Tag Archives: Andrew Baisley

Asana Indonesia

Fokus dan Rencana Bisnis Asana di Indonesia

Perangkat lunak manajemen pekerjaan saat ini diadopsi di berbagai segmen bisnis, mulai dari level startup sampai dengan korporasi. Alasannya untuk membuat pengerjaan tugas menjadi lebih efektif dan efisien. Hal tersebut menjadi berkah tersendiri untuk platform seperti Asana — sebuah layanan berbasis SaaS untuk pengelolaan tim, proyek, dan penugasan.

Meskipun harus bersaing dengan tools yang dihadirkan secara mainstream oleh raksasa teknologi seperti Microsoft, Google, dan lainnya, namun potensi platform manajemen pekerjaan yang bisa melakukan koordinasi proyek di masing-masing tim secara tepat dan efisien mulai menunjukkan pertumbuhan yang positif.

Asana diluncurkan oleh Dustin Moskovitz bersama dengan mantan pendiri Facebook Justin Rosenstein pada tahun 2008. Perusahaan juga telah berhasil melakukan IPO bulan Agustus tahun 2020 lalu di New York Stock Exchange (NYSE). Saat tulisan ini terbit, kapitalisasi pasar Asana telah tembus $5,26 miliar.

Terkait pendanaan ekuitas, Asana telah merampungkan 5 putaran penggalangan dana; ditambah dana segar dari angel investor, yang secara keseluruhan jumlahnya lebih dari $200 juta.

Untuk memperluas bisnis mereka di Indonesia, Asana kini sudah meluncurkan versi bahasa Indonesia ke dalam platform dan juga menempatkan Felicia Gunawan sebagai Enterprise Account Executive.

Kepada DailySocial.id, Head of Southeast Asia Andrew Baisley mengungkapkan rencana Asana untuk menjangkau lebih banyak target pengguna di Indonesia.

Mendukung kinerja pegawai

Asana bukanlah platform pertama yang ingin memudahkan pegawai di perusahaan untuk melakukan koordinasi pekerjaan secara tepat. Platform seperti Slack hingga Trello juga saat ini sudah mulai banyak digunakan oleh perusahaan di Indonesia.

Namun demikian menurut Andrew, Asana tidak melihat mereka adalah kompetitor, namun menggantikan cara-cara lama dari perusahaan yang masih menggunakan email, spreadsheet, dan lainnya untuk melakukan pengelolaan proyek.

Selain menghadirkan layanan kepada startup dan perusahaan teknologi, saat ini Asana juga mulai mengincar korporasi yang masih menjalankan bisnis secara konvensional. Salah satu cara untuk kemudian menarik perhatian mereka adalah menghadirkan pilihan bahasa Indonesia.

“Pilihan bahasa Indonesia sudah berjalan selama 6 bulan terakhir. Secara umum kami sudah menghadirkan 14 pilihan bahasa dari berbagai negara termasuk Indonesia. Alasan kami berinvestasi kepada pilihan bahasa Indonesia adalah, untuk memastikan pelanggan di pasar termasuk Indonesia memiliki pengalaman terbaik saat menggunakan Asana,” kata Andrew.

Pendekatan kearifan lokal ingin dilancarkan Asana untuk Indonesia. Meskipun belum memiliki kantor perwakilan di Indonesia dan masih berbasis di Singapura, saat ini mereka telah memiliki berbagai perusahaan teknologi, startup hingga korporasi yang telah menjadi klien. Dua di antara perusahaan adalah Traveloka dan Mid Plaza.

“Alasan kami untuk menempatkan Felicia menjadi Head of Indonesia adalah, kami melihat traksi di pasar dan kemudian menjadi peluang bagi kami untuk menyediakan layanan kepada high growth company, tech company hingga perusahaan tradisional seperti Mid Plaza yang juga merupakan klien kami. Kami cukup antusias dengan respons positif di pasar Indonesia,” imbuh Andrew.

Perluas edukasi dan komunitas

Saat ini Asana telah memiliki sekitar jutaan perusahaan yang telah menggunakan Asana dan sekitar 126 ribu pelanggan berbayar. Strategi monetisasi yang dilancarkan oleh Asana yaitu dengan model berlangganan, menyediakan pilihan Basic, Premium, Business, dan Enterprise.

“Kita memisahkan dua target pasar, yaitu self service motion mereka yang melakukan semua sendiri, dan kebanyakan dilakukan oleh startup. Kami juga menyediakan layanan khusus menyasar perusahaan besar contohnya seperti Traveloka,” kata Andrew.

Disinggung fitur apa yang paling banyak digunakan oleh pelanggan Asana, Andrew menegaskan ada kebiasaan yang berbeda dari masing-masing pengguna. Untuk seorang eksekutif misalnya, lebih memilih untuk menggunakan fitur Goals untuk memonitor kemajuan kinerja mereka. Sementara untuk pengguna secara individu sebagian besar lebih banyak menggunakan fitur Task untuk mengkoordinasi pekerjaan mereka.

Untuk menjangkau lebih banyak target pengguna, Asana juga melancarkan kegiatan edukasi dengan merilis berbagai konten menarik dalam platform. Bukan hanya yang menyentuh koordinasi proyek dan pekerjaan saja, namun persoalan bagi para pekerja seperti burn out dan lainnya. Selain itu Asana juga memperluas komunitas dan kemitraan dan menempatkan perwakilan yang bisa memberikan informasi yang relevan tentang Asana kepada pihak terkait.

Tren bekerja pasca pandemi

Meskipun pertumbuhan pengguna platform work management terus mengalami pertumbuhan selama pandemi, namun saat pandemi ada beberapa kebiasaan baru yang secara langsung mengubah gaya bekerja para pegawai di perusahaan. Berdasarkan laporan “Asana Anatomy of Work Index 2022: Global Report” terungkap, selama dua tahun terakhir hubungan pekerja kantoran dengan pekerjaan secara remote telah bergeser.

Ketika perusahaan dan pegawai bereaksi terhadap pandemi, mereka juga telah beradaptasi dengan hybrid work, yang merupakan kombinasi bekerja di rumah, di kantor, dan bepergian. Pegawai membagi waktu mereka antara kantor dan rumah, tapi ada keinginan dari mereka untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah. Kesimpulan yang kemudian di rangkum dalam laporan tersebut adalah pekerjaan secara remote akan menjadi konsep yang diterapkan banyak perusahaan ke depannya.

Satu hal menarik yang kemudian juga dibahas dari laporan tersebut adalah gangguan dari notifikasi saat bekerja. Pemberitahuan konstan atau notifikasi adalah gangguan utama, mempersulit pekerjaan dan mengaburkan proses. Lebih dari separuh pegawai merasa mereka harus merespons notifikasi segera dan lebih dari sepertiga kewalahan oleh ping atau notifikasi terus-menerus.

48% berpikir rapat yang lebih efisien dapat membatasi pemberitahuan, sementara 45% berpikir tanggung jawab yang lebih jelas akan lebih baik. Ketika setiap tugas memiliki kejelasan siapa, apa, dan kapan, pekerjaan akan selesai lebih cepat. Generasi muda merupakan kalangan paling banyak yang mengeluhkan soal notifikasi saat bekerja.

Fakta menarik yang juga terungkap dalam laporan tersebut adalah, lebih dari separuh pegawai melakukan banyak tugas saat sedang rapat, hanya 43% yang berkontribusi sepenuhnya pada rapat virtual.

Application Information Will Show Up Here