Tag Archives: Ankiti Bose

Manufaktur Fesyen Mini Zilingo

Zilingo Kembangkan Manufaktur Mini untuk Bantu Pengusaha Fesyen Perempuan

Platform e-commerce Zilingo kini mengembangkan konsep manufaktur untuk kalangan mikro demi perbesar bisnis B2B di bawah brand Zilingo Asia Mall (ZAM). Perusahaan menyasar pengusaha mikro perempuan di tingkat akar rumput untuk turut berpartisipasi di dalamnya.

Co-Founder & CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan, konsep ini tertuang dalam SheWorkz, program manufaktur terdesentralisasi khusus menyasar pengusaha mikro perempuan. Indonesia menjadi negara pertama diluncurkannya inisiatif tersebut. Pada tahap pertama akan hadir di Jakarta, Cirebon, dan Tasikmalaya.

Ankiti berharap kehadiran pabrik mini tersebut dapat menjaga pasokan fesyen, sekaligus mendorong perempuan untuk mulai berkarier sebagai pengusaha. Pasalnya, perempuan masuk ke dalam kalangan yang kurang terwakili dalam lanskap ekonomi global.

Ia menyebut, di Asia Tenggara dan Selatan, jumlah angkatan kerja perempuan hanya 31% dari keseluruhan tenaga kerja dan menyumbang 24% terhadap PDB. Ini bukan menjadi masalah sosial semata, tapi juga sudah menyentuh masalah ekonomi.

“Ide awal SheWorkz adalah bantu perempuan untuk menjadi pengusaha, dengan bantuan teknologi mereka bisa scaling dan dapat bantuan modal. Mereka juga bisa kerja dari rumah, sehingga fleksibel. Ini ide awalnya,” terang Ankiti beberapa waktu lalu saat peluncuran program SheWorkz.

Dia menjelaskan Indonesia adalah negara terpenting bagi Zilingo karena pertumbuhannya yang tercepat dibandingkan negara lainnya. Diklaim setiap kali Zilingo menetapkan target pencapaian untuk ZAM selalu terlampaui. Sayangnya, Ankiti tidak ikut menyertakan data pendukungnya.

Oleh karenanya, Indonesia jadi negara pertama. Berikutnya akan di gulirkan ke negara lainnya, seperti Thailand, Filipina, Singapura, dan India.

Lebih detail, Zilingo akan mengidentifikasi empat hingga lima perempuan yang berasal dari satu daerah yang sama dan mengelompokkan mereka sesuai dengan tingkat keterampilan. Targetnya perusahaan ingin melatih 300 perempuan pada tahap awal ini.

Mereka akan diberikan pinjaman usaha (KUR) sekitar $5 ribu-$10 ribu (Rp70,9 juta-Rp140 juta) berasal dari mitra perbankan (Bank Mandiri, BNI, BRI). Lalu, akan memproduksi pakaian sesuai permintaan brand dan terhubung dengan platform Zilingo.

Di dalamnya terhubung dengan sistem untuk mencocokkan keterampilan, ketersediaan, dan spesialisasi mereka sesuai permintaan brand. Setidaknya ada 60 ribu brand pakaian global yang memasok kebutuhannya lewat perusahaan.

“Sistem yang sama juga dapat memantau output, kecepatan dan kualitas, serta mengidentifikasi di mana pelatihan lebih lanjut mungkin diperlukan.”

Berambisi jadi pabrik cloud fesyen terbesar

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo
Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose bersama Menko Perekonomian Darmin Nasution saat peluncuran SheWorkz / Zilingo

Ambisi yang ingin dicapai oleh Zilingo lewat program SheWorkz adalah menjadi penyedia pabrik berbasis cloud terbesar di dunia, khususnya fesyen. Visi dan misinya, setiap brand, pengusaha, dan pabrik dari semua skala bisnis bisa menjadi bagian dari perusahaan.

Dia menegaskan Zilingo tidak memiliki pabrik sendiri dalam memfokuskan bisnis B2B-nya tersebut. Perusahaan justru bermitra dengan pabrik yang sudah ada, dengan menyediakan teknologi yang mereka butuhkan. Entah itu teknologi untuk procurement, logistik, invoice, penagihan, sistem pembayaran, dan sebagainya.

“Kita matching kebutuhan brand dan supply dari pabrik secara global. Misalnya, brand Amerika kini bisa manfaatkan resource dari pabrik di Indonesia. Ini bisa dorong sisi ekspor dan hubungan ekspor antar dua negara semakin mudah.”

Terdapat lebih dari 6 ribu pabrik yang telah terhubung dan memanfaatkan teknologi dari Zilingo. Tidak disebutkan ada berapa banyak di antaranya yang berada di Indonesia.

Praktik ekspor dari pabrik Indonesia sudah mulai terjadi melalui perusahaan. Ankiti menerangkan pabrik Indonesia banyak ekspor ke Malaysia untuk produk pakaian muslim. Ada juga yang tembus ke Amerika Serikat.

Secara keseluruhan, tanpa menyebut lebih detail, diklaim pertumbuhan B2B signifikan dan unprecedented selama setahun belakangan. Di B2B, dia mengaku tidak memiliki pesaing. Malah justru menghimpun seluruh penjual fesyen, yang berjualan di kanal online manapun, untuk ikut menjadi pengguna di Zilingo.

Beda halnya di B2C, khususnya di Indonesia, persaingannya sangat ketat dan butuh modal yang besar untuk jadi yang terdepan.

Dari pendanaan seri D yang diperoleh pada tahun ini, dia menegaskan perusahaan akan fokus pengembangan teknologi pada tiga area, yaitu supply chain, pembiayaan, dan data science. “Justru kita enggak terlalu banyak spent investasi ke B2C, justru lebih ke B2B. Tiga area ini paling banyak butuh investasi buat bisnis B2B kita,” pungkas dia.

Zilingo Asia Mall (ZAM), lini B2B Zilingo, telah menggaet lebih dari 150 perusahaan manufaktur dari berbagai skala bisnis di Indonesia.

Strategi Zilingo Efisiensikan Rantai Pasokan Segmen B2B Lewat Zilingo Asia Mall

Platform e-commerce fesyen Zilingo makin menyeriusi segmen B2B “Zilingo Asia Mall” (ZAM) dengan mengembangkan berbagai inovasi, baik dari infrastruktur maupun teknologi, yang bakal segera dirilis tahun ini demi mengefisiensikan rantai pasokan produk fesyen dengan teknologi.

ZAM mencoba mempermudah peritel fesyen yang ingin membuat brand sendiri dengan memanfaatkan produsen dan manufaktur yang bergabung dengan ZAM. Misalnya kalau ada pabrik baju yang mencari material mentah kancing jenis tertentu, mereka dapat mencarinya lewat ZAM melalui koneksi produsen yang dimiliki.

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menjelaskan, kebanyakan pemain e-commerce hanya fokus ke salah satu segmen, entah itu B2B atau C2C. Zilingo mengadopsi pendekatan khusus dalam menciptakan value dan mengoptimalkan seluruh pasokan fesyen. Ada tiga poin yang dilakukan Zilingo lewat ZAM.

Pertama, secara in-house melengkapi konsumen bisnis dan individual, termasuk influencer dengan semua yang mereka butuhkan dari hulu sampai hilir. Mulai dari desain, pengembangan produk, pengadaan kain, manufaktur, katalog, pemasaran, inventory management, distribusi, penagihan, layanan pelanggan, modal kerja dan tren forecasting.

Kedua, menghubungkan konsumen tersebut ke banyak merchant di Asia yang sudah menghasilkan 50% pakaian dipakai secara global. Terakhir, menawarkan merchant, terdiri dari produsen pabrikan dan pemasok, dengan perangkat lunak agar bisnisnya lebih efisien.

“Implikasi dari apa yang dilakukan ZAM adalah bahwa industri fesyen akan lebih efisien dan hambatan untuk masuk akan berkurang. Dengan bantuan ZAM, siapa pun dapat menjadi bagian dari industri mode,” terang Ankiti kepada DailySocial.

Untuk menjamin kualitas pelayanan, tim Zilingo melakukan filter yang ketat sebelum tayang di platform ZAM, seperti kunjungan ke kantor, pabrik atau gudang penjual untuk menilai keseluruhan operasi dan standar kepatuhannya. Semua merchant diharuskan untuk memenuhi serangkaian kriteria, termasuk kualitas produk yang baik, punya produk sendiri, dan harga yang kompetitif.

Setelah terdaftar pun ada pelatihan dan konsultasi berkelanjutan yang diselenggarakan Zilingo Merchant Centre. Merchant akan dibantu dengan sejumlah software dan layanan yang bakal mereka butuhkan untuk mengeskalasi bisnisnya.

Berikutnya, ketika ada pemesanan, merchant dapat langsung memprosesnya secara mandiri, baik untuk packaging dan pengirimannya ke manapun destinasinya. Meskipun demikian, Pembayaran harus tetap melalui platform Zilingo. Opsi pembayaran yang bisa dipilih konsumen adalah bank transfer atau gerai Indomaret.

Rencana untuk Indonesia

ZAM pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada Juni 2018. Dua bulan sebelumnya produk ini lebih dahulu dirilis untuk melayani peritel di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut Ankiti, Indonesia menjadi negara penting yang dipersiapkan menyokong keseluruhan bisnis Zilingo.

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk industri fesyen berdasarkan kualitas dan rangkaian produk yang tersedia. Oleh karenanya, fokus Zilingo adalah memberdayakan bisnis lokal dengan menyediakan teknologi terdepan dan berbagai layanan melalui platform.

Ankiti mencontohkan, merchant dapat mengakses langsung ke produsen yang menawarkan jutaan produk dengan analisis tren terkini, layanan logistik yang dapat dipercaya, akses ke modal kerja, dan alat dan layanan lainnya melalui ekosistem pedagang Zilingo.

“Indonesia ada salah satu pasar penting untuk B2B dan kami berharap untuk mengembangkannya. Kami akan berinvestasi untuk infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan untuk lebih mengintegrasikan dan mendigitalkan rantai pasokan mode dan kecantikan.”

Di saat yang sama, karena merchant yang menggunakan platform ZAM semakin beragam, perusahaan siap menambahkan menambahkan lebih banyak layanan seperti manajemen inventaris, HRMS, dan ERP pada platform sehingga beragam bisnis yang lebih luas dapat memperoleh manfaat.

Secara global, ada lebih dari 27 ribu penjual di platform ZAM. Di Indonesia saja, ZAM telah menggaet sekitar 150 manufaktur dari berbagai skala bisnis di Indonesia. 60% di antaranya adalah produsen kain, 20% garmen, dan 20% produk gaya hidup. Diklaim peritel dapat mencari produk dan bahan terbaik hingga 20% lebih murah dibandingkan penyedia atau produsen mereka saat ini.

Ankiti mengklaim saat ini ZAM telah menyumbang sekitar 75% dari total pendapatan Zilingo, meski tanpa menyertakan nilai transaksinya.

Zilingo Announces Series D Funding of 3 Trillion Rupiah

Today (2/12), Zilingo fashion commerce closes Series D Funding worth of $226 million (around 3,1 trillion rupiah). It was from Seqouia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, EDBI, and some previous investors. In this round, the Singapore-based startup has obtained $308 million in total.

Zilingo will use the current funding to invest in necessary infrastructure and technology for integration and digitization of beauty and fashion industry. They also plan to expand further in major market, such as Philippines, Indonesia, and Australia this year.

Zilingo introduces its platform in Indonesia in early 2017 post Series A funding the previous year. In terms of fashion, Indonesia is considered potential. In its early stage, Zilingo creates a local team and acquire more than 2,700 sellers with 100 fashion brands – of course, with intensive publication in the mainstream media.

Aside from increasing traction for B2B and B2C, Zilingo always explore possibility in different business model. As said by Zilingo’s CEO, Ankiti Bose earlier this year, the team plans to reach offline segment for broader networks.

In addition, he also said Zilingo plans to build in-house fintech for credit loan and payment system to all merchants.

Not just a fashion marketplace

Ankiti Bose and Dhruv Kapoor / Zilingo
Ankiti Bose and Dhruv Kapoor / Zilingo

The e-commerce platform was founded by Ankiti Bose and Dhruv Kapoor in 2015. It was then, they found out the fact that small sellers have not enough space to supply fabric as cheap as the giant company. Then, Zilingo went to broader business, not only a marketplace, but also develop system to connect sellers with various companies supporting the fashion industry.

“Technology role is to create inclusive growth. In the fashion industry, inefficiency core supply has prevented SMEs to reach full potential compared to the big brands. We create a place with the best product and service in its class for all sellers – regardless of its value. We think this approach can make a big impact to Southeast Asia’s suppliers,” he added.

In B2B segment, to improve supply chain, they present Zilingo AsiaMall and Z-Seller. Zilingo has a commitment to fasten growth through partnership using the developed technology. Also, the company strives for global potential to market the beauty and fashion products.

Global fashion industry value is predicted to reach $3 trillion, $1.4 trillion is from Asia. It’s the potential Zilingo wants to understand better.

“Sequoia’s investment in Zilingo has existed before the company incorporated and the name Zilingo is finalized. Bose and his team changes the original idea of Zilingo as a platform to serve consumers, sellers, retailers, brands, and the fashion designers overall representing the million dollars market,” Sequoia Capital Singapore’s Managing Director, Shailendra Singh said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here
Pendanaan Zilingo

Zilingo Umumkan Perolehan Pendanaan Seri D Senilai 3 Triliun Rupiah

Hari ini (12/2) layanan fashion commerce Zilingo mengumumkan penutupan putaran pendanaan seri D senilai $226 juta (setara dengan 3,1 triliun Rupiah). Pendanaan ini didapat dari sejumlah investor termasuk Seqouia Capital, Temasek, Burda Principal Investments, Sofina, EDBI dan sejumlah investor sebelumnya. Dengan putaran tersebut, total keseluruhan dana modal yang didapat startup asal Singapura ini berkisar $308 juta.

Zilingo akan menggunakan dana yang ada untuk berinvestasi dalam infrastruktur dan teknologi yang dibutuhkan untuk mengintegrasikan dan mendigitalkan rantai pasokan industri busana dan kecantikan. Mereka juga berencana untuk menguatkan ekspansi di beberapa pasar utama seperti Filipina, Indonesia serta Australia pada tahun ini.

Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia sejak awal tahun 2017 lalu pasca perolehan pendanaan seri A di tahun sebelumnya. Untuk produk busana, Indonesia dinilai sebagai pangsa pasar potensial. Di awal kehadirannya Zilingo langsung membentuk tim lokal, dan menghimpun lebih dari 2700 penjual dengan 100 merek busana — tentu dibumbui publikasi iklan di media mainstream secara gencar.

Selain meningkatkan traksi untuk segmen B2B dan B2C, Zilingo juga terus mengeksplorasi kemungkinan model bisnis lain. Salah satunya disampaikan awal tahun ini oleh Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose. Pihaknya berencana untuk merambah segmen offline demi menyentuh kalangan konsumen yang lebih luas.

Selain itu turut diungkapkan Ankiti soal rencana Zilingo untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.

Bukan sekadar marketplace busana

Founder Zilingo
Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor / Zilingo

Platform e-commerce ini didirikan oleh dua orang founder, yakni Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor, pada tahun 2015. Kala itu founder menemukan fakta bahwa penjual kecil tidak memiliki volume yang cukup untuk memasok bahan baku semurah pengusaha besar. Dari situ Zilingo mulai memperluas bisnis, tidak hanya sekadar marketplace, tapi juga mengembangkan sistem yang menghubungkan penjual dengan berbagai perusahaan pendukung industri busana itu sendiri.

“Peran teknologi seharusnya untuk menciptakan pertumbuhan yang inklusif. Dalam industri busana, ketidakefisienan rantai pasokan inti menghalangi para penjual skala kecil dan menengah untuk membuka potensi penuh mereka dibandingkan dengan brand besar. Kami menciptakan sebuah wadah dengan layanan dan produk terbaik di kelasnya untuk semua penjual – terlepas dari besarannya. Kami rasa pendekatan ini dapat mendukung pertumbuhan besar bagi para pemasok di Asia Tenggara,” ujar Ankiti.

Di segmen B2B, untuk meningkatkan kemampuan rantai pasokan, mereka menghadirkan platform Zilingo AsiaMall dan Z-Seller. Zilingo berkomitmen untuk mempercepat pertumbuhan melalui kerja sama dengan para mitra memanfaatkan teknologi yang dikembangkan. Selain itu perusahaan juga masih terus berupaya membuka potensi global untuk memasarkan produk busana dan kecantikan.

Nilai industri busana global ditaksirkan akan mencapai $3 triliun, sementara $1,4 triliunnya berasal dari Asia. Peluang ini yang coba ingin ditangkap baik-baik oleh Zilingo.

“Investasi Sequoia di Zilingo sudah ada bahkan sebelum perusahaan terinkorporasi dan nama perusahaan Zilingo difinalisasi. Ankiti beserta timnya mengubah ide orisinal mereka tentang Zilingo menjadi sebuah platform yang melayani para konsumen, penjual, retailer, brand, dan produsen di bidang busana secara menyeluruh yang mewakili pasar bernilai ratusan miliar dolar,” ujar Managing Director Sequoia Capital Singapura Shailendra Singh.

Application Information Will Show Up Here
Layanan e-commerce fesyen Zilingo kemungkinan akan buka gerai offline pada tahun ini dan menyediakan layanan fintech untuk merchant

Zilingo Buka Peluang Rambah Segmen Offline dan Dirikan Layanan Fintech

Layanan e-commerce khusus fesyen Zilingo mengungkapkan kemungkinan untuk rambah segmen offline pada tahun ini sebagai antisipasi terhadap tantangan di dunia teknologi yang dinamis.

Co-Founder dan CEO Zilingo Ankiti Bose menuturkan segmen offline adalah bagian terpenting yang menyentuh konsumen. Oleh karenanya, pihaknya ingin memanfaatkan hal tersebut dengan pendekatan yang lebih kreatif.

“Menurut saya pada masa depan tidak sepenuhnya online, offline akan jadi cara terbaik dalam hal pengalaman konsumen,” katanya dalam Indonesia PE-VC Summit 2019, kemarin (24/1).

Belum ada kemungkinan negara mana yang akan disasar Zilingo apabila ingin merealisasikan rencana tersebut. Ankiti memprediksi dalam beberapa waktu mendatang, Indonesia akan jadi kontributor utama bisnis Zilingo baik dari B2B dan B2C.

Tak hanya itu, Zilingo berencana untuk membangun layanan in-house fintech yang ditujukan buat bantuan pinjaman kredit dan sistem pembayaran kepada para merchant.

Dikutip dari DealStreet Asia, Ankiti menjelaskan pihaknya telah membangun seluruh tata letak yang memungkinkan adanya dukungan keuangan kepada seluruh merchant di seluruh rantai pasokan. Layanan fintech ini adalah bagian dari rencana jangka panjang Zilingo yang akan dibangun secara in-house.

Zilingo melayani lebih dari 20 ribu merchant dan retailer di seluruh segmen B2B dan B2C di Asia Tenggara. Tanpa menyebut secara detil, Ankiti mengatakan lebih dari separuh bisnis Zilingo dikontribusikan dari B2B.

Salah satu bisnis Zilingo di B2B adalah Zilingo Asia Mall (ZAM) untuk menyasar pasar di Amerika Serikat dan Eropa. Zilingo hadir di Indonesia sejak setahun lalu dan aktif melakukan kegiatan pemasaran di iklan TV. Selain Indonesia, Zilingo memiliki basis bisnis di Thailand dan Singapura.

Konsep O2O ini sebelumnya juga dilakukan oleh pemain e-commerce fesyen di Indonesia. Beberapa diantaranya yang cukup agresif adalah HijUp dan Berrybenka.

HijUp terhitung memiliki delapan gerai offline yang tersebar di Jakarta, Padang, Lombok, Palembang, dan sebagainya. Bahkan HijUp sudah hadir di Malaysia dan menyusul di London. Sementara Berrybenka kini memiliki 25 gerai offline, beberapa di antaranya diletakkan di pusat perbelanjaan.

Application Information Will Show Up Here
Zilingo management during the launch in Jakarta / DailySocial

Zilingo is Officially Launched, Aim to Dominate Indonesia’s Fashion Commerce Market

Zilingo is officially launched in Indonesia. This is a second expansion of the Thailand’s fashion marketplace after Singapore. Operational has been started since February 2017 with seven people and has been expanded into 50.

In competition among similar business players, Zilingo has prepared some marketing strategies of advertisement in various platform (TV and online) and acquired merchants from all business scales. It is a necessity to increase brand awareness for millennial, Zilingo’s target consumers.

All those strategies are supported by a fresh funding worth US$54 million (around Rp744 billion). The series C funding is led by Sofina, Burda Principal Investment, and Sequoia Capital India. Amadeus Capital is joining as a new investor.

Existing investors like Tim Draper, SIG, Venturra, Beenext, Manik Arora, and Wavemaker are also participating.

“We thank all investors for showing great confidence to our team and vision for fashion trade in the region,” Ankiti Bose, Zilingo’s CEO and Co-Founder, said (4/6).

He said that Indonesia is showing a rapid business growth from the other two countries. Overall, more than 10 thousand unit merchants has joined, 15% are Indonesia-based.

“Since the last six months, Zilingo Indonesia in general has grown by 7 times.”

Zilingo Indonesia plans

Zilingo will acquire more merchants from various business scales to increase consumer’s option. The company will bring product supplies overseas to facilitate Indonesia’s consumers in looking for imported fashion product with original quality. Up until now, Zilingo’s supplies are spread across China, Bangladesh, Vietnam, and Cambodia ready for shipping to all operational states.

Local merchants will be directed by Zilingo to market its products globally. Thus, there will be many Indonesian products going global.

“Therefore, local designers can go international, besides we provide overseas products for Indonesia’s market.”

Zilingo business model

Zilingo’s business model is a marketplace bridging fashion merchants with users. The company will not provide warehouse and shipping but create an ecosystem that allows all merchants to make good offerings and the company will handle online marketing.

Zilingo has more than 25 payment and API logistics integration that allows merchants for shipping from one location to many countries. At the same time, it allows them to manage online shops in their chosen language and currency, sell in many different countries and accept international payment in local currency.

Zilingo helps merchants in funding, insurance, and next-day delivery. It also provides warehouse service, packaging, video production, photoshoot, business consultation, and skill-based training.

Companies opens wide opportunities for merchants to join, they didn’t charge listing fee. However, there is a commission agreed to be given to Zilingo for successful transactions.

“We have quality control team to ensure the products sold by merchant is original. If a merchant selling branded goods, our team will come and check the original certificate for proof. Therefore, merchants in our platform are previously curated,” Sarah Humaira, Zilingo Indonesia’s Marketing Director, said.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Application Information Will Show Up Here

Zilingo Resmikan Kehadiran, Berambisi Dominasi Pasar Indonesia

Marketplace fesyen Zilingo meresmikan kehadirannya di Indonesia. Ekspansi ini merupakan kali kedua yang dilakukan oleh perusahaan asal Thailand tersebut setelah sebelumnya mereka meresmikan kehadirannya di Singapura. Operasional Zilingo di Indonesia sebenarnya sudah dimulai sejak Februari 2017 dengan tim berjumlah 7 orang, dan kini telah berkembang mencapai 50 orang.

Untuk bersaing dengan pemain bisnis sejenis, Zilingo menyiapkan sejumlah strategi pemasaran, mulai dari beriklan di berbagai platform (televisi hingga online) dan menjaring penjual dari berbagai skala bisnis. Semua itu dilakukan demi meningkatkan brand awareness bagi kalangan millennials sebagai sasaran konsumennya.

Sejumlah strategi tersebut juga akan didukung oleh sokongan dana segar yang baru didapat Zilingo sebesar US$54 juta (sekitar Rp744 miliar). Pendanaan seri C ini dipimpin oleh Sofina, Burda Principal Investments, dan Sequoia Capital India. Amadeus Capital juga turut bergabung sebagai investor baru.

Investor lainnya yang turut berpartisipasi dalam putaran ini adalah Tim Draper, SIG, Venturra, Beenext, Manik Arora, dan Wavemaker. Putaran ini melampaui pencapaian investasi seri B yang didapat perusahaan pada lima bulan lalu, yakni sebesar US$17 juta. Bila ditotal dengan perolehan terbaru, kini Zilingo telah memperoleh US$82 juta.

“Kami berterima kasih kepada semua investor karena terus menunjukkan kepercayaan yang besar terhadap tim dan visi kami untuk perdagangan fesyen di wilayah ini,” terang Co-Founder dan CEO Ankiti Bose, Jumat (6/4).

Menurutnya, Indonesia merupakan negara dengan pertumbuhan bisnis tercepat dibandingkan kedua negara lainnya. Secara keseluruhan, pertumbuhan merchant yang bergabung sudah mencapai lebih dari 10 ribu unit, sekitar 15% di antaranya berasal dari Indonesia.

Pengguna Zilingo sendiri tercatat telah mencapai 5 juta orang, 20% di antaranya (sekitar 1 juta orang) dari Indonesia. Total SKU yang dimiliki perusahaan mencapai 2 juta item dengan persentase 35% dari Indonesia.

“Sejak enam bulan terakhir, secara umum bisnis Zilingo di Indonesia tumbuh hampir 7 kali lipat.”

Rencana Zilingo di Indonesia

Pihak Zilingo akan terus menambah kemitraan dengan penjual dari berbagai skala usaha. Dengan berbagai macam jenis mitra yang digaet, tentunya akan memudahkan para konsumen untuk memilih produk sesuai dengan selera masing-masing.

Perusahaan juga bakal membawa pasokan produk dari luar negeri, dari brand berkelas, untuk memudahkan konsumen Indonesia dalam mencari produk fesyen impor kualitas asli. Sejauh ini, Zilingo memiliki pasokan tersebar di Tiongkok, Bangladesh, Vietnam, dan Kamboja yang siap mengirim barang ke negara operasional Zilingo.

Bagi penjual lokal, mereka juga akan dibantu Zilingo untuk memasarkan produknya ke skala internasional. Dengan demikian, akan semakin banyak produk Indonesia yang go global.

“Jadi desainer lokal bisa go international, selain kami menyediakan produk dari luar untuk pasar Indonesia.”

Model bisnis Zilingo

Secara model bisnis, Zilingo adalah marketplace yang menghubungkan merchant fesyen dengan pengguna. Perusahaan tidak menyediakan gudang untuk menyimpan barang dan melakukan pengiriman. Melainkan menciptakan ekosistem yang memungkinkan setiap penjual dapat melakukan penawaran produk yang baik, sementara tugas untuk berjualan secara online diurus oleh Zilingo.

Zilingo memiliki lebih dari 25 integrasi API logistik dan pembayaran yang memungkinkan penjual untuk mengirim dari satu lokasi ke beberapa negara. Pada saat yang sama, pusat penjual Zilingo memungkinkan pedagang untuk mengelola toko online dalam bahasa dan mata uang apa pun pilihan mereka, berjualan di banyak negara yang berbeda, dan menerima pembayaran secara internasional dalam bentuk mata uang lokal.

Zilingo juga membantu pedagang di sisi pembiayaan modal kerja, asuransi, pengiriman di hari berikutnya. Selain itu pihaknya juga memberikan layanan pergudangan dan pengemasan, katalogisasi, produksi video, pemotretan, hingga konsultasi bisnis dan pelatihan berbasis keterampilan.

Perusahaan membuka pintu lebar untuk para pedagang yang ingin bergabung, mereka pun tidak membebankan listing fee. Hanya saja ada kesepakatan komisi yang harus diberikan pedagang kepada Zilingo apabila sukses terjadi transaksi.

“Kami ada tim quality control yang bertugas memastikan barang yang dijual pedagang adalah asli. Apabila ada yang jual barang mewah, tim kami akan mendatangi mereka dan meminta sertifikat asli sebagai buktinya. Jadi pedagang yang sudah masuk dalam platform kami sudah dikurasi sebelumnya,” pungkas Marketing Director Zilingo Indonesia Sarah Humaira.

Application Information Will Show Up Here
Layanan e-commerce fesyen Zilingo kemungkinan akan buka gerai offline pada tahun ini dan menyediakan layanan fintech untuk merchant

Marketplace Fesyen Asia Tenggara Zilingo Peroleh Pendanaan Seri B Senilai 224 Miliar Rupiah

Marketplace fesyen Asia Tenggara Zilingo mengumumkan perolehan dana Seri B senilai $17 juta atau sekitar 224 miliar Rupiah. Pendanaan dipimpin oleh Sequoia Capital India dan Burda Principal Investments. Turut berpartisipasi dalam putaran kali ini adalah sejumlah investor ternama, seperti Tim Draper, dan keluarga Manik Arora (Pendiri IDG Ventures India). Investor terdahulu, yaitu Venturra Capital, SIG, Beenext, dan Wavemaker juga ikut terlibat di pendanaan kali ini. Disebutkan fokus pendanaan kali ini untuk memperkuat posisinya di Indonesia dan mengekspansikan basis suplainya di sini.

Zilingo yang awalnya bermula di Thailand, didirikan oleh Ankiti Bose dan Dhruv Kapoor di tahun 2015. Awal tahun ini mereka berekspansi di Indonesia dan mengklaim telah menjaring ribuan penjual. Kepada DailySocial disebutkan konsep yang dianut Zilingo adalah membantu penjual UKM offline dapat berjualan secara online. Mereka menyediakan dukungan back end secara penuh untuk para penjual, mencakup pusat penjual online dan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengunduh daftar produk, mengelola inventaris, jadwal pickup dan melakukan layanan pelanggan dan pemasaran.

CEO Ankiti Bose dalam rilisnya mengatakan, “Fokus kami membangun ekosistem penjual yang ekstensif di seluruh Asia untuk menjadikan kami [platform] favorit dengan ribuan label privat dan penjual, yang menjadi mesin pertumbuhan sejati kami.”

“Indonesia adalah salah satu pasar dengan pertumbuhan terbesar bagi Zilingo. Indonesia memiliki basis penjual produk fesyen yang unik dan seru dan hal sangat cocok dengan jenis layanan yang coba dihadirkan Zilingo. [Kombinasi] Ini adalah paduan yang tepat,” lanjut Ankiti kepada DailySocial.

Dalam 12 bulan terakhir, Zilingo mengklaim secara total (di 8 negara) telah memperoleh pertumbuhan 10 kali lipat di sisi pendapatan dan memiliki lebih dari 5000 pedagang yang menjual pakaian, perhiasan, dan produk kecantikan.

“Kami sangat kagum dengan pertumbuhan Zilingo dan fokusnya di unit ekonomi yang kuat. Kami percaya ada peluang yang besar untuk membangun marketplace fesyen di kawasan ini dan kami sangat senang bergabung dengan perjalanan mereka,” kata Principal Burda Albert Shyy terkait pendanaan ini.

Tak hanya memperoleh pasar domestik, Zilingo menjanjikan peluang berjualan cross border kepada para penjual yang menggunakan layanannya.

“Seperti penawaran kami di Zilingo Singapura dan Thailand, kami berencana untuk memperkenalkan layanan lintas batas (cross border) di Indonesia. Konsumen dapat berbelanja di platform Zilingo di seluruh Asia Tenggara dan penjual dapat menjual produknya di sana,” ujar Ankiti dalam wawancara terdahulu.

Application Information Will Show Up Here