Pasca diinisiasi pada tahun 2015, Alibaba Cloud kembali menyelenggarakan rangkaian kontes untuk teknopreneur di seluruh dunia lewat kompetisi bernama Create@Alibaba Cloud Startup Contest (CACSC). Ini adalah pertandingan startup-startup unggulan yang disponsori Alibaba Innovation Center (AIC) dan berkolaborasi dengan media, venture capitalist, dan partner-partner terbaik di bidang teknologi.
Di CACSC, startup yang kamu kembangkan berkesempatan untuk memenangkan tiga kategori award: Chinese Division Championship, World Champion, dan International Division Champion.
Chinese Division Championship
Kontestan akan berlomba untuk mendapatkan workspace berukuran 40 – 60 m² di salah satu kota di Tiongkok dan juga tiket pulang-pergi ke tempat kompetisi. Selain berkesempatan emas untuk mengikuti pelatihan sebelum kompetisi berlangsung, di divisi kompetisi ini startup-mu akan mendapatkan akses secara langsung ke investor-investor ternama di Tiongkok.
World Championship
Dengan terlibat di World Championship, startup akan terlibat dalam program strategis Alibaba Innovation Center untuk memperoleh akses menyeluruh dari semua lini bisnis Alibaba Group.
Pemenang juga akan diundang untuk menghadiri kegiatan seremonial di Computing Conference Hangzhou Summit 2018, sebuah konferensi saat 60.000 entrepreneur dan developer skala internasional berkumpul dan merayakan pencapaian mereka.
International Division Championship
Tim International Division akan mengantongi akses istimewa untuk melakukan wawancara dalam proses investasi tahap pertama di grup Alibaba. Mereka akan mendapatkan voucher 50.000 dollar menggunakan produk cloud dari Alibaba Cloud International Department, tiket pulang-pergi menuju kompetisi, pelatihan mendalam sebelum pertandingan, dan mendapatkan akses secara langsung ke investor-investor Tiongkok.
Dengan para tech business expert yang mengisi kursi dewan juri (seperti Jun Shao dari DT Capital, Jun Lou dari IDG Capital, dan Zhe Wei dari Jiayu Fund), CACSC 2017 akan menjadi salah satu kompetisi yang penting bagi pegiat startup internasional.
Nah, apakah kamu salah satu juaranya?
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.
“Together we stand, divided we fall.” Dari mana Anda pernah mendengar ungkapan ini? Poster film Marvel Civil War, atau dari literasi sejarah Amerika Serikat? Sebenarnya, tidak masalah Anda mengetahui dari mana pun, sebab yang terpenting Anda paham bahwa ungkapan tersebut perlu terpatri dalam berorganisasi, termasuk dalam pengelolaan tim internal di bisnis startup yang kini tengah Anda jalankan.
Dari aspek sumber daya manusia (SDM), ada beberapa langkah untuk komunikasi dan kolaborasi pekerjaan dalam startup yang bisa dilihat di sini. Di sini, manajemen kolaborasi startup akan dibahas dari sisi teknis, atau yang secara spesifik dilihat dari pemanfaatan teknologi cloud storage.
Fasilitas cloud pada dasarnya tak hanya memungkinkan para karyawan berkolaborasi untuk menyimpan pekerjaan di master document yang sama saja. Dengan cloud storage dan content delivery network, Anda kini dapat mengelola data dengan skala besar.
Jadi, bila Anda seorang startup owner, Anda akan dapat mengetahui bagaimana progres proyek-proyek besar yang dilakukan tim, bahkan meski mereka sedang tidak berada di pulau yang sama dengan Anda.
Penataan sistem kerja yang fleksibel dan remote seperti ini memang merupakan hal baik bagi para karyawan di era Internet. Tak hanya memudahkan Anda untuk memantau laju perusahaan, cara ini juga mendorong kolaborasi bisnis yang semakin baik antar karyawan meski tidak bekerja di satu atap.
Untuk mendorong kolaborasi seperti ini, Anda bisa memulainya dengan membudayakan implementasi gaya BYOD (Bring Your Own Device), agar para karyawan bisa lebih nyaman bekerja dengan device andalan mereka.
Hal lain yang tentunya perlu disadari untuk keutuhan startup ialah bahwa startup adalah fase di mana bentuk usaha masih berskala kecil dan bertumbuh. Maka, bagian operasional tak ubahnya sektor yang perlu dipantau terus menerus secara pokok.
Dari kacamata teknis, layanan NoSQL cloud database adalah pilihan tetap bagi back-office operation di kantor startup, agar kolaborasi antar karyawan tetap aman dengan failure detection.
–
Isi survey singkat Alibaba Cloud terkait penggunaan cloud di sini.
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dan Alibaba Cloud.
Keberhasilan mengumpulkan kerumunan massa sudah bisa kita lihat banyak contohnya di kehidupan masyarakat, dari mulai kampanye politik sampai pengeroyokan maling ayam. Karena itu, kuatnya sebuah komunitas semestinya menjadi sebuah tanda tanya, mengapa kelompok orang ini dapat terikat satu dan yang lainnya. Jawabnya setidaknya antara tiga hal; mereka memiliki tujuan yang sama, musuh yang sama, atau keduanya. Para pegiat IT asal Yogyakarta dan Bandung dalam rangkaian kegiatan AliLounge adalah contoh dari jawaban pertama.
Di kota pertama, Yogyakarta, AliLounge memperlihatkan bagaimana komunitas IT Kota Pelajar begitu solid, bahkan dalam membantu menyukseskan acara dengan terlibat bersama panitia. Pun dengan kota kedua, Bandung, sangat terlihat obrolan makan malam yang begitu akrab satu dan yang lainnya antara sesama pelaku startup dan industri IT.
Satu hal yang jelas sama, baik di Yogyakarta maupun Bandung, talkshow yang diselenggarakan Alibaba Cloud dan DailySocial ini memperlihatkan antusiasme para IT enthusiast dan cloud geek tentang isu startup, scaling, dan cloud computing. Inilah mengapa kedua kota tersebut disebut-sebut tadi memiliki kultur kuat dalam masyarakat IT-nya; tujuan mereka sama, ingin terus berkembang dari teknologi yang mereka kembangkan.
Yogyakarta
Suasana daerah istimewa malam itu memang benar-benar terasa istimewa. Pasalnya, Yogyakarta yang biasanya lekat dengan suasana hangat kala itu diguyur hujan deras. Seiring waktu semakin mendekati acara AliLounge Yogyakarta, hujan malah kian deras saja.
Istimewanya, para peserta AliLounge Yogyakarta masih meluangkan waktu untuk menghadiri talkshow tentang scale-up startup ini, di tengah cuaca yang boleh jadi lebih mendukung untuk berada di dalam kamar tidur.
Sekitar pukul 19.30, CEO DailySocial Rama Mamuaya membuka acara dengan openingremarks yang menyoal scaling dalam startup dan menceritakan pengamatan pribadinya mengenai pemanfaatan cloudcomputing untuk startupscaling.
AliLounge Yogyakarta kemudian berlanjut ke sesi keynote pertama yang diisi oleh Sabith Venkitachalapathy, Cloud Architect dari Alibaba Cloud. Sabith menerangkan tentang kapabilitas AliCloud dan berbagai layanan yang mereka miliki, dari yang berbentuk PaaS dan IaaS, baik yang berupa cloudserver, keamanan dan scaleup.
Selanjutnya, pemateri di keynote kedua adalah Senior Editor DailySocial Randi Eka Yonida. Techjournalist sekaligus techblogger ini menjelaskan tentang efektivitas cloud untuk sumber daya server dalam startup serta layanan apa saja yang umumnya digunakan untuk produktivitas startup (SaaS, IaaS, PaaS).
Setelah sesi keynote, barulah semakin terlihat antusiasme dari para cloudgeek Yogyakarta di sesi tanya-jawab dengan para pembicara. Diskusinya mengarah ke persoalan seperti integrasi layanan server Alibaba dengan lingkungan pengembangan, sistem pembayaran layanan, dan kiat memanfaatkan layanan cloud untuk startup.
Bandung
Bernasib agak serupa dengan talkshow di Yogyakarta dalam hal cuaca, AliLounge Bandung juga dihadapkan dengan dingin dan hujan yang awet terjaga intensitasnya. Meski tak sederas hujan yang terjadi di Yogyakarta, tetap saja menjadi tantangan tersendiri bagi para peserta talkshow saat menuju ke venue. Dan ternyata, cuaca yang demikian tidak mematahkan hasrat mereka untuk ikut serta mendengarkan pembahasan seputar startupscaling di Eduplex, Dago, Bandung.
Tepat pukul 18.00, pintu venue sudah terbuka bagi para peserta AliLounge Bandung. Satu per satu dari mereka mulai hadir, menuju meja registrasi, menyeduh kopi atau teh, mengambil makanan ringan, dan berbincang santai dengan sesama pelaku IT, bahkan dengan salah satu pembicara AliLounge Bandung, HeadofTechnologies DailySocial Tommy Dian Pratama.
Acara dibuka oleh openingremarks dari CEO DailySocial Rama Mamuaya, yang sejak awal sudah menyinggung soal pengembangan bisnis dalam startup. Menurutnya, perhatian terhadap cloud dalam proses scale–up perusahaan startup adalah agenda penting.
Setelah Rama, tim Alibaba Cloud kemudian mulai memberikan presentasi. Dibuka oleh Leon Chen, Business Development for Southeast Asia dari Alibaba Cloud, sesi keynote tim Alibaba Cloud berisi cerita tentang pengalaman bagaimana Alibaba menggunakan data dan memonetisasinya, yang disampaikan oleh Ken Ly, CloudArchitect Alibaba Cloud.
Ken bercerita tentang kisah sukses bagaimana skala bisnis Alibaba Cloud dapat bertumbuh pesat, hingga pada tahun 2015, Alibaba Cloud membuat rekor baru di Sort Benchmark Competition dengan memproses data sebesar 100 TB dalam waktu 377 detik. Peningkatan skala bisnis juga sekaligus memberikan pembuktian bahwa Alibaba Cloud dapat membantu scale–up dari startup dengan kemampuan skalabilitasnya, ujar Ken.
Selanjutnya giliran Tommy yang mengisi sesi keynote kedua. Berdasarkan pada pengalaman pribadinya selama memegang sistem IT di DailySocial, Tommy bercerita tentang kebutuhan-kebutuhan yang perlu diperhatikan serta manfaat dari cloudcomputing, khususnya saat memasuki fase scale–up.
Sesi tanya-jawab kemudian dilakukan setelah Tommy presentasi, yang mana ternyata banyak dari para peserta AliLounge yang ingin berdiskusi dengan Ken dan Tommy. Bahkan karena terlalu banyak, MC sampai-sampai menganjurkan para peserta untuk ngobrol langsung dengan para pembicara sembari makan malam di sesi dinner and networking.
–
Disclaimer: DailySocial adalah media partner dari rangkaian acara AliLounge.
Seperti yang pernah diberitakan DailySocial sebelumnya, Alibaba Cloud saat ini tengah berada dalam proses penetrasi pasar di Indonesia. Layanan komputasi awan yang merupakan bagian dari sayap bisnis taipan Jack Ma ini tercatat telah dimanfaatkan oleh 1,8 juta bisnis, yang mana rata-rata digunakan oleh pebisnis startup digital.
Bila diperhatikan dengan jelas, penggunaan layanan Alibaba Cloud yang dilakukan startup tersebut sejalan dengan kemampuan Alibaba Cloud dalam memenuhi kebutuhan bisnis yang masih dinamis, seperti yang terjadi di perusahaan startup pada umumnya.
Di sini, akan dijelaskan bagaimana bisnis startup Anda bisa mulai menggunakan jasa Alibaba Cloud. Caranya mudah, hanya lima langkah dan gratis untuk Anda!
2. Klik ‘Login’ di ujung kanan homepage Alibaba Cloud.
3. Klik ‘Join Free’ untuk membuat akun baru Alibaba Cloud.
4. Ikuti langkah-langkah registrasi berikut dengan mengisi nomor telepon dan alamat email Anda yang valid.
Tahap 1: Mengisi form awal
Tahap 2: Verifikasi email
Tahap 3: Verifikasi nomor telepon
5. Lengkapi profil Anda dan metode pembayaran yang Anda pilih.
Tahap 1: Mengisi “Profile Management” Anda.
Tahap 2: Memperbarui metode pembayaran Anda.
Bila Anda tidak punya kartu kredit atau akun PayPal untuk pembayaran, tak perlu khawatir! Alibaba Cloud bisa membantumu di sini.
Sedikit banyak, itulah tadi langkah sederhana dalam membuat akun di Alibaba Cloud. Langkah yang mudah, bukan?
Kabar baik bagi Anda, sekarang Alibaba Cloud tidak hanya menyediakan fasilitas free trial. Anda juga bisa mendapatkan kupon Alibaba Cloud senilai USD 50, jika Anda melanjutkan pembayaran setelah masa free trial.
Cara mendapatkan kupon tersebut sangat lah mudah. Cukup dengan masuk ke laman Contact Sales, isi semua informasi dengan benar, dan ketik “USD 50 coupon” di bagian “How can we help?“. Contohnya dapat dilihat di bawah ini.
– Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh Alibaba Cloud.
Sulit untuk dibantah bahwa perkembangan ragam inovasi bisnis startup yang ada saat ini semakin berwarna dan membawa manfaat bagi hidup banyak orang. Tak pelak, kemajuan ini membutuhkan sokongan teknologi yang mumpuni, mengingat akselerasi bisnis startup memiliki dinamika cukup tinggi. Salah satu alternatif yang dinilai mampu menjadi solusi andal adalah pemanfaatan teknologi cloud computing di lini startup. Banyak ragam keuntungan yang ditawarkan melalui layanan tersebut.
Salah satu keuntungan yang ditawarkan dari sifat cloud computing ialah elastisitas, sebuah kemampuan yang dapat dipertimbangkan oleh perusahaan startup di tengah perjalanan bisnisnya yang masih sering mengalami pasang-surut. Elastistas kerap dikaitkan dengan pengaturan daya dari sistem cloud (dalam hal ini stack/instace server) dalam scaling-up atau scaling-out, tanpa perlu mengganggu operasional sebuah sistem secara keseluruhan.
Laju bisnis startup yang identik naik-turun tentu membutuhkan kemampuan elastisitas dalam teknologi server sebagai fondasinya. Kadang sumber daya yang dibutuhkan tinggi, saat harus menghadapi traksi pengunjung yang besar, namun tak jarang juga harus menyesuaikan dengan angka kunjungan yang terbatas. Dengan elastisitas cloud, startup bisa lebih mudah mengelola sumber daya yang dimiliki, entah itu untuk menambahkan atau mengurangi, sesuai dengan kebutuhannya. Dampak yang akan dirasakan pasca proses scaling pun akan terasa minim dan bahkan bisa jadi tidak akan terasa dampaknya sama sekali terhadap layanan yang sedang hidup.
Pilihan perusahaan startup yang jatuh kepada layanan cloud computing memang seringkali didasari oleh bahasan tentang anggaran. Startup tentu mencari layanan hemat dengan efek bisnis hebat, termasuk dalam soal elastisitas cloud tadi.
Layanan hemat harus dipilih tanpa melupakan fitur komputasi cloud yang baik juga di sisi lain. Seperti yang dibahas sejak awal, bahwa variasi bisnis startup semakin berwarna sekarang. Karenanya, variasi dari CPU, memory, disk drive, dan bandwidth yang mumpuni juga diperlukan untuk kebutuhan-kebutuhan spesifik dari tiap-tiap startup. Semisal, untuk aspek bandwidth dan memori, cloud yang disewa startup sebaiknya mempunyai kapabilitas dalam upgrading secara cepat tanpa perlu mengalami down time sedikit pun.
Melihat kehadiran teknologi seperti ini, para pemilik startup seharusnya mulai sadar bahwa mereka tidak perlu lagi menyiapkan dana yang bengkak di awal penyewaan cloud computing. Sifat elastis dari produk cloud computing memungkinkan para wirausahawan teknologi untuk menggunakan anggaran sesuai kebutuhan, agar stabilitas operasional bisnis tetap terjaga dan berimbang.
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial hasil kerja sama DailySocial dengan Alibaba Cloud.
Satu hal yang seringkali tidak ada habisnya dibahas di manajemen internal startup adalah seputar anggaran. Bukan dalam operasional harian saja, isu ini lebih lanjut menjadi buah bibir pimpinan startup saat mereka ingin membawa usaha rintisannya menaiki anak tangga perkembangan bisnis yang lebih tinggi lagi. Dengan kenyataan demikian, tak heran bila beberapa startup memilih untuk gentar dan berujung gulung tikar terlindas persaingan bisnis yang makin ketat.
Anda dan bisnis startup yang didirikan tidak perlu mengalami hal yang sama jika sudah memahami strateginya. Budgeting memang sering menjadi isu, tapi Anda perlu menyikapinya sebagai tantangan sekaligus peluang. Menjadi tantangan karena memang secara alamiah persoalan budgeting pasti akan dialami startup. Sedangkan, hal tersebut juga menjadi peluang karena, untungnya Anda hidup dan tumbuh bersama kemajuan teknologi yang ngebut.
Beragam pendekatan berbasis teknologi dapat Anda ambil untuk melebarkan sayap perusahaan startup. Ini bukan berarti Anda perlu membeli sebuah sistem baru yang mahal. Seperti yang disebutkan sebelumnya, teknologi membuka peluang Anda dalam ekspansi usaha startup, dan sudah waktunya Anda memanfaatkan tech-based services yang berbiaya miring dan bahkan gratis.
Berikut ini beberapa strategi digital sederhana yang dapat diadopsi dalam perusahaan rintisan yang sedang dibangun:
Selami ranah mobile
Banyak waktu, uang dan tenaga yang mungkin telah Anda kerahkan untuk membuat website yang “menjual” di mata konsumen dan investor. Upaya Anda ini akan berbuah nihil tanpa UI/UX yang mobile-friendly.
Tatanan UI/UX mobile-friendly akan memudahkan konsumen dan calon investor prospektif tersebut untuk berinteraksi dengan perusahaan Anda tanpa harus terus menerus bertemu tatap muka menerima penjelasan atau presentasi. Melalui layar smartphone atau tablet, mereka bisa memahami apa yang ditawarkan startup Anda.
Untuk mendukung kemampuan website dalam berinteraksi secara responsif, perlu digunakan teknologi penyokong yang andal. Untuk efisiensi dan efektivitas, Anda bisa menggunakan layanan cloud computing. Pilihlah cloud dengan Server Load Balancer untuk website perusahaan startup Anda, agar performanya maksimal dan terhindar dari traffic spikes.
Gunakan layanan cloud computing yang tepat
Seperti yang telah disinggung sedikit di poin nomor satu, inilah saatnya Anda perlu memanfaatkan teknologi cloud computing dan membesarkan perusahaan startup Anda dengan solusi-solusi berbasis cloud.
Solusi seperti Content Delivery Network dapat membantu Anda mendapatkan keunggulan dalam penyampaian pengalaman pengguna yang maksimal, sehingga Anda bisa menarik pengunjung lebih banyak lagi dan akhirnya mereka memutuskan untuk menggunakan produk atau jasa dari startup Anda.
Bergaul di media sosial
Keberadaan startup yang Anda kelola di media sosial sangatlah penting. Media sosial kini sudah menjadi ladang bisnis dan alternatif untuk promosi. Terlebih, ini bukanlah kanal marketing yang akan merogoh kocek Anda dalam-dalam, jika Anda punya strategi produk yang baik. Di media sosial, Anda bisa mencuri perhatian para calon investor dan konsumen-konsumen yang bahkan tak pernah Anda bayangkan sebelumnya.
Startup yang sedang berada dalam fase pertumbuhan bisnis memang perlu memutar otak, khususnya soal efisiensi terkait dengan pengeluaran. Namun bukan berarti Anda harus mengorbankan pemanfaatan teknologi. Dengan strategi bisnis yang tepat, startup Anda akan melesat dengan cepat.
–
Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba.
Bersaing dengan Amazon, sebagai perusahaan yang awalnya mematangkan diri sebagai perusahaan e-commerce, Alibaba kini mulai melayangkan layanan cloud computing bagi bisnis go-digital. Berakar dari kesuksesannya membawakan bisnis jual beli online, perusahaan rintisan Jack Ma ini sedang mencoba memperluas pangsa pasar layanan Alibaba Cloud ke seluruh dunia, termasuk di Indonesia.
Layanan Alibaba Cloud sendiri, saat ini sudah digunakan lebih dari 1.8 juta bisnis, dan rata-rata adalah startup digital. Didukung lebih dari 2.000 pekerja dan 900 ahli di bidang cloud computing, Alibaba Cloud dipersonalisasi dengan kebutuhan bisnis berkembang yang cukup dinamis. Alibaba Cloud juga berusaha memastikan keandalan layanan dengan selalu menggunakan teknologi, baik hardware server dan jaringan, maupun perangkat lunak teranyar.
Produk cloud yang ditawarkan juga cukup beragam, mulai dari untuk kebutuhan server (berupa virtualprivate cloud, compute service dan load balancer), layanan basis data, storage dan CDN, hingga layanan manajemen dan keamanan. Sistem keamanan yang ditawarkan termasuk Anti-DDoS, yang siap melindungi bisnis dari serangan siber yang dewasa ini cukup meluas di kalangan pebisnis online. Pun demikian, sistem juga dilengkapi dengan layanan cloud monitor untuk memastikan tim IT bisnis selalu dapat memantau performa sistem dengan baik.
Percobaan gratis dua bulan untuk eksplorasi dan perbandingan
Alibaba Cloud saat ini juga memberikan kesempatan bagi pebisnis digital untuk mencicipi layanannya selama 2 bulan (atau 60 hari). Semua layanan yang ada di Alibaba Cloud dapat dicoba dan dieksplorasi, termasuk mencoba untuk diintegrasikan atau digunakan untuk men-deploy sistem yang telah dikembangkan. Untuk mencoba gratis, pengguna dapat mengikuti langkah singkat berikut ini.
Klik pada tautan ini untuk mulai melakukan pendaftaran: klik di sini.
Selanjutnya pengguna dapat memilih spesifikasi layanan cloud sesuai dengan kebutuhannya, klik “Start your trial now”.
Kemudian pilih register untuk mendapatkan akun baru. Menariknya tidak seperti layanan cloud lain, percobaan gratis di sini tidak memaksa pengguna harus memiliki kartu kredit atau menginputkan mekanisme pembayaran di depan. Semua dapat dilakukan dengan sangat ringkas dan gratis.
Tuliskan detil informasi registrasi berupa email, maka sebuah email konfirmasi akan dilayangkan. Ikuti petunjuk selanjutnya untuk pengisian data diri.
Layanan cloud siap digunakan dan dimanfaatkan.
Semua layanan yang disajikan Alibaba Cloud dapat dicoba tanpa terkecuali di masa trial selama 2 bulan.
Mencoba layanan menjadi bagian penting untuk mengetahui apakah sistem cloud yang ditawarkan mampu bersinergi dengan baik dengan sistem yang dikembangkan. Dengan demikian bisnis akan lebih percaya diri ketika harus menandatangani kontrak untuk investasi jangka panjang untuk mempercayakan fondasi sistemnya ke penyedia layanan cloud tersebut.
—
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial dari Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik padatautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.
Cloud computing atau komputasi awan saat ini memang sudah bukan hal yang baru lagi. Berbagai varian produknya sudah banyak digunakan dan dipasarkan. Namun bagi banyak bisnis, terutama di level bisnis mikro, kecil dan menengah, masih banyak yang masih di tahap awal dalam implementasi teknologi ke dalam bisnisnya. Dalam artikel ini akan dijelaskan apa saja yang membuat cloud computing menjadi solusi yang cocok diterapkan untuk bisnis dengan kultur yang masih dinamis.
Salah satu karakteristik umum dari layanan cloud computing adalah terkait dengan skalabilitas dan aksesibilitas. Skalabilitas merujuk pada penentuan volume layanan yang lebih fleksibel. Hal ini menjawab tantangan bisnis yang sebelumnya ada, yakni dalam penggunaan teknologi bisnis harus dituntut untuk memiliki layanan yang fixed, sementara kebutuhannya masih bergejolak. Seperti contohnya pada grafik di bawah ini.
Garis putih menunjukkan bagaimana kebutuhan bisnis akan suatu layanan berubah-ubah, sedangkan garis lurus putus-putus menunjukkan kapabilitas layanan. Untuk bisnis pemula, tak jarang apa yang mereka gunakan masih sangat jauh di bawah dari kapabilitas sistem yang dibutuhkan, akhirnya banyak sumber daya yang tidak terpakai. Sementara itu terkadang (karena suatu tren berkala, sering ditemui di kultur Indonesia) suatu layanan bisa mendadak melonjak, dan kala itu sistem tiba-tiba tidak siap, sehingga menjadikan layanan down.
Pendekatan cloud computing mencoba mengantisipasi dengan fleksibilitas tinggi. Pemenuhan sumber daya akan disesuaikan dengan kebutuhan, seperti tersaji pada gambar berikut ini.
Garis putih menunjukkan kebutuhan dan garis kuning menunjukkan sumber daya yang fleksibel mengikuti besar kecilnya kebutuhan bisnis. Tentu akan berdampak pada investasi awal dan juga biaya pengelolaan yang harus dikeluarkan, menyesuaikan kebutuhan bisnis.
Bisnis yang dijalankan UMKM pada umumnya sulit untuk diprediksi
Dengan investasi yang minim, UMKM harus pandai menyiasati anggaran belanja teknologi, agar operasional bisnis tetap berjalan, namun teknologi yang digunakan tetap optimal. Lonjakan atau penurunan traksi secara signifikan adalah hal yang cukup biasa dalam UMKM, dan efisiensi teknologi terbaik adalah menggunakan sumber daya sesuai dengan kebutuhan. Ambil contoh bisnis jualan baju muslim, di Indonesia pembelian baju muslim akan sangat ramai menjelang Ramadan atau Hari Raya. Namun di luar itu transaksi sangat kecil.
Bayangkan jika penjualan tersebut ditopang oleh sebuah layanan e-commerce yang dikembangkan secara mandiri. Saat kebutuhan melonjak tiba-tiba tim TI harus sigap melakukan peningkatan sumber daya. Storage harus ditambah, bandwidth juga harus disediakan lebih dan sebagainya, untuk memastikan layanan tetap bisa diakses normal. Cloud computing pada umumnya memiliki menu untuk melakukan upgrade dan downgrade secara cepat untuk hal seperti itu. Dengan demikian UMKM tidak harus selalu menginvestasikan besar di muka untuk memenuhi kebutuhan teknologi yang besar, akan tetapi bisa dinamis menyesuaikan kebutuhan yang berjalan.
—
Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.
Banyak yang mengatakan bahwa layanan cloud computing lebih efisien digunakan untuk bisnis ketimbang model konvensional. Ambil contoh dalam kebutuhannya untuk hosting sebuah website, dikatakan fleksibilitas cloud computing lebih optimal ketimbang dedicated hosting. Apakah benar demikian? Ternyata kuncinya tertelak di bagaimana server cloud tersebut dikelola, sehingga dapat memberikan penghematan dan performa yang maksimal.
Berikut ini adalah beberapa tips dari DailySocial tentang bagaimana mengelola sebuah layanan cloud sehingga memberikan keuntungan penghematan dan juga kinerja yang dahsyat.
Pahami dan definisikan kebutuhan secara jelas
Proses ini merupakan sesuatu hal yang sangat mendasar, bahwasanya bisnis harus benar-benar tahu apa yang mereka butuhkan dan ditaruh di sebuah layanan cloud. Katakanlah bisnis tersebut akan membuat sebuah company profile dan sistem layanan pelanggan, maka harus bisa diperkirakan juga, apakah akan menimbulkan trafik data yang tinggi atau sedang.
Penentuan kebutuhan ini penting untuk memastikan layanan cloud yang dilanggan memiliki kapabilitas yang cukup, tidak berlebihan. Karena akan berdampak langsung pada berapa uang yang harus dibayarkan untuk berlangganan. Tipe layanan cloud juga wajib dipahami sebelumnya.
Pada umumnya saat ini penyedia jasa cloud computing menawarkan berbagai skema, misalnya cloud hosting, virtual machine atau layanan lain yang lebih spesifik. Masing-masing tentu memiliki tujuan yang berbeda, pastikan bisnis mampu memilih jenis layanan secara tepat untuk memberikan hasil optimal.
Mulailah dari yang kecil, karena cloud menawarkan skalabilitas
Setelah menemukan jenis layanan yang tepat untuk dilanggan, maka mulailah dari plan yang paling minimum untuk layanan bisnis. Terlebih untuk UMKM biasanya tak langsung mendapatkan traksi pengunjung yang besar, namun secara bertahap.
Hal ini sangat didukung oleh layanan cloud yang memiliki kemudahan untuk melakukan skalabilitas. Kapan pun dengan mudah pelanggan dapat memperbesar (upgrade) atau memperkecil (downgrade) skala layanan yang dimiliki. Terlebih yang disewa adalah server, maka besar kecilnya sumber daya, seperti memori, prosesor, RAM dan sebagainya dapat disesuaikan secara gesit.
Manfaatkan sistem monitoring yang tersedia untuk melakukan estimasi dan antisipasi
Setelah layanan cloud berjalan, tugas selanjutnya untuk menghasilkan efisiensi dan efektivitas adalah dengan melakukan pemantauan. Sistem cloud monitoring akan sangat membantu pengguna dalam memberikan informasi seputar trafik dan traksi layanan yang digunakan. Beberapa penyedia layanan cloud besar seperti Alibaba Cloud dan lainnya menyediakan opsi tersebut dalam layanannya.
Melakukan analisis dari hasil monitoring ini cukup efektif untuk melakukan estimasi dan antisipasi dari penggunaan layanan oleh bisnis. Pola-pola terstruktur dapat dipetakan dengan baik, misal kapan layanan tersebut ramai sehingga membutuhkan backup sumber daya yang besar, kapan saatnya bisnis memperbesar ukuran layanan dan sebagainya.
Itulah beberapa hal sederhana yang dapat dilakukan UMKM atau bisnis pemula saat hendak mulai memanfaatkan layanan cloud computing untuk menopang layanan bisnisnya. Efisiensi penggunaan layanan cloud akan terealisasi saat penggunanya benar-benar mengerti bagaimana memanfaatkan layanan cloud tersebut secara optimal, tidak serta-merta.
—
Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik padatautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.
Di berbagai studi dan riset tentang pemanfaatan cloud computing, salah satu yang menjadi concern terbesar adalah terkait dengan faktor keamanan. Kita ketahui bersama, saat sebuah bisnis memilih untuk memanfaatkan layanan cloud computing, maka mereka bertaruh dengan sebuah kerpercayaan akan jaminan privasi dan keamanan data. Namun kini cloud computing sudah memiliki berbagai standar yang siap melindungi privasi dan keamanan data pengguna, yang juga menjadi jaminan rasa aman bagi pengguna.
Di Indonesia sendiri, layanan cloud computing yang umum digunakan ialah berkaitan dengan cloud storage dan virtual machine, untuk digunakan sebagai landasan sebuah aplikasi yang dijalankan secara online. Pemanfaatan tersebut juga sudah berkembang pesat, mulai digunakan sebagai dedicated-hosting, hybrid solution atau bahkan difungsikan sebagai disaster recovery. Untuk layanan SaaS (Software as a Services) sendiri, pengguna di Indonesia sudah sangat dimanjakan dengan berbagai produk vendor-vendor ternama dunia.
Di tengah menggeliatnya pangsa pasar cloud services, penting untuk dipahami oleh pengguna bisnis seputar langkah keamanan sebelum menentukan vendor cloud computing.
Memahami skema dalam lingkungan cloud computing
Ketika sebuah bisnis telah menentukan vendor tertentu sebagai penyedia layanan cloud, maka ia telah menyerahkan kapabilitas perpanjangan pusat data kepada pihak terkait. Oleh karenanya penting untuk senantiasa memastikan apakah layanan dan kebijakan keamanan yang diterapkan cukup mumpuni sebagai tempat berlabuhnya data-data penting perusahaan?
Tak ada salahnya ketika hendak berlangganan layanan tertentu kita meminta segudang informasi seputar layanan keamanan yang disediakan provider tersebut. Dinamika teknologi yang selalu berubah membutuhkan sistem keamanan yang siap siaga untuk mencegah serangan cyber yang kian berkembang. Pahami betul tanggung jawab yang dapat diberikan oleh penyedia layanan, dan apa yang harus dilakukan pengguna sehingga keduanya dapat bersinergi dengan baik.
Umumnya saat berbicara tentang cloud, maka akan diharapkan pada sebuah skema virtualisasi. Lingkungan virtual memberikan tantangan tersendiri pada perlindungan data. Isu utama yang sering terjadi ialah pengelolaan keamanan dan trafik di ranah multi-tanency dan mesin virtual (beberapa layanan dengan spesifikasi rendah menggunakan server yang sama untuk beberapa pengguna).
Mendefinisikan peranan pengguna dengan baik
Skema akses data granular, atau memberikan batasan sesuai dengan porsinya dapat menjadi pilihan. Terlebih layanan cloud kini mulai spesifik memberikan kinerja sesuai dengan kebutuhan sistem. Misalnya ada server khusus untuk basis data pelanggan, ada server yang mengoptimalkan kinerja sistem hingga backup.
Dengan adanya pembagian peran, dinilai akan mampu memberikan lapisan perlindungan tambahan. Mengingat saat ini modus penyerangan juga berusaha mencuri identitas login staf, terutama yang lengah dalam mengamankan akunnya.
Penggunaan enkripsi adalah harga mati
Skema enkripsi biasanya juga sudah ditanamkan secara native bersama dengan layanan cloud yang dijajakan oleh vendor, umumnya SaaS. Pahami betul bagaimana sistem enkripsi bekerja melindungi data dan transmisi data.
Layanan cloud juga umumnya digunakan oleh banyak pihak di perusahaan, termasuk non-tech-savvyusers. Biasanya mereka mengakses layanan dari ponsel atau laptop pirbadi, yang tidak bisa selalu dipantau sisi keamanannya. Oleh karena perencanaan enkripsi menjadi hal yang cukup krusial.
Penerapan compliance seperti keamanan data menggunakan ISO 27001, untuk penyediaan layanan memakai ITIL, COBIT, Cloud Security Alliance dan sebagainya juga wajib menjadi perhatian.
Istilah Shadow IT beberapa waktu belakang juga santer dibicarakan, yakni tentang penggunaan layanan dan aplikasi cloud tanpa otorisasi. Padahal minimnya kontrol ini sebenarnya berisiko menghadirkan ancaman keamanan dan tantangan pengelolaan yang lebih berat.
Dengan memahami berbagai aspek keamanan cloud, setidaknya akan membuat kita selangkah lebih cerdik dalam memilih fondasi sistem yang siap mengibarkan layanan atau aplikasi secara online. Jangan sampai kegagalan sistem akibat sekuriti justru menjadi penghambat besar di tengah bisnis yang sedang menggeliat.
—
Disclosure: Artikel ini didukung oleh Alibaba Cloud, penyedia layanan cloud computing dari Alibaba, untuk informasi lebih lanjut seputar layanan, produk dan promo klik pada tautan ini. Anda juga dapat mencoba secara gratis.