Aplikasi Guides by Lonely Planet yang dirilis tahun lalu berhasil memapankan jati diri sang media publikasi di ranah digital. Setidaknya sudah ada lebih dari satu juta orang yang mengunduh Guides menurut pengakuan CEO muda Lonely Planet, Daniel Houghton, dan ini menginspirasi mereka untuk mengerjakan aplikasi mobile mereka yang kedua.
Lonely Planet sejatinya banyak belajar dari Instagram dalam menggarap aplikasi bernama Trips by Lonely Planet ini. Seperti yang kita tahu, Instagram memang selama ini kerap menjadi bahan inspirasi sekaligus medium berbagi oleh banyak traveler. Tanpa punya maksud untuk menyaingi, Trips justru ingin menjadi pelengkap Instagram.
Dalam Trips, pengguna bisa mengumpulkan inspirasi liburan maupun membagikan pengalaman menariknya menjelajah berbagai belahan dunia. Anda boleh menganggap Trips sebagai koleksi travel blog mini yang dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, sebab kontennya memang berasal dari komunitas pengguna.
Hal ini pun membuat Trips sanggup mengatasi salah satu kelemahan Guides, yakni dukungan lokasi yang masih terbatas. Trips tidak mengenal batasan tersebut, sebab siapa saja bebas mengunggah koleksi foto perjalanannya ke lokasi paling terpencil sekalipun, lalu mengemasnya dalam layout yang menarik.
Jadi setelah pengguna memilih beberapa foto dari galeri ponselnya, Trips akan memanfaatkan data waktu dan lokasi dari foto-foto tersebut untuk menciptakan layout cerita yang apik. Setelahnya, pengguna dipersilakan untuk mengunggahnya langsung atau mengeditnya lebih lanjut; mengganti foto sampulnya, menambahkan sejumlah narasi atau bahkan menyelipkan video.
Pengguna bebas memilih untuk membagikan kisah perjalanannya ke publik atau untuk orang-orang tertentu saja. Yang menarik, konten dalam Trips ternyata juga bisa dilihat lewat browser, seperti ini contohnya.
Trips saat ini sudah tersedia secara cuma-cuma untuk pengguna iPhone. Versi Android-nya dijadwalkan menyusul dalam waktu dekat.
Travel blog maupun aplikasi macam Pinterest dan Trip Advisor merupakan salah satu sumber inspirasi utama bagi Anda yang gemar berwisata. Namun terkadang sebuah foto Instagram saja sudah cukup menginspirasi tujuan Anda selanjutnya.
Sebuah startup bernama Sherpa percaya bahwa koleksi konten yang masif yang sudah ada di Instagram bisa dijadikan panduan wisata asalkan diorganisasikan dengan baik. Itulah yang mereka lakukan lewat aplikasi iPhone mereka yang bernama Sherpa.
Sherpa sederhananya akan mengubah foto-foto traveling terbaik di Instagram menjadi panduan wisata terkurasi, dengan memanfaatkan fitur geotagging milik media sosial tersebut. Kontennya disajikan secara visual dan dengan informasi pelengkap dari layanan lain seperti Foursquare atau Wikipedia.
Selama tahap beta, Sherpa telah mengajak lebih dari 2.000 pengguna Instagram bereputasi yang tersebar di 90 negara. Sekarang setidaknya sudah ada lebih dari 500.000 foto yang dikelompokkan menjadi 15.000 album panduan wisata.
Pengguna bebas mencari koleksi foto berdasarkan nama lokasi, atau mencomot dari daftar lokasi yang sedang ngetren. Konten dari Wikipedia dimaksudkan supaya Anda setidaknya punya sedikit pemahaman tentang lokasi tersebut, tapi fokus utama Sherpa adalah menginspirasi Anda lewat foto-foto traveling terbaik.
Ke depannya, Sherpa bahkan berniat untuk menghadirkan fitur booking demi kelancaran monetisasi mereka. Contoh yang paling gampang, pengguna nantinya bisa mencari sekaligus memesan hotel di suatu lokasi berdasarkan foto yang dilihat.
Sherpa sekarang sudah bisa diunduh secara cuma-cuma melalui App Store. Sayang belum ada informasi apakah ia akan mendarat di Android juga atau tidak.
Coba lihat kalender di smartphone-mu! Sepanjang tahun 2017 ini, ada berapa tanggal yang kamu tandai dengan titel “Weekend gateway”? Lalu, semakin mendekati periode pertengahan tahun, sudah berapa liburan yang terealisasi?
“I have had a holiday, and I’d like to take it up professionally,” ungkap penyanyi Kylie Minogue. Dengan banyaknya destinasi impian di kepala, rasanya sayang sekali jika keinginan liburan hanya berakhir menjadi rencana di atas kertas atau wacana di grup messenger—yang terkubur oleh chat room dengan klien atau bos di kantor.
Ya, kesibukan harianlah yang seringkali membuat liburan terasa ribet dan akhirnya tidak direalisasikan secara matang. Padahal, dengan berjibun mobile apps yang tersedia di Google Play atau App Store, liburanmu akan lebih terasa mudah, dari mulai perencanaan sampai kembali pulang ke rumah.
DailySocial telah mewawancarai orang-orang yang mengaku merasa sangat terbantu liburannya oleh mobile apps andalan mereka. Di antara mereka, tentu ada yang menggunakan aplikasi yang sama antara satu dan lainnya. Namun di sini DailySocial akan menyajikan cerita pengalaman terbaik dari beberapa aplikasi yang mewakili mereka.
1. “Kalau mau booking tiket pesawat atau kamar hotel, gue pasti larinya ke mobile apps.” – Love, 24 tahun, Marketing Staff
Pada zamannya, tiket pesawat hanya tersedia di satu tempat, pemesanan kamar hotel hanya terjadi via pesawat telepon, dan tiket kereta api hanya bisa dibeli di loket. Bagi yang mengalami masa itu tentu akan sulit mempercayai jika sekarang mobile apps mampu melakukan semua hal tadi hanya melalui beberapa tahapan saja.
Diakui Love, salah satu karyawan perusahaan swasta, dalam tahap perencanaan liburan, aplikasi booking platform kini tak ubahnya menu wajib yang harus dikunjungi. “Gue kebantu banget buat nyari tiket murah. Terus gue juga bisa tahu mau tidur di mana kalau lagi traveling,” ujar Love. “Udah gitu ada rekomendasi dari orang-orang juga ‘kan. Pokoknya, kalau mau booking tiket pesawat atau kamar hotel, gue pasti larinya ke mobile apps kayak Traveloka atau Tiket.com.”
2. “Ojek online udah paling pas buat traveling di kota-kota besar.” – Tama, 23 tahun, Business Development Staff
Dengan merambahnya on-demand service, aplikasi seperti Go-Jek, Grab Bike, maupun Uber ternyata banyak diandalkan para traveler untuk memuluskan itinerary mereka. Tama, misalnya. Pria yang bekerja di salah satu startup di Jakarta Selatan ini banyak menggunakan fitur dalam sebuah aplikasi on-demand service.
“Ojek online udah paling pas buat traveling di kota-kota besar. Kayak Go-Jek tuh. Gue biasanya dari stasiun atau bandara ke hotel, atau dari hotel ke spot wisata, biasanya pake ojek online. Kalau mager di hotel, pesen makan pakai Go-Food,” jelas Tama.
3. “Gue sih pake Google Maps biar gak nyasar ke pantai.” – Isan, 24 tahun, Social Media Manager
Dulu, sebagai penunjuk arah, GPS tracker adalah peranti yang berdiri sendiri. Seiring industri smartphone mulai bergeliat, kita semua tentu sudah tidak asing dengan aplikasi navigasi semacam Google Maps atau Waze. Isan, yang punya hobi plesir ke remote area seperti pantai dan gunung, mengaku tertolong dengan kehadiran teknologi ini.
“Kebetulan gue lagi seneng traveling ke pantai. Gue sih pake Google Maps biar gak nyasar ke pantai. Dari awalnya (merencanakan trip) tuh gue pakai Google (Maps) buat perkiraan jarak dan waktu dari tempat gue ke tujuan. Tapi gue tetep pakai (Google Maps) di jalan untuk navigasinya.”
4. “Wisata kuliner gue sekarang kebantu banget sama Qraved.” – Sharon, 23 tahun, Graphic Designer
Bagi beberapa orang, wisata kuliner itu kewajiban. Rasanya, perjalanan ke satu destinasi belum lengkap bila ritual ini tidak dijalankan. Sharon adalah salah satu traveler yang punya kebiasaan ini. Menariknya, terkadang ia datang ke satu daerah memang hanya bertujuan untuk mencicipi hidangan-hidangan unik di sana.
“Wisata kuliner gue sekarang kebantu banget sama Zomato atau Qraved. Dia (Qraved) bener-bener reliable buat cari makanan. Lingkupnya ‘kan udah luas, jadi banyak pilihan restorannya, terus kita juga bisa tahu harga makanan atau minumannya, dan recommended atau enggak,” ujar Sharon.
5. “Berkat LINE Group Video Call, gue tetep bisa ‘dateng’ ke pernikahan saudara, meski lagi liburan.” – Aya, 23 tahun, Partnership Specialist
Satu lagi menu kegiatan yang tidak boleh terlewat saat liburan, yaitu berbagi momen. Umumnya, aktivitas ini terjadi di jejaring sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, atau Path. Tapi, Aya punya pengalaman berbeda soal berbagi momen.
Karyawan media online ini sudah membeli tiket pesawat dan booking kamar hotel dari jauh-jauh hari, dan sekitar satu bulan sebelum keberangkatan, ia baru dapat kabar tentang resepsi pernikahan saudaranya di pulau yang berbeda.
“Akhirnya gue pake group video call-nya LINE,” tutur Aya. “Bayangin, dari LINE Group Video Call, gue tetep bisa ‘dateng’ ke pernikahan saudara lho, meski lagi liburan. Kebetulan yang enggak bisa hadir waktu itu bukan cuma gue, jadi ada saudara gue yang live streaming resepsinya gitu. Terus gue sekalian pamer aja kalau gue lagi liburan,” sambung Aya sambil tertawa.
Aya, kakaknya, dan ketiga sepupunya memang ingin sekali kumpul bersama, dan berharap resepsi pernikahan ini jadi ajang temu-kangen. Tapi, di antara kelima orang tersebut, hanya satu sepupunya yang bisa menghadiri hajatan tersebut. Group Video Call LINE pun jadi pilihan Aya agar semuanya bisa terkoneksi.
“Group Video Call ini pakainya gampang banget; tinggal tekan opsi Video Call yang ada di grup chat di LINE, udah bisa langsung tersambung dengan anggota grup lain,” ujar Aya.
Kurang lebih, inilah fitur yang dipakai Aya saat berbagi momen dengan sepupunya saat ia sedang berlibur.
Tak hanya liburan tentunya, Group Video Call LINE juga bisa kamu manfaatkan untuk kegiatan sehari-hari, seperti meeting, ngobrolin rencana jalan-jalan, dan masih banyak lagi.
Tertarik mencoba? Cukup buka Apps Store atau Google Play, dan download aplikasi LINE di sana.
–
Disclosure: Artikel ini adalah advertorial yang didukung oleh LINE.
Mendalami profesi travel blogger itu gampang-gampang sulit. Di satu sisi, jalan-jalan ke berbagai lokasi wisata memang menyenangkan. Di sisi lain, kita harus konsisten menulis kalau mau mendulang popularitas yang cukup di kalangan pembaca.
Namun sekarang ada aplikasi yang bermisi memudahkan kegiatan travel blogging Anda. Meski masih berstatus beta, aplikasi bernama Polarsteps ini menawarkan ide yang cukup menarik dengan konsep otomatisasi travel blogging.
Premisnya sederhana, Anda cuma diminta untuk mencantumkan jadwal wisata Anda, selanjutnya Polarsteps akan mengurusi sisanya. Ia akan mengecek lokasi Anda dari waktu ke waktu via GPS, lalu memublikasikan rekam jejaknya yang bisa dipantau oleh rekan-rekan maupun anggota keluarga Anda di web.
Sebuah travel blog tentunya tak akan lengkap tanpa adanya foto. Maka dari itu, Polarsteps akan mengumpulkan foto-foto yang Anda ambil berdasarkan lokasinya. Semuanya akan dipublikasikan menjadi satu jurnal yang menarik, dengan rangkuman informasi yang lengkap seperti yang bisa dilihat pada contoh berikut.
Menariknya, Polarsteps tidak mewajibkan pengguna untuk terus terhubung dengan koneksi internet. Hal ini penting mengingat akses internet tidak selamanya ada saat tengah berwisata. Selama offline, aplikasi akan bekerja secara penuh menggunakan GPS. Lalu ketika pengguna tiba di hotel dan tersambung dengan Wi-Fi, barulah data-data yang dikumpulkan akan dipublikasikan.
Saat ini Polarsteps sudah tersedia untuk perangkat iOS, termasuk halnya Apple Watch. Versi Android-nya rencananya akan dirilis pada musim panas mendatang.
Setiap orang punya cara berbeda dalam melepaskan penat dan stres. Salah satu cara yang kerap dipilih adalah melakukan perjalanan wisata ke tempat yang menarik dan elok dipandang. Tempat wisata yang dituju pun berbeda antara satu dengan lainnya, tapi soal persiapan, semua orang butuh upaya yang sama.