Saat membicarakan tentang PC all-in-one (AiO), normalnya kita tidak akan menghabiskan terlalu banyak waktu untuk membahas aspek-aspek pelengkap macam webcam atau mikrofon. Namun berhubung pandemi masih belum kunjung berakhir, hal-hal semacam itu justru jadi penting untuk disoroti karena berpengaruh langsung terhadap kelancaran aktivitas WFH.
Singkat cerita, webcam dan mikrofon yang bagus merupakan nilai plus tersendiri bagi suatu PC AiO yang diluncurkan di masa pandemi. Contohnya adalah AiO terbaru besutan HP berikut ini. Dijuluki HP EliteOne 800 G8 All-in-One, salah satu fitur unggulannya adalah webcam berteknologi face tracking, tidak ketinggalan pula sistem noise reduction berbasis AI.
Modul webcam-nya terdiri dari sepasang kamera 5 megapixel, kamera infra-merah, dan sensor time-of-flight untuk mengukur jarak. Dipadukan dengan field of view yang lebih luas dari biasanya, webcam-nya pun bisa mengatur supaya wajah pengguna selalu berada tepat di tengah frame secara otomatis. Lalu ketika sedang tidak digunakan, modul webcam-nya tinggal disembunyikan demi memberikan jaminan ekstra seputar privasi.
Terkait sistem noise reduction-nya, HP mengklaim bahwa sistem ini mampu mendeteksi dan mengeliminasi lebih dari 350 juta jenis suara. Selain mendeteksi output suara, sistemnya juga dapat mendeteksi input suara, yang berarti Anda masih bisa merasakan manfaatnya ketika sedang berbicara dengan orang lain yang mikrofonnya kurang bisa diandalkan.
Lebih lanjut, HP turut menyertakan fitur Dynamic Voice Leveling untuk mengatur volume suara pengguna secara otomatis, memastikan volumenya tetap konsisten meski pengguna bergerak mendekat atau menjauh dari perangkat.
Dari segi spesifikasi, konfigurasi termahalnya mencakup prosesor Intel Core i9 generasi ke-11, lengkap beserta RAM 64 GB dan SSD NVMe berkapasitas 6 TB, cukup untuk memenuhi kebutuhan harian target pasar utamanya, yakni kalangan pebisnis. Untuk layarnya, HP menyediakan dua pilihan: 24 inci atau 27 inci, dengan resolusi maksimum 2560 x 1440 pixel.
Secara keseluruhan, fisik EliteOne 800 G8 AiO tergolong ringkas, meski memang tidak sampai setipis iMac generasi baru. Positifnya, perangkat ini jadi bisa mengemas lebih banyak port: tiga USB-A, dua USB-C, HDMI, DisplayPort, dan Ethernet. HP rencananya bakal mulai memasarkan EliteOne 800 G8 AiO di bulan Mei ini juga, tapi sayang sejauh ini mereka belum punya informasi harganya sama sekali.
Lenovo punya banyak produk baru yang diumumkan pada ajang CES 2019 kali ini. Namun salah satu yang paling mencuri perhatian adalah Lenovo Yoga A940, sebuah all-in-one PC yang pantas menjadi rival langsung Microsoft Surface Studio 2.
Seperti halnya besutan Microsoft, Yoga A940 dirancang untuk memenuhi kebutuhan kreator konten, terutama mereka yang rutin memerlukan kanvas digital. Yang saya maksud kanvas adalah layar sentuh IPS 27 inci beresolusi 4K dengan sertifikasi Dolby Vision, dan tentu saja layar ini dapat dimiringkan sudutnya hingga 25 derajat.
Kalau Surface Studio mengandalkan aksesori terpisah berupa Surface Dial sebagai input tambahannya, Yoga A940 dibekali dengan Precision Dial, kenop multi-fungsi yang dapat diposisikan di samping kiri atau kanan layar. Kehadiran aksesori ini memungkinkan pengguna untuk lebih berfokus dengan apa yang tengah dikerjakannya, selagi satu tangan lainnya melakukan penyesuaian secara presisi.
Urusan performa, varian termahalnya dibekali prosesor Intel Core i7 generasi kedelapan, GPU AMD Radeon RX 560, RAM 32 GB DDR4, dan SSD tipe PCIe 512 GB. Spesifikasi sekelas itu tentunya juga mumpuni untuk konsumsi multimedia, dan Lenovo pun tak lupa membekalinya dengan speaker bersertifikasi Dolby Atmos.
Kita pun juga tidak boleh mengabaikan desain cerdas yang diterapkan Lenovo, seperti contohnya bagian dudukan layar yang juga berfungsi sebagai tempat menyimpan keyboard sekaligus wireless charger untuk beragam perangkat. Fitur-fitur pemanis seperti webcam yang mendukung Windows Hello dan integrasi mikrofon turut tersedia, sehingga pengguna dapat berinteraksi dengan Cortana maupun Alexa dari jarak hingga sejauh 4 meter.
Rencananya, Lenovo bakal memasarkan Yoga A940 mulai bulan April mendatang. Banderol harganya dimulai dari $2.350.
Microsoft baru saja meluncurkan empat perangkat Surface baru. Tiga di antaranya adalah generasi baru dari perangkat yang sudah ada – Surface Pro 6, Surface Laptop 2, dan Surface Studio 2 – sedangkan satu sisanya merupakan perangkat yang benar-benar baru, yakni Surface Headphones.
Tanpa berlama-lama, mari kita bahas keunggulan yang ditawarkan masing-masing perangkat.
Surface Pro 6 dan Surface Laptop 2
Entah kenapa, Microsoft kembali menyematkan embel-embel angka pada Surface Pro, setelah sebelumnya absen di generasi kelimanya. Terlepas dari itu, Surface Pro 6 masih mempertahankan desain elegan pendahulunya, dan itu semakin kental berkat adanya varian berwarna hitam matte.
Yang berubah banyak adalah dalamannya. Surface Pro 6 mengusung prosesor quad-core Intel generasi ke-8. Pilihannya ada dua: Core i5-8250U atau Core i7-8650U (varian Core m3 yang ‘lemah syahwat’ sudah tidak ditawarkan lagi). Menurut Microsoft, kinerjanya 67% lebih cepat daripada Surface Pro generasi kelima.
Pilihan RAM yang tersedia antara 8 atau 16 GB, sedangkan penyimpanan berbentuk SSD-nya ditawarkan dalam kapasitas 128, 256, 512 GB atau 1 TB. Kombinasi ini diyakini mampu menyuguhkan daya tahan baterai hingga 13,5 jam saat digunakan untuk menonton video.
Layar yang digunakan masih sama: 12,3 inci, dengan resolusi 2736 x 1824 pixel. Sebagai sebuah Surface Pro, ia tentu masih bisa digunakan layaknya tablet biasa tanpa ada keyboard yang menancap.
Beralih ke Surface Laptop 2, desainnya juga masih sama seperti generasi pertamanya yang dirilis pada bulan Mei tahun lalu. Pilihan warnanya juga masih ada empat, akan tetapi salah satunya kini berwarna hitam matte yang amat elegan seperti Surface Pro 6.
Spesifikasinya nyaris identik dengan Surface Pro 6, baik untuk prosesor, RAM maupun storage-nya. Daya tahan baterainya sedikit lebih awet di angka 14,5 jam, akan tetapi resolusi layar sentuh 13,5 incinya lebih rendah di angka 2256 x 1504 pixel.
Satu hal yang sangat menyebalkan dari kedua perangkat ini adalah tidak adanya port USB-C sama sekali. Seperti di generasi sebelumnya, Microsoft hanya menyematkan satu port USB biasa saja, membuatnya kurang layak disebut future-proof, apalagi untuk standar tahun 2018.
Terlepas dari itu, untuk Surface Pro 6 setidaknya harga awalnya sekarang sedikit lebih terjangkau: $899 (sebelumnya mulai $999). Surface Laptop 2 di sisi lain dibanderol sama persis seperti pendahulunya, yakni mulai $999.
Surface Studio 2
Tidak terasa sudah hampir dua tahun sejak Microsoft mengungkap all-in-one PC perdananya. Selang dua tahun adalah waktu yang tepat untuk penyegaran spesifikasi, dan itulah yang Microsoft lakukan dengan Surface Studio 2.
Desainnya tidak berubah, demikian pula layar sentuh 28 incinya: masih beresolusi 4500 x 3000 pixel, akan tetapi tingkat kecerahannya diklaim naik 38%, dan kontrasnya juga naik 22%. Sama seperti sebelumnya, layar ini duduk di atas engsel unik yang memungkinkan manipulasi posisi yang amat fleksibel, serta kompatibel dengan aksesori Surface Pen maupun Surface Dial.
Soal spesifikasi, Surface Studio 2 mengusung prosesor quad-core Intel Core i7-7820HQ (generasi ke-7, sayang bukan generasi ke-8 yang mengemas 6-core). Prosesor ini ditemani oleh RAM DDR4 berkapasitas 16 atau 32 GB, serta pilihan GPU Nvidia GeForce GTX 1060 6GB atau GTX 1070 8 GB.
Dibandingkan Surface Studio generasi pertama yang menggunakan GPU GTX 965M atau GTX 980M, Microsoft mengklaim kinerja grafis Surface Studio meningkat hingga 50%. Soal penyimpanan, Microsoft tak lagi menggunakan komponen bertipe hybrid, melainkan SSD murni dengan kapasitas 1 atau 2 TB.
Urusan konektivitas, setidaknya Surface Studio 2 masih memiliki satu port USB-C (generasi sebelumnya tidak punya sama sekali), meski ini tidak kompatibel dengan Thunderbolt 3. Sisanya, masih ada empat port USB biasa, slot SD card, gigabit ethernet dan headphone jack.
Microsoft berencana memasarkan Surface Studio 2 pada bulan November mendatang, dengan harga mulai $3.499 (RAM 16 GB, SSD 1 TB), hingga $4.799 (RAM 32 GB, SSD 2 TB).
Surface Headphones
Terakhir, ada Surface Headphones yang benar-benar gres – siapa yang menyangka Microsoft yang tadinya cuma membuat software kini juga memproduksi headphone? Perangkat ini masuk kategori headphone Bluetooth bertipe over-ear, dan penampilannya tampak minimalis sekaligus elegan, dengan warna abu-abu khas lini Surface.
Kinerjanya ditunjang oleh sepasang driver 40 mm dengan respon frekuensi 20 – 20.000 Hz. Namun yang menjadi nilai jual utama adalah ANC alias active noise cancelling, plus integrasi voice assistant Cortana. Untuk dua fitur ini, Microsoft telah membekali Surface Headphones dengan total 8 mikrofon.
Yang unik adalah mekanisme pengoperasiannya. Ketimbang menggunakan panel sentuh pada earcup seperti mayoritas headphone kekinian, Surface Headphones dilengkapi kenop yang bisa diputar pada kedua earcup-nya; sebelah kanan untuk mengatur volume, kiri untuk menyesuaikan intensitas pemblokiran suaranya.
Dalam satu kali pengisian, baterai Surface Headphones bisa bertahan sampai 15 jam dalam posisi ANC menyala terus. Charging-nya mengandalkan kabel USB-C, dan pengguna masih bisa menancapkan kabel audio 3,5 mm jika perlu.
Berdasarkan informasi yang diterima CNET, Microsoft menghabiskan waktu tiga tahun untuk mengembangkan Surface Headphones secara sembunyi-sembunyi. Perangkat rencananya akan dipasarkan menjelang musim liburan mendatang seharga $350.
Asus mencuri perhatian pengunjung Computex 2018 lewat ZenBook Pro 15 UX580 yang mengusung layar sentuh sebagai touchpad-nya. Meski demikian, Asus juga sempat mengumumkan PC all-in-one yang sangat menarik bernama ZenAiO Pro Z272. Menarik karena ia termasuk spesies langka PC AIO yang upgradeable.
Untuk mewujudkannya, Asus menerapkan pendekatan desain seperti yang diambil HP dalam merancang Envy AIO 27, di mana semua komponen tidak diletakkan di belakang layar, melainkan di bagian dasar dudukannya. Alhasil, untuk mengakses komponen seperti RAM, HDD dan SSD, pengguna hanya perlu membuka penutup bagian dasarnya saja.
Juga unik adalah fakta bahwa bagian dasar ZenAiO Pro ini merupakan Qi wireless charger, yang berarti pengguna bisa dengan mudah meletakkan smartphone di atasnya untuk mengisi ulang baterainya. Agar semakin praktis, deretan port yang tersedia juga diposisikan di bagian dasar, bukan di belakang layar seperti kebanyakan PC AIO lain.
Mayoritas memang terdapat di sisi belakang, seperti output dan input HDMI, Ethernet, serta tiga port USB standar, dengan maksud supaya kabel-kabel dapat disembunyikan secara rapi di belakang. Namun demi memudahkan akses, sisi kanannya telah dilengkapi satu port USB biasa, satu port Thunderbolt 3 (USB-C) dan jack audio.
Namun apalah arti sebuah AIO tanpa layar yang mumpuni? ZenAiO Pro dibekali panel sentuh 27 inci beresolusi 4K, tapi ada juga varian yang lebih murah yang mengemas layar full-HD non-touchscreen. Layar dengan bezel yang amat tipis ini duduk di atas engsel yang bisa diatur ketinggiannya dengan mudah, serta dimiringkan sesuai kebutuhan, dengan cara kerja yang mirip tapi tidak seekstrem Microsoft Surface Studio.
Spesifikasinya pun dipastikan tidak mengecewakan. Pada konfigurasi termahalnya, ada prosesor Intel Core i7-8700T berinti enam, GPU Nvidia GeForce GTX 1050, RAM DDR4 32 GB, HDD 2 TB plus SSD 512 GB. Memang bukan yang terbaik, tapi masih cukup untuk keseimbangan antara bekerja dan bermain, dan Asus pun tak lupa membenamkan speaker stereo racikan Harman Kardon.
Sayang belum ada kepastian soal jadwal rilis dan harganya. Namun di Amerika Serikat, Asus ZenAiO Pro Z272 rencananya akan dibanderol mulai $1.299 untuk varian terbawahnya.
Ada alat penunjang aktivitas produktif ideal untuk individu berbeda: PC desktop tetap kita temui di sejumlah area perkantoran, namun banyak orang juga memanfaatkan laptop sampai smartphone jika mereka dituntut untuk bekerja secara mobile. Masing-masing produk ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, biasanya terkait input kendali, layar serta konektivitas.
Ada banyak desain menarik diajukan oleh produsen hardware buat menunjang produktivitas, dari mulai menawarkan notebook convertible hingga hybrid dari laptop dan smartphone. Kali ini, tim dari Hong Kong mencoba mengombinasikan konsep nettop (atau PC miniatur) dan all-in-one. Hasilnya adalah MI, sebuah perangkat yang diklaim sebagai PC saku paling bertenaga di dunia.
MI punya penampilan minimalis seperti mini PC pada umumnya, dengan dimensi 135x90x16-milimeter dan bobot hanya 230-gram. Berkat desain mungil ini, MI bukan hanya bisa dimasukkan dalam tas, tapi juga dapat diselipkan dalam kantong. Yang membuat MI istimewa ialah kehadiran layar sentuh serta kemampuannya beroperasi mandiri tanpa memerlukan periferal tambahan.
Konstruksi tubuh MI terbuat dari bahan aluminium, lalu layar sentuh seluas 5-incinya menyuguhkan resolusi 1280x720p. Di sisi muka, Anda akan menemukan dua tombol fisik: satu adalah tombol power dan satu lagi merupakan switch OS – bisa diganti antara Windows 10 atau Android 5.1. Produsen menjelaskan bagaimana MI sangat ideal buat dibawa-bawa saat liburan, belanja, atau ketika memberikan presentasi. Mereka juga menyertai perangkat bersama cover yang juga berperan sebagai stand.
Lantas apa bedanya MI dengan smartphone?
Aspek andalan pertama MI ialah dukungan hardware berperforma tinggi (di kelasnya). Mini PC ini diotaki oleh prosesor Intel Atom x7-Z8750 2,56GHz, serta dibekali RAM 8GB dan unit penyimpanan SSD berkapasitas 128GB, memungkinkannya menjalankan berbagai aplikasi hiburan dan olah data berbasis platform Windows 10. Selain itu, MI juga didukung oleh Bluetooth 4.2 dan Wi-Fi dual-band.
Faktor unggulan kedua ialah topangan dari bermacam-macam konektivitas fisik. Dari gambar yang dipublikasikan, saya bisa melihat tiga port USB 2.0, satu USB 3.0, USB type-C, HDMI, card reader, port audio 3,5mm, serta port LAN. Berkat luasnya konektivitas, kita dapat mudah menyambungkan mouse, keyboard bahkan monitor.
Terlepas dari fleksibilitas pemakaian dan dukungan hardware cukup mumpuni, MI dijajakan di harga yang sangat atraktif. Versi retail rencananya dibanderol seharga US$ 300 saja. Namun saat ini, produk bisa dipesan di Indie Gogo cukup dengan mengeluarkan uang separuhnya.
Harga dan kelengkapan fiturnya ituyang membuat MI layak jadi pertimbangan jika Anda sedang mencari mini PC.
HP baru saja me-refresh PC all-in-one terseksinya, Envy 34 Curved AIO. Hingga kini, Envy 34 masih menjadi satu-satunya PC AIO yang mengemas layar melengkung, dan spesifikasinya pun tergolong kelas atas. Semua itu tetap dipertahankan pada versi 2018-nya, namun ada juga pembaruan yang cukup unik, yaitu integrasi Alexa.
Ya, versi terbaru Envy 34 telah dibekali asisten virtual besutan Amazon tersebut secara default. Ini berarti pengguna dapat memanfaatkannya untuk mengontrol perangkat smart home yang kompatibel, atau pada dasarnya memaksimalkan semua skill yang Alexa miliki, tanpa harus mengandalkan perangkat smart speaker tambahan.
Selebihnya, Envy 34 turut mendapat penyegaran spesifikasi. Pada varian termahalnya, jantungnya dihuni oleh prosesor 6-core Intel Core i7+, di mana label “+” menandakan bahwa komponen tersebut telah dilengkapi modul memory Intel Optane. Kinerja grafis dipercayakan pada Nvidia GeForce GTX 1050, lalu ada RAM DDR4 dengan kapasitas maksimum 16 GB.
Desainnya tidak banyak berubah. Bagian dasarnya sejatinya masih merupakan sebuah soundbar garapan Bang & Olufsen, meneruskan pendekatan desain yang dimulai oleh adik kecilnya, Envy 27. Semua port-nya pun diposisikan di bagian dasarnya itu, meninggalkan panel belakang monitor yang terlihat mulus dan anggun, terlebih karena sudah dilapisi finish bermotif kayu (bukan kayu asli).
HP sayangnya belum mengungkap banderol harga dari versi baru Envy 34 ini. Kemungkinan besar varian termurahnya saja sudah menembus angka $1.000, terlebih karena pada varian ini pun media penyimpanannya sudah mengadopsi model hybrid, bukan lagi HDD tradisioanl.
HP merupakan salah satu produsen PC all-in-one (AIO) dengan desain tercantik di pasaran. AIO terbarunya, HP EliteOne 1000, tidak hanya kelihatan anggun tapi juga menyimpan fitur yang sangat unik, yakni layar yang dapat dilepas dan diganti dengan yang lain.
Agar tidak ada yang salah paham, Anda tidak bisa sembarangan menggantinya dengan monitor apapun milik Anda yang menganggur, melainkan beberapa pilihan yang disediakan HP sendiri. Kendati demikian, tersedianya opsi ini tetap memberikan fleksibilitas tersendiri bagi pengguna EliteOne 1000.
Jadi semisal Anda awalnya memilih konfigurasi layar full-HD 23,8 inci, nantinya Anda bisa menggantinya dengan yang berukuran 27 inci dan beresolusi 4K, atau bahkan 34 inci yang melengkung. Semua opsi layarnya ini turut dilengkapi webcam di bagian atas yang dapat disembunyikan ketika tidak diperlukan.
Aspek modularnya tidak berhenti sampai di situ saja. Bagian dasarnya yang berwujud seperti Blu-ray player juga dapat dibuka, dan pengguna dapat mengganti RAM, hard disk maupun komponen networking-nya. Sayang HP tidak menyediakan opsi untuk mengganti prosesor dan kartu grafisnya.
EliteOne 1000 dapat dikonfigurasikan dengan prosesor Intel Core i7 generasi ketujuh, dan tersedia pula opsi memory Intel Optane untuk mendongkrak performanya lebih lagi. Meneruskan tradisi yang selama ini dijalankan HP, sistem audionya mengandalkan racikan ahli audio asal Denmark, Bang & Olufsen.
HP EliteOne 1000 dijadwalkan masuk ke pasaran bulan ini juga dengan banderol mulai $1.259. Opsi layar interchangeable-nya baru akan menyusul pada bulan November mendatang.
HP baru saja meng-update lini PC all-in-one (AIO) miliknya. Bukan sekadar melakukan penyegaran spesifikasi, tapi HP rupanya juga menyempurnakan desain Pavilion All-in-One sehingga tampak jauh lebih mentereng ketimbang sebelumnya.
Ada dua varian Pavilion AIO yang HP tawarkan, yakni 23,8 inci dan 27 inci. Varian 23,8 inci inilah yang penampilannya paling menawan, dengan bezel layar yang sangat tipis yang sepintas membuatnya tampak lebih lega daripada perangkat lain yang seukuran. Kedua varian mengemas layar sentuh IPS beresolusi 1920 x 1080, tapi khusus untuk varian 27 incinya konsumen juga bisa memilih resolusi 2560 x 1440 alias QHD.
Tepat di bawah layar tersebut, tertanam sepasang speaker yang telah dioptimalkan oleh Bang & Olufsen, sedangkan balutan kain di bagian ini membuat sasis aluminium Pavilion AIO tampak semakin elegan. Beralih ke atas layar, Anda akan menjumpai sebuah webcam – plus kamera infra-merah opsional untuk Windows Hello – yang bisa disembunyikan ketika tidak diperlukan.
Penampilan memang penting, tapi performa justru lebih penting lagi. HP pun memercayakan prosesor Intel Core generasi ketujuh, dibantu oleh GPU opsional AMD Radeon 530. Kapasitas RAM-nya bisa dikonfigurasikan hingga 16 GB, dan media penyimpanannya bisa memadukan HDD dan SSD.
Semuanya dikemas di bagian bawah belakang perangkat, membiarkan porsi atas layar kelihatan begitu tipis jika dilihat dari samping – setipis 8,5 mm, atau 40 persen lebih ramping dari versi sebelumnya. Seluruh port-nya juga diposisikan dengan rapi di belakang, dan mencakup slot SD card, USB-C. 2x USB 3.0, 2x USB 2.0, HDMI in dan out.
HP belum menetapkan jadwal rilis pastinya, akan tetapi mereka tentunya tidak mau melewatkan momen kembalinya anak-anak ke sekolah. Soal harga, HP Pavilion AIO dibanderol mulai $750 untuk varian 23,8 inci dengan konfigurasi paling mendasarnya.
Seperti yang sudah diberitakan sebelumnya, Apple akhirnya mengumumkan iMac Pro secara resmi pada ajang WWDC 2017 semalam. Perangkat ini secara spesifik dirancang dan ditujukan untuk konsumen yang menganggap iMac 5K dengan konfigurasi maksimum pun belum cukup untuk kebutuhan profesionalnya.
Secara desain, iMac Pro sangat identik dengan lini iMac yang sudah ada sekarang, hanya saja seluruh bodinya dibalut oleh warna space gray yang membuatnya tampak begitu seksi. Layarnya pun sama: 27 inci, dengan resolusi 5120 x 2880 pixel dan tingkat kecerahan 500 nit dan dukungan wide color gamut.
Yang berubah drastis adalah performanya. Apple membidik performa kelas workstation lewat iMac Pro. Misi itu mereka capai dengan pilihan prosesor Intel Xeon 8-core, 10-core atau 18-core. Kinerja grafisnya dipercayakan pada GPU AMD Radeon Pro Vega yang memiliki bandwidth memory begitu besar (8 GB atau 16 GB), dengan daya komputasi maksimum 22 teraflop.
Di sektor RAM, ada memory tipe ECC DDR4 dengan kecepatan 2666 MHz dan pilihan kapasitas 32 GB, 64 GB atau 128 GB. Media penyimpanannya mengandalkan SSD berkapasitas 1 TB, 2 TB atau 4 TB, tergantung pilihan konsumen. Semua ini turut didampingi oleh sistem pendingin baru yang 80% lebih efektif ketimbang milik iMac standar.
iMac Pro juga begitu komplet perihal konektivitas. Mengintip bagian belakangnya, Anda akan disambut oleh empat port Thunderbolt 3 (USB-C), empat port USB 3.0, slot SD card yang mendukung tipe UHS-II, dan port Ethernet 10 Gb.
Apple rencananya akan mulai memasarkan iMac Pro pada bulan Desember mendatang. Harganya jelas tidak murah, mulai $4.999 untuk konfigurasi terendahnya yang ‘hanya’ mengusung prosesor 8-core, RAM 32 GB dan SSD 1 TB itu tadi.
Pada acara Computex 2017 yang dihelat di Taiwan, Dell telah menyiapkan tiga amunisi baru untuk mencuri perhatian. Ketiganya adalah Inspiron Gaming Desktop, Inspiron 27 7000 AIO dan Inspiron 24 5000 AIO.
Dell Inspiron Gaming Desktop
Pertama kalinya dalam sejarah, Dell meluncurkan sebuah gaming desktop untuk lini Inspiron. Tidak tanggung-tanggung, Dell telah membekalinya dengan spesifikasi yang cukup istimewa, dengan jaminan bahwa perangkat siap menyuguhkan pengalaman VR gaming yang mulus.
Konfigurasi termahalnya ditenagai oleh prosesor AMD Ryzen 7, GPU Nvidia GeForce GTX 1060 atau AMD Radeon RX580, RAM DDR4 32 GB dan SSD sebagai media penyimpanannya. Semuanya disimpan dalam casing minimalis yang masih menunjukkan karakteristik gaming, terutama berkat bagian samping yang transparan dan pencahayaan serba biru.
Dell pun turut menyiapkan konfigurasi terendah yang mencakup prosesor AMD A10, GPU AMD Radeon RX560, RAM 8 GB dan HDD berkapasitas 1 TB. Dell akan memasarkannya dalam beberapa minggu ke depan seharga $600, namun untuk konfigurasi termahalnya tadi Anda harus menyiapkan mahar kira-kira di atas $2.000.
Dell Inspiron 27 7000 AIO
Perangkat ini menjadi all-in-one PC pertama yang mengadopsi layar Infinity Edge, dengan bezel super-tipis seperti seri laptop Dell XPS. Panel IPS berukuran 27 incinya bisa dikonfigurasikan hingga beresolusi 4K.
Performanya disokong oleh pilihan prosesor AMD Ryzen 5 atau Ryzen 7 dan kartu grafis Radeon RX560 atau RX580, siap menemani pengguna dalam sesi VR gaming. Soal penyimpanan, Dell menawarkan opsi dual drive yang mencakup HDD dan SSD.
Perangkat ini rencananya juga akan dipasarkan dalam beberapa minggu ke depan, dengan banderol harga mulai $1.000.
Dell Inspiron 24 5000 AIO
Sama seperti kakaknya yang lebih besar di atas, AIO ini juga mengemas layar dengan bezel super-tipis di sekitarnya. Layar sentuhnya ini masih menggunakan panel IPS dengan field of view yang sangat luas, tapi resolusinya terbatas di angka 1080p saja.
Spesifikasinya lebih malu-malu, dan tidak diperuntukkan virtual reality: prosesor AMD seri A generasi ketujuh (bukan Ryzen), didukung oleh GPU Radeon RX560. Namun demikian harganya juga lebih terjangkau di angka $700.