Tag Archives: Aspire

Pendanaan Startup Masih Sulit, 2024 Momentum Benahi Fundamental Bisnis

Meski ekonomi digital diproyeksikan tetap tumbuh dalam beberapa tahun mendatang, ekosistem startup Indonesia masih mengalami masa sulit sejak dua tahun terakhir. Beberapa indikasinya seperti PHK massal dan penutupan bisnis masih berlangsung mengawali tahun 2024. Situasi ini juga memicu penurunan iklim investasi di sepanjang tahun 2023.

Dalam sesi diskusi “Navigating the Future: Investment Outlook 2024” yang digelar oleh Aspire dan Trihill Capital, sejumlah perwakilan VC membagikan proyeksinya terkait tren pendanaan dan beberapa catatan penting bagi ekosistem startup Indonesia.

Penggalangan dana masih sulit

Menurut Partner Trihill Capital Anthony Tjajadi, likuiditas dari investor dalam negeri sebetulnya masih terbilang baik. Banyak VC masih mampu mengumpulkan dana dalam jumlah besar dari berbagai investor. Namun, ketika tech winter terjadi, sejumlah investor mulai berhati-hati untuk mengucurkan modalnya.

“Masa sulit dalam penggalangan dana masih akan terjadi dibandingkan tahun 2020, 2021, hingga awal 2022. Saya rasa investor masih menanti situasi new normal terbentuk sepenuhnya, karena mereka masih mencari tahu standar baru pada industri ini, misalnya metrik valuasinya,” paparnya.

Jika mengacu laporan AC Ventures dan Bain & Company, jumlah transaksi investasi pada paruh pertama 2023 hanya mencapai 110 kesepakatan, dibandingkan paruh kedua 2022 yang sebanyak 344. Pertumbuhan transaksi pendanaan masih didorong oleh tahap awal, sedangkan pendanaan seri B menurun.

Sementara Founding Partner Intudo Ventures Patrick Yip menyoroti tentang tren penurunan ticket size pendanaan di beberapa tahapan. Nilai pendanaan seri A tercatat merosot signifikan dari rata-rata $10 juta menjadi $5,8 juta yang membuat nilai valuasi startup ikut turun.

Menurutnya, para founder mungkin menghadapi dilusi yang lebih tinggi. Mereka harus menyerahkan persentase kepemilikan saham lebih besar kepada investor. Namun, bagi startup awal tingginya porsi kepemilikan investor sangat krusial mengingat tahap ini cenderung belum punya hasil yang pasti sehingga potensi return menjadi lebih rendah.

“Mungkin ada total sekitar 125 kesepakatan pendanaan di Indonesia, dan kita telah melihat penurunan pada putaran di berbagai tahap. Valuasinya juga ikut turun. Artinya, dilusi [saham] yang dikorbankan oleh founder kini jadi jauh lebih tinggi dari sebelumnya. Saya pikir kepemilikan sangat penting pada pendanaan tahap awal karena potensi exit tidak akan setinggi sebelumnya,” tutur Patrick.

Perusahaan teknologi besar perlu buktikan profitabilitas

Managing Partner Skystar Capital Abraham Hidayat memberikan pendapat lain perihal profitabilitas yang belum mampu diraih perusahaan teknologi Indonesia yang sudah melantai di bursa saham. Hal ini menimbulkan keraguan pasar terhadap potensi perusahaan teknologi di masa depan.

Setidaknya hingga kuartal III 2023, di sektor besar e-commerce dan on-demand, sejumlah perusahaan, seperti GoTo, BliBli, dan Bukalapak, belum ada yang mencetak keuntungan.

“Kita perlu melihat mereka meraih keuntungan terlebih dulu sebelum pasar mau mengubah persepsi mereka tentang [bisnis] teknologi di Asia Tenggara. Bagi startup tahap awal, ini menjadi momentum untuk membangun fondasi bisnis yang tepat. Dan ketika pasar membaik, [generasi selanjutnya] startup tahap awal yang dibangun dengan baik akan berkembang,” jelas Abraham.

Ia memproyeksikan 2024 sebagai tahun bearish bagi sektor teknologi. Menurutnya, berbagai kesepakatan pendanaan yang terjadi di sepanjang tahun 2020, 2021, dan 2022 banyak mengalir ke startup yang belum siap, baik dari model bisnis maupun produk. Konsekuensinya, mereka tidak bisa meraup margin. Karena model bisnis dan produknya.

“Namun, saya melihat akan ada banyak inovasi yang terjadi di segmen grassroot. VC akan terus berinvestasi, terutama pada tahap awal,” tambahnya.

Sektor potensial maupun yang alami kemerosotan

Baik Anthony dan Patrick sepakat bahwa bisnis tradisional dan B2B akan menjadi sektor yang potensial bagi investor. Sektor yang kini banyak dipenuhi oleh pemain D2C atau ritel ini disebut menawarkan potensi keuntungan yang lebih besar dengan memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi biaya dan produktivitas.

Sementara bicara sektor lain, “Periode 2020-2021 adalah tahun yang baik bagi fintech. Namun, tahun lalu fintech mengalami penurunan. Pasar banyak bicara jumlah pengguna atau GTV, tetapi apakah mereka fokus pada keuntungan atau benar-benar sudah mendapat keuntungan dari penggunanya? Saya pikir pasar mulai sadar [fintech] punya banyak pengguna, tetapi tidak ada keuntungan di dalamnya. Lalu, apa untungnya bagi kami [investor]?” tambah Anthony.

Kendati begitu, sanggah Abraham, penurunan minat investor terhadap fintech tak berarti membuat sektor ini gagal. Ia berpendapat, kegagalan gelombang pertama fintech tidak berarti tidak memiliki peluang di masa depan.

Aspire Indonesia

Tekad Aspire Permudah Perusahaan Kelola Keuangan

Bukan rahasia umum bahwa perusahaan masih dihadapkan pada tantangan pengelolaan keuangan yang menjelimet, seperti akses terbatas pada kartu kredit korporat dan prosedur keuangan yang tidak efisien. Tak heran, dibutuhkan solusi tepat guna agar literasi keuangan di ranah perusahaan juga tidak kalah bertumbuh dari masyarakat pada umumnya.

Berbasis di Singapura, startup fintech Aspire berupaya menyelesaikan tantangan tersebut melalui software finansial untuk mempermudah perusahaan mengatur keuangan operasional bisnis. Solusinya all-in-one mencakup virtual business account, spend management, corporate card, receivable dan payable management, transfer uang lokal dan internasional, dan yang teranyar payment gateway.

“Ada tiga isu yang ingin kita selesaikan untuk bantu tim finance. Orang finance itu paling takut kalau tidak punya kontrol, visibilitas terhadap cash flow-nya, dan enggak bisa atur cash flow dengan baik. Kita berikan software untuk selesaikan tiga isu tersebut yang bisa diakses secara real time,” terang General Manager Aspire Indonesia Ferdy Nandes kepada DailySocial.id.

Masing-masing produk di atas menyelesaikan berbagai permasalahan yang sering dihadapi tim keuangan setiap bulannya, terutama saat tutup buku. Dicontohkan, spend management yang menjadi produk flagship perusahaan memungkinkan tim finance dapat melakukan budgeting untuk alat kontrol setiap pengeluaran, entah untuk belanja iklan digital, proyek, dan sebagainya.

Ketika budget iklan sudah capai makan biaya hingga 80%, maka akan muncul notifikasi yang dikirimkan ke budget owner. “Kalau untuk proyek-proyek, nanti setiap pemasukan dan pengeluaran bisa di-tag ke budget owner. Dengan dua klik, bisa tahu pemasukan dan pengeluaran untuk proyek yang mana saja, sehingga proses rekonsiliasinya lebih mudah.”

Kemudian, untuk produk virtual corporate card bisa membantu tim finance untuk membayar operasional perusahaan, entah untuk budget marketing, listrik, klaim, dan sebagainya. Berbeda dengan kartu kredit pada umumnya karena bank statement baru terbit setiap akhir bulan, kartu ini dapat dilacak secara real time penggunaannya.

Produk lainnya yang banyak digunakan adalah receivable dan payable management. Ini merupakan invoice yang terhubung dengan sistem Aspire, sehingga ketika klien membayarkan tagihannya dapat terlacak secara otomatis. Bahkan ketika klien tersebut memakai software akuntansi Xero, Netsuite, Quickboo, MYOB, dapat secara otomatis menautkan pengeluaran dan terintegrasi dengan Aspire, sehingga klien akan selalu memiliki data akuntansi yang akurat dan terorganisir dengan baik.

“Kita juga punya produk cross border payment. Ini banyak dipakai startup saat mereka dapat pendanaan dari investornya di luar negeri. Dalam 3-5 hari mereka bisa punya USD account, lalu begitu funding-nya masuk bisa di-convert [kurs Rupiah] sesuai kebutuhannya.”

Visibility-nya jelas, kontrol jelas, dan bisa tracking real time. Kartu ini juga bisa untuk bayar klaim ke karyawan. Budget owner dapat memantau langsung lewat aplikasi dan bisa diatur otoritasnya sebagai approval akhir atau bisa sekalian untuk bayar klaimnya. Semua tergantung kebijakan masing-masing perusahaan [pengaturan otoritas].”

General Manager Aspire Indonesia Ferdy Nandes / Aspire

Ferdy menuturkan, perusahaan menganut prinsip consumer-centric, artinya ada personalisasi untuk setiap negara di mana mereka beroperasi. Maka dari itu, ada kustomisasi dari setiap produk yang dibawa dari Singapura ke negara lain. Singapura contohnya, aturan di sana memperbolehkan suatu perusahaan untuk langsung bekerja sama dengan jaringan pembayaran global Visa dan Mastercard dalam menerbitkan kartu debit/kredit korporat.

“Tapi di Indonesia, untuk menerbitkan kartu kredit korporat aturannya harus melalui bank. Saat ini kami sudah bekerja sama dengan Bank CIMB Niaga untuk corporate virtual card. Produknya sama tapi pendekatannya beda, jadi kami selalu mengikuti aturan yang berlaku di tiap negara.”

Ekspansi produk

Cakupan bisnis Aspire tak hanya di Singapura saja, tapi sudah masuk ke Indonesia setahun setelah pertama kali berdiri pada 2018. Tak hanya itu, negara Asia lainnya juga telah dirambah, seperti Vietnam, Thailand, Malaysia, dan Hong Kong yang baru diresmikan pada dua bulan lalu. Total karyawan Aspire di regional mencapai 500 orang, 118 orang di antaranya adalah karyawan di Indonesia, 200 karyawan di Singapura, 100 karyawan engineer khusus di India, dan sisanya tersebar di negara lain.

“Berdasarkan kontribusi revenue, Indonesia menempati posisi kedua setelah Singapura. Timnya juga terbanyak kedua, ini menandakan bahwa kami sangat serius menggarap pasar ini sejak 18 bulan belakang.”

Penunjukkan Ferdy sebagai General Manager sejak 10 bulan lalu memperlihatkan keseriusan Aspire untuk menggarap pangsa pasar di negara ini. Sebelum bergabung, Ferdy memiliki pengalaman di berbagai perusahaan teknologi global di antaranya LinkedIn, Skyscanner, Google, Apple, Facebook, hingga Xero.

Para pengguna Aspire, sekitar 35% berasal dari startup dan sisanya UMKM. Para startup ini datang dari berbagai vertikal bisnis: e-commerce, fintech, ritel, hingga food and beverages (F&B). Nama-nama perusahaannya, seperti Schoters, eFishery, Brick, Ayoconnect, Pinhome, Base dan Haus!.

Dalam rangka mengembangkan solusi bisnis dan menjangkau lebih banyak perusahaan dari skala bisnis menengah hingga ke atas, Aspire baru-baru ini menghadirkan layanan gerbang pembayaran (payment gateway). “Dengan payment gateway ini, solusi Aspire sudah dari hulu ke hilir, mulai dari atur keuangan sampai terima uang dari end-consumer.”

Tak hanya itu perusahaan sedang mempelajari kebutuhan bagi perusahaan dengan skala bisnis yang lebih tinggi, mengingat solusi yang dibutuhkan lebih kompleks karena karyawan berjumlah ribuan. “Kalau karyawannya ada 1000-2000 untuk klaim saja pasti lebih panjang proses approval-nya, jadi butuh kostumisasi. Ini yang sedang kita pelajari agar lebih mengerti sebab kami ini consumer centric.”

Model bisnis yang digunakan Aspire adalah berlangganan. Namun pengguna dapat menyesuaikan berlangganannya fleksibel sesuai produk yang mereka pakai. Menurut Ferdy, dengan cara ini mampu membawa perusahaan mencapai posisi profit sejak Mei 2023. Keuntungan diraih setelah Aspire berhasil menggandakan pendapatan sebanyak tiga kali lipat dalam setahun belakangan. Aspire juga mengeklaim total volume pemrosesan dana dalam setahun terakhir mencapai sebesar $15 miliar.

“Karena meski kami Saas, kita selalu melihat apa yang jadi kebutuhan konsumer, lalu bisa costumize [pembayarannya] sesuai kebutuhan dan purchasing power mereka. kita berusaha fleksibel dan berusaha klien pakai software ini karena setelah pricing, kunci terpenting berikutnya apakah mereka benar-benar butuh atau tidak.”

Pencapaian tersebut membuat perusahaan percaya diri untuk mereplikasi kesuksesannya ke negara Asia lainnya. Meski tidak bisa dirinci lebih lanjut, perusahaan berencana untuk ekspansi sepanjang tahun ini. Negara terakhir yang dirambah adalah Hong Kong pada dua bulan lalu.

Selain fokus mengembangkan bisnis, perusahaan juga fokus mengedukasi para penggunanya di lapangan. Menurut Ferdy, pihaknya banyak menemukan bahwa literasi digital bagi perusahaan itu tidak berjalan sekencang dibandingkan level masyarakat akhir. Padahal perusahaan juga diisi oleh manusia yang sama dan juga terpapar dengan perkembangan teknologi terbaru.

“Ini enggak terjadi di Aspire saja, tapi di startup pada umumnya juga. Supaya kita enggak tertinggal dengan negara lain, adaptasi perusahaan juga harus lebih cepat. Ini unik bagaimana kita bisa berbenah. Banyak SDM kita yang kurang ulet untuk belajar hal baru, padahal potensi kita besar,” pungkas Ferdy.

Application Information Will Show Up Here
Aspire mengumumkan pendanaan Seri C sebesar $100 juta dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia

Aspire Tutup Putaran Seri C 1,5 Triliun Rupiah Dipimpin Lightspeed dan Sequoia SEA

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan telah merampungkan pendanaan seri C sebesar $100 juta (lebih dari 1,5 triliun Rupiah). Putaran ini dipimpin oleh Lightspeed Venture Partners dan Sequoia Capital Southeast Asia, dengan partisipasi dari PayPal Ventures, LGT Capital Partners, dan investor sebelumnya, Picus Capital dan Mass Mutual Ventures.

Putaran sebelumnya diumumkan perusahaan pada September 2021 sebesar  $158 juta, yang terbagi dalam bentuk ekuitas $58 juta dan debt $100 juta.

Dana segar akan dimanfaatkan sebagai amunisi untuk melengkapi layanan produk agar dapat mengambil posisi sebagai pemain fintech B2B yang dominan di Asia Tenggara, menambah tim untuk terus berinovasi, sambil tetap menjaga kesehatan finansial model bisnis perusahaan.

“Penggalangan dana dalam iklim seperti ini tidaklah mudah, terutama untuk ruang fintech. Tonggak sejarah ini merupakan bukti bahwa produk dan ketahanan kami. Saya sangat bangga dengan tim atas kerja keras dan visi mereka untuk membuat pencapaian ini menjadi mungkin,” kata Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli dalam unggahan di laman LinkedIn, dikutip Selasa (14/2).

Dalam keterangan resminya, Baronchelli menyampaikan bahwa Aspire membawa misi ingin menyediakan platform finansial untuk memaksimalkan potensi setiap perusahaan di Asia Tenggara, baik bagi perusahaan besar maupun kecil. Mulai dari laporan kondisi finansial perusahaan real-time, layanan transfer internasional yang cepat dan transparan, hingga manajemen biaya menyeluruh untuk membantu bisnis mengambil keputusan secara strategis.

“Kami sangat senang mendapat kesempatan untuk bermitra dengan investor terkemuka untuk memberikan bisnis modern di Asia Tenggara kendali penuh atas keuangan mereka,” kata Baronchelli.

Partner Lightspeed Bejul Somaia menyampaikan, “Aspire telah tampil sebagai pemain terdepan dalam sektor fintech B2B Asia Tenggara dengan end-to-end produk yang menyeluruh, rekor pertumbuhan yang kuat, dan fondasi yang solid. Kami sangat senang dapat bermitra dengan tim berkelas global ini untuk mendukung visi mereka akan masa depan layanan finansial di Asia Tenggara.”

Aspire didirikan pada 2018 fokus menyediakan layanan finansial untuk mempermudah mengatur keuangan operasional bisnis. Software Aspire merupakan platform all-in-one untuk berbagai kebutuhan layanan keuangan bisnis seperti transfer internasional, kartu korporat, manajemen utang, piutang dan manajemen biaya, yang dapat diakses melalui satu akun yang mudah digunakan.

Diklaim perkembangan bisnisnya di Asia Tenggara terus bertumbuh dengan penambahan volume transaksi tahunan yang diproses hingga tiga kali lipat menjadi sebesar $12 miliar yang berasal dari lebih dari 15 ribu klien. Aspire sendiri kini hadir di Indonesia, Singapura, Vietnam, dan India, memiliki lebih dari 400 karyawan.

Mengutip dari TechCrunch, Baronchelli mengatakan bahwa Aspire berfokus bisnis di zaman baru yang keputusan pembeliannya semakin didorong oleh UX dan kegunaan, dari satu karyawan hingga lebih dari 500 karyawan. Penggunanya ini berasal dari berbagai sektor, mulai dari perusahaan TI, layanan profesional, bisnis barang dan startup.

Sebagian besar pengguna menggunakan solusi Aspire untuk akun pembayaran, manajemen multi-mata uang, manajemen utang dan piutang. Sebelumnya dalam memenuhi kewajiban tersebut pengguna menggunakan kombinasi antara solusi dari lembaga keuangan yang ada, dengan Microsoft Excel atau beberapa penyedia fintech untuk kartu, kredit pengeluaran manajemen.

“Tapi sistem ini tidak berbicara satu sama lain. Kami telah menggabungkan semua kebutuhan bisnis di bawah satu tumpukan operasi keuangan untuk bisnis. Aspire terintegrasi dengan Xero, QuickBook, NetSuite, Accurate, Jurnal, dan perangkat lunak akuntansi utama lainnya.”

Acer Aspire Vero

Acer Umumkan Laptop Aspire Vero, Green PC Ramah Lingkungan dengan Windows 11 & Intel Core Generasi Ke-11

Acer telah meluncurkan laptop Aspire Vero di Indonesia. Green PC yang terbuat dari material daur ulang plastik yang telah dipakai konsumen atau plastik post-consumer recycled (PCR). Target audiensnya ialah kalangan anak muda, terutama Gen Z.

Tak hanya ramah lingkungan, Acer Aspire Vero merupakan laptop kekinian dan sudah menjalankan sistem operasi Windows 11 terbaru. Serta, ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-11 dan grafis Intel Iris Xe yang dapat mendorong produktivitas penggunanya.

Harga Acer Aspire Vero juga cukup terjangkau yakni Rp10.999.999 untuk pre-order yang diadakan pada 25 Oktober – 7 November 2021 melalui Acer eStore, JD.id dan Acer Exclusive Store. Itu sudah termasuk Microsoft Office Home & Student 2021 secara gratis.

Khusus 20 pembeli pertama pada masa pre-order, konsumen bisa mendapatkan bundling laptop Aspire Vero dengan sepatu ramah lingkungan Adidas Stan Smith. Serta, Zero Waste Kit dari Sustaination yang berisikan botol minum, sedotan, serta alat makan yang mudah untuk dibawa bepergian.

Material Ramah Lingkungan

Sebagian besar komponen laptop Aspire Vero terbuat dari material yang ramah lingkungan. Pada bagian sasis, Acer menggunakan plastik PCR sebanyak 30%, pada bagian keyboard terdapat 50% elemen plastik PCR yang menghemat sekitar 21% emisi lingkungan dari penggunaan plastik murni, dan 99% panel layarnya terbuat dari panel yang dapat didaur ulang.

Eco-design” laptop ini dapat dilihat dari posisi unik tombol R dan E pada keyboard yang diposisikan berlawanan untuk mengingatkan pengguna terhadap proses daur ulang dengan aksen kuning. Struktur honeycomb pada sasis menghasilkan kerangka yang lebih kuat dan permukaan lapisan bertekstur bebas cat menjadikan permukaan sangat lembut dengan aksen kuning unik yang dihasilkan dari proses daur ulang dan bermakna ajakan untuk mengurangi polusi.

Kotak kemasan laptop ini 85% terbuat dari kertas daur ulang dengan tinta dari kedelai dan setelah digunakan kotak kemasan ini dapat sepenuhnya didaur ulang. Selain itu, kotak laptop juga dapat digunakan kembali sebagai penyangga laptop untuk menambah kenyamanan penggunaan.

Kehadiran laptop eco-friendly Acer Aspire Vero merupakan wujud komitmen keberlanjutan Acer dalam operasi dan pengembangan produk. Material laptop maupun kemasannya terbuat dari material daur ulang serta dilengkapi fitur khusus penghematan energi. Dengan desain yang trendi, performa yang mumpuni, dan material unik, Acer Aspire Vero diharapkan dapat menjadi laptop pilihan mereka yang berjiwa muda yang ingin ikut ambil bagian dalam melestarikan lingkungan,” ujar Fransisca Maya, Head of Marketing Acer Indonesia.

Sejak Juni 2021, Acer dan para pegawai serta mitra bisnis menegaskan komitmen keberlanjutan lewat program Earthion. Kami akan mendorong terobosan dalam menjawab tantangan lingkungan. Di Indonesia, wujud nyata lain yang kami inisiasi adalah ajakan Green Deeds untuk anak-anak muda melalui media sosial. Acer Aspire Vero adalah salah satu wujud komitmen tersebut. Kami berharap ajakan kami untuk ikut menjaga Bumi mendapat respons positif dari konsumen Indonesia,” tambahnya.

Berangkat dari misi tersebut, Acer Indonesia memulai kampanye “Green Deeds” yang mengajak semua orang untuk melakukan kegiatan hijau selama tujuh hari. Kegiatan tersebut dapat dilakukan di mana saja oleh peserta dan para peserta dapat berbagi partisipasi pada media sosial Instagram mereka dengan tag @acerid. Kegiatan di media sosial ini akan berlangsung hingga 31 Desember 2021. Acer akan memberikan laptop Acer Aspire Vero kepada pemenang utama dan menjadikan kegiatannya sebagai role model komunitas di media sosial Acer Indonesia.

Spesifikasi Acer Aspire Vero

Acer Aspire Vero 1

 

Dari segi spesifikasi, laptop Windows 11 Home terbaru ini mengusung layar IPS 15,6 inci dengan resolusi Full HD dalam rasio 16:9. Dapur pacunya mengandalkan prosesor Intel Core generasi ke-11 dan grafis Intel Iris Xe.

Saat ini, Acer Aspire Vero hanya tersedia dalam konfigurasi prosesor Intel Core i5-1155G7. Ditopang RAM 8GB DDR4 yang bisa di-upgrade hingga 24GB, dan penyimpanan 512GB SSD NVMe.

Misi keberlanjutan diwujudkan dalam fitur khusus software VeroSense yang dapat memperpanjang usia baterai dan menghemat penggunaan listrik. Total ada empat mode yang dapat dipilih, termasuk performance, balanced, Eco, dan Eco+.

Pendanaan Aspire Alumak

Aspire Tutup Pendanaan Seri B 2,2 Triliun Rupiah, Sediakan OS Keuangan “All-In-One” untuk UKM

Startup neobank asal Singapura Aspire mengumumkan perolehan pendanaan seri B sebesar $158 juta (lebih dari 2,2 triliun Rupiah), dalam bentuk ekuitas sebesar $58 juta dan debt sebesar $100 juta. Putaran ini dipimpin oleh investor ekuitas pertumbuhan global yang berfokus pada fintech dengan identitas dirahasiakan.

Turut berpartisipasi jajaran investor lainnya, seperti DST Global Partners, CE Innovation Fund, B Capital Partners dan investor sebelumnya, yakni Mass Mutual Ventures, Picus Capital, AFG dan Hummingbird Ventures. Sementara, untuk investor debt berasal dari Fasanara Capital.

Putaran ini juga melibatkan angel investor dari beberapa startup fintech ternama, seperti co-founder Wise, Taavet Hinrikus; co-founder Qonto Alexandre Port dan Steve Anavi; founder Uala, Pierpaolo Barbieri; co-founder Xendit, Moses Lo; co-founder Payfazz, Hendra Kwik; dan co-founder Clara, Gerry Colyer.

Aspire didirikan pada 2018 untuk memberikan pinjaman modal kerja bagi usaha kecil hingga menengah, tetapi segera setelah didirikan, perusahaan mulai mengambil strategi multi-produk. Portofolio layanannya mencakup rekening bank untuk bisnis lintas batas (cross border), kartu perusahaan, dan pemrosesan faktur otomatis, yang semuanya terhubung ke perangkat lunak manajemen keuangan. Perusahaan juga mengoperasikan layanan penggabungan untuk perusahaan Singapura yang disebut Aspire Kickstart.

“Apa yang kami coba lakukan adalah menghubungkan layanan perbankan tradisional dengan perangkat lunak karena kami menyadari masalah terbesar, bahwa keduanya benar-benar terputus,” ujar Co-founder dan CEO Aspire Andrea Baronchelli mengutip dari TechCrunch.

Dia melanjutkan, “Kami melihat dunia yang didominasi oleh platform terintegrasi di berbagai fungsi bisnis seperti Salesforce untuk penjualan atau Slack untuk komunikasi. Kami percaya hal yang sama terjadi untuk keuangan dan kami di sini untuk membangun sistem operasi untuk ekonomi digital Asia Tenggara.”

Sumber: Aspire

Berdasarkan riset produk perusahaan dan wawancara dengan mitra bisnis, Baronchelli mengatakan bahwa rata-rata UKM menggunakan tujuh penyedia untuk rekening bank mereka, solusi kredit, valuta asing, manajemen faktur dan penggajian dan akuntansi. Tujuan Aspire adalah menjadi solusi terpadu dan menyeluruh untuk UKM.

Sebagian besar pelanggan Aspire mendaftar ketika mereka membutuhkan akun bisnis atau kartu perusahaan pertama mereka, dan kemudian mulai menggunakan produk lainnya saat mereka tumbuh. Untuk UKM besar yang sudah memiliki akun bisnis, Aspire mencoba menarik perhatian mereka dengan produk bernilai tambah, seperti perangkat lunak manajemen pengeluaran atau solusi kreditnya.

Kartu kredit dan pinjaman modal kerja Aspire biasanya mulai dari sekitar $50.000 dan dapat mencapai $300.000, tetapi dapat disesuaikan seiring pertumbuhan bisnis untuk meningkatkan jalur kredit. Lebih dari 10.000 akun bisnis telah dibuka di Aspire, dan secara total mereka bertransaksi sekitar $2 miliar per tahun, dua kali lipat dalam lima bulan sejak Mei 2021.

Aspire saat ini sedang mengembangkan sistem penggajian, mengingat banyak kliennya memiliki karyawan di berbagai negara. Solusi ini juga menambahkan lebih banyak fitur ke alat manajemen faktur untuk membuat pembayaran rekonsiliasi dengan saldo akun lebih mudah.

Selain di Singapura, Aspire juga beroperasi di Vietnam dan Indonesia (dengan nama Alumak). Di Indonesia, saat ini perusahaan menawarkan produk limit kredit untuk UMKM dengan nominal mulai dari Rp2 juta dengan bunga 1% per bulan. Perusahaan akan merilis layanan Akun Bisnis yang sebelumnya sudah hadir di Singapura. Produk ini memungkinkan pengusaha untuk menerima dan mengirim uang melalui aplikasi Alumak dan Kartu Visa Aspire. Di OJK, Alumak telah terdaftar di bawah aturan IKD.

Tren pembiayaan produktif

Menurut hasil survei yang dirangkum dalam laporan “Evolving Landscape of Fintech Lending in Indonesia” oleh DSInnovate dan AFPI, 75% dari responden survei (146 pemain fintech lending) menggarap sektor pinjaman produktif. Sementara 53% bermain di sektor konsumtif dan 6,8% syariah. Kendati demikian, dalam satu platform bisa saja memiliki lebih dari satu model bisnis.

Dari total pemain yang bermain di sektor produktif, mayoritas menjajakan layanan melalui invoice dan inventory financing — pembiayaan ke suplier juga masuk di dalamnya.

Sektor produktif jelas lebih menjanjikan, terlebih saat ini ada sekitar 59,2 juta UMKM yang tersebar di Indonesia, hal ini tercermin dari profil mayoritas peminjam di layanan tersebut (UMKM offline dan online). Isu permodalan pun masih menjadi salah satu yang paling signifikan akibat fasilitas kredit perbankan belum sepenuhnya bisa mengakomodasi kebutuhan tersebut.

Varian pendanaan produktif yang banyak disajikan pemain fintech lending / DSInnovate – AFPI

Acer Day 2020 Digelar Sekaligus Luncurkan 4 Laptop Baru

Acara yang mungkin ditunggu-tunggu oleh mereka yang ingin membeli laptop sudah datang. Acer kembali menggelar Acer Day di tahun 2020 ini, sebuah acara yang memberikan banyak diskon dan hadiah pada saat membeli produk Acer. Selain memberikan hadiah, Acer juga menawarkan program lainnya mulai dari cashback hingga Rp2.000.000, free GoPay Credit, free gaming gearsfree preinstalled Office & Home Student 2019 dan juga tambahan garansi resmi hingga tiga tahun.

Foto 2 - Herbet Ang dengan Swift 3 Air 2

Acer ingin terus bisa menjadi bagian dari upaya pelanggan untuk tetap produktif di masa pandemi ini. Acer Day 2020 yang mengusung tema Bisa Produktif Terus, adalah kesempatan yang sengaja kami persiapkan bersama dengan mitra kerja kami di seluruh Indonesia, untuk bisa menawarkan program-program dan inovasi paling baik kepada pelanggan kami semua. Kami berharap, Acer Day 2020 dapat menjadi kesempatan terbaik untuk memiliki produk-produk unggulan kami, terus produktif dan disertai kesehatan untuk dapat berkarya,” kata Herbet Ang, President Director Acer Indonesia.

Pada acara yang sama, Acer juga memperkenalkan 4 buah laptop. Ke empat perangkat tersebut adalah Acer Aspire 5 Magical Color, Swift 3 Air 2, Swift 3 Ryzen 4000, dan laptop gaming Nitro 5 Ryzen 4000.

Aspire-5-Baru

Aspire 5 (A514-53) Magical Color merupakan laptop dengan warna yang unik. Baterai yang dipasang pada laptop ini memiliki daya tahan hingga 14 jam. Selain itu, Acer juga menanamkan Intel SSD Optane pada perangkat ini, yang akan meningkatkan kinerja HDD yang terpasang didalamnya. Lalu, pada laptop ini juga ditanamkan teknologi bernama Exo Amp Anenna yang memperkuat penerimaan WiFi sampai dengan 360 derajat.

Swift-3-SF313-52

Laptop selanjutnya adalah Swift 3 Air 2 (SF313-52) yang merupakan lini tipis dari Acer yang ditujukan untuk pengguna dengan gaya hidup dan bobot ringan. Laptop ini menghadirkan layar 2K dengan rasio 3:2 yang menghasilkan 18% view vertical yang lebih luas. Baterai yang terpasang mampu bertahan hingga 17 jam. Untuk kartu grafisnya, digunakan Intel Iris Plus dengan prosesor Core i5-1035G4. Terakhir laptop ini juga memiliki port Thunderbolt yang memiliki interface yang sama dengan USB-C.

Swift-3-SF314-42

Selain versi Intel, Acer juga memiliki Swift 3 Ryzen 4000 (SF314-42) yang menggunakan prosesor AMD Ryzen 5 4500U. Laptop yang satu ini memiliki fitur fast charging yang bakal mengisi baterai dengan cepat, 30 menit untuk 4-12 jam. Bobotnya yang hanya 1,2 kg ini membuat penggunanya tidak akan terkena sakit pinggang saat membawanya kemana-mana. Laptop ini juga sudah mendukung teknologi WiFi 6 sehingga akan mudah melakukan koneksi pada router yang mendukung.

Nitro-5-AN-55

Laptop terakhir adalah Nitro 5 Ryzen 4000 Series (AN515-44) yang masuk dalam lini gaming dan ditujukan untuk casual gamer. Pendinginan pada laptop yang satu ini pun memakai desain yang baru, di mana Acer meletakkan dua kipas secara terpisah pada sisi kiri dan kanannya dengan heatsink yang lebih tebal serta 4 buah lubang pembuangan panas pada sisi kanan, kiri, dan belakangnya. Kpias ini sendiri juga bisa ditingkatkan rotasinya dengan teknologi Acer CoolBoost, sehingga panasnya akan lebih cepat terbuang.

Storage laptop ini dapat di-upgrade sampai dengan 2TB SSD + 2TB HDD dengan dual slot SSD NVMe yang tersedia. Keyboard-nya memiliki desain warna warni RGB 4 zones. Layar dari laptop gaming ini mendukung refresh rate 144 Hz sehingga bisa menghadirkan frame rate tinggi tanpa tearing. 

Selama Acer Day 2020, konsumen akan mendapatkan penawaran cashback hingga Rp1.500.000. Pada laptopnya juga telah tersedia free Office & Home Student 2019 senilai Rp1.799.000juga garansi resmi tambahan hingga total tiga tahun. Acer Day 2020 sendiri dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus hingga 30 September 2020.

Alumak Indonesia

Layanan Alumak Mudahkan UKM Temukan Platform Digital yang Tepat

Untuk memudahkan UKM menjalankan bisnisnya selama pandemi COVID-19, Alumak Indonesia yang merupakan startup teknologi finansial penyedia rekening dan kartu kredit digital bagi bisnis, meluncurkan platform direktori yang mengkoleksi berbagai diskon dan akses gratis dari aplikasi dan layanan bisnis.

Kepada DailySocial Head of Growth Alumak Donnie Silalahi mengungkapkan, platform direktori tersebut diharapkan bisa memudahkan mereka untuk tetap jalankan bisnis seperti biasa.

“Dalam platform ini, kami tidak sendiri, melainkan mengkoleksi berbagai penawaran spesial yang juga disediakan berbagai perusahaan teknologi untuk jalankan bisnis lebih mudah dari rumah.”

Untuk kebutuhan bisnis, Alumak turut andil menawarkan bebas biaya transfer bank selama periode April 2020, pembukaan rekening gratis tanpa saldo setoran awal, dan tidak ada biaya admin bulanan. Selain itu, dari mitra dan perusahaan teknologi lain, ada juga penawaran spesial yang bisa dinikmati.

Melalui situs TogetherAtHome.co, pengguna bisa memanfaatkan mulai dari gratis akses aplikasi virtual workplace untuk bekerja remote, layanan finansial, hingga software absensi jarak jauh bagi karyawan.

“Telah ada lebih dari 50 koleksi di platform ini. Harapannya semoga tidak berhenti di situ, para pelaku teknologi lain juga ikut berkontribusi menambahkan koleksi baru bagi keberlangsungan UKM,” kata Donnie.

Beda entitas dengan Aspire

Disinggung apa hubungan antara Alumak dengan Aspire, yang merupakan platform layanan perbankan digital, Donnie menegaskan Alumak Indonesia adalah entitas berbeda dengan Aspire.

“Untuk Singapura dan Thailand platform tersebut (Aspire) masih ada, hanya di Indonesia yang sudah tidak ada. Dulu yang ditawarkan Aspire hanya lini kredit revolving, serupa dengan Pinjaman Rekening Koran. Alumak menawarkan lebih banyak layanan melalui kemitraan yang dijalin dengan platform teknologi berlisensi,” kata Donnie.

Alumak Indonesia dan Aspire memiliki investor yang sama yaitu Aspire PTE Ltd. Secara khusus Alumak menyediakan berbagai layanan perbankan untuk bisnis kecil melalui kerja sama dengan mitra-mitra institusi keuangan terdaftar. Produk Alumak meliputi rekening bisnis multi fungsi untuk kelola kebutuhan keuangan usaha dan membantu UKM dalam mendapatkan pinjaman bisnis melalui mitra.

Didirikan pada Januari 2018 oleh mantan pendiri dan eksekutif Lazada, perusahaan ini lulus dari Y Combinator angkatan Winter 2018 dan merupakan bagian dari program Pertumbuhan Berkelanjutan YC angkatan Winter 2020. Alumak meluncur akhir bulan Febuari lalu, dan saat ini resmi tercatat sebagai penyelenggara IKD dari OJK, masuk ke fase Sandbox.

“Kami ingin membuka akses inklusif ke lebih banyak layanan finansial bagi para pelaku bisnis. Beberapa proyek besar yang akan kami luncurkan di tahun ini mencakup, aplikasi mobile banking terdedikasi untuk bisnis di pertengahan tahun ini, meluncurkan corporate card dengan reward management produktif dan multi akses yang mudah, dan layanan lain seperti transfer antar negara berbiaya terjangkau,” kata Donnie.

Acer Umumkan Sederet Laptop Swift dan Desktop All-in-One Aspire

Hari ini Acer telah mengumumkan beberapa produk teranyar mereka di Indonesia. Terdiri dari dua laptop Swift series yakni Swift 5 dan Swift 3. Satu laptop Aspire 5 Force, serta dua desktop all-in-one Aspire C series yaitu Aspire C24 dan Aspire C22.

Nah yang cukup mengejutkan adalah kelima produk yang dirilis sudah ditenagai prosesor Intel Core generasi ke-10 dan dilengkapi dengan Office Home and Students 2019.

Prosesor Intel terbaru ini setidaknya punya tiga aspek unggulan, dari performa yang tidak hanya lebih cepat, tapi juga lebih pintar berkat instruksi AI bawaan. Konektivitas dengan integrasi teknologi Intel Wi-Fi 6 dan Thunderbolt 3. Serta, arsitektur grafis baru Iris Plus. Mari kita bahas satu per satu produknya.

Acer Swift Series

Masuk dalam kategori laptop thin and light premium dari Acer, Swift 5 dan Swift 3 memiliki dimensi compact dan bobot yang ringan. Dirancang untuk para profesional yang selalu mobile atau mereka yang kerap bepergian.

Laptop Swift 5 memiliki ketebalan body 14,95 mm dan bobotnya hanya 990 gram. Acer pun mengklaim Swift 5 menjadi ‘laptop 14 inci dengan dedicated graphic teringan di dunia’.

Ya, dengan dedicated graphic NVIDIA GeForce MX250 dan juga terintegrasi dengan Intel Iris Pro. Berpadu bersama prosesor Intel Core i7-1065G7 generasi ke-10 (untuk varian tertinggi), penyimpanan berbasis SSD, dan besaran RAM 16GB LPDDR4X. Harga Acer Swift 5 dibanderol mulai dari Rp15.999.000.

Panel IPS touchscreen 14 incinya beresolusi Full HD dengan tiga sisi bezel layar tipis dan punya screen-to-body ratio 86.4 persen. Daya tahan baterainya mencapai 12,5 jam dan mendukung pengisian cepat. Di mana mampu memberikan 4,5 jam penggunaan hanya dalam waktu 30 menit pengisian baterai.

Beralih ke Swift 3, laptop 14 inci Full HD ini dibanderol mulai Rp8.999.000. Spesifikasi dan fitur-fiturnya tidak berbeda jauh dengan Swift 5. Dengan prosesor Intel Core i7-1065G7 generasi ke-10 dan dedicated graphic NVIDIA GeForce MX250. Bedanya, ketebalan body-nya 15,95 mm dan bobotnya 1,19 kg.

Acer Aspire 5

 

Kalau yang Anda butuhkan adalah sebuah mesin yang powerful, misalnya untuk editing foto maupun video, atau desain – Acer Aspire 5 mungkin pilihan ideal buat Anda. Sebab, laptop ini dibekali teknologi layar yang mumpuni – menggunakan panel real IPS yang mendukung color gamut hingga 100 persen sRGB lengkap dengan teknologi Acer ExaColor.

Besaran RAM juga bisa di-upgrade hingga 20GB sehingga cocok buat tugas-tugas berat. Bertenaga prosesor Intel Core generasi ke-10, dedicated graphic NVIDIA GeForce MX250 25 watt, dan daya tahan baterainya mencapai 14 jam.

Ukuran laptop Aspire 5 ini memang seperti laptop mainstream, ketebalannya 17,9 dengan bobot 1,5 kg. Adapun untuk harganya dibanderol mulai dari Rp10.499.000.

Acer Aspire C Series

Meskipun laptop thin and light semakin diminati, namun peminat pasar desktop all-in-one juga masih banyak terutama untuk bekerja dan hiburan di rumah. Desainnya makin ringkas, dengan bezel setipis 3,7mm dan screen-to-body ratio 92 persen yang cocok digunakan di rumah atau apartemen dengan tipe minimalis.

Aspire C22 mengusung layar 22 inci dan dibanderol mulai Rp7.049.000. Sementara, Aspire C24 berlayar 24 inci dan dijual mulai Rp7.249.000. Keduanya hadir dengan opsi layar IPS Full HD, lengkap dengan Acer Vision Care, serangkaian teknologi seperti Acer Bluelight shield dan Flickerless.

Aspire Secures Funding Over 455 Billion Rupiah, to Introduce Neobank for SMEs

The startup developer for digital banking services (neobank) “Aspire” today (8/1) announced series A funding worth $32.5 million or around 455.4 billion Rupiah. Mass-Mutual Ventures led this round, including Arc Labs and the previous investors, such as Y-Combinator, Hummingbird, and Picus Capital.

Aspire is a Singapore-based startup which operates in various country, including Thailand, Vietnam, and Indonesia. The product works like a credit card (revolving credit line). With SMEs as the main target, they provide online registration. When it’s approved, they will have a limit for instant credit to take care of certain matters.

“Additional cost will be charged for cash withdrawal or payment transaction. Unlike the one-time loan, the amount given should be used right away. There’s no membership or annual fee,” Aspire Indonesia’s Head of Growth, Donnie Silalahi said.

The product is wrapped as AspireAccount. It has another job to help financial flow management for SMEs. There’s also a feature that allows business players receiving virtual payment. Later in this year, Aspire to launch a business credit card that connects all accounts.

Aspire developer team
Aspire developer team

“Aspire is developing a scalable banking infrastructure marketplace using service provider as the third party. We’ve been running the business under Indonesian law and partnered up with law consultant to keep on track with the regulation,” Silalahi said as he was asked about the company towards authority regulation.

They aim to reach 100 thousand consumers from business players. Indonesia is expected to be the major contributor along the path.

Target Aspire ingin capai 100 ribu konsumen dari kalangan pelaku usaha. Indonesia diharapkan dapat menjadi kontributor mayoritas untuk capaian tersebut.


Original article is in Indonesian, translated by Kristin Siagian

Aspire Startup Neobank

Aspire Raih Pendanaan Lebih dari 455 Miliar Rupiah, Hadirkan Layanan Neobank di Kalangan UKM

Startup pengembang layanan perbankan digital (neobank) “Aspire” hari ini (01/8) mengumumkan telah mendapatkan pendanaan seri A senilai $32,5 juta atau setara 455,4 miliar Rupiah. Mass-Mutual Ventures SEA memimpin babak investasi ini, dengan partisipasi Arc Labs dan investor sebelumnya seperti Y-Combinator, Hummingbird, Picus Capital.

Aspire adalah startup asal Singapura, namun saat ini sudah beroperasi di berbagai negara, termasuk Thailand, Vietnam dan Indonesia. Produknya sendiri bekerja seperti kartu kredit (lini kredit bergulir). Pelaku UKM sebagai target pasar utamanya, dapat melakukan pendaftaran secara online. Ketika disetujui, mereka akan memiliki batas kredit instan yang bisa dipakai untuk berbagai keperluan.

“Biaya hanya dibebankan terhadap jumlah dana yang ditarik atau digunakan untuk pembayaran. Tidak seperti pinjaman satu kali waktu, jumlah yang diberikan harus langsung dipakai. Dan juga tidak ada biaya keanggotaan atau layanan tahunan,” terang Head of Growth Aspire Indonesia Donnie Silalahi.

Produk tersebut dikemas dalam layanan AspireAccount. Manfaat lain untuk UKM adalah membantu pengelolaan arus kas bisnis. Fitur di dalamnya juga memungkinkan pebisnis penerima pembayaran secara virtual. Sebelum akhir tahun Aspire akan segera merilis produk kartu kredit bisnis yang dapat terhubung di setiap akun.

Aspire
Tim pengembang Aspire

“Yang Aspire sedang bangun adalah marketplace infrastruktur perbankan yang scalable dengan memanfaatkan penyedia layanan keuangan pihak ketiga. Kami menjalankan operasional sesuai hukum Indonesia dan bekerja sama dengan penasihat hukum kami untuk mematuhi ketentuan yang mana diperlukan,” terang Donnie ketika disinggung soal kepatuhan perusahaannya terhadap regulasi otoritas.

Target Aspire ingin capai 100 ribu konsumen dari kalangan pelaku usaha. Indonesia diharapkan dapat menjadi kontributor mayoritas untuk capaian tersebut.