Tag Archives: Ancora Capital

Visinema Receives Rp45.5 Billion Series A Funding Led by Intudo Ventures

Today (2/26) Visinema announced series A funding worth of US$3.25 million or equivalent to Rp45.5 billion. This round led by Intudo Ventures, followed by the previous investors, GDP Venture and Ancora Capital. In terms of seed, the company had a GDP investment worth of US$2 million.

Additional capital raised is to be focused on building capacity in terms of animation content production, talent acquisition, and international expansion.

“The Indonesian film industry has experienced rapid growth in recent years, both in feature films and other unique content formats, and there continues to gain significant demand for high-quality local content. With our self-produced Hollywood-caliber content, we believe that Visinema is well-positioned to convey more Indonesian stories to the audience, both local and worldwide,” Intudo Ventures’ Founding Partner, Patrick Yip said.

Bekraf, on one occasion, said, the number of Indonesian cinema audiences has grown 230% in the last five years. Followed by the number of cinema that grown rapidly in the last three years, from 800 to 1800 screens. While quoting MPAA data, Indonesia is now ranked 16th for the world’s Box Office market share. The resulting market value reaches $345 million.

In fact, with the work of local filmmakers, several films managed to seize the attention of millions of viewers. In 2016 for example, there are 30 million people acquired from the top 15 films. The data collected by Ideosource explained the well-filled value chain in the Indonesian film industry. Both in terms of production to distribution.

List of companies in the value chain of the national film industry / Ideosource
List of companies in the value chain of the national film industry / Ideosource

In the report published in 2017, also explained the amount of funding received by the industry. It is said that 50% of investment is targeting various companies in the film industry, not only the IP (intellectual property) owners but also the marketing and distribution channels, with the other 20% poured on filmmakers or independent producers

Visinema is to build the whole production ecosystem

The current market motion is enough for players in the industry to be optimistic. Wearing an ambitious vision, armed with available resources, Visinema wants to develop a comprehensive studio ecosystem. The aim is to help end-to-end film processes, from concept advancement, talent development, production, distribution to monetization.

The company currently has sub-organizations such as Visinema Music which produces music for films; Visinema Campus for creative recruitment and labs; and Skriptura as spaces for writers. Not only appearances in theaters or television, the produced film and serial content also began to be distributed through digital channels such as Netflix, iflix, and Goplay.

Besides being favored by consumers due to convenience, the on-demand video platform clearly provides better benefits for film creators as a fairly efficient distribution channel. Especially in the midst of cross-platform competition which now has reached over ten fingers, one of the strategies is that each player wants to present their original series. Through their work, such as Filosofi Kopi The Series, Visinema also gained profits.

The economic value produced from films is quite large – along with the increasing quality. Below listed the biggest films achievements of local studio productions based on revenue:

the highest record of local film revenue in the last two decade / Statista
the highest record of local film revenue in the last two decade / Statista

Visinema’s Founder & CEO, Angga Dwimas Sasongko founded the company in 2008. Through the successful story of Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini and Keluarga Cemara, this studio is getting well-known by the public.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Pendanaan Visinema

Visinema Terima Pendanaan Seri A Rp45,5 Miliar Dipimpin Intudo Ventures

Hari ini (26/2) Visinema mengumumkan pendanaan seri A senilai US$3,25 juta atau setara Rp45,5 miliar. Putaran ini dipimpin oleh Intudo Ventures, didukung investor sebelumnya yakni GDP Venture dan Ancora Capital. Di tahap awal, perusahaan telah mendapatkan investasi dari GDP senilai US$2 juta.

Modal tambahan yang didapat akan difokuskan untuk membangun kapasitas dalam produksi konten animasi, akuisisi talenta dan ekspansi internasional.

“Industri film Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat selama beberapa tahun terakhir, baik dalam film panjang maupun format konten unik lainnya, dan terus ada permintaan yang signifikan untuk konten lokal bermutu tinggi. Dengan konten ‘Hollywood-caliber’ yang diproduksi sendiri, kami percaya bahwa Visinema memiliki posisi yang baik untuk menyampaikan lebih banyak cerita Indonesia kepada audiens, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia,” ujar Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip.

Di sebuah kesempatan Bekraf menyampaikan, dalam lima tahun terakhir pertumbuhan jumlah penonton bisokop Indonesia capai 230%. Bahkan jumlah layar lebar bertumbuh cepat dalam tiga tahun terakhir, dari 800 menjadi 1800 layar. Sementara mengutip data MPAA, Indonesia kini berada di peringkat ke 16 untuk pangsa pasar Box Office dunia. Nilai pasar yang dihasilkan mencapai $345 juta.

Pun demikian dengan karya sineas lokal, beberapa film berhasil menyita perhatian jutaan penonton. Pada tahun 2016 contohnya, dari 15 film teratas penonton yang dirangkul capai 30 juta orang. Data yang dihimpun Ideosource memaparkan bahwa sebenarnya value chain dalam industri perfilman Indonesia sudah terisi dengan baik. Baik dari sisi produksi hingga distribusi.

Jajaran perusahaan yang mengisi value chain industri perfilman nasional / Ideosource
Jajaran perusahaan yang mengisi value chain industri perfilman nasional / Ideosource

Dalam laporan yang diterbitkan tahun 2017 tersebut juga dirinci besaran alokasi pendanaan yang diterima industri. Disebutkan 50% investasi menyasar beragam perusahaan yang bermain dalam ekosistem perfilman, tidak hanya pemegang IP (intellectual property), tapi juga kanal distribusi dan pemasaran. Sementara 30% fokus pada investasi perusahaan produksi film, lalu sisanya 20% dikucurkan pada filmaker atau produser independen.

Visinema ingin bangun ekosistem produksi secara menyeluruh

Geliat pasar yang ada cukup membuat para pemain di industri optimis. Taruh visi ambisius, berbekal sumber daya yang ada, Visinema ingin kembangkan ekosistem studio yang komprehensif. Tujuannya untuk membantu proses film secara end-to-end, mulai dari pematangan konsep, pengembangan bakat, produksi, distribusi hingga monetisasi.

Saat ini perusahaan telah memiliki sub-organisasi seperti Visinema Music yang memproduksi musik untuk film; Visinema Campus untuk perekrutan dan lab kreatif; dan Skriptura yang menjadi ruang bagi penulis. Tidak hanya tampil di bioskop atau televisi, konten film dan serial yang diproduksi juga mulai didistribusikan melalui kanal digital seperti Netflix, iflix dan Goplay.

Selain digemari konsumen karena kemudahan yang diberikan, platform video on-demand nyata-nyata memberikan manfaat lebih baik kreator film sebagai kanal distribusi yang cukup efisien. Terlebih di tengah persaingan antar-platform yang kini jumlahnya sudah mencapai belasan, salah satu strateginya masing-masing pemain ingin sajikan serial orisinal mereka. Melalui karyanya, seperti Filosofi Kopi The Series, Visinema pun ikut dapat untung darinya.

Nilai ekonomi yang dihasilkan dari film juga sangat besar – sejalan dengan kualitas yang makin meningkat. Berikut ini catatan capaian terbesar film yang diproduksi studio lokal berdasarkan revenue:

Capaian revenue tertinggi dari film lokal selama dua dekade terakhir / Statista
Capaian revenue tertinggi dari film lokal selama dua dekade terakhir / Statista

Founder & CEO Visinema Angga Dwimas Sasongko mendirikan perusahaannya pada tahun 2008. Melalui kesuksesan film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini, Keluarga Cemara membuat studio ini main dikenal kalangan masyarakat.

Funding from Primedge Investment Holdings is to support G2Lab big vision to improve the quality of Indonesian tech talents

G2Lab Announces Funding from Primedge Investment Holdings

G2Lab, an edtech and tech consultant startup founded by Ferry Sutanto, announcing funding with undisclosed value from Primedge Investment Holdings. Primedge is managed under Ancora Capital led by Gita Wirjawan. The funding will be used to help G2Lab’s big vision to increase Indonesia’s tech talents.

Before founding G2Lab, Sutanto has been long engaged in IT business, both in the U.S. and Indonesia. After 21 years of working in the U.S., he joined GDP Venture and Blibli. At Blibli, his last position was the Head of Technology.

“Through this funding, G2Lab plans to accommodate more participants by investing on a head office for students and alumni, as well to recruit more experts. Every plan is to be focused on improving specifically formulated programs to create capable human resources for Indonesia’s technology to compete in the global world,” he said.

The demand to improve human resource in technology has encouraged Sutanto to establish G2Lab with its two segments. First, to create intensive courses in the technology segment for the public to have excellent skills in the working field. Topics covered in this class include web development, app development for iOS and Android, cybersecurity, UI/UX, and digital marketing.

Second, is the consulting segment with CTO-as-a-Service (CTOaaS) scheme. In this segment, G2Lab will help clients with their technological demand, particularly the companies in need of experts in technology.

In the education segment, G2Lab relates to other similar intensive academic institutions, such as Hacktiv8 and Dicoding. They’re also supported by Kejora Ventures with Andy Zain and Sebastian Togelang sit as Advisors.

“We have the same vision, to improve Indonesian talents’ quality through the academic capacity increase and productive network creation for human capital in Indonesia,” Gita Wirjawan commented on this funding.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Dana dari Primedge Investment Holdings mendukung rencana besar G2Lab meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia di bidang teknologi

G2Lab Umumkan Perolehan Dana dari Primedge Investment Holdings

G2Lab, sebuah startup teknologi pendidikan dan konsultasi teknis yang didirikan Ferry Sutanto, mengumumkan perolehan dana dengan jumlah yang tidak disebutkan dari Primedge Investment Holdings. Primedge berada di bawah naungan grup Ancora Capital yang dikepalai Gita Wirjawan. Kucuran dana ini untuk mendukung rencana besar G2Lab meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia di bidang teknologi.

Sebelum mendirikan G2Lab, Ferry telah lama berkecimpung di dunia teknologi informasi, baik di Amerika Serikat maupun di Indonesia. Setelah 21 tahun bekerja di Amerika Serikat, ia bergabung dengan GDP Venture dan Blibli. Posisi terakhirnya di Blibli adalah sebagai Head of Technology.

“Dengan pendanaan ini, G2Lab berencana untuk dapat mengakomodasi lebih banyak peserta dengan berinvestasi untuk memiliki kantor pusat bagi siswa dan alumni, serta merekrut lebih banyak instruktur ahli. Seluruh perencanaan akan difokuskan kepada penyempurnaan program-program yang diformulasi khusus untuk mewujudkan sumber daya manusia untuk teknologi di Indonesia bisa bersaing di dunia internasional,” ujar Ferry.

Keinginannya untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja di bidang teknologi mendorong Ferry mendirikan G2Lab yang memiliki dua segmen bisnis. Yang pertama adalah penciptaan kelas-kelas belajar intensif di segmen teknologi supaya masyarakat umum memiliki skill yang unggul di dunia kerja. Topik yang dicakup dalam kelas ini termasuk soal web development, pengembangan aplikasi untuk iOS dan Android, cybersecurity, UI/UX, dan digital marketing.

Segmen kedua adalah segmen konsultasi dengan skema CTO as a Service (CTOaaS). Dengan skema ini, G2Lab akan membantu klien memenuhi kebutuhan-kebutuhan teknologinya, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang belum memiliki tim teknologi yang mumpuni.

Di segmen edukasi, G2Lab memiliki irisan dengan lembaga pendidikan intensif lain, seperti Hacktiv8 dan Dicoding. G2Lab juga didukung Kejora Ventures, dengan Managing Partner-nya Andy Zain dan Sebastian Togelang menjadi Advisor.

“Visi kita sama, yaitu untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia melalui peningkatan kapasitas pendidikan dan penciptaan jaringan produktif bagi human capital di Indonesia,” ujar Gita Wirjawan tentang pendanaan ini.