Tag Archives: Andrew Gunawan

Ragam Pendekatan Pemasaran Startup

Tantangan dan persaingan lazim dalam sebuah bisnis. Sedikit berbeda jika kita berbicara mengenai bisnis startup. Sebagai bisnis rintisan ada tantangan awal yang harus dihadapi, yakni membangun produk berkualitas dan pemasarannya. Dua hal tersebut adalah hal utama. Untuk yang kedua, strateginya mungkin sedikit menarik. Pasalnya pengguna startup adalah mereka yang “melek” secara digital. Pendekatannya pun berbeda. Bertahap sesuai dengan target pasar masing-masing yang terus berkembang.

Di tahap awal misalnya, bisnis e-commerce, ride hailing, food delivery, teknologi finansial, dan beberapa segmen startup lain pasti akan memanfaatkan pendekatan ke arah digital untuk memasarkan produk atau layanan mereka. Posting blog, buzzer, posting berbayar di layanan media sosial, dan channel-channel pemasaran digital lain pasti akan dilakukan. Karena para “masyarakat digital” ini akan membantu menyebarkan informasi produk mereka secara lebih luas.

Dalam sebuah laporan berjudul “CMO Spend Survey 2016 – 2017” yang dikeluarkan Gartner, disebutkan bahwa digital advertising menjadi tiga hal teratas untuk alokasi dana dalam sebuah perusahaan. Kurang lebih ada 65% responden, yang merupakan pimpinan di sektor marketing menyebutkan akan menambah jumlah dana untuk digital advertising di tahun 2017 ini.

Dengan reach yang yang bisa ditentukan merupakan salah satu kelebihan pemasaran melalui channel digital. Hal ini dirasa lebih efektif karena bisa sampai tepat sasaran. Tren viralnya sebuah berita juga menjadi salah satu cara untuk mengenalkan dan memasukkan sebuah produk atau layanan untuk bisa dibicarakan lebih banyak orang baik di aktivitas digital maupun aktivitas sehari-hari.

Konvensional yang masih tetap bermanfaat

Meski tren digital terus tumbuh, strategi pemasaran konvensional masih tetap bisa mendulang manfaat. Dengan ceruk yang berbeda, strategi konvensional ditujukan untuk mengambil perhatian masyarakat yang sampai sekarang masih “non digital”, atau mempertebal informasi yang di dapat dari ranah digital karena media-media penyiaran seperti TV, radio, koran, baliho, dan media pemasaran offline lainnya masih memegang penting untuk penyebaran informasi yang luas.

Salah satu startup yang berbagi cerita mengenai strategi pemasarannya adalah Bukalapak. Senior Brand & Communication Manager Bukalapak Oci Ambrosia menjelaskan bahwa Bukalapak memanfaatkan beberapa strategi pemasaran baik offline maupun online. Untuk offline bisa dilihat dari aktifnya Bukalapak berpromosi melalui iklan di televisi, sedang untuk online bisa dilihat dari video YouTube atau melalui media sosial.

“Melalui media sosial media biasanya kampanye bisa lebih terukur, dan kita bisa cepat mengevaluasi jika kampanyenya kurang efektif. Dan ini juga tergantung juga dengan target consumer / demographic consumer yang berbeda. Penggunaan social media itu memiliki ketergantungan dari banyak faktor dan target audience menjadi salah satu faktor untuk keefektifan penyampaian brand/pesan. Tetapi secara keseluruhan, social media dan online presence sangatlah penting untuk sebuah perusahaan, maupun individu untuk menjangkau dan merangkul konsumen dan audience secara luas.”

Beberapa startup juga memiliki strategi serupa. Memanfaatkan online dan offline secara bersamaan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang produk mereka. Kebanyakan adalah mereka yang bergerak di sektor travel dan e-commerce.

Media sosial untuk membangun citra

Selain Bukalapak, dua bisnis e-commerce dengan niche yang berbeda yakni Wearinasia dan Tees juga membagikan cerita mengenai strategi pemasaran mereka. Bagi keduanya, media sosial memegang peran penting. Wearinasia misalnya, sebagai salah satu e-commerce yang memiliki niche cukup unik, menjual perangkat wearable, drone, dan camera, media sosial dijadikan tempat untuk membangun kredibilitas mereka di ranah digital.

“Media sosial kami gunakan sebagai medium untuk menambah kredibilitas secara online, misalnya dengan memberikan kode voucher bagi mereka yang foto saat pick up produk (layanan O2O). Dan kami gunakan juga untuk menginspirasi, misalnya dengan memberikan hasil-hasil photoshoot atau review produk,” ungkap CMO Wearinasia Andrew Gunawan.

Meski demikian, salah satu channel pemasaran yang cukup efektif bagi Wearinasia ada pada katalog di situs mereka. Dengan katalog yang informatif dan menjelaskan produk dengan detil pengguna bisa menjadi lebih tertarik.

Hal tidak jauh beda juga disampaikan Co-Founder dan CEO Tees Aria Rajasa mengenai penggunaan media sosial. Menurutnya media sosial dan partnership bersama dengan Google Ads dan Facebook Ads menjadi salah satu cara paling efektif untuk pemasaran Tees.

“Untuk social media kami mengandalkan para creators untuk menyebarkan desain mereka ke social media, efeknya secara kolektif jauh lebih tinggi dari akun-akun social media Tees itu sendiri. Kami memudahkan mereka untuk share, dan meng-encourage mereka dengan menginformasikan promo dan benefit tambahan lebih dahulu ke mereka sehingga mereka bisa menyebarkan ke teman-teman mereka lebih awal. Untuk partnership, kami melakukan banyak cross promotion dengan sesama [layanan] e-commerce maupun channel-channel lainnya yang mempunya audience besar,” ungkap Aria menjelaskan.

Tees juga berusaha mencari beberapa strategi pemasaran baru, salah satunya dengan menambah niche produk baru di Tees yang rencananya akan diluncurkan tahun ini.

Bias offline dan online yang semakin tebal

Banyak yang mengenal istilah dunia maya, sebuah asosiasi untuk kehidupan di internet, baik media sosial, forum, atau aktivitas lainnya. Dari segi istilah sebenarnya “dunia maya” sudah tidak pas untuk digunakan. Pasalnya kehidupan digital, kehidupan media sosial, forum, dan lain-lainnya sudah bersentuhan langsung dengan kehidupan nyata. Apa yang dibicarakan di ranah online sebenarnya juga menjadi pembicaraan di ranah offline. Begitu juga sebaliknya. Sangat mungkin sesuatu yang viral di dunia online (media sosial terutama) menjadi perbincangan di kehidupan masyarakat. Ini yang membuat startup  berinvestasi untuk masuk ke pemasaran digital.

Hubungan antara offline dan online inilah yang dicari. Dana yang harus dikeluarkan untuk beriklan di TV atau baliho tentu berbeda dengan yang dihabiskan untuk memasang artikel berbayar atau sekelompok buzzer untuk memasarkan sebuah produk.

Dalam beberapa tahun ke depan, pemasaran digital akan memegang peran penting. Hanya saja iklan konvensional masih tetap digunakan, terutama untuk menyasar pengguna baru yang belum sepenuhnya atau sama sekali tidak tersentuh kehidupan digital.

Prediksi Perkembangan Internet of Things dan Drone di Indonesia Tahun 2017

Perkembangan teknologi memasuki level perangkat yang saling terhubung atau akrab di sebut dengan IoT (Internet of Things). Dalam kurun waktu lima tahun belakangan, perkembangan IoT berkembang pesat baik dari segi perangkat maupun pemanfaatannya. Di Indonesia pun demikian. IoT mulai dilihat banyak orang sebagai bentuk inovasi sebagai generasi selanjutnya perkembangan teknologi. Banyaknya perusahaan telekomunikasi yang berinvestasi dan startup-startup yang hadir bertema IoT menjadi tanda bahwa IoT akan terus tumbuh.

Industri IoT secara umum membutuhkan persediaan perangkat dan infrastruktur yang memadai, baik dari segi ketersediaan server, cloud, maupun koneksi yang mumpuni untuk mendukung penggunaan secara maksimal. Di level perusahaan, perusahaan telekomunikasi menjadi salah satu yang terlihat gencar berinovasi di segmen IoT ini. Nama-nama seperti Telkomsel, Indosat Ooredoo, XL Axiata, dan Smartfren menjadi nama yang sering diberitakan terkait inovasi mereka di segmen IoT.

Indosat Ooredoo mengembagkan Vessel Monitoring System, sebuah layanan yang dirancang untuk memonitoring pergerakan kapal dan aktivitasnya. Telkomsel juga menguji cobakan jaringan NB-IoT (Narrowband Internet of Things) di jaringan 4G yang dirancang khusus untuk menyambut tren IoT di Indonesia.

Tak jauh beda, Smartfren pun demikian. Melalui wawancara beberapa waktu lalu, Smartfren mulai fokus ke bisnis M2M (machine to machine) meski masih dalam tahap “siap-siap” meluncur di tahun ini.

Prediksi di 2017

Co-Founder IoT.co.id Martin Kurnadi berpendapat bahwa tren IoT di Indonesia di tahun 2017 akan lebih fokus ke arah B2B. Solusi akan dibutuhkan perusahaan dalam membantu memudahkan operasional, alasan lainnya karena dapat memangkas anggaran dan meningkatkan efisiensi kerja. Solusi dari IoT pun diprediksi akan dikombinasikan dengan beberapa teknologi lain seperti pengolahan data dan kecerdasan buatan.

Martin lebih jauh menjelaskan ada beberapa faktor yang akan berpengaruh pada perkembangan industri IoT di tanah air, yakni faktor teknis dan non teknis. Dari segi teknis, ketersediaan perangkat dan kompetisi dari pemain luar menjadi tantangan berarti. Ketersediaan komponen untuk perangkat masih jarang di Indonesia. Dari segi non teknis, Martin menilai masih ada kesulitan mencari model bisnis.

Salah satu penggiat IoT tanah air Andri Yadi, yang juga merupakan pendiri Dycode X, bercerita ada beberapa hal yang akan mempengaruhi industri IoT tanah air. Andri menyoroti ketersediaan jaringan yang membutuhkan low power sehingga perangkat tidak membutuhkan daya yang besar atau bisa memanfaatkan daya dari batere.

Belum lagi masalah frekuensi. Diharapkan pemerintah bisa mengatur frekuensi-frekuensi yang nantinya digunakan untuk perangkat IoT agar tetap terkendali dan tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

Selain itu ketersediaan perangkat “mentah” masih menjadi masalah bagi para pengembang-pengembang IoT tanah air. Harapannya pemerintah bisa membantu memudahkan import perangkat-perangkat mentah ini untuk membantu inovasi para pengembang.

Untuk permasalahan lainnya, Andri melihat keamanan akan tetap menjadi concern utama. Meski para pengembang sudah sangat memperhatikan keamanan, baik dari segi data, firmware, atau perangkat mereka, keamanan perangkat-perangkat IoT ini masih tetap harus menjadi fokus seiring mulai banyaknya implementasinya.

Sofian Hadiwijaya, seorang profesional yang juga mengamati dunia IoT, menganggap pergerakan industri IoT di tanah air masih belum terlihat signifikan. Hanya saja pendidikan dan inovasi akan semakin luas mengingat semakin banyak maker di Indonesia. Untuk inovasi, Sofian melihat smart home dan smart farming masih menjadi dua sektor yang akan dikembangkan di Indonesia saat ini.

Seperti dikutip dari laporan Computer Weekly, tren IoT di Asia Tenggara akan menghadapi sejumlah tantangan tahun ini. Beberapa di antaranya adalah latency dan pengelolaan data.

Global Vertical Strategy and Marketing Equinix Tony Bishop dalam sebuah artikel menjelaskan bahwa akses ke jaringan, cloud, dan kemampuan bekerja di berbagai lingkungan aplikasi adalah faktor sukses sebuah solusi IoT. Hanya saja semakin banyak perangkat IoT yang terhubung dan mengharuskan koneksi real time mengakibatkan permasalahan latency dan performa. Kaitannya tidak hanya dengan kecepatan akses tapi juga ketahanan.

Infrastruktur adalah salah satu jalan utama bagi inovasi dan terobosan teknologi di era sekarang. Peran pemerintah dan perusahaan telekomunikasi sangat dibutuhkan di sini. Semakin baik infrastruktur yang dibangun semakin mungkin Indonesia akan mendapatkan manfaat optimal dari perkembangan teknologi IoT.

Fenomena bernama drone

Wearinasia, startup yang secara khusus menjual perangkat-perangkat wearable dan drone bercerita kepada DailySocial bahwa pertumbuhan transaksi pembelian drone meningkat 100% secara YoY untuk tahun 2015-2016. Prediksinya tahun ini akan terus meningkat.

Harga drone diprediksi akan mulai membumi dengan semakin banyaknya pilihan drone di entry level, drone mini misalnya. Drone mini saat ini paling banyak dicari di Wearinasia.

CMO Wearinasia Andrew Gunawan lebih lanjut memaparkan drone ke depannya tidak hanya digunakan untuk industri hiburan, tetapi juga untuk keperluan lain yang lebih teknis.

“Saat ini penggunaan drone intensitasnya makin tinggi di industri media dan perfilman. Belakangan ada beberapa calon mitra yang menawarkan produk produk drone untuk keperluan industri, misalnya drone instalasi listrik sampai drone yang dilengkapi tear gas,” ujarnya.

Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia

Menilik perkembangan wearable device dan IoT di Indonesia / Shutterstock

Menarik sekali mengikuti perkembangan teknologi di Indonesia, terlebih ekosistem pengembangan dan daya konsumsi yang sudah cukup tinggi. Kami berkesempatan mewawancarai beberapa narasumber terkait perkembangan perangkat wearable dan IoT (Internet of Things) berikut dengan pernak-pernik yang mewarnainya.

Continue reading Memasyarakatkan Perangkat Wearable dan Internet of Things di Indonesia