumatera dan Sulawesi. Usaha untuk ekspansi ini sudah dimulai dengan membentuk hub di Palembang, agar memudahkan seller melakukan drop-off barang yang ingin mereka jual.

“Ke depannya, dengan melakukan pendekatan secara langsung serta menjalankan kampanye marketing yang memang ditujukan khusus untuk audience di daerah-daerah lainnya, harapannya ekspansi ini dapat sedikit demi sedikit terealisasi,” kata Samira.

Terkait dengan opsi pembayaran, saat ini Tinkerlust sudah menyediakan berbagai macam opsi pembayaran. Termasuk di dalamnya cicilan 0% dari bank partner serta platform cicilan online. Sedangkan untuk logistik, mereka bermitra dengan perusahaan penyedia logistik yang salah satunya sudah dilengkapi dengan add-on asuransi yang dikhususkan untuk pengiriman barang luxury.

Luncurkan aplikasi mobile

Aplikasi mobile Tinkerlust / Tinkerlust

Untuk memudahkan pengguna mengakses produk, baru-baru ini telah diluncurkan aplikasi mobile Tinkerlust. Aplikasi tersebut dilengkapi dengan berbagai fitur, mulai dari fast access, fast filtering, dan chat with seller. Bahkan penjual bisa langsung melakukan penjualan barang mereka lewat fitur snap, upload & sell.

Dengan adanya aplikasi mobile tersebut, salah satu target utama Tinkerlust tahun ini adalah menggaet lebih banyak pengguna, baik penjual dan pelanggan baru di marketplace. Berbagai kemudahan berjualan di aplikasi, harapannya bisa meningkatkan minat pengguna dari seluruh Indonesia untuk berjualan di Tinkerlust. Selain itu, perusahaan juga berkeinginan untuk menyediakan layanan yang lebih personal bagi pasar luxury.

“Kami memutuskan untuk meluncurkan aplikasi tahun ini, karena kami merasa konsumen sekarang lebih ‘melek teknologi’ dan telah terbentuk motivasi untuk menjual barang-barang mereka yang sudah tidak terpakai lagi karena konsep preloved sudah lebih umum di kalangan masyarakat. Dengan adanya aplikasi mobile, para seller akan lebih mudah lagi untuk menjual produknya di marketplace kami dan turut menjadi bagian penting untuk fashion berkelanjutan,” kata Samira.

Disinggung apakah tahun ini perusahaan memiliki rencana untuk melakukan penggalangan dana, Samira menegaskan mereka tidak menutup kemungkinan jika ada investor lain yang ingin bermitra dengan Tinkerlust. Namun tentu hal tersebut perlu dibicarakan terlebih dahulu dengan investor mereka saat ini, yaitu GDP.

“Bagi Tinkerlust yang terpenting adalah bagaimana kita bisa bermitra dengan pihak yang memiliki visi dan misi yang sama dalam membangun Tinkerlust,” kata Samira.

Sebelumnya Tinkerlust telah menerima pendanaan awal tahun 2017 lalu dari dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan. Awal tahun 2020 lalu Tinkerlust juga telah membukukan pendanaan. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

Application Information Will Show Up Here
Samira Shihab dan Aliya Amitra Tinkerlust

Tinkerlust Perbarui Strategi Bisnis, Bukukan Pendanaan di Awal Tahun 2020

Platform yang menjual produk fesyen dan aksesoris second-hand atau preloved Tinkerlust susun strategi bisnis baru. Kini mereka gencarkan produk berbasis “sustainable fashion” dan menjalin kolaborasi strategis dengan brand lokal. Masih besarnya sampah yang dihasilkan dari industri fesyen, menjadi salah satu konsentrasi mereka. Tujuannya juga sebagai edukasi bagi masyarakat.

Co-Founder & CEO Tinkerlust Samira Shihab mengungkapkan, gerakan sustainable fashion ini sebelumnya telah sangat familiar dilancarkan di Eropa. Melalui platform Tinkerlust, diharapkan bisa memperkenalkan kegiatan ini kepada masyarakat Indonesia lebih luas lagi.

“Dengan model bisnis baru ini, diharapkan bisa menjadikan Tinkerlust pioneer platform sustainable fashion. Masih konsisten dengan target perusahaan yaitu platform untuk perempuan dan sekarang menambah kemitraan baru dengan brand lokal,” kata Samira.

Sejak didirikan tahun 2015 lalu, Tinkerlust telah memiliki sekitar 200 ribu monthly active user (MAU). Masih memanfaatkan situs web sebagai platform transaksi, Tinkerlust belum memiliki rencana untuk meluncurkan aplikasi. Untuk memudahkan penjual dan pembeli hingga mitra mengakses platform, Tinkerlust menghadirkan tampilan UI/UX sesederhana mungkin.

Meskipun saat ini sudah banyak platform yang menjual produk serupa, namun belum banyak di antara yang secara khusus memfokuskan kepada target pasar perempuan.

Model bisnis fashion commerce berkembang pesat di Indonesia. Sebut saja yang dihadirkan Style Theory, alih-alih menjual, mereka menghadirkan mekanisme penyewaan produk busana bermerek. Beberapa peritel akhirnya juga go-online, seperti yang dilakukan oleh Metrox Group dengan menghadirkan Onmezzo atau Matahari dengan platform digitalnya.

Penggalangan dana dan kampanye “Local Heroes”

Setelah mengantongi pendanaan dari Merah Putih Inc dan angel investor Danny Oei Wirianto dengan nilai yang tidak disebutkan tahun 2017 lalu, awal tahun 2020 ini Tinkerlust telah membukukan pendanaan baru. Tidak disebutkan lebih jauh berapa nilai pendanaan tersebut dan siapa saja investor yang terlibat, namun Samira menyebutkan cukup bersyukur pendanaan tersebut rampung sebelum pandemi.

“Bulan Januari 2020 lalu kami baru saja menyelesaikan penggalangan dana. Untungnya proses tersebut selesai sebelum penyebaran Covid-19. Untuk penggalangan dana selanjutnya kami belum memiliki rencana tersebut,” kata Samira.

Untuk menandai strategi bisnis baru mereka, Tinkerlust akan meluncurkan kampanye “Local Heroes”. Dalam kampanye ini perusahaan mengajak brand lokal yang memiliki visi sejalan untuk berkolaborasi bersama menjual produknya di Tinkerlust. Sekitar 14 brand lokal sudah bergabung, dan telah berkolaborasi menggelar serangkaian acara seperti virtual fashion show dan fashion talk show. Pada kesempatan kali ini TMRW by UOB dan juga Makeover mendukung aksi dari Tinkerlust sebagai exclusive partner.

“Tinkerlust ingin menciptakan ruangan fashion yang lebih sustainable dengan memberikan edukasi kepada konsumen setia kami lewat kolaborasi dengan brand lokal yang memiliki koleksi ramah lingkungan. Ini adalah salah satu bentuk kontribusi dalam mengurangi limbah fashion karena produk tersebut dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang,” imbuh Co-Founder & COO Tinkerlust Aliya Amitra.

Tinkerlust Announces Funding from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto

Tinkerlust, e-commerce startup offering pre-loved goods for women, announced an unspecified amount of funding obtained from Merah Putih Inc and Danny Oei Wirianto as angel investor. Tinkerlust was founded by Samira Shihab (CEO) and Aliya Amitra (COO) two years ago and claims to have gained up to 417 percent of new user traction.

“With money injection from these investors, we’re hoping to accelerate Tinkerlust development in creating a top fashion sharing platform. To provide an easy, safe, and convenient shopping experience for sellers, buyers and renters, we will focus on investing in IT, product and supply chain,” Shihab said.

Tinkerlust platform simplify those who wants to sell their stuff and have access to personal dashboard for monitoring the sales. On the other hand, buyers can easily find branded goods with competitive prices. Tinkerlust curates and selects any items received before appearing on the website to check product  authenticity and quality and make sure only the finest goods are being sold.

“We observe the progress. A shift in consumerism trains women in managing expenses and keeping up with the latest trends at the same time. Therefore, such platform as Tinkerlust will have a chance to move forward and achieve a strong position in the market. We believe Samira and Aliya have strong connections and intuitions in these industries. We support them to make Tinkerlust the top-rank in its field,” said Antonny Liem, Merah Putih Inc’s CEO.

Despite being a platform for pre-loved fashion items commerce, Tinkerlust also rents designer-made dresses. “Due to increasing users, Tinkerlust notice that consumers are looking for various designer products and well-known brands at affordable prices. Therefore, Tinkerlust presents designer-made dresses rental at affordable prices,” Shihab said.

According to the data, every woman can have about 90 fashion items in their closet worth up to Rp10 million, almost half of it are no longer used and most likely to end up in the dump. Therefore, Tinkerlust seek to assist in the process of buying and selling by providing professional photography service, suggesting market-based product prices, giving detailed product descriptions, and listing on the site.

Through Tinkerlust, Shihab wants Indonesian women to have easy access for fashion shopping. “Most Indonesians have limited access for branded goods like Zara or Tory Burch. Tinkerlust is here as shopping destination to get easy access for branded goods at affordable prices,” she concluded.


Disclosure: DailySocial and Tinkerlust both receive investment from Merah Putih Inc.

Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Strategi Bertahan di Industri E-Commerce Fesyen Menurut Tinkerlust dan BelowCepek

Salah satu horizontal bisnis e-commerce yang cukup memiliki banyak vertikalnya adalah fesyen. Banyak pelaku e-commerce fesyen yang lebih niche menghadirkan produk sesuai dengan target konsumennya, misalnya untuk anak millenial, perempuan karir, baju muslim, anak-anak, dan sebagainya.

Lalu bagaimana untuk cara bersaing dan tetap bertahan dalam pasar e-commerce yang sudah sangat ramai ini? Dalam salah satu sesi diskusi panel yang diadakan Local Startup Fest 2.0 menghadirkan Co-Founder dan COO Tinkerlust Aliya Amitra dan Founder & CEO Belowcepek & ReeIndonesia Riana Bismarak. Keduanya membeberkan strategi dan tips apa saja yang perlu dilakukan agar dapat bertahan di dunia e-commerce fesyen.

Buat produk sesuai kebutuhan target konsumen

Riana Bismarak menuturkan strategi fesyen saat sebelum dan sesudah era teknologi mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pelaku tidak bisa menerapkan konsep buat baju dulu, baru dijual. Melainkan, cari target konsumennya dan buat produk sesuai kebutuhan mereka.

“Dalam fesyen itu, tren copy desain itu sangat mudah terjadi. Kita tidak bisa marah, yang bisa dilakukan adalah terus produksi barang yang dibutuhkan target konsumen Anda. Idealisme tidak bisa selalu dilakukan, karena Anda punya perusahaan yang harus dapat dipertahankan. Jadi ya harus dengarkan pasar, suka enggak suka perusahaan harus tetap sustain dengan buat sales,” Kamis (19/10).

Sebab, di tengah persaingan yang ketat, pertimbangan konsumen dalam membeli suatu produk fesyen itu salah satunya karena brand. Ketika mereka sudah nyaman dengan satu brand, berpotensi menjadi konsumen loyal.

Untuk menciptakan identitas brand tersebut, yang dilakukan Riana dalam ReeIndonesia adalah membuat produk dengan harga dan kualitas yang tidak kalah dengan brand luar negeri, packaging yang menarik, dan menyertakan ucapan terima kasih. Hal-hal yang bersifat personal sangat dibutuhkan dalam membangun brand produk fesyen.

Pihaknya melakukan strategi yang agak berbeda untuk BelowCepek. Agar produknya dapat diterima masyarakat, Riana menggunakan orang lokal yang bukan seorang model dengan tinggi dan ukuran tubuh rata-rata orang Indonesia.

“Kalau menggunakan orang bule sebagai model, kurang cocok bila menyasar orang Indonesia sebagai konsumen karena tidak semua orang lokal bertubuh tinggi. Sekaligus meyakinkan konsumen bahwa produk BelowCepek memiliki ukuran proporsional sesuai orang lokal.”

Strategi pemasaran yang sesuai target konsumen

Kendati sudah ada pemain serupa seperti Tinkerlust, yang menyediakan barang-barang preloved. Tidak melunturkan semangat Aliya Amitra untuk terus mengembangkan Tinkerlust. Dia mengaku saat ini target penjual di Tinkerlust adalah perempuan kelas A yang miliki barang mahal layak jual, sementara target pembelinya adalah ibu-ibu yang berasal dari Jakarta juga.

Padahal, dari hasil riset yang dilakukan sebelum Tinkerlust berdiri adalah ingin menjangkau orang-orang dari luar Jakarta yang kesulitan mencari barang branded. Terkait terbatasnya pembukaan gerai barang branded seperti Zara dan H&M yang masih terfokus di sekitaran Pulau Jawa saja.

“Awalnya kami identify target konsumen, awalnya kami definisikan pembelinya adalah anak kuliah dan orang-orang dari luar Jakarta. Dari situ kami sesuaikan cara pemasarannya dan tampilan Tinkerlust yang lebih cheerful. Namun ketika dilakukan, kenyataannya berbeda. Sejak saat itu kami mulai ganti identitas dan ubah cara pemasarannya,” terang Aliya.

Pihaknya pun banyak melakukan pemasaran secara offline dengan membentuk komunitas-komunitas, sekaligus upaya membentuk brand awareness. Menurut Aliya, dengan menyesuaikan strategi akan membuat konsumen jadi lebih nyaman saat menggunakan layanan Tinkerlust.

Menerapkan teknologi terkini

Perkembangan teknologi yang sangat pesat, membuat pelaku usaha harus rajin-rajin memanfaatkannya agar dapat menciptakan penjualan. Dalam Tinkerlust, Aliya melakukan pemanfaatan teknologi dengan membuat dashboar untuk memudahkan para penjual melacak status barang mereka apakah sudah terjual atau belum.

Lalu, menganalisis data konsumen untuk membaca kebiasaan konsumen berdasarkan minat dan daftar belanja mereka yang terakhir. Hasilnya akan terlihat ketika mengunjungi situs Tinkerlust, konsumen akan disuguhkan dengan daftar barang-barang yang mereka inginkan berdasarkan kebiasaan sebelumnya.

“Sekarang setiap harinya kami menerima 200-300 produk fesyen. Cara untuk orang mau belanja di kita harus menerapkan strategi sesuai data. Ini juga salah satu strategi kami dalam meminimalkan budget pemasaran yang masih terbatas, harus tetap hati-hati.”

Hal yang sama juga diutarakan Riana. Menurutnya, ketika membandingkan teknologi yang ada di 2011 saat BelowCepek baru berdiri dengan kondisi sekarang ada banyak efisiensi yang bisa dia terapkan.

Dia mencontohkan, untuk membeli website BelowCepek di 2011 harganya tergolong investasi terbesar yang harus digelontorkan saat pertama kali mendirikan BelowCepek. Namun kini, dengan teknologi yang ada dia hanya menggelontorkan biaya situs sebesar Rp400 ribu per bulan.

“Bentuk inovasi dari teknologi adalah kami bisa saving cost. Karena saya tidak punya investor, jadi tidak bisa hiring orang-orang teknologi. Makanya saya manfaatkan apa yang saya punya dengan budget seadanya. Inovasi terbaik itu dilakukan ketika kita paham dengan bisnisnya itu sendiri,” pungkas Riana.


Disclosure: DailySocial adalah media partner Local Startup Fest 2017