Tag Archives: asosiasi e-commerce

idEAWorks 2019

Melalui Acara idEAWorks, Asosiasi E-commerce Indonesia Ingin Lebih Siap Sambut Industri 4.0

Memasuki era revolusi industri 4.0, banyak hal yang harus dipersiapkan oleh pebisnis. Era ini identik dengan otomasi dan pertukaran data yang semakin canggih. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan menciptakan sinergi, antara pemain industri dan pakar. Hal ini yang coba dilakukan oleh idEA melalui sebuah acara bertajuk idEAWorks.

Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) akan menggandeng para ahli di industri digital untuk berbagi ilmu. Belajar dari para ahlinya tentu jadi opsi terbaik untuk bisa terus update pada tren industri digital. Indonesia punya segudang nama yang telah sukses mengembangkan usaha berbasis teknologi.

Acara idEAWorks akan dilaksanakan pada 9-12 April 2019 bertempat di Kasablanka Hall, Jakarta. Acara ini akan terbagi menjadi dua tema, yaitu Edu Fair dan idEAWorks Pro yang juga menjadi ajang Digital Industry Job Fair.

Akan hadir berbagai pemateri dari pelaku industri digital. Pertama ada CEO Bhinneka Hendrik Tio yang akan bicara tentang “Gen of Good Talent” yang akan membuka pikiran tentang ciri talenta terbaik di sektor digital. Ada juga Roy Simangunsong dari Fox Networks yang akan menjelaskan apa saja yang perlu menjadi pertimbangan saat memilih perusahaan digital sebagai tempat kerja.

CTO GDP Venture On Lee juga dijadwalkan hadir untuk menjabarkan apa-apa yang harus dipelajari dan lakukan untuk menjadi seorang pakar teknologi yang dibutuhkan perusahaan digital. Sementara untuk mereka yang tertarik bergabung dengan e-commerce, setidaknya ada dua nama besar yang akan berbagi cerita. Ada Fajrin Rasyid yang merupakan Presiden Bukalapak dan Jemy Confido yang menjabat sebagai CEO Blanja.com.

Rangkaian acara idEAWorks diharapkan mampu menjadi penggerak terciptanya talenta-talenta terbaik yang akan mendorong kemajuan industri 4.0 di Indonesia. Pasalnya, sektor digital memang tengah membutuhkan banyak talenta-talenta terbaik, dan menjanjikan masa depan yang cerah di setiap profesi yang tersedia.

idEAWorks 2019

Disclosure: DailySocial merupakan media partner acara idEAWorks

Roadmap E-Commerce: Asosiasi Soroti Isu Perpajakan

Asosiasi E-commerce Indonesia (idEA) menyoroti isu tentang persamaan perlakuan perpajakan antara pemain asing dan lokal, termuat dalam Peraturan Presiden No.74/2017 tentang Roadmap E-commerce. Sebagai langkah awal untuk mengatasi isu tersebut, asosiasi akan melakukan kajian bersama tim Pelaksana dan Project Management Office (PMO) e-commerce untuk menentukan patokan.

Patokan (benchmark) perlu dibuat agar aturan yang dilahirkan tidak memberatkan pemain lokal ataupun menguntungkan asing. Contohnya yang dilakukan pemerintah Tiongkok untuk meringankan beban pajak pemain e-commerce hanya diberlakukan bila mereka fokus pengembangan UKM lokal.

Mengingat isu ini cukup sensitif dan bersinggungan dengan aturan-aturan sebelumnya yang sudah berlaku, pihak idEA mendorong agar seluruh stakeholder saling sinkron satu sama lain.

“Di Indonesia hal ini [pajak e-commerce] belum ada dan tidak gampang untuk mengubah aturan, khususnya tentang perpajakan. Makanya kami butuh benchmark dan perlu lakukan kajian bersama tim PMO, mudah-mudahan kita bisa sama-sama merumuskan,” terang Ketua Bidang Pajak, Infrastruktur dan Cyber Security idEA Bima Laga, Rabu (16/8).

Dalam Perpres Roadmap E-Commerce, hanya disebutkan pada Februari 2018 pemerintah, dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, merealisasikan inisiasi persamaan perlakuan perpajakan atas pelaku e-commerce asing dan lokal sesuai ketentuan yang berlaku.

Tidak hanya soal persamaan perlakukan dan insentif untuk investor, dalam aturan juga disebutkan inisiasi penyederhanaan pemenuhan kewajiban perpajakan. Inisiasi ini menyebutkan arahan kepada pemerintah untuk menyederhanakan tata cara perpajakan bagi pelaku usaha e-commerce dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar per tahun.

Pekerjaan berat

Ketua Umum idEA Aulia E. Marinto melanjutkan terbitnya aturan ini menjadi awalan untuk melanjutkan pekerjaan berikutnya mewujudkan Indonesia sebagai ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara senilai US$130 miliar pada 2020.

“Kita bekerja saja. Harus dicoba dan optimis untuk mencapai itu,” terang Aulia.

Meski begitu, prediksi tersebut bisa saja direvisi. Pasalnya angka tersebut masih sebatas proyeksi saja.

“Kita fokusnya potensi itu belum tereksplorasi. Yang sekarang [data valid] saja belum terungkap. Soal angka itu bisa revisi lagi. Tapi mengatakan angka itu sudah menggambarkan potensi, that’s good.”

Untuk itu dia mendorong seluruh pihak saling sinkron satu sama lain, agar aturan turunan yang dilahirkan dari perpres tidak merugikan salah satu pihak saja.