Sebagian dari kita tumbuh dalam dunia yang mengenal hanya satu layar – layar TV. Di Indonesia sendiri, sampai dengan akhir tahun 80-an, hanya ada satu stasiun TV nasional milik pemerintah yang menghiasi gelombang udara, yang kita tonton dengan patuh karena tidak ada pilihan lain untuk ditonton. Memiliki TV menjadi semacam keharusan, terlepas dari apakah kita menontonnya atau tidak – dengan memiliki TV membuat kita terkoneksi dengan dunia, meski hanya satu arah (dengan setiap konten sesuai arahan pemerintah). Bahkan bagi mereka yang beruntung memiliki alat pemutar video sendiri, mereka harus memilih: menonton TV atau menonton videotape.