Tag Archives: Aplikasi iPhone

Fitur Sleep Timer Akhirnya Tersedia di Spotify Versi iOS

Bulan Mei lalu, Spotify merilis fitur Sleep Timer. Sepele namun sangat berguna, Sleep Timer memungkinkan musik untuk berhenti dengan sendirinya sesuai dengan durasi yang ditentukan. Namun sayang yang kebagian kala itu hanyalah pengguna perangkat Android saja.

Beruntung fitur yang sama akhirnya juga hadir di platform iOS lewat update terbaru Spotify. Cara kerjanya sama persis, dan tujuannya adalah supaya pengguna bisa berbaring sembari menikmati lagu-lagu favoritnya tanpa harus bingung untuk mengklik pause sesaat sebelum pengguna benar-benar tertidur.

Mengaktikan fitur ini pun sangat mudah. Setelah memutar lagu atau playlist seperti biasa, buka tampilan Now Playing, lalu klik icon tiga titik di ujung kanan atas. Pilih opsi “Sleep Timer”, lalu tentukan durasi yang diinginkan; antara 5 menit sampai 1 jam, atau sehabis lagu terakhir di album atau playlist yang sedang diputar.

Spotify sendiri punya koleksi playlist teman tidur yang cukup melimpah dan bervariasi, mulai dari musik klasik sampai bermacam suara ambient. Namun saya yakin tidak ada yang suka terbangun di tengah malam akibat musik yang justru menemaninya tidur tadi. Sleep Timer-lah solusinya.

Fitur ini sudah tersedia di versi terbaru aplikasi Spotify di iPhone maupun iPad. Update-nya sendiri mungkin tidak akan langsung muncul di semua perangkat pengguna secara serentak, jadi bagi yang belum mungkin bisa bersabar sedikit menanti versi terbarunya di App Store.

Sumber: SlashGear. Gambar header: Tyler Lastovich via Unsplash.

Aplikasi NeuralCam Hadirkan Fitur Night Sight ala Pixel 3 pada iPhone

Menilai kualitas kamera smartphonesmartphone flagship bukanlah suatu pekerjaan yang mudah, apalagi mengingat semakin ke sini persaingannya semakin ketat. Namun di area yang lebih spesifik, seperti misalnya fotografi malam, sejauh ini Google Pixel 3 dan Huawei P30 Pro masih belum tertandingi.

Kedua smartphone tersebut sama-sama dibekali fitur Night Sight yang mengesankan. Mereka pada dasarnya dapat melihat di kegelapan, menangkap gambar yang semestinya serba hitam jika dijepret menggunakan kamera smartphone lain. Dalam beberapa kesempatan, hasil jepretan kedua kamera ini bahkan lebih jelas ketimbang yang terlihat oleh mata manusia.

NeuralCam

Rahasianya, di balik hardware yang mumpuni, adalah computational photography. Pengolahan berbasis software inilah yang memungkinkan kedua ponsel tersebut menangkap gambar yang terang meski di lokasinya sangat minim sumber pencahayaan.

Kabar baiknya, seorang developer bernama Alex Camilar telah berusaha mewujudkan kapabilitas yang sama bagi para pengguna iPhone. Aplikasi bikinannya, NeuralCam, pada dasarnya dapat menghadirkan fitur Night Sight yang sekelas dengan penawaran Pixel 3 dan P30 Pro.

NeuralCam

NeuralCam bekerja di belakang layar, memroses deretan foto yang dijepret dalam parameter exposure yang beragam. Cara kerjanya kira-kira mirip seperti fitur HDR, hanya saja lebih kompleks dan hasilnya pun lebih memukau. Selain kamera belakang, NeuralCam juga bisa digunakan bersama kamera depan.

Alex mengaku bahwa fitur Night Mode yang tersedia di ponsel-ponsel Android-lah yang menjadi inspirasinya. Dari segi hardware, kamera iPhone tergolong sangat mumpuni, dan apa yang dilakukan Alex hanyalah sebatas memaksimalkan potensinya melalui software.

Bagi yang tertarik, NeuralCam saat ini sudah bisa dibeli lewat App Store seharga Rp 45 ribu (harga perkenalan). Perangkat paling tua yang masih kompatibel adalah iPhone 6.

Sumber: DPReview.

Aplikasi Spectre Bantu Pengguna iPhone Ciptakan Foto Long Exposure Tanpa Ribet

Seperti yang kita tahu, perkembangan kamera smartphone tidak akan sepesat ini tanpa kemajuan di bidang computational photography. Bokeh artifisial pada hasil jepretan smartphone kita baru menggambarkan sebagian kecil dari potensi computational photography yang sebenarnya, sebab masih ada banyak yang bisa dieksplorasi.

Hal itu telah dibuktikan oleh Spectre, aplikasi kamera baru untuk iPhone yang digarap oleh tim yang sama yang mengerjakan aplikasi Halide. Spectre dirancang untuk membantu para pengguna iPhone menyalurkan hobi fotografi long exposure-nya tanpa harus melibatkan tripod maupun alat bantu lainnya, melainkan hanya dengan keterlibatan AI.

Teknik yang diterapkan Spectre cukup unik. Pada kamera biasa, foto long exposure dihasilkan dengan menyetel shutter speed dalam kecepatan selambat mungkin. Spectre tidak demikian, ia akan menjepret ratusan foto yang berbeda secara beruntun dalam beberapa detik, sebelum akhirnya disunting dan disatukan menjadi format live photo.

Spectre Camera

Dilihat dari sudut pandang yang praktis, ada banyak yang bisa dilakukan oleh Spectre. Yang pertama, Spectre bisa menghapuskan keramaian dari suatu foto, ideal untuk mengabadikan lokasi yang populer di kalangan para turis.

Yang kedua, Spectre mampu mendeteksi scene secara otomatis. Jadi ketika Anda memotret di malam hari, Spectre akan mengaktifkan mode untuk mengambil foto jejak cahaya (light trails), foto pemandangan kota, maupun foto light painting.

Saat memotret air terjun, maupun lokasi-lokasi lain di mana air menjadi sorotan utama, Spectre juga bakal secara otomatis menyulap airnya menjadi blur sampai akhirnya kelihatan mulus.

Salah satu hasil foto yang dihasilkan aplikasi Spectre / Chroma Noir
Salah satu hasil foto yang dihasilkan aplikasi Spectre / Chroma Noir

Secara teknis, Spectre bisa digunakan untuk mengambil foto dengan durasi exposure hingga 9 detik. 9 detik adalah waktu yang lama, untuk itu Spectre juga dibekali fitur stabilization berbasis AI, sehingga hasil akhirnya tetap akan kelihatan mulus.

Buat yang tertarik mencoba, Spectre saat ini sudah bisa diunduh lewat App Store dengan harga perkenalan sebesar Rp 29 ribu. Perangkat paling tua yang kompatibel adalah iPhone 6, akan tetapi Anda butuh minimal iPhone 8 untuk bisa menikmati semua fitur berbasis AI-nya.

Sumber: SlashGear.

Lego AR Playgrounds Ajak Kita Mengeksplorasi Set Lego Rakitan Secara Digital

Pada konferensi developer yang dihelat Apple Juni lalu, divisi Creative Play Lab dari Lego diberi kesempatan untuk mendemonstrasikan karya terbarunya di bidang augmented reality, sekaligus menyoroti sederet pembaruan yang dihadirkan pada platform AR bikinan Apple.

Kreasi mereka tersebut adalah Lego AR Playgrounds, yang baru saja dirilis untuk perangkat iOS 12. Premis utama Playgrounds adalah mengajak para pemain untuk berinteraksi dengan balok Lego secara fisik sekaligus elemen-elemen digital yang disajikan aplikasi.

Jadi ketika pengguna mengarahkan kamera iPhone atau iPad-nya ke set Lego yang kompatibel (sementara baru dari seri Lego Ninjago), mereka dapat melihat balok-balok tersebut menjadi ‘hidup’, lengkap dengan tambahan elemen digital lainnya.

Lego AR Playgrounds

Berkat Playgrounds, set Lego yang kita rakit pada dasarnya tidak sebatas menjadi pajangan saja. Pastinya ada kepuasan sendiri bermain-main secara interaktif selagi melibatkan set Lego kebanggaan kita. Lego tidak lupa melengkapinya dengan narasi yang menarik, sehingga anak-anak berusia 9 tahun atau lebih bisa semakin terpikat.

Playgrounds bisa dilihat sebagai tahap eksplorasi lebih lanjut atas set Lego yang kita rakit. Namun seandainya Anda belum mempunyai set Lego yang kompatibel, Playgrounds masih bisa dimainkan hingga lima level pertama; yang Anda butuhkan hanyalah permukaan datar seperti meja guna bermain dalam mode AR-only.

Lego AR Playgrounds saat ini sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari App Store. Lego memastikan bahwa tidak ada satu pun iklan atau opsi in-app purchase pada aplikasi. Masuk akal mengingat game ini mendorong kita untuk membeli set Lego demi mendapatkan kepuasan yang maksimal.

Sumber: Lego.

Berkanan Adalah Aplikasi Pesan Instan Berbasis Bluetooth

Saya masih ingat zaman BlackBerry masih merajai pasar smartphone tanah air beberapa tahun lalu. Kala itu, saking spesial dan populernya BlackBerry beserta aplikasi pesan instannya (BBM), hampir semua operator telekomunikasi menyediakan paket khusus chatting saja yang harganya lebih ekonomis. Sekarang, hampir semua dari kita sudah melupakannya dan tidak lagi keberatan membayar tarif yang lebih mahal demi mengonsumsi konten internet sebagaimana mestinya.

Dari sudut pandang lain, kita sejatinya sudah sangat bergantung dengan koneksi internet. Ketika macet, bahkan mengirim pesan di WhatsApp pun tidak mungkin dilakukan. SMS? Bisa, asalkan ada pulsa, yang nyatanya sering kali habis dibelikan kuota data. Alternatifnya, gunakan Bluetooth.

Bluetooth pada dasarnya hanya memiliki satu batasan, yaitu jarak. Asalkan masih dalam jangkauan koneksi, Bluetooth tidak akan terpengaruh sama sekali oleh jaringan seluler yang buruk. Alhasil, ketika internet macet seperti tadi, kita bisa memanfaatkan aplikasi pesan instan berbasis Bluetooth bernama Berkanan berikut ini.

Berkanan app

Berkanan benar-benar cuma membutuhkan Bluetooth untuk bisa bekerja. Pengguna sama sekali tidak perlu mendaftarkan akun; begitu dibuka aplikasinya, mereka bisa langsung mulai chatting dengan pengguna lain di dekatnya. Chatting bisa dilakukan satu lawan satu (terenkripsi), atau bisa juga secara publik (pesan dikirim ke siapapun pengguna Berkanan yang berada dalam jangkauan, lalu otomatis hilang setelah 24 jam).

Selain pesan teks, pengguna Berkanan juga bisa saling menelepon (audio only) via Bluetooth. Jaraknya tidak boleh lebih dari 50 meter. Andai lebih, Berkanan rupanya masih bisa mengakalinya asalkan ada pengguna lain di antara Anda dan lawan bicara; pengguna lain itu dijadikan semacam ‘jembatan’ untuk menghubungkan Anda dan lawan bicara Anda.

Pengguna Berkanan bisa melihat siapa saja pengguna lain yang berada di dekatnya, tapi masing-masing tidak ada yang bisa tahu lokasi persisnya. Kembali ke premis awal, Berkanan bakal terasa sangat berguna di tempat-tempat yang kondisi jaringan selulernya jelek, semisal di festival musik, di kaki gunung selagi berkemah, maupun di dalam kabin pesawat.

Pengguna perangkat iOS saat ini sudah bisa mengunduh Berkanan secara cuma-cuma dari App Store (belum tahu apakah bakal ada versi Android-nya atau tidak). Aplikasi bisa digunakan sepenuhnya tanpa mengeluarkan biaya, kecuali Anda hendak memasang foto profil (dapat ditebus via in-app purchase senilai Rp 45 ribu).

Sumber: TechCrunch.

Aplikasi Ini Janjikan Efek Bokeh yang Lebih Realistis Ketimbang Portrait Mode Bawaan iPhone

Portrait Mode, atau apapun nama yang dipilih masing-masing pabrikan, adalah fitur yang mengemulasikan efek bokeh macam yang biasanya didapati ketika memotret menggunakan kamera DSLR dan lensa dengan aperture besar. Umumnya, fitur ini dicapai lewat konfigurasi kamera ganda, tapi ada juga yang tidak.

Apple boleh dibilang sebagai pelopor tren fitur Portrait Mode. Saat fitur tersebut pertama dirilis dalam status beta di iPhone 7 Plus, kinerjanya tergolong payah. Namun seiring berjalannya waktu, Portrait Mode kian membaik, dan Apple pun lanjut memperluas fungsinya ke fitur lain, yaitu Portrait Lighting.

Namun bagi yang masih kurang puas dengan efek bokeh yang dihasilkan Portrait Mode, solusinya bisa dengan mengandalkan bantuan aplikasi pihak ketiga. Spesifiknya aplikasi bernama Focos berikut ini, yang diklaim mampu menghasilkan efek bokeh yang lebih realistis dan kelihatan profesional ketimbang Portrait Mode, plus memberikan opsi kustomisasi yang melimpah.

Focos

Benar atau tidak bokeh yang dihasilkan lebih realistis menurut saya sangat bergantung pada selera masing-masing pengguna. Pengguna juga tak harus memakai Focos sebagai kamera, tinggal import foto Portrait Mode yang sudah diambil lalu edit menggunakan Focos.

Kustomisasi yang ditawarkan mencakup bentuk bokeh yang diinginkan, jadi tidak cuma lingkaran biasa saja, tapi bisa juga yang berbentuk bintang seperti yang kerap dihasilkan komunitas DIY. Titik fokus juga bisa diubah-ubah pasca pemotretan mengingat kedua kamera iPhone menyimpan data 3D yang lengkap.

Focos dikembangkan oleh developer yang sama yang menggarap aplikasi Colorburn dan MaxCurve. Aplikasinya sekarang sudah bisa diunduh secara cuma-cuma dari App Store. Tentu saja, Anda harus menggunakan iPhone 7 Plus, 8 Plus atau iPhone X – yang berkamera ganda – untuk bisa memaksimalkan potensinya.

Sumber: DPReview.

Aplikasi Kamera Ini Tunjukkan Cara yang Tepat untuk Memaksimalkan Layar Masif iPhone X

Ukuran bezel smartphone menyusut drastis di tahun 2017 ini. Masing-masing pabrikan punya caranya sendiri dalam mengeksekusi konsep smartphone yang nyaris tidak ber-bezel: Samsung memilih gaya desain simetris, Xiaomi memilih menempatkan kamera depan di bawah layar agar bagian atasnya sama sekali tidak memiliki bezel, sedangkan Apple memilih menyisakan sepotong bezel kecil di bagian atas.

Cara yang diambil Apple ini menuai kontroversi. Banyak yang terkesan dengan penampilan iPhone X dari depan, tapi banyak juga yang tidak suka dan merasa terganggu oleh kehadiran sepotong bezel kecil itu. Namun ini merupakan bentuk kompromi yang harus Apple tanggung guna menyematkan teknologi pengenal wajah pengganti Touch ID.

Terlepas dari itu, Apple cukup beruntung dengan komunitas developer-nya yang kreatif. Salah satu contohnya adalah developer aplikasi kamera manual Halide, yang baru-baru ini meluncurkan update demi memaksimalkan layar masif iPhone X, sekaligus mengakali potongan kecil di bagian atas layarnya itu tadi.

Perbandingan tampilan Halide 1.5 di iPhone X (kiri) dan iPhone 8 (kanan) / Chroma Noir & Rune
Perbandingan tampilan Halide 1.5 di iPhone X (kiri) dan iPhone 8 (kanan) / Chroma Noir & Rune

Secara default, iOS 11 di iPhone X menampilkan jam dan indikator sinyal beserta baterai di ujung kiri dan kanan atas layar. Developer Halide menilai bagian tersebut bisa dimanfaatkan untuk menampilkan elemen informasi yang cukup krusial, tapi hampir tidak membutuhkan interaksi dari pengguna sama sekali.

Sisi kirinya dihuni oleh histogram, sedangkan sisi kanannya menampilkan indikator exposure compensation. Penempatannya terbilang cerdas karena pengguna masih bisa memantaunya dengan mudah, tapi di saat yang sama keduanya sama sekali tidak mengganggu elemen terpenting dari sebuah aplikasi kamera, yakni viewfinder.

Hal ini tak mungkin dicapai dengan iPhone 8 dan iPhone 8 Plus tanpa menciutkan ukuran tampilan viewfinder. Tidak kalah menarik adalah, semua elemen kontrolnya diposisikan di bawah agar pengguna bisa dengan mudah mengoperasikannya memakai satu tangan – penting mengingat layar iPhone X memang jauh lebih panjang ketimbang pendahulu-pendahulunya.

Halide 1.5

Selebihnya, Halide versi 1.5 membawa sederet penyempurnaan teknis guna meningkatkan performanya. Namun yang lebih penting adalah bagaimana aplikasi ini bisa membuktikan peran besar user interface dalam memaksimalkan potensi dari sebuah perangkat.

Tanpa ada upaya dari developer seperti ini, menggunakan iPhone X bakal terasa tidak jauh berbeda dari iPhone 8 atau 8 Plus, sebab aplikasi yang belum di-update akan menampilkan bezel virtual berukuran besar di bagian atas dan bawah layar.

Halide 1.5 sendiri sekarang sudah tersedia di App Store seharga Rp 75 ribu.

Sumber: Halide via DPReview.

Aplikasi Explorest Bantu Fotografer Temukan Spot Foto Baru dengan Sangat Presisi

Fitur geotagging di Instagram sebenarnya sudah bisa membantu kita mencari spot foto baru yang begitu indah dan menanti untuk diabadikan. Namun kalau Anda mencari panduan lokasi foto yang lebih mendetail, ada baiknya Anda melirik aplikasi iOS baru bernama Explorest berikut.

Explorest tidak cuma menampilkan lokasi foto di peta begitu saja, tetapi juga koordinat GPS-nya secara presisi sesuai dengan titik dimana sang fotografer berdiri dan mengambil gambar. Yup, misal Anda hendak mengambil foto Marina Bay Sands selagi matahari terbenam, Explorest akan menunjukkan titik yang paling tepat untuk membidikkan kamera.

Data-data ini didapat dari fotografer lokal. Mereka bakal mendapat imbalan beberapa persen dari pendapatan yang Explorest terima untuk setiap in-app purchase yang dibeli pengguna. In-app purchase senilai $5 per bulan (atau $30 per tahun) ini dibutuhkan untuk membuka akses terhadap informasi lokasi yang lebih lengkap, termasuk koordinat GPS itu tadi.

Selain titik pemotretan, Explorest juga akan menyajikan informasi yang tak kalah penting seperti waktu dan cara terbaik untuk datang ke lokasi, prakiraan cuaca, serta pengaturan kamera yang digunakan untuk mengambil setiap gambar.

Untuk sekarang Explorest baru menyediakan panduan lokasi di Singapura saja, tapi mereka berjanji untuk memperluas cakupannya ke negara-negara lain dalam waktu dekat. Buat pengguna iPhone yang tertarik mencoba, Explorest bisa diunduh dengan gratis dari App Store, dan fitur premiumnya juga bisa dinikmati secara cuma-cuma sampai tanggal 31 Juli mendatang.

Sumber: DPReview.

App Buatan Microsoft Ini Narasikan Apa yang Terjadi di Sekitar Pengguna Tuna Netra

Tim Microsoft Research tidak henti-hentinya bereksperimen dengan artificial intelligence (AI). Karya terbaru mereka adalah sebuah aplikasi iOS yang sangat keren sekaligus fungsional, terutama apabila Anda memiliki gangguan indera penglihatan atau bahkan merupakan seorang tuna netra.

Dinamai Seeing AI, aplikasi ini memang mengemas sistem kecerdasan buatan yang mampu melihat dan mengenali beragam objek di sekitarnya, kemudian menarasikannya kepada pengguna dengan suaranya. Seandainya satu meter di depan Anda ada seseorang yang sedang menangis, Seeing AI bakal mendeskripsikannya secara akurat.

Microsoft Seeing AI

Selain mengenali wajah orang sekaligus ekspresinya, Seeing AI juga bisa membacakan teks pendek yang misalnya terpampang di amplop secara instan, atau bahkan satu dokumen penuh dengan cara memotretnya terlebih dulu. Tak hanya itu, nantinya Seeing AI bahkan bisa mengenali uang tunai yang ada di hadapan pengguna dan membacakan jumlahnya.

Tidak kalah menarik adalah kemampuan Seeing AI mengenali berbagai produk di supermarket dengan memindai barcode-nya. Kalau Anda kesulitan melihat, bagaimana Anda bisa menemukan barcode-nya? Well, selagi Anda mengarahkan kamera ponsel, Seeing AI akan membunyikan indikator suara untuk membantu Anda menemukan barcode di suatu kaleng daging kornet misalnya.

Microsoft Seeing AI

Menggunakan Seeing AI bisa diibaratkan memiliki narator yang selalu berada bersama Anda, menceritakan apa saja yang terjadi di sekitar Anda. Microsoft bahkan sedang menguji fitur eksperimental yang memungkinkan Seeing AI untuk mengenali suatu peristiwa atau kejadian di sekitar, jadi bukan cuma benda-benda mati saja.

Seeing AI saat ini sudah tersedia secara cuma-cuma di App Store, tapi sayang baru di Amerika Serikat, Kanada, India, Hong Kong, Selandia Baru dan Singapura. Microsoft berencana untuk merilisnya di negara-negara lain, tapi saya belum menemukan indikasi kalau versi Android-nya sedang digodok. Bahasa yang didukung sejauh ini juga baru bahasa Inggris.

Sumber: The Next Web.

Apple Luncurkan Clips, Aplikasi Pembuat Video dengan Deretan Fitur ala Snapchat dan Prisma

Selain mengumumkan iPad baru, Apple rupanya juga memperkenalkan sebuah aplikasi baru bernama Clips. Aplikasi ini pada dasarnya dirancang untuk mempermudah pengguna membuat foto atau video yang menarik tanpa harus melalui proses editing yang kompleks.

Apple sejatinya banyak menyematkan elemen-elemen aplikasi yang tengah populer saat ini, katakanlah Snapchat, Prisma, Instagram dan Vine. Clips menawarkan deretan real-time filter, termasuk yang bergaya lukisan seperti yang ditawarkan Prisma. Selain filter, berbagai macam efek, grafik dan teks juga bisa ditambahkan langsung ke atas video.

Foto dan video bisa langsung diambil melalui Clips, atau pengguna juga bisa memanfaatkan konten yang sudah tersimpan di perangkatnya. Fitur unik yang ditawarkan Clips adalah Live Titles, dimana pengguna dapat menambahkan judul maupun teks lain hanya dengan mengucapkannya.

Teks akan muncul mengikuti ucapan pengguna secara real-time, lalu pengguna tinggal memilih gaya animasi yang berbeda. Total ada 36 bahasa yang bisa dikenali oleh fitur ini.

Saat ingin membagikan video via iMessage, Clips akan memberikan rekomendasi nama-nama orang yang muncul dalam video / Apple
Saat ingin membagikan video via iMessage, Clips akan memberikan rekomendasi nama-nama orang yang muncul dalam video / Apple

Apple memastikan bahwa pengguna Clips bisa menciptakan video yang terdiri dari beberapa klip sekaligus tanpa perlu memusingkan aspek editing seperti timeline dan sebagainya. Setelahnya, video tinggal dibagikan ke media sosial seperti Instagram, Facebook, bahkan YouTube dan Vimeo.

Fungsi sharing ini akan lebih menarik lagi jika medium yang digunakan adalah iMessage, sebab Clips akan memberi rekomendasi nama-nama orang yang muncul dalam video, sehingga kemudian Anda bisa memprioritaskan mereka ketimbang yang lain.

Clips bakal tersedia secara cuma-cuma di App Store mulai April mendatang. Aplikasi ini hanya kompatibel dengan perangkat iOS 64-bit yang menjalankan iOS minimal versi 10.3.

Sumber: Apple.