Berpindahnya aktivitas dari offline ke online sepanjang pandemi, turut mendongkrak kinerja LOKET tahun lalu. Perusahaan mencatat ada lebih dari 1,7 juta tiket terjual yang datang dari 10 ribu event online. Dari 8 ribu event creator yang bergabung ke LOKET, setengah di antaranya adalah event creator yang baru bergabung.
Melihat pertumbuhannya secara yoy, LOKET mencatat kenaikan untuk jumlah event yang dibuat sebesar 50%, sementara event creator yang bergabung sebesar 60%. Patut untuk disimak adalah event kategori MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) menjadi kontributor terbesar dengan penjualan lebih dari 600 ribu tiket online atau naik 200%, yang melingkupi kelas keuangan, memasak, bisnis, dan marketing.
“MICE ini kontribusi terbesar di LOKET karena paling gampang dilakukan.
Angka ini [MICE] enggak akan bisa kita capai kalau [diadakan] offline. Ini semua dimulai dari Maret dan gelombang ini akan kita teruskan [pada tahun ini],” kata Vice President LOKET Ario Adimas dalam wawancara terbatas bersama sejumlah media yang digelar hari ini, Rabu (21/1).
Beberapa event creator yang paling banyak dibeli tiketnya adalah Sahamology yang berkaitan dengan saham, Rozma Suhardi terkait kuliner, MDRT Day Indonesia 2020 terkait bisnis agen asuransi, dan IdeaFest 2020 terkait event kreatif tahunan. Dua event pertama yang disebutkan ini berhasil menarik antusiasme pengguna dengan mencatatkan penjualan lebih dari 8 ribu tiket.
Kategori berikutnya adalah festival konser dengan penjualan lebih dari 500 ribu tiket berkolaborasi dengan 200 musisi, acara olahraga virtual dengan penjualan lebih dari 10 ribu tiket, dan bioskop drive in dengan penjualan 8 ribu tiket yang memutar 155 judul film.
GoTix, platform penjualan tiket yang dimiliki Gojek, tercatat berkontribusi terhadap lebih dari 350 ribu tiket. Diklaim juga, ada 1 juta pengguna baru LOKET yang membeli tiket melalui platform LOKET.
Inovasi perusahaan dan prediksi tahun ini
Head of LOKET Tubagus Utama melanjutkan, pencapaian perusahaan ini terbilang fantastis karena untuk mengadakan seluruh event tersebut secara offline sangat menguras tenaga dan sulit terjadi. Pada awal pandemi yang berlangsung di Maret 2020, industri event ini sempat terpukul mengingat seluruh aktivitas berhenti tiba-tiba.
Makanya, inisiatif awal yang dilakukan LOKET adalah membuka penggalangan dana untuk para pekerja kreatif yang terdampak. Lalu, pada April mulai mencoba model bisnis baru dengan terjun ke online. “Kita belum mengerti teknologinya, bagaimana optimalisasi dan monetisasinya. Namun tanggapannya cukup bagus. Kami pun menganalisis bagaimana bisa dukung industri dan kami prediksi ini [pandemi] akan berlangsung lama sehingga harus terjun ke event online.”
“Impian kami industri ini tidak boleh kolaps, maka caranya pemain harus kolaborasi dan berinovasi agar tetap produktif,” tambah Adimas.
Dampak lanjutan dari inisiatif awal perusahaan adalah merilis fitur Online Event pada April, untuk permudah event creator mempromosikan acaranya dari link streaming video mana pun. Selang sebulan kemudian, merilis LOKET Live yang mengintegrasikan streaming video dalam satu platform LOKET.com.
Hingga pada September kemarin merilis LOKET Live Studio yang memudahkan siapa pun untuk berkarya melalui penyelenggaraan event secara online. “LOKET Live ini untuk menghimpun individu yang menjadi event creator karena jumlahnya merangkak sangat tinggi di LOKET,” ucap Adimas.
Perusahaan akan terus berinovasi untuk memberikan pengalaman terbaik untuk para event creator dalam menjalankan event. Belajar dari pengalaman sebelumnya, perusahaan memprediksi tahun ini akan tetap didominasi oleh event online dengan pertimbangan belum mereda dari jumlah kasus positif harian Covid-19 dan masih dalam fase awal vaksin.
Dari segi event creator pun diprediksi banyak datang dari individu karena prosesnya yang lebih mudah dan tidak butuh banyak kapital. Terlebih itu, akan semakin banyak event online skala besar yang akan menghadirkan banyak konsep menarik dan baru di luar aturan standar di tahun 2020. LOKET juga prediksi tahun ini dimulainya era hybrid event, yang menggabungkan acara online dan offline dalam satu waktu.
“Hybrid event ini menarik dengan melihat pembatasan kapasitas di lokasi offline. Kami melihat ini ada pro dan cons karena yang datang [offline] sedikit, jadi kita akan berinovasi berikan terobosan bagaimana bisa proteksi keamanan dengan ketat agar balance dari sisi demand offline dan online. Tidak bisa dimungkiri, offline ini bisa berikan energi khusus, terutama bagi musisi,” kata Tubagus.
Terlebih itu, perusahaan sudah membuat sejumlah roadmap jikalau acara offline pada waktu mendatang mendapat lampu hijau dari pemerintah. Misalnya dengan protokol kesehatan yang lebih ketat dengan menyertakan surat tanda sehat, cek kondisi dalam dua minggu terakhir, dan pengaturan pengunjung dalam batch yang diatur sedemikian rupa. “Kita sudah mulai pikirkan bagaimana bisa beradaptasi jika acara event offline sudah dapat lampu hijau,” tutupnya.