Deretan laptop gaming ROG terbaru dari ASUS diperkenalkan di ajang Consumer Electronic Show (CES) 2022. Termasuk ROG Zephyrus Duo 16, ROG Zephyrus G14, ROG Strix SCAR dan Strix G, serta yang paling berbeda adalah ROG Flow Z13.
Ya, ROG Flow Z13 merupakan versi lain dari ROG Flow X13 yang ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-12 yakni hingga i9-12900H dengan GPU NVIDIA GeForce RTX 3050 Ti terbaru. Namun ASUS juga turut memperbarui ROG Flow X13 ke model 2022 dengan prosesor AMD Ryzen 6000 series yakni hingga Ryzen 9 6900HS dengan GPU AMD Radeon 680M atau NVIDIA GeForce RTX 3050 Ti.
Seperti ROG Flow X13, ROG Flow Z13 adalah laptop gaming convertible 2-in-1 atau ASUS menekannya sebagai tablet gaming paling powerful di dunia. Ia juga sudah dibekali memori LPDDR5 5200MHz dan MUX Switch untuk performa gaming yang maksimal.
Dari desain, ROG Flow Z13 tampil dengan desain futuristik yang terinspirasi dari tema luar angkasa di abad ke-20 namun tetap mengedepankan konsep utamanya, yaitu portabilitas. Sebagai tablet, bodi perangkat ini ketebalannya hanya 12 mm dan bobotnya di angka 1,18 kg.
ASUS menghadirkan dua opsi layar untuk ROG Flow Z13. Pertama adalah layar 13,4 inci beresolusi 4K 60Hz dengan color gamut 85% DCI-P3. Sementara opsi kedua adalah layar Full HD 120Hz dengan color gamut 100% sRGB. Keduanya mengadopsi aspek rasio 16:10, mendukung teknologi Dolby Vision, dilapisi Corning Gorilla Glass, dibekali Adaptive-Sync, dan mengantongi sertifikasi PANTONE Validated Display.
Selain bisa dioperasikan sebagai tablet menggunakan layar sentuh yang terintegrasi, ROG Flow Z13 turut dilengkapi keyboard dengan touchpad yang dapat dilepas-pasang. Di belakang terdapat penyangga bodi utama yang dapat dibuka hingga 170 derajat.
Karena komponen utamanya terdapat di belakang layar, ROG Flow Z13 memiliki sirkulasi udara yang lebih baik dibandingkan dengan laptop tradisional. Hal tersebut pula yang membuat ROG Flow Z13 mampu menampung hardware kelas gaming meski punya bodi ringkas.
Bila butuh performa lebih, ROG Flow Z13 dan ROG Flow X13 terbaru juga dapat dihubungkan ke ROG XG Mobile yang merupakan solusi GPU eksternal. ROG XG Mobile terbaru menyimpan tenaga yang amat powerful berkat GPU AMD Radeon RX 6850M XT yang tertanam dalam bodi ringkas dengan dimensi 217x165x32.6 mm dan bobot hanya 1 kg.
ROG Flow Z13 dan ROG Flow X13 juga kompatibel dengan ROG XG Mobile seri pertama yang dirilis tahun 2021 dengan GPU NVIDIA GeForce RTX 3080. ROG XG Mobile tetap dibekali dengan berbagai port ekstra dan dapat berfungsi sebagai adapter daya ketika dihubungkan ke ROG Flow Z13 dan ROG Flow X13. Port tersebut meliputi empat USB 3.2 Gen 2 Type-A, 2.5G LAN RJ45, HDMI 2.1, DisplayPort 1.4, SD card reader, dan Power (DC) input port.
Tidak setiap hari kita berjumpa dengan Chromebook yang dimaksudkan untuk keperluan gaming. Namun itulah kesan yang didapat usai melihat perangkat bernama Asus Chromebook Flip CM5 berikut ini, terutama berkat aksen warna yang mencolok pada tombol WASD-nya.
Oke, bukan gaming dalam makna yang sesungguhnya memang, melainkan cloud gaming. Meski begitu, Asus tetap merasa perlu menjejalkan spesifikasi yang lebih mumpuni ketimbang Chromebook pada umumnya; utamanya prosesor AMD Ryzen 3 3250 C (dual-core), atau Ryzen 5 3500C (quad-core), masing-masing dengan GPU Radeon terintegrasi.
Melengkapi spesifikasinya adalah pilihan kapasitas RAM DDR 4 GB, 8 GB, atau 16 GB, serta pilihan storage internal eMMC 64 GB, atau SSD NVMe 128 GB maupun 256 GB. Semua itu jelas terkesan cupu di kategori laptop gaming, tapi setidaknya ia mampu menyuguhkan pengalaman yang baik bagi para pelanggan Google Stadia ataupun Nvidia GeForce Now — tentu saja dengan catatan koneksi internetnya cepat sekaligus stabil.
Guna semakin memaksimalkan pengalaman bermainnya, Asus tidak lupa membekali perangkat dengan Wi-Fi 6 beserta teknologi Wi-Fi stabilizer, plus sistem audio bersertifikasi Harman Kardon. Asus bahkan telah melapisi bagian palm rest-nya dengan lapisan yang lembut agar perangkat bisa tetap terasa nyaman dalam durasi penggunaan yang cukup lama.
Sesuai namanya, Chromebook Flip CM5 mengemas layar sentuh dengan engsel yang dapat berputar 360°, sehingga perangkat dapat digunakan dalam beragam posisi yang berbeda. Dalam mode laptop standar, bagian atas keyboard-nya akan sedikit terangkat agar bisa lebih nyaman dipakai mengetik, sekaligus memberikan ruang ekstra di bawah laptop untuk meningkatkan sirkulasi udara sekaligus kualitas audio.
Terkait jenis panel layarnya, Chromebook Flip CM5 menggunakan panel IPS-level dengan ukuran 15,6 inci dan resolusi FHD (1080p). Semuanya dikemas dalam sasis aluminium setebal 1,85 cm dan seberat 1,95 kg. Baterainya tercatat memiliki kapasitas 57 Wh, dan konektivitasnya mencakup sepasang port USB 3.2 Gen 2 Type-C, satu port USB 3.2 Gen 2 Type-A, port HDMI 1.4, dan slot kartu microSD.
Asus Chromebook Flip CM5 saat ini sudah dijual dengan banderol mulai $500 di Amerika Serikat. Sayang sejauh ini belum ada informasi terkait ketersediaannya di Indonesia.
Setelah hampir sepuluh tahun berdagang laptop dan sepenuhnya memercayakan pada prosesor Intel, Razer memutuskan untuk melakukan sesuatu yang agak berbeda dari biasanya, yakni merilis laptop dengan prosesor bikinan AMD. Laptop yang dimaksud adalah Blade 14, versi baru yang pertama setelah sekitar tiga tahun vakum.
Tidak main-main, prosesor yang dipilih adalah Ryzen 9 5900HX (8-core, 16-thread), salah satu yang terkencang yang AMD tawarkan saat ini. Konsumen bebas memilih menandemkan prosesor tersebut dengan GPU Nvidia GeForce RTX 3060, RTX 3070, atau RTX 3080. Melengkapi spesifikasinya adalah RAM 16 GB, SSD NVMe sebesar 1 TB, dan baterai berkapasitas 61,6 Wh.
Untuk layarnya, konsumen punya opsi antara FHD 144 Hz dan QHD 165 Hz. Keduanya sama-sama merupakan panel IPS, dengan 100% coverage spektrum warna SRGB pada varian FHD, dan 100% DCI-P3 pada varian QHD. Kedua varian layar juga sama-sama dilengkapi dengan dukungan teknologi AMD FreeSync Premium.
Semua itu dikemas dalam sasis aluminium yang amat ringkas, persisnya yang memiliki dimensi 32 cm x 22 cm x 1,67 cm. Razer mengklaimnya sebagai laptop gaming 14 inci paling kecil yang ada di pasaran saat ini. Lalu supaya performanya tetap optimal, Razer tidak lupa membekalinya dengan sistem pendingin yang efektif, yang mencakup dua kipas dengan bilah-bilah yang amat tipis (0.1 mm) sekaligus banyak (88 bilah per kipas).
Perihal konektivitas, Blade 14 hadir membawa sepasang port USB 3.2 Gen 2 Type-C, sepasang port USB 3.2 Gen 2 Type A, port HDMI 2.1, dan jack 3,5 mm. Mengapit keyboard-nya adalah speaker yang dapat di-tune menggunakan software THX Spatial Audio. Tentu saja semuanya tidak akan lengkap tanpa pencahayaan RGB untuk tiap-tiap tuts keyboard-nya.
Di Amerika Serikat, Razer Blade 14 saat ini telah dipasarkan dengan harga mulai $1.800 untuk varian FHD dengan GPU RTX 3060, sampai $2.800 untuk varian QHD dengan GPU RTX 3080. Kehadirannya tentu semakin melengkapi portofolio laptop Razer, yang sejauh ini terdiri dari Blade Stealth 13, Blade 15, Blade Pro 17, serta Razer Book.
Huawei telah mengumumkan MateBook 16, laptop premium 16 inci ini menawarkan keseimbangan antara power dan portabilitas. Perangkat ini ditenagai prosesor AMD Ryzen 5000 H-Series, namun bobotnya di bawah 2kg meski bodinya hampir seluruhnya logam.
MateBook 16 ini tersedia dalam dua varian, mulai dari versi prosesor AMD Ryzen 5 5600H dengan konfigurasi 6 core dan 12 thread. Satu lagi menggunakan AMD Ryzen 7 5800H dengan konfigurasi 8 core dan 16 thread.
Kedua prosesor tersebut dibangun di atas arsitektur terbaru AMD 7nm ‘Zen 3’ yang ditujukan untuk para content creator dan antusias gamer. Dengan thermal design power (TDP) 45W dan tersedia mode performance 54W yang dapat diaktifkan dengan menekan tombol kombinasi Fn + P.
Untuk menjaga APU tetap dingin bahkan dalam mode performance atau TDP tinggi, Huawei menerapkan solusi dual fan. Setup ini terdiri dua heat pipe 2mm yang mengarah ke heat sink dengan desain ‘shark fin‘ dan dihembus oleh dua kipas berukuran 75mm.
Huawei tidak menyediakan opsi untuk GPU eksternal, namun integrated graphics AMD Radeon sudah cukup powerful untuk menangani keperluan pembuatan konten dan kegiatan kerja sehari-hari. Kedua varian didukung RAM 16GB DDR4 dual channel dan storage SSD NVMe PCIe berkapasitas 512GB.
Layar menjadi aspek unggulan yang ditawarkan oleh MateBook 16, membentang 16 inci menggunakan panel IPS beresolusi tinggi 2.520×1.680 piksel. Dengan aspek rasio kekinian 3:2 yang diyakini lebih ideal untuk bekerja, baik browsing, edit dokumen maupun foto video karena mampu menampilkan konten vertikal lebih banyak.
Bagi para content creator yang mementingkan akurasi warna, layar MateBook 16 juga sudah mendukung HDR (8 bit + FRC) yang menawarkan cakupan 100% pada color space sRGB dengan kalibrasi warna deltaE kurang dari 1. Rasio kontrasnya 1.500:1, mendukung flicker-free DC dimming, namun tingkat kecerahannya sebatas 300 nits.
Desain keyboard-nya sangat minimalis, diapit oleh speaker stereo, memiliki touchpad kaca yang luas, dan tombol power yang terintegrasi sensor sidik jari di pojok kanan atas. Kelengkapan konektivitasnya cukup lengkap, termasuk dua port USB-C, dua port USB-A 3.2 Gen 1, HDMI full size, dan headphone jack 3.5 mm.
Pengisian dayanya dilakukan melalui port USB-C dan dalam paket penjualannya disematkan adapter pengisian daya cepat 135W yang mendukung teknologi SuperCharge untuk mengisi daya smartphone Huawei. Kapasitas baterainya 84WHr yang dapat memutar video 1080p+ selama 12 setengah jam.
Saat ini, laptop terbaru Huawei MateBook 16 baru tersedia di China, mengingat Huawei Indonesia cukup rajin merilis laptop, semoga saja MateBook 16 bakal masuk ke Tanah Air secepatnya. Harganya mulai dari CNY 6.300 atau sekitar Rp14 jutaan untuk konfigurasi dasar dengan AMD Ryzen 5 5600H dan CNY 6.800 atau sekitar Rp15,1 jutaan untuk versi AMD Ryzen 7 5800H.
Laptop gaming dengan prosesor AMD terus menjadi sorotan dalam setahun terakhir ini. Perpaduan yang seimbang antara performa gaming yang mumpuni dan konsumsi daya yang efisien membuat banyak produsen laptop terpincut, tidak terkecuali Alienware.
Sub-brand Dell khusus ranah gaming itu baru saja meluncurkan Alienware m15 Ryzen Edition R5, laptop terbarunya yang ditenagai oleh prosesor Ryzen 5000 Series versi mobile. Menariknya, terakhir kali Alienware menggunakan prosesor besutan AMD pada laptop-nya adalah di tahun 2007, jadi tidak heran apabila Alienware benar-benar menekankan penggunaan prosesor Ryzen di sini.
Laptop ini bisa dikonfigurasikan baik dengan prosesor Ryzen 7 5800H maupun Ryzen 9 5900HX, sedangkan pilihan GPU yang bisa ditandemkan mencakup Nvidia GeForce RTX 3060 atau RTX 3070. RAM yang ditanamkan adalah tipe DDR4 3200 MHz, dan yang sangat menarik, ada slot ekstra sehingga pengguna dapat dengan mudah menambah kapasitasnya jika diperlukan.
Bukan cuma itu, m15 R5 turut mengemas slot M.2 ekstra sehingga pengguna juga bisa meningkatkan kapasitas penyimpanannya pasca pembelian. Baterainya sendiri tidak berubah jika dibandingkan iterasi-iterasi sebelumnya, masih dengan kapasitas total sebesar 86 Wh — namun bisa dipastikan lebih awet berkat penggunaan prosesor yang efisien.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap daya tahan baterainya tentu adalah resolusi layar. Bagi yang menginginkan daya tahan terbaik, mereka bisa memilih varian dengan panel 1080p 165 Hz. Buat yang mementingkan kualitas gambar terbaik, ada opsi layar 1440p 240 Hz, lengkap dengan dukungan G-Sync. Terakhir, buat para gamer yang super-kompetitif, mereka bisa memilih panel 1080p 360 Hz. Semuanya dengan bentang diagonal 15,6 inci.
Dibandingkan pendahulunya, bodi m15 R5 rupanya sedikit lebih tebal dan lebih berat. Tebalnya mencapai 22,85 mm di bagian belakang, dan beratnya berada di kisaran 2,42 kg sampai 2,69 kg, tergantung konfigurasi yang dipilih. Kabar baiknya, port konektivitas yang tersedia cukup melimpah.
Total ada tiga port USB-A, satu port USB-C, satu port HDMI 2.1, dan satu port Ethernet pada m15 R5. Berhubung yang dipakai bukan prosesor Intel, otomatis tidak ada port Thunderbolt. Seperti sebelumnya, keyboard laptop ini juga dapat dikonfigurasikan dengan mechanical switch Cherry MX Ultra Low Profile.
Di Amerika Serikat, Alienware m15 Ryzen Edition R5 kabarnya akan dijual dengan harga paling murah mulai $1.794 pada tanggal 20 April mendatang. Kalau itu terlalu mahal, Dell masih punya laptop gaming lain yang tidak kalah menarik.
Dell G15 Ryzen Edition
Dibandingkan sepupunya tadi, Dell G15 Ryzen Edition ini jauh lebih terjangkau dengan banderol mulai $900 pada konfigurasi terendahnya. Konfigurasi yang paling murah itu mencakup prosesor Ryzen 5 5600H, GPU RTX 3060, RAM DDR4 3.200 MHz berkapasitas 8 GB, dan SSD NVMe M.2 sebesar 256 GB.
Kalau ada budget lebih, konsumen bisa memilih varian yang ditenagai prosesor Ryzen 7 5800H. Varian ini juga hadir bersama baterai berkapasitas lebih besar; 86 Wh dibanding 56 Wh yang terdapat pada varian paling murah tadi.
Untuk layarnya, G15 mengemas panel 15,6 inci dengan resolusi 1080p 120 Hz. Opsi lain yang dapat dipilih konsumen mencakup 1080p 165 Hz, dan ke depannya dipastikan juga bakal ada opsi layar 1080p 360 Hz.
Yang menarik dari laptop ini bukan cuma spesifikasi dan harganya saja, melainkan juga desainnya. Seperti yang bisa kita lihat, bentuk engselnya di belakang tampak terinspirasi laptop–laptop terbaru Alienware. Bukan hanya itu, bahkan desain sistem pendinginnya pun juga diklaim banyak terinspirasi oleh rancangan Alienware.
Terkait dimensinya, G15 tercatat memiliki ketebalan 27,94 mm, akan tetapi sayangnya tidak ada informasi mengenai bobotnya. Penjualannya dikabarkan bakal berlangsung mulai 4 Mei. Alternatifnya, Dell juga akan segera memasarkan versi lain G15 yang ditenagai oleh prosesor Intel generasi ke-10 dengan harga start yang sama persis.
Ada banyak pilihan laptop gaming di pasaran sana, terutama pada range harga Rp10 hingga Rp15 juta. Tetapi kebanyakan laptop yang ditawarkan pada range harga tersebut adalah laptop dengan GPU Nvidia yang dikombinasikan dengan CPU Intel ataupun AMD.
Pada kesempatan kali ini saya mendapatkan untuk melakukan review terhadap satu unit laptop MSI Bravo 15 yang bisa saya bilang cukup unik. Kenapa unik? Salah satunya adalah karena laptop ini menggunakan GPU Radeon FX5500 yang terbilang cukup jarang ditemukan pada laptop gaming kisaran harga tersebut. Dikombinasikan dengan Ryzen 7 4800H, bagaimana performa GPU besutan AMD tersebut? Mari kita simak ulasan berikut ini.
Desain, Harga, dan Unsur Produktivitas MSI Bravo 15 Series
Mengutip dari MSI Official Store, laptop tersebut dibanderol dengan harga Rp14.999.000. Dengan harga tersebut, apa saja yang ditawarkan oleh MSI Bravo 15 A4DDR?
Kita bisa melihat bagaimana MSI masih mempertahankan rancangan khas laptop gaming kelas mid-range, dari kulit luarnya. Kombinasi warna hitam dengan merah masih dipertahankan pada MSI Bravo 15 ini. Sebagian besar body laptop berbahan brushed alumunium berwarna hitam.
Sementara itu warna merah bisa Anda dapatkan dari backlight LED Keyboard yang hanya memiliki satu warna saja. Ya, ketidakhadiran RGB ataupun kustomisasi warna LED backlight terbilang jadi salah satu kekurangan laptop ini. Namun saya rasa hal tersebut cukup adil mengingat harga yang ditawarkan. Apalagi hitam-merah terbilang sebagai salah satu kombinasi warna yang berpadu dengan baik dan sedap dipandang.
Keseluruhan body laptop terasa sangat solid karena bahan brushedalumunium. Dari semua bagian, LCD hinge terbilang jadi satu-satunya bagian yang kurang solid di laptop ini. LCD hinge masih kurang solid karena bergoyang apabila terkena guncangan ataupun ketika kita memindah-mindahkan posisi laptop. Dengan warna hitam pada keseluruhan body, salah satu perbedaan terbesar dari laptop ini mungkin adalah logo yang ada di bagian body belakang laptop. Bravo series tidak menggunakan lambang naga khas dari MSI. Laptop ini menggunakan logo thunderbird berwarna perak yang memberikan kesan gagah berani nan bijaksana.
Dari unsur penunjang produktivitas, MSI Bravo 15 memberikan keyboard chiclet keyboard yang solid dan mantap digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan produktivitas. Saya mengetik artikel ini dengan menggunakan keyboard laptop tersebut dan saya merasa nyaman dengan sensasi yang diberikan. Ukuran tuts tombol juga besar-besar yang dilengkapi dengan full-size arrow key walau tanpa kehadiran numpad.
Namun entah kenapa saya merasa kurang nyaman menggunakan keyboard ini untuk gaming. Mungkin karena saya sudah terlalu terbiasa menggunakan keyboard mechanical yang punya tingkat kedalaman penekanan tuts lebih jauh. Karena itu, bermain dengan keyboard chiclet MSI Bravo 15 rasanya… Mirip seperti menekan haptic button yang ada pada iPhone generasi lama. Saya tahu referensi saya mungkin agak sulit dibayangkan. Intinya adalah, tingkat kedalaman penekanan tuts yang lebih pendek serta tingkat kekerasan penekanan tombol yang cukup terasa membuat keyboard ini jadi kurang nikmat ketika digunakan untuk bermain game.
Dari sisi I/O ports, jumlah USB ports mungkin terbilang minim apabila Anda adalah golongan konvensional yang lebih suka colokan USB type A. Berada di sisi kanan laptop, MSI Bravo 15 hanya menyediakan dua buah Type-A USB3.2 Gen1. Sebagai tambahan, ada 2 colokan Type-C USB3.2 Gen1. Selain ports USB, ada juga Mic-in/Headphone-out Combo Jack 3.5mm dan colokan RJ45 untuk konektivitas internet dengan kabel. Sementara di sisi kiri ada colokan HDMI yang dapat digunakan hingga resolusi 4K dengan refresh-rate 30Hz.
Terakhir dari sisi layar, MSI Bravo 15 memiliki layar dengan bentangan sebesar 15.6″ IPS Level, resolusi FHD 1080p, 144Hz refresh-rate, dan sudah mendukung teknologi AMD FreeSync.
Salah satu kekurangan dari layar ini adalah tingkat kecerahannya. Ulasan teknis dari NotebookCheck.net menemukan bahwa tingkat kecerahan layar 144Hz MSI Bravo 15 adalah sekitar 300 nits lebih. Angka tersebut terbilang sedikit lebih tinggi dari rata-rata. Walau begitu saya merasa laptop ini cukup kesulitan memenangkan pertarungan dengan cerahnya cahaya matahari walau dengan pengaturan tingkat kecerahan tertinggi sekalipun. Namun, saya merasa tingkat kecerahan sudah lebih di atas rata-rata apabila digunakan dalam kondisi indoor. Dengan tingkat kecerahan tertinggi, yaa… Kecerahannya cukup untuk membuat saya berlinang air mata saat terkena flash dari Phoenix di game VALORANT.
Gaming Experience dan Hasil Benchmark
Dari segi gaming experience, saya merasa kombinasi Ryzen 7 4800H dan Radeon RX 5500M terbilang sudah cukup memenuhi kebutuhan dari segi gaming. Seberapa cukup? Bayangan saya sih cukup untuk gamers tingkat menengah yang hobi memainkan game-game Free to Play seperti Dota 2 ataupun VALORANT.
Tapi jangan banyak berharap pada laptop ini apabila Anda adalah golongan PC Master Race, pecinta game AAA, atau golongan mending-mending. Karena posisi laptop ini yang terbilang kelas menengah, jadi cukup wajar kalau MSI Bravo 15 bisa menjalankan game AAA dengan secukupnya saja.
Untuk gaming experience, saya membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama adalah game-game F2P dengan Dota 2 dan VALORANT sebagai sampel. Bagian kedua adalah game berbayar dengan Assassin’s Creed: Odyssey dan World of Warcraft: Shadowlands sebagai sampel.
Dengan spesifikasi yang diberikan, MSI Bravo 15 terbilang sudah sangat mumpuni untuk menjalankan Dota 2 dan VALORANT. Seberapa mumpuni? Mumpuni untuk mencapai 100 fps ++ dengan pengaturan grafis tertinggi sekalipun. Catatan fps yang saya dapatkan setelah melakukan testplay dapat Anda lihat pada grafik di bawah ini.
Seperti yang Anda lihat, baik Dota 2 ataupun VALORANT bisa mendapat max fps hingga 112 dan 191 fps. Walau memang turunnya fps terbilang cukup jauh dengan catatan min fps hingga 60 fps untuk Dota 2 dan 53 untuk VALORANT. Namun jika berdasarkan pengalaman bermain, saya hampir merasa tidak terganggu dengan fps drop yang ada. Mungkin karena angka drop masih cukup bisa ditoleransi yaitu di sekitaran 60 fps.
Untuk gaming AAA saya hanya melakukan testplay pada World of Warcraft: Shadowlands saja. Saya mencatat dua skenario testplay pada Shadowlands, yaitu skenario berjalan-jalan dan melakukan quest di open world dan skenario PvP Arena Battleground 10 vs 10. Keduanya saya lakukan dengan menggunakan pengaturan rata kanan atau tepatnya preset grafis tingkat 10. Catatan fps yang saya dapatkan setelah testplay dapat Anda lihat pada grafik di bawah ini.
Angka drop fps di Shadowlands memang cukup jauh, yaitu 29 fps dalam skenario open world dan 41 fps pada skenario Arena. Walaupun fps-nya drop, MSI Bravo 15 tetap menjalakan game dengan sangat mulus tanpa ada stutter. Karena hal tersebut, fps drop yang dialami hampir tidak terasa parah di mata saya… Yaa masih tolerable.
Fps drop pun sebenarnya terjadi pada momen-momen khas game MMORPG. Untuk skenario open world, fps drop terjadi di kota utama yang ramai oleh pemain dengan segala dekorasi karakter/mount yang mereka miliki. Lalu pada skenario Arena 10 vs 10, fps drop juga terjadi pada kondisi yang wajar yaitu ketika semua pemain saling beradu dan mengeluarkan segala skill yang mereka miliki. Tapi lagi-lagi, karena tidak ada stutte, fps drop pun jadi tidak mengurangi tingkat kelancaran game pada pengalaman bermain saya.
Untuk Assassin’s Creed Odyssey, saya menggunakan in-game benchmark saja. Catatan hasil benchmark-nya bisa Anda lihat sendiri pada grafis serta data detail yang disajikan oleh game itu sendiri.
Seperti tadi saya bilang, posisi MSI Bravo 15 yang tergolong kelas menengah membuat saya tidak bisa berharap terlalu banyak jika bicara gaming AAA. Anda bisa lihat sendiri dari catatan fps yang didapatkan. Dengan preset grafis ultra, MSI Bravo 15 hanya bisa mencatatkan 33 avg fps . Memang dia bisa berjalan hingga 54 max fps, tapi hal tersebut hanya terjadi pada kondisi yang kurang lazim seperti menatap langit ketika di dalam game. Sementara itu drop fps juga terbilang cukup jomplang, sampai mencatatkan 10 min fps.
Jadi bisa dibilang bahwa laptop ini hanya cukup sekadar bisa main saja jika Anda gunakan untuk main game AAA. Cukup bagi siapa? Bagi saya yang gamer kere-hore sih cukup. Tapi buat yang terbiasa dengan desktop gaming kelas menengah ke atas mungkin akan geram dan gemas bermain game AAA jika performanya seperti itu.
Lalu bagaimana jika bicara dari segi teknis? Berikut rentetan tangkapan gambar hasil benchmark saya menggunakan tiga software yaitu Cinebench R15, 3D Mark, dan PC Mark 10.
Dari catatan yang didapatkan di atas, poin yang bisa saya jelaskan mungkin adalah dari sisi perbandingan resmi skor 3D Mark dan PC Mark 10. Seperti kita lihat dengan 4599 poin pada 3D Mark Time Spy dan 11.465 poin pada 3D Mark Fire Strike, MSI Bravo 15 terbilang masih kalah dengan gaminglaptop 2020 menurut situs resmi 3D Mark.
Gaming laptop yang dimaksud sendiri adalah laptop dengan prosesor Intel i7 generasi 9 dan GeForce RTX 2060. Walaupun kalah, tapi yang menurut saya perlu jadi sorotan adalah angkanya yang terpaut tidak terlalu jauh. Padahal, laptop yang jadi bandingan 3D Mark sendiri dibanderol dengan harga Rp20 juta++ di Indonesia. Jadi bisa dikatakan bahwa dengan harga yang cukup terjangkau, MSI Bravo 15 bisa memberikan performa yang mumpuni bahkan hampir bersaing dengan laptop yang punya harga jauh lebih tinggi.
Catatan Suhu Tinggi tanda Performa Thermal yang Mengkhawatikan?
Dengan segala performa tersebut, sayangnya ada sedikit masalah pada performa thermal MSI Bravo 15. Performa thermal jadi agak mengkhawatirkan karena suhu CPU laptop yang sempat menyentuh angka 100 derajat celsius lebih pada beberapa keadaan.
Saya mencatatkan performa thermal secara berbarengan saat melakukan testplay pada game-game yang saya sebutkan di atas. Lebih lanjutnya, Anda bisa lihat hasil performa thermal MSI Bravo 15 dari catatan saya di bawah ini.
Seperti yang bisa Anda lihat, MSI Bravo 15 selalu menyentuh suhu CPU di atas 100 derajat celsius di sesi testplay yang saya lakukan. Namun demikian, catatan tersebut mungkin hanya terjadi satu atau dua kali saja. Sisanya, laptop berjalan dengan suhu yang lumayan stabil di kisaran 80-90 derajat. Yaaa… 80-90 derajat sih tidak sebegitu mengagumkan, tapi setidaknya tidak stabil di angka 100 derajat.
Berdasarkan pengalaman saya, suhu panasnya memang tidak mengganggu area keyboard yang biasanya digunakan untuk gaming (WASD dan sekitarnya). Tapi jika Anda menggeser tangan Anda ke atas tombol F1-F12, Anda bisa merasakan panas yang lumayan terasa tajam di sisi kiri atas laptop.
Padahal bila kita melihat struktur body laptop ini, saya merasa desain thermal MSI Bravo 15 terlihat sudah cukup baik setidaknya dari perancangan body luar. Bagian bawah laptop memiliki rongga ventilasi yang banyak dan besar-besar. Dari sana, Anda juga bisa melihat rancangan heat pipes yang sepertinya memang terkonsentrasi di bagian tengah laptop. Lebih lanjut, Anda bisa lihat gambar yang saya ambil di bawah ini.
Jadi mungkin saja fps drop yang dihasilkan terjadi karena performa thermal tersebut. Walaupun begitu, performa gaming MSI Bravo 15 terbilang tidak turun drastis walau digunakan untuk sesi gaming yang panjang sekalipun. Selain itu suara kipas juga terbilang cukup bising walau memang suaranya tidak sampai menembus gendang telinga apabila Anda sedang menggunakan headset saat bermain game.
Kesimpulan
Dengan banderol harga Rp14.999.000 saya merasa MSI Bravo 15 telah memberikan perbandingan price-to-performance yang maksimal. Anda mungkin akan dipaksa menerima kompromi-kompromi tertentu apabila Anda membayar sejumlah angka yang sama untuk laptop gaming merk lainnya.
Dari segi performa, saya terbilang puas dengan duet CPU dan GPU dari AMD di laptop MSI Bravo 15 ini. Walau mencatatkan penurunan fps cukup jauh, namun saya merasa pengalaman bermain game berjalan dengan sangat mulus tanpa ada sedikitpun stutter.
Terakhir, satu-satunya kekurangan laptop ini mungkin hanya ada dari segi performa thermal. Dengan panas yang cukup terasa tersebut, saya tidak tahu apakah usia laptop bisa bertahan lama apabila terus-terusan digeber bermain game dalam durasi yang panjang. Karena hal tersebut, mungkin Anda jadi harus rajin membersihkan debu-debu di sekitar fan laptop serta mengganti thermalpaste secara berkala agar performa laptop bisa terus bertahan seperti apayang Anda inginkan.
Pasar laptop belakangan ini dibanjiri oleh produk-produk yang ditenagai prosesor AMD Ryzen Mobile 4000 Series. Dalam waktu dekat, sepertinya tren yang serupa juga akan merambah segmen mini PC. Salah satu pelopornya adalah Asus, yang baru saja meluncurkan mini PC seri PN50 berbekal prosesor Ryzen Mobile 4000 Series.
Secara fisik, perangkat ini kelihatan sangat identik dengan seri PN60 yang mengusung prosesor Intel ber-TDP 15 W. Dimensinya sangat mungil di angka 115 x 115 x 49 mm, dan bobotnya hanya berkisar 0,7 kg. Saking kecilnya, perangkat ini datang bersama VESA mount kit sehingga bisa dipasangkan ke belakang monitor.
Namun seperti yang sudah disebutkan, jeroan PN50 mengandalkan platform besutan AMD, spesifiknya lini Ryzen 4000 U-Series yang mengemas GPU terintegrasi. Total ada empat varian PN50 yang bakal ditawarkan, masing-masing dengan rincian prosesor sebagai berikut:
Core/Thread
Clock Speed (Base/Boost)
Cache
GPU
GPU Clock Speed
Ryzen 7 4800U
8/16
1,8 GHz / 4,2 GHz
12 MB
Vega 8
1.750 MHz
Ryzen 7 4700U
8/8
2 GHz / 4,1 GHz
12 MB
Vega 7
1.600 MHz
Ryzen 5 4500U
6/6
2,3 GHz / 4 GHz
11 MB
Vega 6
1.500 MHz
Ryzen 3 4300U
4/4
2,7 GHz / 3,7 GHz
6 MB
Vega 5
1.400 MHz
Semua prosesor itu punya TDP cuma 15 W, wajar mengingat AMD merancangnya untuk dipakai di ultrabook. Namun meskipun TDP-nya sama seperti prosesor Intel yang dipakai di seri PN60, keempat prosesor Ryzen ini tentu punya kinerja grafis yang jauh lebih unggul, dan jika memilih varian termahalnya, performa multithreading-nya juga lebih superior berkat jumlah core dan thread yang lebih banyak.
Keempat prosesor itu bisa ditandemkan dengan RAM DDR4-3200 berkapasitas maksimum 64 GB, serta storage tipe SATA 2,5 inci dan M.2 2280 SATA/PCIe sekaligus. Terkait konektivitas, selain mengemas modul Wi-Fi 6 Intel AX200, Asus PN50 dilengkapi sederet port di sisi depan dan belakangnya. Pada bagian depan, ada port USB-C 3.2 Gen 2, port USB-A 3.2 Gen 1, 3-in-1 card reader, beserta jack audio.
Beralih ke belakang, PN50 mengemas port HDMI 2.0, port USB-C 3.2 Gen 2, port Gigabit Ethernet, sepasang port USB-A 3.2 Gen 1, dan satu port tambahan yang bakal berbeda di setiap kawasan (pilihannya antara DisplayPort 1.4, COM, VGA, atau LAN). Secara total, Asus PN50 bisa disambungkan ke satu layar 8K 60 Hz, atau empat layar 4K 60 Hz via port HDMI, DisplayPort, dan sepasang port USB-C.
Belum diketahui kapan perangkat ini akan Asus bawa ke Indonesia dan berapa harganya. Di Inggris, Asus PN50 dibanderol paling murah £275 (Ryzen 3 4300U), sedangkan yang paling mahal dijual seharga £500 (Ryzen 7 4800U). Perlu dicatat, harga itu belum termasuk RAM dan storage sama sekali.
Pada bulan Juni lalu, Lenovo meluncurkan laptop gamingLegion 5i di Indonesia, bersama dengan IdeaPad 3i. Tambahan ‘i’ menandakan bahwa perangkat tersebut ditenagai oleh prosesor Intel Core generasi ke-10. Namun, Lenovo juga menyediakan versi yang diotaki oleh AMD Ryzen 4000 series.
Sebelumnya saya telah mengulas Lenovo IdeaPad Gaming 3i dengan prosesor Intel Core i7-10750H, kali ini saya kedatangan Lenovo Legion 5 dengan AMD Ryzen 5 4600H. Bila Anda ingin tahu kemampuan Lenovo Legion 5 untuk bermain game, sudah dibahas cukup lengkap pada artikel review Lenovo Legion 5 di Hybrid.co.id. Di sini saya akan mengupas bukan dari perspektif seorang gamer, melainkan sebagai content creator.
Saya pikir bukan rahasia lagi, kalau laptop dengan titel ‘gaming‘ juga menjadi pilihan utama bagi para content creator sebagai mesin pembuat konten. Aktivitas kreatif seperti editing foto maupun video, desain grafis, dan lainnya, juga menuntunt kekuatan CPU dan GPU yang tinggi. Langsung saja, berikut review Lenovo Legion 5 selengkapnya.
Desain
Bila dibandingkan dengan IdeaPad Gaming 3i yang belum lama ini saya review, secara estetika desain Legion 5 terlihat lebih berkelas. Maklum posisi Legion 5 memang berada di kelas menengah, bukan entry-level. Unit yang saya tes berwarna hitam keabu-abuan dengan finishing matte. Lenovo menyebutnya Phantom Black dan memberikan kesan profesional.
Sebagian besar kontruksi tubuhnya terbuat dari material plastik dan build quality-nya cukup solid. Kerangka bentuknya minimalis dan terkesan low profile, tak seperti kebanyakan laptop gaming yang tampil garang dan mencolok dengan pernak-pernik lampu RGB.
Di bagian depan ditemukan tulisan Lenovo kecil yang dibingkai persegi panjang dengan motif silver di pojok kiri atas. Serta, tulisan Legion yang khas berukuran sedikit lebih besar di pojok kanan bawah dengan efek khusus saat terkena pantulan cahaya atau dilihat pada sudut-sudut tertentu.
Untuk atribut konektivitasnya, di sebelah kanan terdapat port USB Type-A 3.1 Gen 1, tombol Novo, dan led indikator daya. Sementara, di sisi kiri hanya terdapat port USB Type-A 3.1 Gen 1 yang alwasy on dan port headphone. Mereka diapit oleh lubang ventilasi udara di ujung kanan dan kirinya.
Sisanya Lenovo menempatkannya di bagian belakang. Meliputi port RJ45ethernet, USB Type-C 3.1 yang mendukung display port, dua USB Type-A 3.1 Gen 1, HDMI, power input, dan slot Kensington lock. Lalu, untuk konektivitas nirkabelnya mendukung WiFi 6 802.11AX (2×2) dan Bluetooth 5.
Keyboard
Sebagai laptop gaming, keyboard memiliki peranan penting dalam menyuguhkan pengalaman gaming yang memuaskan. Lenovo pun membawa keyboard yang disebut Legion TrueStrike berukuran penuh dengan number pad dan punya tombol panah cukup besar yang letaknya agak menjorok ke bawah sehingga mudah digunakan.
Keyboard Legion TrueStrike ini memiliki desain soft landing dengan jarak antar tombol 1,5mm dan tiap tombolnya dilapisi anti-oil coating. Saat jemari menekannya, terasa mantap tapi tidak kaku dan punya sensasi taktil yang responsif terhadap tekanan jari.
Selain itu, keyboard juga telah mengemas fitur anti ghosting 100% dan N-Key Rollover (NKRO). Kedua fitur ini memastikan kontrol yang membutuhkan kombinasi beberapa tombol dapat berfungsi dengan baik sebagai input.
Bagi content creator, fitur tersebut juga dapat mendukung pekerjaan. Sebab kita dapat mempercepat waktu mengedit dengan memanfaatkan shortcut menggunakan kombinasi tombol tertentu. Berkat ukuran tiap tombol yang cukup besar, aktivitas mengetik cepat juga dapat dilakukan dengan nyaman.
Tak ketinggalan keyboard Legion 5 hanya dilengkapi dengan lampu backlight berwarna putih, meski tersedia juga opsi dengan RGB 4-zone. Di atas keyboard ditemukan tombol power dengan indikator LED yang berubah warna sesuai thermal mode yang dipilih.
Lenovo menyediakan Q-Control yang memungkinkan pengguna untuk beralih ke thermal mode, caranya dengan menekan kombinasi tombol Fn+Q. Mode performance berwarna merah, balance dengan warna putih, dan juga quiet warna biru. Lalu, touchpad-nya sudah didukung dengan Windows Precision Driver.
Layar
Lenovo Legion 5 mengusung layar yang cukup lapang yakni 15,6 inci ditopang resolusi Full HD (1920×1080 piksel). Ukuran yang tidak terlalu besar tapi juga tidak kecil, sudah cukup ideal untuk bermain game dengan nyaman dan juga enak buat editing video.
Di sisi lain, kita harus sedikit kompromi dengan dimensi dan beratnya. Legion 5 masih sangat memungkinkan untuk dibawa bepergian, tapi sesekali. Engsel layarnya yang bisa dibuka hingga 180 derajat yang mungkin sewaktu-waktu bisa berguna saat berkolaborasi dan bingkai layarnya ralatif cukup tipis.
Unit yang saya review menggunakan panel IPS dengan refresh rate 120Hz dan mendukung 45% NTSC. Di bagian atas layar terdapat webcam dengan notch dan dilengkapi dengan fitur TrueBlock privacy shutter untuk melindungi privasi pengguna. Notch ini membantu kita membuka layar dengan satu tangan.
Saya pribadi cukup puas dengan visual yang disajikan dan sebagai laptop gaming saya juga tidak berharap layar Legion 5 memiliki rasio kontras asli dan rasio kontras dinamis yang tinggi. Jelas untuk produksi konten yang lebih serius kita akan membutuhkan monitor eksternal.
Keluhan saya adalah tingkat kecerahan layarnya maksimum hanya 250 nits. Hal ini membuat aktivitas bermain game dan bekerja di luar ruangan yang cerah bakal kurang nyaman.
Hardware & Performa
Unit review Lenovo Legion 5 yang saya tes ditenagai oleh prosesor mobile AMD Ryzen 4000 H-series atau seri performa. Tepatnya menggunakan AMD Ryzen 5 4600H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 4GB GDDR6. Spesifikasi menurut CPU-Z dan GPU-Z sebagai berikut:
Sekedar informasi, prosesor AMD generasi terbaru ini diproduksi menggunakan metode fabrikasi 7nm dan yang digunakan pada Legion 5 memiliki konfigurasi 6 core dan 12 thread. Didukung RAM DDR4-3200 (1600 MHz) 16GB dengan konfigurasi dual-channel (2x 8GB) dan penyimpanan PCIe SSD 512GB.
Berdasarkan hasil benchmark, kombinasi tersebut ternyata kurang lebih sama kencangnya dengan IdeaPad Gaming 3i yang sebelumnya saya review. Dengan prosesor Intel Core Core i7-10750H dengan 6 core, 8 thread, NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6, dan RAM 16GB DDR4-3200 (1600 MHz).
Mari lihat hasil dari Cinebench R15 untuk mengukur kemampuan sistem dalam rendering gambar yang prinsipnya sama seperti software editing video Adobe Premiere Pro. Legion 5 meraih skor 1449 cb dan untuk CPU single-core 176 cb. Sebagai pembanding, IdeaPad Gaming 3i berhasil meraih 1.390 cb dan CPU single-core 210 cb. Angka ini memastikan, Legion 5 cukup memadai untuk keperluan olah video.
Selain itu, Legion 5 meraih skor multi-core 25.138 dan 4.984 untuk single-core pada software benchmark Geekbench 4. Sementara, untuk PCMark 10 Legion 5 mendapatkan skor sebesar 5.100. Jelas performa Legion 5 memang powerful untuk keperluan produktivitas. Bisa dibilang memenuhi kebutuhan desainer grafis, content creator, fotografer, dan editor video.
Bagaimana untuk urusan gaming? Melihat kombinasi hardware tersebut, maka game-game Esports bisa dijalankan dengan sangat baik. Tapi lain cerita untuk gaming AAA, karena konfigurasi AMD Ryzen R5-4600H dan GTX 1650Ti ini sebetulnya lebih dari sedang tetapi belum cukup.
Verdict
Seperti yang diharapkan, harga laptop gaming Lenovo Legion 5 versi AMD lebih murah daripada versi Intel. Totalnya ada tiga varian, pertama mengandalkan prosesor AMD Ryzen 5 4600H dengan GPU NVIDIA GeForce GTX 1650 4GB GDDR6 yang dibanderol Rp15.499.000.
Unit yang saya review merupakan varian kedua, dengan prosesor AMD Ryzen 5 4600H dan NVIDIA GeForce GTX 1650Ti 4GB GDDR6 yang dibanderol Rp16.499.000. Satu lagi varian tertinggi menggunakan AMD Ryzen 7-4800H dengan NVIDIA GeForce GTX 1660 Ti, ditambah refresh rate layar 144Hz yang dibanderol Rp18.499.000.
Harganya memang masih relatif cukup tinggi, mengingat para kompetitornya cukup berat, sebut saja ASUS TUF Gaming A15 FX506 dan HP Pavilion Gaming 15. Namun perlu dicatat, Lenovo memang menaikkan standar kapasitas RAM dari 8GB menjadi 16GB.
Menurut saya, Legion 5 versi AMD Ryzen 5-4600H dan GeForce GTX1650 Ti dengan harga Rp16,5 memang terbilang tanggung. Untuk penggunaan jangka panjang, saya lebih merekomendasikan menambah budget Rp2 juta untuk mendapatkan versi AMD Ryzen 7-4800H.
Sparks
Desain berkelas dan build quality cukup baik
Keyboard Legion TrueStrike berfitur anti ghosting 100% & NKRO
Prosesor AMD Ryzen 5 4600H yang powerful dengan RAM 16GB
Slacks
Kecerahan layar maksimum 250 nits
Harga relatif sedikit lebih mahal dibanding kompetitor
Lineup prosesor AMD sejauh ini mencakup tiga seri yang berbeda: Ryzen untuk konsumen umum, Ryzen Threadripper untuk enthusiast, streamer maupun konten kreator lainnya, dan EPYC untuk data center (server). Hari ini, AMD memperkenalkan seri baru Ryzen Threadripper Pro untuk kalangan enterprise yang membutuhkan workstation berperforma tinggi.
Threadripper Pro ditargetkan buat desainer profesional, arsitek, engineer, data scientist, dan profesi-profesi lainnya yang menuntut kinerja komputasi yang sangat tinggi. Dari kubu Intel, mereka punya sekitar 85 prosesor yang berbeda untuk target pasar ini. AMD di sisi lain cuma menawarkan empat model saja:
Core/Thread
Base Clock/Boost Clock
Total Cache (L2+L3)
Threadripper Pro 3995WX
64/128
2,7 GHz/4,2 GHz
288 MB
Threadripper Pro 3975WX
32/64
3,5 GHz/4,2 GHz
144 MB
Threadripper Pro 3955WX
16/32
3,9 GHz/4,3 GHz
72 MB
Threadripper Pro 3945WX
12/24
4,0 GHz/4,3 GHz
70 MB
Keempat prosesor tersebut sama-sama memiliki TDP sebesar 280 W, 128 PCIe 4.0 lane, dan dukungan memory ECC DDR4-3200MHz 8-channel dengan kapasitas maksimum hingga 2 TB. Sebagai perbandingan, lini prosesor AMD EPYC mendukung kapasitas RAM hingga sebesar 4 TB, akan tetapi clock speed-nya kalah jauh jika dibandingkan dengan Threadripper Pro.
Kalau dibandingkan dengan Threadripper biasa, Threadripper Pro unggul perihal dukungan memory; kapasitasnya lebih besar dengan channel yang lebih banyak, dan tipe memory ECC yang didukung pun lebih beragam (UDIMM, RDIMM, LRDIMM, 3DS RDIMM). Jumlah PCIe 4.0 lane-nya pun dua kali lebih banyak, dan tentu saja Threadripper Pro sudah disertai fitur-fitur enterprise–ready.
Lalu bagaimana jika dibandingkan dengan penawaran sekelas dari kubu Intel? Di sini AMD mencontohkan Threadripper Pro 3995WX dengan 64-core/128-thread yang mampu mencatatkan performa 27% lebih kencang ketimbang sepasang prosesor Intel Xeon Platinum 8280 (total 56-core/118-thread). Varian 12-core-nya pun juga mencatatkan kinerja 1/4 lebih gegas daripada Intel Xeon W-3235 dengan jumlah core dan thread yang sama persis.
Uniknya, ketimbang menawarkan langsung ke konsumen, AMD lebih memilih untuk bekerja sama dengan OEM. Sejauh ini baru Lenovo yang menawarkan workstation dengan Threadripper Pro, yaitu Lenovo ThinkStation P620.
Belum diketahui OEM mana lagi yang bakal meluncurkan workstation baru berbekal Threadripper Pro, namun saya kira beberapa juga akan menyusul, apalagi mengingat penawaran AMD ini jauh lebih simpel ketimbang yang digagaskan Intel.
Mendesain prosesor laptop itu lebih sulit ketimbang prosesor desktop. Alasannya sederhana; ruang fisik yang tersedia di balik sasis laptop tidak banyak, dan produsen seperti AMD atau Intel juga harus menyeimbangkan aspek performa dan efisiensi daya, meski keduanya sebenarnya bertolak belakang.
Itulah mengapa prosesor laptop umumnya dibagi lagi menjadi dua kategori: low-power dan high-power. Di kategori high-power, AMD baru saja memperkenalkan dua prosesor anyar, yaitu Ryzen 9 4900H dan 4900HS, dua model paling top dari seri Ryzen generasi keempat yang didedikasikan untuk laptop gaming.
Secara teknis, Ryzen 9 4900H dan 4900HS sama-sama mengemas 8-core dan 16-thread yang memanfaatkan arsitektur Zen 2. Perbedaannya cuma terdapat di clock speed dan TDP (thermal design power) masing-masing: 4900H dengan clock speed 3,3 GHz (base) – 4,4 GHz (boost) dan TDP 45 W, sedangkan 4900HS dengan clock speed 3 GHz (base) – 4,3 GHz (boost) dan TDP 35 W.
“S” pada 4900HS sebenarnya mengacu pada kata “Slim”, dan ini mengindikasikan kecocokannya terhadap laptop gaming berbodi tipis macam Asus ROG Zephyrus G14. Diumumkan pada event CES lalu, Zephyrus G14 memiliki dimensi yang tergolong ringkas untuk ukuran laptop gaming, dengan tebal 17,9 mm dan bobot sekitar 1,6 kg.
Pada kenyataannya, tidak sembarang laptop bisa menggunakan prosesor HS ini, sebab AMD sudah menetapkan kriteria-kriteria khusus, seperti misalnya tebal bodi di bawah 20 mm dan daya tahan baterai hingga 10 jam pemutaran video. Sejauh ini yang sudah memenuhi syarat adalah Zephyrus G14 itu tadi, dan di situ prosesornya akan ditandemkan dengan GPU GeForce RTX 2060 Max-Q.
Dibandingkan dengan Ryzen 7 4800H dan 4800HS, duo Ryzen 9 ini unggul dalam hal GPU terintegrasi. Selain lebih kencang – 1750 MHz dibandingkan 1600 MHz pada Ryzen 7 – jumlah compute unit-nya juga satu inti lebih banyak. GPU terintegrasi mungkin kurang begitu berarti dalam konteks laptop gaming (yang sebagian besar dibekali GPU terpisah), dan akan lebih signifikan perannya di segmen niche macam laptop untuk kreator konten.
Untuk kebutuhan komputasi secara umum, duo Ryzen 9 ini juga jagoan. Berdasarkan pengujian internal AMD, Ryzen 9 4900HS dengan TDP 35 W unggul banyak dibanding Intel Core i9-9880H yang memiliki TDP 45 W. Untuk rendering di Blender, AMD mencatatkan performa 56% lebih cepat, demikian pula transcoding video di Handbrake, yang tercatat 23% lebih kencang.
Buat saya pribadi, Ryzen 9 4900H dan 4900HS akan terdengar lebih menarik di segmen laptop non-gaming ketimbang di laptop gaming, sebab GPU terintegrasinya jauh lebih superior ketimbang yang terdapat pada prosesor Intel yang sekelas. Untuk laptop gaming, saya kira kehadiran GPU terpisah jauh lebih penting ketimbang memilih prosesor AMD atau Intel.