Tag Archives: Apple Watch

10 Produk Rancangan Jony Ive yang Paling Berpengaruh Selama Karirnya di Apple

27 Juni 2019 adalah hari bersejarah bagi Apple, bukan karena mereka meluncurkan produk baru yang fenomenal, melainkan karena salah satu karyawan paling berpengaruhnya memutuskan untuk hengkang. Sosok yang dimaksud adalah Jony Ive, penggawa desain di balik hampir semua produk Apple dalam lebih dari dua dekade terakhir.

Selepasnya dari Apple nanti, Jony bakal berfokus membangun firma desainnya sendiri, LoveFrom, yang dia dirikan bersama seorang desainer kawakan lain, yaitu Marc Newson. Meski tak lagi berstatus karyawan, Jony masih akan berkontribusi besar terhadap proses desain produk-produk Apple ke depannya, sebab disebutkan bahwa Apple bakal menjadi salah satu klien utama LoveFrom.

Kepergian seseorang dari suatu perusahaan semestinya tidak perlu terlalu dibesar-besarkan. Namun yang kita bicarakan di sini adalah Jony Ive, yang tak bisa dipungkiri memiliki pengaruh sangat besar di bidang desain produk. Dan lagi kita juga harus ingat bahwa Apple selama ini memang memasarkan beragam produknya selagi menitikberatkan pada aspek desainnya.

Jony Ive bisa dibilang berhasil membuka mata dunia bahwa konsep minimalisme bukanlah hal buruk di dunia teknologi. Bagaimanapun juga yang terpenting dari suatu produk teknologi adalah fungsinya, dan bentuknya tinggal mengadaptasikan dengan fungsinya, seperti yang sudah lama diajarkan lewat prinsip “form follows function” sekaligus “less is more” cetusan sekolah desain asal Jerman, Bauhaus.

Di bawah pimpinan Jony, tim desain Apple berhasil menelurkan sederet produk yang memukau secara estetika sekaligus efisien kinerjanya. Seperti dijelaskan di video “Designed by Apple in California”, Jony beserta timnya memiliki studio desain dengan akses ke peralatan yang sangat lengkap, dan terkadang alat untuk menciptakan suatu bagian dari produk harus mereka buat sendiri lebih dulu.

Singkat cerita, kata “desain” dalam kamus Apple dan Jony Ive tidak terbatas pada proses sketsa atau molding saja, tapi juga mencakup proses engineering dan manufacturing sekaligus. Berikut adalah deretan karya Jony Ive yang paling ikonik, sekaligus yang dapat menggambarkan perjalanan karirnya di Apple.

iMac G3 (1998)

iMac G3

Komputer all-in-one dengan rangka transparan nan warna-warni ini merupakan produk pertama Apple di bawah kepemimpinan Steve Jobs yang kedua (beliau sempat dipecat di tahun 1985, sebelum akhirnya kembali lagi pada tahun 1996). Jony Ive sendiri resmi bergabung dengan Apple di tahun 1992, namun selama empat tahun pertamanya dia sempat beberapa kali berniat hengkang, seperti yang diceritakan lewat wawancaranya bersama Time.

Kedatangan Steve Jobs tak lama kemudian berbuah pada pengangkatan Jony Ive sebagai Vice President of Industrial Design, dan dari situlah dia mulai menunjukkan tajinya sebagai maestro desain. Produk pertamanya tak lain dari iMac G3 ini, yang tak hanya terlihat eksentrik, tetapi juga sangat fungsional di sejumlah aspek.

Eksentrik karena konsumen dapat melihat sebagian jeroannya, dan lagi Jony Ive dengan beraninya mengeliminasi floppy drive dari sebuah komputer (yang terbukti sudah benar-benar ditinggalkan beberapa tahun setelahnya). Sebagai gantinya, Jony menyematkan port USB untuk pertama kalinya pada sebuah komputer bikinan Apple, dan ini terbukti fungsional bahkan sampai sekarang.

iBook G3 (1999)

iBook G3

Setahun setelahnya, tema transparan sekaligus warna-warni masih menjadi fokus Jony beserta timnya dalam mendesain laptop anyar Apple, iBook G3. Komponen desain yang sangat unik dari laptop ini adalah bagian engselnya yang juga menjadi rumah untuk sebuah handle, sehingga iBook G3 dapat dibawa-bawa layaknya sebuah tas jinjing.

Dari segi fungsionalitas, iBook G3 tercatat sebagai laptop versi consumer pertama yang mengemas konektivitas wireless terintegrasi. Ya, meskipun sepintas kelihatannya konyol, laptop ini setidaknya berhasil mempengaruhi pabrikan laptop lain untuk ikut menanamkan konektivitas wireless sebagai fitur standar.

iPod (2001)

iPod

Selain iPhone, iPod mungkin bisa dianggap sebagai produk paling fenomenal pada masanya. Dunia kala itu sudah cukup mengenal portable CD player maupun MP3 player, akan tetapi iPod sebagai pendatang baru berhasil merebut hype-nya secara menyeluruh.

Secara estetika, desain iPod banyak terinspirasi oleh radio Braun T3 rancangan Dieter Rams. Di tangan Jony Ive dan Tony Fadell, porsi atasnya digantikan oleh layar, sedangkan lebih dari separuh sisa porsi bawahnya digantikan oleh komponen click wheel yang terdiri dari lima tombol dan satu area lingkaran untuk memudahkan scrolling ratusan lagu yang tersimpan.

iPod generasi pertama pada dasarnya juga bisa dilihat sebagai buah pertama dari kecintaan Jony Ive terhadap konsep minimalisme, dan ini terus berlanjut sekaligus bertambah matang di tahun-tahun selanjutnya.

iMac G4 (2001)

iMac G4

iMac G4 bisa dibilang mempunyai desain yang paling berbeda dibanding iMac generasi lainnya, termasuk yang baru-baru. Ini dikarenakan nyaris semua komponen elektroniknya (termasuk halnya sebuah optical drive) tertanam di semacam kubah mini yang menjadi dudukan atas layar beserta lengannya.

Lengan penyambung layarnya ini pun dapat ditolehkan ke kiri-kanan atau dinaik-turunkan sudutnya. Berhubung sasis layarnya hanya perlu mengemas komponen-komponen terkait display, dimensinya pun jadi terlihat sangat tipis pada masanya.

Awal tahun 2000-an ini juga merupakan pertama kalinya Jony Ive diberi kantor pribadi oleh Apple, dan yang boleh masuk ke ruangan tersebut hanyalah tim desain utamanya beserta sejumlah petinggi Apple, sebab semua konsep sekaligus prototipe produk yang sedang dikerjakan disimpan di sana.

iMac G5 (2004)

iMac G5

Inilah versi iMac yang menjadi acuan desain hingga sekarang. Berbanding terbalik dari iMac G4, di sini semua komponen elektroniknya disematkan di balik layar, dan dudukannya benar-benar hanya berfungsi sebagai penopang saja.

Walaupun desain bagian layarnya sangat berbeda dibanding versi iMac terkini, bisa kita lihat bahwa dudukannya yang berbentuk seperti huruf L tidak berubah banyak. iMac G5 juga dapat dianggap memulai preferensi Jony Ive terhadap material aluminium dalam berkarya, meski di sini baru bagian dudukannya saja yang terbuat dari logam ringan tersebut.

iPhone (2007)

iPhone

Sampailah kita pada produk paling berpengaruh yang pernah Jony rancang. Pada masanya, mayoritas konsumen melihat sebuah smartphone sebagai ponsel yang dilengkapi keyboard QWERTY berkat popularitas BlackBerry. iPhone dengan beraninya tampil sangat minimalis; wajahnya didominasi oleh layar sentuh 3,5 inci, yang kala itu sudah tergolong masif.

Di titik ini, kecintaan Jony terhadap material aluminium sudah mencapai titik paling matangnya, dan itu dia curahkan lewat desain iPhone generasi pertama yang tampak dan terasa logam dari ujung ke ujung.

MacBook Air (2008)

MacBook Air

Istilah “ultrabook” sama sekali belum digunakan di tahun 2008. Dua jenis laptop yang konsumen kenal kala itu adalah workstation yang berperforma kencang tapi berbodi tebal, atau netbook berukuran mini yang sangat portable, namun juga amat terbatas daya komputasinya.

MacBook Air pada dasarnya mengisi celah di antara kedua kategori tersebut. Performanya tidak tertinggal begitu jauh dari MacBook standar, akan tetapi tubuhnya yang super-tipis dan ringan membuat perangkat ini begitu portable. Untuk memberi kesan dramatis, Steve Jobs bahkan mengeluarkannya dari sebuah amplop coklat besar saat menyingkapnya ke publik untuk pertama kalinya.

Di samping memulai tren laptop super-tipis, MacBook Air juga memulai tren desain unibody, setidaknya secara internal di Apple terlebih dulu sebelum akhirnya juga diikuti oleh pabrikan-pabrikan lain.

iPad (2010)

iPad

Saat generasi pertama iPad diluncurkan, tidak sedikit yang menganggapnya sebagai sebatas iPhone versi besar. Sejarah telah menunjukkan bahwa anggapan itu salah, apalagi dengan diungkapnya iPadOS baru-baru ini.

Satu hal yang saya suka dari iPad adalah pertimbangan Jony beserta timnya mengenai aspect ratio layar yang cocok untuknya. Rasio yang dipilih adalah 4:3, dan ini membuat menggenggam iPad terasa seperti memegang sebuah majalah tebal. Bezel kiri dan kanannya yang tebal kala itu malah membantu meningkatkan ergonomi; konsumen dapat dengan mudah mengistirahatkan ibu jarinya di sana selama menggenggam perangkat.

Apple Watch (2014)

Apple Watch

Apple Watch merupakan salah satu produk paling monumental yang pernah Jony Ive rancang. Alasannya simpel: yang namanya jam tangan selalu dikaitkan dengan fashion, dan itu saja sudah bisa menggambarkan betapa pentingnya aspek desain buat produk seperti Apple Watch.

Rumor mengenai smartwatch bikinan Apple sebenarnya sudah beredar jauh sebelum 2014, dan Jony beserta timnya seakan ingin memberikan realisasi yang cukup istimewa. Apple Watch generasi pertama hadir dalam tiga varian yang masing-masing dibungkus dengan material yang berbeda: alunium, stainless steel, dan emas 18 karat.

Meski menitikberatkan pada faktor estetika, Jony dan timnya sama sekali tidak melupakan aspek fungsionalitas. Ini bisa kita lihat dari komponen digital crown milik Apple Watch, yang tak hanya memantapkan karakternya sebagai jam tangan, tapi juga berfungsi sebagai medium input yang intuitif di samping layar sentuh.

Contoh lain adalah strap dengan mekanisme lepas-pasang yang sangat mudah sekaligus presisi. Bukan cuma itu, beragam jenis gespernya juga didesain agar praktis untuk diakses selagi masih kelihatan elegan.

iPhone X (2017)

iPhone X

Dalam rangka memperingati ulang tahun iPhone yang ke-10, Jony yang di titik ini telah menjabat sebagai Chief Design Officer dipercaya untuk merancang ponsel generasi baru yang benar-benar banyak meninggalkan elemen-elemen khas para pendahulunya. Tentu saja itu turut didukung oleh kemajuan teknologi dibandingkan saat iPhone generasi pertama diluncurkan, dan dari situ terlahir iPhone pertama yang tidak mengemas tombol Home.

Keistimewaan lain iPhone X dari sudut pandang desain adalah, ia bisa dikatakan tidak memiliki bezel bawah. Semua ponsel lain yang mengadopsi tren bezel-less kala itu (bahkan hingga sekarang) masih memiliki ‘dagu’.

Jony beserta timnya berhasil merancang ponsel tanpa dagu berkat penggunaan panel OLED fleksibel yang bagian bawahnya dapat ditekuk ke belakang, sehingga komponen yang menyambungkan panel layar ke logic board pun bisa diposisikan di belakang layar. Di ponsel lain, area dagu ini dibutuhkan untuk mengakomodasi konektor layar dan logic board tersebut.

Google Berpotensi Mengembangkan Smartwatch dengan Fitur ECG ala Apple Watch

Google membuat kejutan belum lama ini dengan mengakuisisi divisi smartwatch Fossil senilai $40 juta. Kabar ini pun langsung dikaitkan dengan rumor bahwa Google sedang menyiapkan smartwatch bikinannya sendiri untuk menjadi model flagship di platform WearOS, sekaligus bersaing langsung dengan Apple Watch.

Untuk bisa menyaingi Apple Watch dengan baik, Google tentu perlu menyematkan fitur-fitur kesehatan yang tak kalah komprehensif, apalagi mengingat Apple Watch generasi terbaru datang membawa fitur ECG alias electrocardiogram. Kabar baiknya, masih ada harapan bagi Google untuk menyematkan fitur serupa seandainya mereka benar-benar merilis smartwatch bikinannya sendiri nanti.

Baru-baru ini, anak perusahaan Alphabet yang berfokus di bidang sains, Verily, berhasil mengantongi persetujuan FDA (Food and Drug Administration) di AS atas fitur ECG pada smartwatch buatannya, Study Watch. Sesuai namanya, Study Watch dirancang untuk menjadi alat bantu riset di ranah medis, dan salah satu fitur unggulannya adalah ECG.

Persetujuan dari FDA ini secara langsung menetapkan status Study Watch sebagai perangkat medis Class II, dan status yang sama rupanya juga dimiliki oleh Apple Watch Series 4 terkait fitur ECG-nya. Sejauh ini memang tidak ada tanda-tanda Study Watch bakal direalisasikan menjadi produk untuk konsumen secara luas, tapi setidaknya ada harapan bagi Google untuk menerapkannya di smartwacth bikinannya.

Akuisisi divisi smartwatch Fossil dikawinkan dengan pencapaian Verily, semestinya rival Apple Watch dari Google ini sudah semakin dekat dengan kenyataan.

Sumber: Wareable.

Aplikasi Spotify untuk Apple Watch Resmi Meluncur

Setelah dinantikan sejak lama, Spotify akhirnya secara resmi merilis aplikasinya untuk Apple Watch. Aplikasi ini kabarnya sudah digodok sejak tahun lalu, tepatnya sejak Spotify memutuskan untuk merekrut Andrew Chang, developer di balik aplikasi non-resmi bernama Spotty.

Nyaris semua fitur yang tersedia di aplikasi Spotify untuk iOS juga tersedia di sini, termasuk halnya akses ke Spotify Connect, sehingga pengguna bisa menjadikan Apple Watch-nya sebagai remote control atas musik yang tengah diputar di sebuah speaker yang tersambung ke jaringan Wi-Fi yang sama.

Kontrol playback bisa langsung diakses dari watch face. Yang absen untuk sementara ini adalah dukungan pemutaran musik maupun podcast secara offline bagi para pelanggan Spotify Premium. Jangan khawatir, Spotify sudah berjanji untuk menghadirkannya, tapi tidak sekarang.

Ketika dukungan tersebut sudah tiba nanti, Apple Watch dan Spotify tentunya bakal menjadi kombinasi yang sangat ideal buat mereka yang rutin berolahraga. Untuk mendapatkan aplikasinya, pengguna wajib mengunduh versi terbaru Spotify di iPhone terlebih dulu, yakni versi 8.4.79 yang tengah diluncurkan secara bertahap dalam minggu ini.

Sumber: Spotify.

Apple Watch Series 4 Hadir Membawa Perubahan yang Paling Banyak Dibanding Sebelumnya

Tidak terasa sudah empat tahun sejak Apple Watch pertama diperkenalkan. Tahun 2016, Apple Watch Series 2 hadir membawa peningkatan performa dalam bodi yang sama tapi tahan air sepenuhnya. Tahun 2017, Apple Watch Series 3 kembali menghadirkan lonjakan performa dan konektivitas seluler, tapi lagi-lagi tanpa ubahan desain yang berarti.

Tahun ini, Apple Watch Series 4 bisa dibilang membawa perubahan yang paling banyak. Saat mengungkapnya bersama trio iPhone X baru, Apple bilang bahwa mereka telah merancangnya ulang. Namun klaim ini tidak akan terbukti kalau kita hanya melihat Series 4 sepintas.

Apple Watch Series 4

Penampilannya secara keseluruhan masih sama, akan tetapi ukuran layarnya membesar sekitar 30 persen – bezel-nya menyusut cukup signifikan, dan bagian ujung layarnya dibuat melengkung seperti iPhone (case-nya pun juga lebih membulat ketimbang Series 3). Bukan cuma layarnya, dimensi fisiknya pun ikut membesar: Series 4 tersedia dalam dua varian ukuran, 40 mm atau 44 mm (sebelumnya 38 mm dan 42 mm).

Karena layarnya membesar, resolusi panel OLED-nya pun ikut meningkat. Varian 40 mm mengemas resolusi 324 x 394 pixel, sedangkan varian 44 mm mengemas 368 x 448 pixel. Tingkat kecerahan maksimumnya masih sama seperti Series 3 di angka 1.000 nit. Layar yang lebih besar juga berarti informasi yang ditampilkan bisa lebih banyak, dan komplikasinya pun lebih variatif.

Apple Watch Series 4

Material yang digunakan masih sama, aluminium atau stainless steel, tergantung variannya (tidak ada lagi varian mewah yang terbuat dari emas murni maupun keramik seperti sebelum-sebelumnya). Sisi belakang Series 4 diklaim sepenuhnya terbuat dari keramik dan dilapis kristal safir. Ketahanan airnya sama (hingga 50 meter), tapi bodinya sedikit lebih tipis (10,7 mm dibandingkan 11,4 mm pada Series 3).

Masih seputar fisik, Digital Crown milik Series 4 kini dilengkapi haptic feedback alias efek getaran saat diputar. Aksen merah untuk varian selulernya tak lagi norak seperti di Series 3, melainkan berbentuk cincin kecil layaknya lini lensa kamera premium Canon. Terakhir, volume speaker-nya diklaim 50% lebih keras.

Apple Watch Series 4

Series 4 ditenagai oleh chipset Apple S4 dengan prosesor dual-core beraksitektur 64-bit. Performanya diyakini dua kali lebih gegas dibanding Series 3. Bukan cuma prosesornya yang baru, bahkan accelerometer dan gyroscope-nya pun baru; lebih efektif sampai-sampai Series 4 dapat mendeteksi apabila penggunanya terjatuh (fitur yang Apple sebut dengan istilah Fall Detection).

Fall Detection ini bekerja secara otomatis. Ketika perangkat mendeteksi pengguna terjatuh, layarnya akan langsung menampilkan notifikasi, menanyakan apakah penggunanya baik-baik saja. Seumpama pengguna tidak merespon sampai satu menit, perangkat bakal langsung menghubungi layanan darurat (SOS).

Apple Watch Series 4

Sensor optik untuk memonitor laju jantung masih ada di belakang, tapi kini didampingi sensor elektrik berupa elektroda yang mengitari sensor optik tersebut. Perpaduan dua sensor ini memungkinkan Series 4 untuk bekerja layaknya alat electrocardiogram, atau yang lebih dikenal dengan sebutan ECG.

Proses pemeriksaan ECG pada Apple Watch hanya memerlukan waktu 30 detik saja. Setelahnya, layar akan langsung menampilkan klasifikasi dari ritme jantung pengguna. Semua datanya akan disimpan dalam aplikasi Health di perangkat iOS, dan bisa dibagikan ke dokter spesialis dalam bentuk PDF. ECG on-demand ini sejatinya bisa menjadi nilai jual utama Series 4 kalau menurut saya.

Apple Watch Series 4

Terkait konektivitas, Apple mengklaim bahwa desain baru Series 4 juga berujung pada penerimaan sinyal LTE yang lebih baik daripada sebelumnya. Sepele namun tidak kalah penting adalah Bluetooth 5.0 yang menggantikan Bluetooth 4.2 milik generasi sebelumnya.

Mungkin satu-satunya hal yang mengecewakan dari Series 4 adalah daya tahan baterainya yang cuma 18 jam pemakaian. Meski begitu, setidaknya angka ini sama persis dan tidak lebih buruk daripada Series 3, padahal kita tahu Series 4 memiliki bodi yang lebih tipis.

Apple Watch Hermes Series 4 / Apple
Apple Watch Hermes Series 4 / Apple

Apple Watch Series 4 akan dipasarkan di berbagai negara mulai 21 September. Harganya dimulai di angka $399, atau $499 untuk varian LTE-nya. Beragam variasi desain tentu masih menjadi salah satu nilai jual Series 4, dan varian stainless steel-nya kini juga tersedia dalam warna emas seperti iPhone XS dan XS Max.

Kabar baiknya, Series 4 kompatibel dengan semua strap Apple Watch generasi sebelumnya. Varian eksklusif Apple Watch Nike+ maupun Apple Watch Hermes juga masih menjadi bagian dari lineup Series 4. Apple juga masih akan menjual Series 3, tapi harga awalnya turun menjadi $279.

Sumber: Apple.

Bukan Smartwatch Hybrid, Amazfit Bip Punya Baterai yang Bisa Bertahan Selama Sebulan Penuh

Setelah sekian tahun, saya masih belum tertarik untuk menggunakan smartwatch. Alasannya sederhana saja: saya tidak mau direpotkan oleh satu gadget ekstra yang harus di-charge setiap satu atau dua hari sekali. Namun produk terbaru Huami berikut ini punya peluang untuk mengubah pikiran saya.

Sub-brand Xiaomi tersebut baru saja memperkenalkan Amazfit Bip, sebuah smartwatch yang diklaim bisa beroperasi selama 30 hari sebelum baterainya perlu diisi ulang. Bahkan kalau beberapa fiturnya dimatikan, daya baterainya ini bisa didongkrak lagi menjadi 45 hari.

Amazfit Bip

30 hari adalah angka yang cukup fenomenal, apalagi jika melihat fitur-fitur yang ditawarkan Bip, yang faktanya bukanlah smartwatch hybrid. Utamanya adalah layar sentuh 1,28 inci yang selalu menyala, lalu ada sensor laju jantung, accelerometer 3-axis, GPS/GLONASS, dan barometer untuk mendeteksi elevasi. Di atas kertas, kemampuan tracking-nya cukup komprehensif.

Fitur esensial lain seperti notifikasi dan kompatibilitas dengan Android serta iOS turut hadir. Satu-satunya kekurangan terbesar Bip adalah absennya app store untuk mengunduh aplikasi pihak ketiga. Namun ini bukan masalah besar apabila yang Anda cari dari smartwatch adalah kemampuan meneruskan notifikasi dan memonitor beragam aktivitas fisik.

Amazfit Bip

Secara fisik Bip tampak seperti hasil kloning Apple Watch, dengan layar persegi dan desain serba minimalis. Bobotnya tidak lebih dari 31 gram, dan ia telah mengantongi sertifikasi ketahanan air IP68. Soal warna, ada empat variasi yang ditawarkan: hitam, putih, merah dan hijau.

Di Indonesia, Amazfit Bip sebenarnya sudah dipasarkan dengan kisaran harga ± 900 ribu rupiah, berdasarkan pantauan pribadi di sejumlah toko online. Kita cukup beruntung mengingat Xiaomi baru-baru ini saja mulai menjualnya di Amerika Serikat seharga $100.

Sumber: Wareable.

Nike Luncurkan Edisi Terbatas Apple Watch Series 3 Berpenampilan Stealthy

Selain Hermes, Nike adalah brand fashion kepercayaan Apple dalam menyuguhkan varian khusus smartwatch-nya. Kerja sama keduanya dimulai saat Apple Watch 2 diluncurkan, di mana tersedia pula varian Apple Watch Nike+ yang dikhususkan buat para pelari, dengan penampilan yang lebih sporty berkat strap model lubang-lubang.

Kemitraan Apple dan Nike terus berlanjut sampai Apple Watch Series 3 yang dirilis pada bulan September kemarin. Peran Apple Watch sebagai smartwatch pilihan para pelari semakin maksimal berkat kehadiran konektivitas 4G LTE pada Series 3, sehingga pada akhirnya sangat masuk akal apabila Apple memutuskan untuk melanjutkan kolaborasinya dengan Nike.

Saya akui, tidak semua orang suka dengan strap silikon model lubang-lubang yang ditawarkan Apple Watch Nike+ Series 3, tapi di saat yang sama, deretan watch face eksklusif yang tersedia untuk varian khusus Nike ini sangatlah menarik. Untuk itu, Nike telah menyiapkan edisi terbatas yang tampak menawan.

Didapuk Midnight Fog, varian ini mengemas strap berbahan nilon dengan warna abu-abu gelap dan aksen warna yang akan terlihat berbeda dari sudut-sudut tertentu. Nike bilang bahwa desainnya sengaja dibuat agar senada dengan sepatu Nike Air VaporMax, yang jika dipadukan bakal memberikan penampilan stealthy pada penggunanya.

Nike bakal memasarkan edisi terbatas ini mulai 24 November mendatang seharga $399. Bertepatan dengan itu, Nike juga akan menjual sepatu Air VaporMax versi Midnight Fog, namun harganya masih belum diketahui.

Sumber: Nike.

Apple Watch Series 3 Ikut Ramaikan Peluncuran iPhone 8

Selain mengumumkan tiga seri iPhone terbarunya, Apple juga memperkenalkan seri terbaru Apple Watch Series 3 yang sudah barang tentu membawa sejumlah peningkatan baik dari sisi perangkat keras ataupun teknologi di balik balutan elegannya.

Diklaim bertumbuh sebesar 50% dari tahun ke tahun, Apple Watch menjadi salah harapan baru Apple untuk memperkuat ekosistem perangkatnya di kategori wearable.

Salah satu peningkatan paling menggembirakan di Apple Watch Series 3 adalah kehadiran dukungan seluler untuk yang pertama kali. Dengan hadirnya dukungan ini, maka Apple Watch 3 bisa melakukan berbagai aktivitas telepon, seperti membuat panggilan dan menerima panggilan. Jadi, semestinya penggemar Apple Watch tak punya keluhan lagi saat ini.

Apple Watch Series 3

Dan berkat dukungan tersebut, pengguna juga memperoleh keuntungan lain yaitu kemampuan untuk memberikan hiburan musik secara streaming langsung dari pergelangan. Bagi pengguna yang aktif berolahraga, dukungan fitur ini sudah barang tentu akan membuat mata mereka berbinar-binar.

Fitur baru Apple Watch Series 3 tak terhenti di dukungan seluler. Perangkat penerus Apple Watch Series 2 ini juga mendapatkan komponen prosesor dual-core S3 yang baru, yang diklaim mampu memberikan lonjakan performa hingga 70%. Performa ekstra ini memungkinkan Siri untuk bicara langsung melalui speaker, termasuk membaca informasi penting tanpa harus melihat ke arah layar. Konektivitas nirkabel juga makin baik dengan hadirnya chipset W2 baru yang sekaligus memberikan performa WiFi 85% lebih ngebut tapi dengan pemangkasan daya hingga 50%.

Apple Watch Series 3___2

Desain Apple Watch Series 3 juga sedikit ditingkatkan di mana antenna LTE dan UMTS direkatkan ke bagian layar, bukan di bagian tali yang berdampak pada fleksibilitas komponen saat dikenakan. Tambahan sensor altimeter juga memberi kemampuan baru pada Apple Watch Series 3, di mana sekarang ia mampu membaca ketinggian penggunanya. Meskipun bukan untuk penggunaan sehari-hari, tapi informasi yang diberikan cukup berguna ketika Anda sedang beraktivitas di pegunungan.

Apple Watch Series 3 with iPhone 8

Sisi piranti lunak Apple Watch Series 3 juga memperoleh perhatian cukup besar dari audiens. Benar saja, karena jam tangan pintar seri terbaru Apple ini sudah mengadopsi sistem operasi WatchOS 4 yang pertama kali diumumkan di ajang WWDC beberapa bulan yang lalu.

Apple Watch Series 3 akan mulai ditawarkan pada hari Jumat, 15 September dan dirilis seminggu setelahnya di Australia, Kanada, Tiongkok, Perancis, Jerman, Jepang, Puerto Rico, Swiss, Inggris dan Amerika Serikat. Varian terendah dijual seharga $392, sampai dengan $399 untuk varian teratas.

Sumber berita Apple 1, 2.

Apple rilis tali Apple Watch koleksi Spring 2017

Apple rilis tali Apple Watch koleksi Spring 2017

Setelah merilis iPhone warna merah hasil kerjasama dengan organisasi kesehatan RED, Apple juga merilis beragam pilihan tali baru untuk Apple Watch. Bertajuk koleksi Spring 2017, Apple menambahkan warna baru untuk varian tali Sport, Woven Nylon serta versi Hermès.

Ada 3 warna baru untuk tali Sport yang berbahan fluoroelastomer yaitu Pebble, Azure dan Camellia. Untuk versi Woven Nylon, ada model baru yang dikenalkan oleh Apple. Pada koleksi Spring 2017 ini Woven Nylon memadukan 2 warna berbeda dengan garis yang lebih lebar dibandingkan dengan tali sejenis yang sudah Apple keluarkan sebelumnya. Ada 6 jenis pilihan tali Woven Nylon, Berry, Tahoe Blue, Orange, Red, Pollen dan Midnight Blue. Sedangkan untuk yang seri Classic Buckle ada pilihan warna Sapphire, Berry dan Taupe.

Apple rilis tali Apple Watch koleksi Spring 2017

Untuk yang suka bergaya modis, Apple memiliki tali Apple Watch premium hasil kerjasama dengan merk Hermès. Ada 3 jenis tali Apple Watch versi Hermès, Single Tour, Double Tour dan Cuff, tetapi dalam koleksi Spring 2017 kali ini, Apple hanya menambahkan warna baru untuk versi Single dan Double Tour. Pilihan warna baru berdasarkan dari rilis pers Apple:

  • 38mm Double Tour in Bleu Zéphyr Epsom leather
  • 38mm Double Buckle Cuff in Fauve Barenia leather
  • 42mm Single Tour in Lime Epsom leather
  • 42mm Single Tour in Colvert Swift leather

Masih dalam rilis pers yang sama, Apple juga kini menjual tali Apple Watch versi Nike secara terpisah. Ada 3 warna yang tersedia yaitu Anthracite/Black, Pure Platinum/White, Volt/Black.

Apple rilis tali Apple Watch koleksi Spring 2017

Tali-tali Apple Watch ini dapat langsung dipesan secara online melalui website Apple.com untuk negara-negara tertentu. Tali Sport baik yang biasa atau versi Nike dan Woven Nylon seperti dibanderol dengan harga $49 dan untuk versi Classic Buckle harganya $149. Untuk seri Hermès selain bisa dipesan dari website toko online Apple juga bisa dipesan melalui Hermes.com dan tersedia juga di beberapa negara pilihan, salah satunya adalah negara tetangga, Singapore.

Sumber & Gambar header: Apple Newsroom

Apple Watch Series 2 Resmi Sapa Indonesia, Ini Harga Jualnya

Setelah memulai debut pada bulan September tahun lalu, smartwatch Apple Watch Series 2 dipastikan menyapa penggemar di tanah air, menyusul adanya pengumuman dari iBox Indonesia – salah satu Apple Premium Reseller akan kehadiran perangkat di Indonesia.

Kepastian itu diumumkan langsung iBox Indonesia melalui akun Twitter-nya pada hari jumat, pekan lalu (20/1/2017).

Berdasarkan pantauan Dailysocial, saat ini Apple Watch Series 2 dijajakan dengan harga antara Rp 7,2 juta-an untuk varian 38mm Aluminium Case with White Sport Band, Rp 7,7 juta-an untuk varian 42mm dengan Woven Nylon, dan Rp 9,9 juta-an untuk yang paling mahal 38mm Space Black Stainless Steel Case with Space Black Sport Band.

Sebagai seri terbaru, Apple Watch Series 2 menawarkan sejumlah peningkatan terutama di bagian jeroan. Apple telah menyematkan chipset baru yang ditenagai prosesor dual-core, menyajikan kinerja 50 persen lebih cepat serta performa grafis dua kali lebih baik.

apple watch series 2 tahan air

Dibandingkan pendahulunya yang hanya mampu menahan cipratan air, Apple Watch Series 2 kini tahan air sepenuhnya, sanggup diajak berenang ataupun menyelam hingga kedalaman 50 meter. Selain itu, meski ukuran dan resolusi layarnya tidak berubah, tetapi tingkat kecerahannya meningkat drastis menjadi 1.000 nit, menjadikannya sebagai layar paling terang yang pernah Apple produksi.

Fitur lain yang membedakan Series 2 adalah integrasi chip GPS, memungkinkan pengguna untuk beraktivitas fisik tanpa perlu membawa iPhone-nya. Tentu saja, Series 2 menjalankan watchOS 3 yang punya kinerja lebih baik dan lebih mudah dinavigasikan.

Sumber berita dan gambar iBox.

Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch

WatchOS 3 kini menjadi versi terbaru sistem operasi jam tangan pintar milik Apple. Selain optimasi kecepatan mengeksekusi aplikasi, watchOS 3 juga menawarkan perubahan antar muka, yaitu penambahan fitur Dock untuk menaruh aplikasi yang sering digunakan. Dock di Apple Watch 3 dapat diakses dengan menekan tombol samping di sebelah Digital Crown.

Untuk mengatur aplikasi apa saja yang akan ditambahkan di Dock bisa dilakukan dari aplikasi Watch di iPhone. Caranya sebagai berikut:

Menambahkan aplikasi di Dock Apple Watch

  1. Buka aplikasi Watch di iPhone
  2. Pilih Dock
  3. Tekan tombol Edit di pojok kanan atas
  4. tekan tombol + berwarna hijau untuk menambahkan aplikasi pada Dock di Apple Watch
  5. Tekan Done apabila sudah selesai
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch

Menghapus aplikasi dari Dock Apple Watch

Untuk menghapus aplikasi dari Dock Apple Watch, caranya seperti berikut:

  1. Buka aplikasi Watch
  2. Pilih Dock
  3. Tekan tombol Edit pada pojok kanan atas
  4. Tekan tombol – untuk menghapus aplikasi dari Dock Apple Watch, tekan Remove untuk konfirmasi
  5. Tekan Done
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Menghapus aplikasi dari Dock Apple Watch
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Menghapus aplikasi dari Dock Apple Watch

Mengatur susunan aplikasi di Dock Apple Watch

Urutan aplikasi di Apple Watch juga bisa disusun misal dari yang sering digunakan. Langkah-langkahnya:

  1. Buka aplikasi Watch
  2. Pilih Dock
  3. Tekan tombol Edit pada sebelah pojok kanan atas
  4. Geser aplikasi dengan menggunakan tombol garis tiga pada sebelah kanan untuk mengurutkan aplikasi di Dock
  5. Setelah selesai, tap Done.
Tips mengatur aplikasi pada Dock di Apple Watch
Mengatur susunan aplikasi di Dock Apple Watch

Dock di watchOS 3 menjadikan Apple Watch semakin mempermudah akses ke aplikasi yang dibutuhkan. Misalnya ke aplikasi daftar pekerjaan atau Music untuk mengontrol lagu yang sedang dimainkan.

watchOS 3 dan iOS 10 semakin mempermudah pengelolaan jam tangan pintar oleh Apple. Tak hanya mengatur Dock, Anda juga bisa mengatur watch face beserta complications-nya langsung dari iPhone tanpa harus berkutat dengan layar Apple Watch yang kecil.

Selain update watchOS, Apple juga mengeluarkan Apple Watch Series 2 yang lebih cepat dan memiliki GPS tersendiri sehingga tidak perlu bergantung pada iPhone. Meski tidak membawa perubahan yang banyak dari segi desain, Apple Watch Series 2 lebih tahan air dibandingkan dengan generasi sebelumnya.

Menggunakan Apple Watch? Sudah coba Dock pada watchOS 3?