Tag Archives: Andrea Baronchelli

Aspire mengumumkan pendanaan Seri C sebesar $100 juta dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia

Aspire Tutup Putaran Seri C 1,5 Triliun Rupiah Dipimpin Lightspeed dan Sequoia SEA

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan telah merampungkan pendanaan seri C sebesar $100 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia, dengan partisipasi dari PayPal Ventures, LGT Capital Partners, dan investor sebelumnya, Picus Capital dan Mass Mutual Ventures.

Putaran sebelumnya diumumkan perusahaan pada September 2021 sebesar  $158 juta, yang terbagi dalam bentuk ekuitas $58 juta dan debt $100 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan sebagai amunisi untuk melengkapi layanan produk agar dapat mengambil posisi sebagai pemain fintech B2B yang dominan di Asia Tenggara, menambah tim untuk terus berinovasi, sambil tetap menjaga kesehatan finansial model bisnis perusahaan.

“Penggalangan dana dalam iklim seperti ini tidaklah mudah, terutama untuk ruang fintech. Tonggak sejarah ini merupakan bukti bahwa produk dan ketahanan kami. Saya sangat bangga dengan tim atas kerja keras dan visi mereka untuk membuat pencapaian ini menjadi mungkin,” kata Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli dalam unggahan di laman LinkedIn, dikutip Selasa (14/2).

Dalam keterangan resminya, Baronchelli menyampaikan bahwa Aspire membawa misi ingin menyediakan platform finansial untuk memaksimalkan potensi setiap perusahaan di Asia Tenggara, baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Mulai dari laporan kondisi finansial perusahaan real-time, layanan transfer internasional yang cepat dan transparan, hingga manajemen biaya menyeluruh untuk membantu bisnis mengambil keputusan secara strategis.

“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk bermitra dengan investor terkemuka untuk memberikan bisnis modern di Asia Tenggara kendali penuh atas keuangan mereka,” kata Baronchelli.

Partner Lightspeed Bejul Somaia menyampaikan, “Aspire telah tampil sebagai pemain terdepan dalam sektor fintech B2B Asia Tenggara dengan end-to-end produk yang menyeluruh, rekor pertumbuhan yang kuat, dan fondasi yang solid. Kami sangat senang dapat bermitra dengan tim berkelas global ini untuk mendukung visi mereka akan masa depan layanan finansial di Asia Tenggara.”

Aspire didirikan pada 2018 fokus menyediakan layanan finansial untuk mempermudah mengatur keuangan operasional bisnis. Software Aspire merupakan platform all-in-one untuk berbagai kebutuhan layanan keuangan bisnis seperti transfer internasional, kartu korporat, manajemen utang, piutang dan manajemen biaya, yang dapat diakses melalui satu akun yang mudah digunakan.

Diklaim perkembangan bisnisnya di Asia Tenggara terus bertumbuh dengan penambahan volume transaksi tahunan yang diproses hingga tiga kali lipat menjadi sebesar $12 miliar yang berasal dari lebih dari 15 ribu klien. Aspire sendiri kini hadir di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan India, memiliki lebih dari 400 karyawan.

Mengutip dari TechCrunch, Baronchelli mengatakan bahwa Aspire berfokus bisnis di zaman baru yang keputusan pembeliannya semakin didorong oleh UX dan kegunaan, dari satu karyawan hingga lebih dari 500 karyawan. Penggunanya ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perusahaan TI, layanan profesional, bisnis barang dan startup.

Sebagian besar pengguna menggunakan solusi Aspire untuk akun pembayaran, manajemen multi-mata uang, manajemen utang dan piutang. Sebelumnya dalam memenuhi kewajiban tersebut pengguna menggunakan kombinasi antara solusi dari lembaga keuangan yang ada, dengan Microsoft Excel atau beberapa penyedia fintech untuk kartu, kredit pengeluaran manajemen.

“Tapi sistem ini tidak berbicara satu sama lain. Kami telah menggabungkan semua kebutuhan bisnis di bawah satu tumpukan operasi keuangan untuk bisnis. Aspire terintegrasi dengan Xero, QuickBook, NetSuite, Accurate, Jurnal, dan perangkat lunak akuntansi utama lainnya.”

Pendanaan Aspire Alumak

Aspire Tutup Pendanaan Seri B 2,2 Triliun Rupiah, Sediakan OS Keuangan “All-In-One” untuk UKM

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $158 juta (lebih dari 2,2 triliun Rupiah), dalam bentuk ekuitas sebesar $58 juta dan debt sebesar $100 juta. Putaran ini dipimpin oleh investor ekuitas pertumbuhan global yang berfokus pada fintech dengan identitas dirahasiakan.

Turut berpartisipasi jajaran investor lainnya, seperti DST Global Partners, CE Innovation Fund, B Capital Partners dan investor sebelumnya, yakni Mass Mutual Ventures, Picus Capital, AFG dan Hummingbird Ventures. Sementara, untuk investor debt berasal dari Fasanara Capital.

Putaran ini juga melibatkan angel investor dari beberapa startup fintech ternama, seperti co-founder Wise, Taavet Hinrikus; co-founder Qonto Alexandre Port dan Steve Anavi; founder Uala, Pierpaolo Barbieri; co-founder Xendit, Moses Lo; co-founder Payfazz, Hendra Kwik; dan co-founder Clara, Gerry Colyer.

Aspire didirikan pada 2018 untuk memberikan pinjaman modal kerja bagi usaha kecil hingga menengah, tetapi segera setelah didirikan, perusahaan mulai mengambil strategi multi-produk. Portofolio layanannya mencakup rekening bank untuk bisnis lintas batas (cross border), kartu perusahaan, dan pemrosesan faktur otomatis, yang semuanya terhubung ke perangkat lunak manajemen keuangan. Perusahaan juga mengoperasikan layanan penggabungan untuk perusahaan Singapura yang disebut Aspire Kickstart.

“Apa yang kami coba lakukan adalah menghubungkan layanan perbankan tradisional dengan perangkat lunak karena kami menyadari masalah terbesar, bahwa keduanya benar-benar terputus,” ujar Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli mengutip dari TechCrunch.

Dia melanjutkan, “Kami melihat dunia yang didominasi oleh platform terintegrasi di berbagai fungsi bisnis seperti Salesforce untuk penjualan atau Slack untuk komunikasi. Kami percaya hal yang sama terjadi untuk keuangan dan kami di sini untuk membangun sistem operasi untuk ekonomi digital Asia Tenggara.”

Sumber: Aspire

Berdasarkan riset produk perusahaan dan wawancara dengan mitra bisnis, Baronchelli mengatakan bahwa rata-rata UKM menggunakan tujuh penyedia untuk rekening bank mereka, solusi kredit, valuta asing, manajemen faktur dan penggajian dan akuntansi. Tujuan Aspire adalah menjadi solusi terpadu dan menyeluruh untuk UKM.

Sebagian besar pelanggan Aspire mendaftar ketika mereka membutuhkan akun bisnis atau kartu perusahaan pertama mereka, dan kemudian mulai menggunakan produk lainnya saat mereka tumbuh. Untuk UKM besar yang sudah memiliki akun bisnis, Aspire mencoba menarik perhatian mereka dengan produk bernilai tambah, seperti perangkat lunak manajemen pengeluaran atau solusi kreditnya.

Kartu kredit dan pinjaman modal kerja Aspire biasanya mulai dari sekitar $50.000 dan dapat mencapai $300.000, tetapi dapat disesuaikan seiring pertumbuhan bisnis untuk meningkatkan jalur kredit. Lebih dari 10.000 akun bisnis telah dibuka di Aspire, dan secara total mereka bertransaksi sekitar $2 miliar per tahun, dua kali lipat dalam lima bulan sejak Mei 2021.

Aspire saat ini sedang mengembangkan sistem penggajian, mengingat banyak kliennya memiliki karyawan di berbagai negara. Solusi ini juga menambahkan lebih banyak fitur ke alat manajemen faktur untuk membuat pembayaran rekonsiliasi dengan saldo akun lebih mudah.

Selain di Singapura, Aspire juga beroperasi di Vietnam dan Indonesia (dengan nama Alumak). Di Indonesia, saat ini perusahaan menawarkan produk limit kredit untuk UMKM dengan nominal mulai dari Rp2 juta dengan bunga 1% per bulan. Perusahaan akan merilis layanan Akun Bisnis yang sebelumnya sudah hadir di Singapura. Produk ini memungkinkan pengusaha untuk menerima dan mengirim uang melalui aplikasi Alumak dan Kartu Visa Aspire. Di OJK, Alumak telah terdaftar di bawah aturan IKD.

Tren pembiayaan produktif

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam laporan “Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia” oleh DSInnovate dan AFPI, 75% dari responden survei (146 pemain fintech lending) menggarap sektor pinjaman produktif. Sementara 53% bermain di sektor konsumtif dan 6,8% syariah. Kendati demikian, dalam satu platform bisa saja memiliki lebih dari satu model bisnis.

Dari total pemain yang bermain di sektor produktif, mayoritas menjajakan layanan melalui invoice dan inventory financing — pembiayaan ke suplier juga masuk di dalamnya.

Sektor produktif jelas lebih menjanjikan, terlebih saat ini ada sekitar 59,2 juta UMKM yang tersebar di Indonesia, hal ini tercermin dari profil mayoritas peminjam di layanan tersebut (UMKM offline dan online). Isu permodalan pun masih menjadi salah satu yang paling signifikan akibat fasilitas kredit perbankan belum sepenuhnya bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Varian pendanaan produktif yang banyak disajikan pemain fintech lending / DSInnovate – AFPI