Tag Archives: Astralis Group

Twitch Cetak Rekor Viewership Baru di Maret 2021, Astralis Bakal Jual Saham di AS

Dalam satu minggu terakhir, ada beberapa kabar menarik di dunia game dan esports. Salah satunya, Twitch berhasil membuat rekor viewership baru pada Maret 2021. Selain itu, Astralis mengumumkan bahwa mereka berencana untuk melakukan jual beli saham mereka di Amerika Serikat. Kabar baik juga datang dari platform esports GRID, yang baru saja mendapatkan kucuran dana sebesar US$10 juta.

Cetak Rekor Baru, Viewership Twitch Pada Maret 2021 Capai 2,06 Miliar Jam

Pada Maret 2021, total hours watched dari Twitch mencapai 2,06 miliar jam, menurut Rainmaker.gg. Dengan begitu, mereka berhasil mencetak rekor viewership bulanan baru. Jumlah viewership Twitch pada Maret 2021 naik 105% jika dibandingkan pada periode yang sama tahun lalu. Sementara itu, total hours watched dari Facebook Gaming pada Maret 2021 mencapai 400 juta jam.

Total hours watched di Facebook Gaming dan Twitch. | Sumber: GamesIndustry
Total hours watched di Facebook Gaming dan Twitch. | Sumber: GamesIndustry

Grand Theft Auto V menjadi game yang paling banyak ditonton pada bulan lalu. Sepanjang Maret 2021, total hours watched dari game itu mencapai 181 juta jam. Posisi kedua diduduki oleh League of Legends dengan total hours watched 143 juta, diikuti oleh Fortnite dengan 107 juta jam hours watched, dan Call of Duty: Warzone dengan 85 juta jam hours watched, menurut laporan GamesIndustry.

Astralis Berencana Tawarkan Saham ke Investor Amerika Serikat

Astralis Group, organisasi esports asal Denmark, mengumumkan bahwa mereka akan menawarkan saham mereka pada para investor di Amerika Serikat melalui OTCQX Best Market. Mereka hendak melakukan hal itu karena meningkatnya ketertarikan investor AS untuk menanamkan investasi di Astralis Group.

Anders Hørsholt, CEO Astralis Group mengungkap, jika Astralis dapat mendaftarkan diri di OTCQX Best Market, maka para pemegang saham mereka akan punya platform teregulasi yang lebih besar untuk melakukan jual beli saham Astralis. “Sementara bagi Astralis Group, rencana ini akan membuat kami lebih dikenal oleh para investor esports AS, yang jumlahnya terus bertambah,” ujarnya pada Esports Insider. Astralis Group merupakan organisasi esports pertama yang melakukan IPO pada Desember 2019.

Team Vitality Kerja Sama dengan Klub Bola Racing Club de Strasbourg Alsace

Klub sepak bola Prancis, Racing Club de Strasbourgh Alsace bekerja sama dengan Team Vitality demi bisa ikut serta dalam liga FIFA 21, eLigue 1. Dua pemain FIFA yang akan bertanding mewakili Team Vitality dan Racing Club de Strasbourgh Alsace adalah Corentin “RocKy” Chevrey, yang pernah menjadi juara FIFA FUT17 Championship dan Dylan “Dylo” Gozuacik, yang memenangkan FUT 20 Champions Cup Stage VI – PlayStation 4 pada 2020.

Vitality bekerja sama dengan Racing Club de Strasbourg Alsace. | Sumber: Esports Insider
Vitality bekerja sama dengan Racing Club de Strasbourg Alsace. | Sumber: Esports Insider

Selain itu, menurut laporan Esports Insider, Team Vitality dan Racing de Strasbourg Alsace akan berkolaborasi untuk membuat konten terkait eLigue 1, Kerja sama ini merupakan kali pertama Racing Club de Strasbourg Alsace masuk ke ranah esports. Namun, dalam beberapa tahun belakangan, ada banyak klub dan atlet sepak bola yang menjajaki dunia competitive gaming, seperti Juventus yang menggandeng Astralis dan AC Milan yang bekerja sama dengan tim esports lokal Qlash.

Platform Data Esports GRID Dapat Investasi Seri A

Platform data esports, GRID, mengumumkan bahwa mereka telah mendapatkan investasi Seri A sebesar US$10 juta. Salah satu investor GRID kali ini adalah pemain NFL, JuJu Smith-Schuster. Beberapa investor lain yang ikut menanamkan modal pada GRID kali ini antara lain Alinea Capital, Bumble Ventures, dan Tar Heel Capital Pathfinder. Investasi ini akan GRID gunakan untuk melanjutkan rencana ekspansi ke Amerika Serikat, yang dimulai pada tahun lalu.

“Perusahaan kami dan industri gaming serta esports tumbuh pesat pada 2020,” kata Moritz Mauer, CEO dan Founder GRID, seperti dikutip dari Esports Insider. “Kami melihat bahwa teknologi kami digunakan oleh banyak pemain di ekosistem esports. Dengan begitu, jumlah klien dan turnamen yang kami dukung pun bertambah pesat.”

astralis group konsolidasi

Lakukan Konsolidasi, Astralis Group Ubah Nama Tim League of Legends Origen

Astralis Group dikenal dengan tim Counter-Strike: Global Offensive mereka, yang memiliki nama yang sama. Dalam 3,5 tahun terakhir, tim tersebut telah memenangkan 4 turnamen Major, menjadikan mereka sebagai salah satu tim CS:GO terbaik di dunia. Selain tim CS:GO, Astralis Group juga punya tim League of Legends bernama Origen dan tim FIFA yang dinamai Future FC. Astralis Group baru mengumumkan bahwa mereka akan melakukan konsolidasi dan mengubah nama Origen dan Future FC menjadi Astralis.

“Dalam beberapa tahun belakangan, jumlah fans dari tim-tim kami terus tumbuh. Khususnya, tim Astralis, yang juga dikenal di luar dunia esports,” kata CEO Astralis Group, Anders Horsholt, menurut laporan ESPN. “Dengan melakukan konsolidasi, hal ini akan menjadikan kami sebagai salah satu organisasi esports paling penting dalam dunia esports yang terus tumbuh. Tak hanya itu, kami juga akan memproduksi lebih banyak merchandise untuk fans.”

Astralis Group konsolidasi
Tim League of Legends Astralis Group, Origen, berlaga di LEC. | Sumber: Inven Global

Pada 2018, Astralis Group mengakuisisi tim League of Legends, Origen. Mereka juga menggandeng pendiri Origen, Enrique “xPeke” Cedeño Martinez. Ketika itu, mereka juga meminta bantuan dari mantan pemain profesional dan mantan broadcaster League of  Legends European Championship (LEC), Martin “Deficio” Lynge untuk membantu mereka mendapatkan slot di LEC.

Setelah mengakuisisi Origen, Astralis memutuskan tidak mengubah nama tim tersebut. Tujuannya adalah untuk mempertahankan fans Origen. Hanya saja, sepanjang 2020, performa Origen di LEC tidak sebaik ketika tim tersebut lolos ke League of Legends World Championship pada 2015. Pada LEC Summer Split 2020, Origen menempati posisi ke-10. Karena itu, Astralis Group memutuskan untuk melakukan rebranding dan mengubah nama Origen menjadi Astralis.

Melalui konsolidasi ini, xPeke tak lagi turun tangan dalam menangani tim Origen. Meskipun begitu, dia masih akan tetap menjadi pemegang saham di Astralis Group. Selain mengumumkan rencana konsolidasi, Astralis Group juga memperkenalkan struktur media sosial dan program media baru, serta merchandise baru untuk para fans.

Astralis Group merupakah salah satu organisasi esports yang telah melakukan penawaran saham perdana alias IPO. Pada Maret 2020, mereka merilis laporan keuangan pertama mereka. Hasilnya, mereka masih mengalami kerugian  sebesar €4,6 juta (sekitar Rp74,8 miliar). Namun, laporan keuangan tersebut masih dianggap “memuaskan” karena memang sesuai dengan perkiraan sebelumnya.

laporan keuangan Astralis

Astralis Group Umumkan Laporan Keuangan untuk Semester Pertama 2020

Astralis Group baru saja melaporkan hasil keuangan mereka untuk semester pertama 2020. Mereka mengungkap, mereka mengalami kerugian sebesar 30,17 juta krona Denmark (sekitar Rp71,3 miliar). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, kerugian Astralis sedikit naik. Pada semester pertama 2019, kerugian Astralis hanya mencapai 27,97 juta krona Denmark (sekitar Rp66,1 miliar).

Sementara itu, sepanjang semester pertama 2020, Astralis Group mendapatkan pemasukan sebesar 20,48 juta krona Denmark (sekitar Rp48,4 miliar), naik dari 17,27 juta krona Denmark (sekitar Rp40,8 miliar) pada tahun 2019. Astralis Group menyebutkan, pemasukan mereka dari sponsorship mengalami kenaikan sebesar 4,4 juta krona Denmark (sekitar Rp10,4 miliar). Selain itu, pemasukan mereka dari liga esports juga tumbuh sebesar 3,5 juta krona Denmark (sekitar Rp8,3 miliar), menurut laporan The Esports Observer.

Sayangnya, total hadiah kemenangan turnamen esports yang didapatkan oleh Astralis Group mengalami penurunan sebesar 4,3 juta krona Denmark (sekitar Rp10,2 miliar) jika dibandingkan dengan tahun lalu. Sebenarnya, hal ini tidak aneh mengingat tahun ini, ada banyak turnamen esports yang ditunda atau bahkan dibatalkan akibat pandemi COVID-19.

laporan keuangan Astralis
Kontribusi divisi-divisi Astralis pada pemasukan grup. | Sumber: The Esports Observer

Astralis Group terdiri dari tiga tim esports yang berlaga di tiga game yang berbeda. Tim Astralis yang bertanding di Counter-Strike: Global Offensive memberikan kontribusi pemasukan paling besar. Total pemasukan mereka mencapai 14 juta krona Denmark (sekitar Rp33 miliar) atau sekitar 68,4% dari total pemasukan Astralis Group.

Sementara itu, tim League of Legends Astralis, Origen, berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 5,2 juta krona Denmark (sekitar Rp12,3 miliar). Total pemasukan tim FIFA Astralis, Future Football Club, mencapai 600 ribu krona Denmark (sekitar Rp1,4 miliar). Terakhir, manajemen Astralis Group berhasil mendapatkan pemasukan sebesar 800 ribu krona Denmark (sekitar Rp1,9 miliar).

Astralis Group adalah organisasi esports asal Denmark. Mereka melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada November 2019, menjadikan mereka sebagai organisasi esports pertama yang melakukan IPO. Mengingat Astralis Group baru dibentuk pada musim panas 2019, mereka menggunakan laporan keuangan internal dari mantan pemegang saham untuk membandingkan laporan keuangan mereka yang sekarang dengan tahun lalu.

Astralis Lunar

Astralis Jalin Kerja Sama 3 Tahun dengan Aplikasi Mobile Banking Lunar

Astralis Group baru saja menandatangani kerja sama dengan aplikasi mobile banking asal Nordik, Lunar. Kerja sama ini mencakup kartu VISA dengan logo Astralis dan pembuatan konten eksklusif, seperti wawancara dan behind-the-scene, yang hanya akan bisa diakses oleh pengguna aplikasi Lunar. Sayangnya, tidak diketahui berapa nilai finansial dari kerja sama antara Lunar dengan Astralis ini. Menurut pernyataan resmi, nilai kerja sama yang berlangsung selama 3 tahun tersebut cukup signifikan.

Esports menarik audiens global yang jumlahnya terus beratambah. Dan salah satu kekuatan kami adalah kami dekat dengan generasi digital natives,” kata CCO dan Co-founder Astralis Group, Jakob Lund Krestensen, menurut laporan Esports Insider. “Cara Lunar untuk mengubah metode perbankan, penggunaan gamification dan hiburan digital sesuai dengan strategi kami dan juga dengan target penonton kami.”

Astralis Lunar
Kerja sama Astralis dan Lunar mencakup kartu VISA khusus. | Sumber: The Esports Observer

Astralis Group adalah organisasi esports asal Denmark yang membawahi tim Counter-Strike: Global Offensive Astralis, tim League of Legends Origen, dan tim FIFA Future FC. Namun, fokus dari kerja sama dengan Lunar adalah tim CS:GO Astralis. Menurut laporan The Esports Observer, saat ini, para fans Astralis di Denmark sudah bisa mendaftarkan diri dalam waitlist Lunar meski aplikasi mobile banking itu belum diluncurkan. Rencananya, Lunar akan dirilis pada tahun ini.

“Dalam kerja sama kami dengan Astralis Group, dengan fokus pada tim Astralis, kami mengubah model perbankan dan hiburan, menyediakan pengalaman baru untuk para fans,” kata CEO dan Founder Lunar, Ken Villum Klausen. “Kami melakukan hal ini untuk meningkatkan engagement dengan pengguna kami. Dan kerja sama dengan Astralis membantu kami dalam menciptakan aplikasi finansial super serta menarik hati para pengguna baru.”

Belakangan, memang semakin banyak merek non-endemik yang tertarik untuk bekerja sama dengan organisasi esports dalam rangka memenangkan hati generasi milenial dan gen Z. Pada April 2020, BMW mengumumkan kerja samanya dengan 5 organisasi esports yang berlaga di League of Legends. Saat itu, perusahaan pembuat mobil itu mengaku bahwa mereka akan memfokuskan marketing mereka pada esports. Sementara pada tahun lalu, Audi juga memutuskan untuk menjadi sponsor dari Future FC di bawah Astralis. Future FC menjadi perwakilan dari klub sepak bola Italia, Juventus dalam liga PES eFootball.

astralis group umumkan laporan keuangan

Astralis Group Umumkan Laporan Keuangan, Hasilnya “Memuaskan”

Organisasi esports asal Denmark, Astralis Group, mengumumkan laporan hasil keuangan pertamanya. Dalam laporannya, mereka menyebutkan bahwa pendapatan mereka mencapai €6,5 juta (sekitar Rp105,6 miliar), 11,5 persen lebih tinggi dari perkiraan mereka. Meskipun begitu, mereka masih mengalami kerugian sebesar €4,6 juta (sekitar Rp74,8 miliar). Sementara EBITDA (pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) mereka adalah -€3,06 juta (sekitar Rp49,7 miliar). Ini semua masih sesuai dengan perkiraan laporan keuangan yang dibuat oleh Astralis Group sebelumnya.

“Secara keseluruhan, laporan keuangan kami sesuai perkiraan. Itu berarti, laporan keuangan kami memuaskan. Astralis baru berdiri sebagai perusahaan sejak Agustus 2019, jadi seharusnya, tidak banyak kejutan dalam laporan keuangan tahunan kami. Kecuali pendapatan kami yang lebih tinggi, yang disebabkan karena total uang hadiah yang dimenangkan oleh tim Astralis, laporan keuangan kami sesuai dengan proyeksi kami yang cukup ambisius,” kata Anders Horsholt, CEO Astralis Group, dikutip dari Esports Insider.

Lebih lanjut, dia berkata, “Saya melihat ini sebagai tanda bahwa bisnis kami sehat. Sejak menjadi perusahaan pada Agustus 2019, kami telah menandatangani dan memperpanjang sejumlah kerja sama penting dengan beberapa sponsor dan rekan media. Kami juga telah menjalin kerja sama strategis dengan ESL Pro League.”

Menurut laporan Gaming Street, sejak IPO pada Desember 2019 lalu, banyak pihak yang tertarik untuk mengamati Astralis Group, ingin tahu apakah organisasi esports itu akan bisa menjustifikasi valuasi perusahaan mereka. Fakta bahwa laporan keuangan mereka sejalan dengan perkiraan mereka adalah kabar baik. Sebagai perusahaan yang fokus pada tim esports, jika Astralis Group bisa menemukan cara untuk sukses, organisasi esports lain akan bisa meniru apa mereka lakukan.

Astralis group umumkan laporan keuangan
Tim-tim yang ada di bawah Astralis Group. | Sumber: The Esports Observer

“Sejak awal, kami sudah sangat ambisius dan awal tahun 2020 menjadi validasi dari strategi kami. Kami akan terus mencari rekan kerja sama dan memperbesar tim kami. Sekarang, kami menjadi salah satu pemilik dari ESL Pro League dan telah menandantangani kontrak dengan BLAST Premier untuk season 2020,” kata Horsholt.

Horsholt juga membahas tentang performa tim-tim Astralis Group yang sangat baik. Tim Counter-Strike: Global Offensive mereka kini menjadi nomor satu di dunia, sementara Origen, tim League of Legends mereka juga sukses di League of Legends European Championship. Selain itu, Astralis Group juga memiliki tim FIFA yang disebut Future FC. Pada tahun 2020, dia mengungkap, Astralis juga berencana untuk masuk ke competitive scene dari satu game baru.

“Tahun 2019 adalah tahun yang sangat menggairahkan bagi Astralis Group dan saya sangat bangga akan pencapaian kami selama ini,” ujar Horsholt. “Kami percaya, kami masih memiliki potensi untuk berkembang menjadi lebih besar. Dan kami akan mengumumkan rencana kami terkait media channels dan hubungan kerja sama baru dalam beberapa bulan ke depan.”

Astralis Group Lakukan IPO

Astralis Group melakukan penawaran saham perdana (IPO) di Nasdaq First North Growth Market di Denmark. Mereka menjual 16.59.777 lembar saham dengan harga 8,95 Krone (sekitar Rp18.500) per lembar. Mereka hanya menjual saham di Denmark, tapi saham tersebut dapat dibeli melalui pialang, menurut kicauan Jacob Wolf dari ESPN.

Astralis Group, yang membawahi tim Counter-Strike: Global Offensive Astralis, tim League of Legends Origen, dan tim FIFA FutureFC, menjadi organisasi esports pertama yang melakukan IPO. Namun, tak tertutup kemungkinan, akan semakin banyak organisasi esports yang tertarik untuk mengikuti langkah Astralis Group dan melakukan IPO, lapor Dot Esports. Pada awal bulan Desember, CEO Astralis Group Nikolaj Nyholm menjelaskan bahwa salah satu alasan mereka memutuskan untuk melakukan IPO dan bukannya membuka ronde pengumpulan dana adalah karena mereka ingin bisa fokus pada rencana jangka panjang mereka.

Nyholm mengaku optimistis dengan keputusannya untuk melakukan IPO. Namun, dia sadar bahwa sebagian pihak mungkin enggan untuk menanamkan investasi di industri esports, yang belum memiliki rekam jejak yang panjang. “Dalam hal ini kami juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mengedukasi pasar dengan memberikan informasi yang akurat terus menerus,” katanya.

Astralis saat memenangkan Intel Grand Slam | Sumber: ESL Gaming
Astralis saat memenangkan Intel Grand Slam | Sumber: ESL Gaming

Menurut laporan Newzoo, tahun ini, industri esports diperkirakan memiliki nilai US$1,1 miliar, tumbuh 26 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu. Jumlah penonton yang terus naik membuat semakin banyak merek non-endemik tertarik menjadi sponsor. Pada puncaknya, League of Legends World Championship 2019 ditonton oleh 2,9 juta orang pada saat bersamaan, hampir dua kali lipat dari total penonton LWC tahun lalu. CEO Riot Games, Nicolo Laurent juga mengaku, beberapa liga League of Legends mereka — seperti liga di Tiongkok dan Korea Selatan — sudah menghasilkan untung.

Bukan hanya jumlah sponsor yang bertambah, tapi juga investor. Sekarang, semakin banyak investor yang berminat untuk mendukung pelaku esports, termasuk perusahaan venture capital. Di Indonesia, EVOS Esports dan ONIC Esports merupakan dua organisasi esports yang telah mendapatkan dukungan dari perusahaan venture capital. Semakin banyaknya investor yang tertarik masuk ke esports dianggap sebagai bukti bahwa industri ini telah menjadi semakin matang.

10 Perjanjian Kerja Sama dan Sponsorship Esports Pada November 2019

Seiring dengan bertambahnya jumlah penonton turnamen esports, semakin banyak pula perusahaan yang tertarik untuk menjadi sponsor liga dan tim esports. Perusahaan itu tak melulu perusahaan yang bergerak di bidang gaming dan esports, tapi juga merek non-endemik. Setiap bulan, selalu muncul kabar tentang kerja sama antara perusahaan dengan organisasi esports. Pada bulan November 2019, ada sejumlah perjanjian kerja sama baru yang cukup menarik.

Inilah 10 kerja sama yang diumumkan pada November 2019, menurut Esports Insider.

1. Complexity Gaming dan Herman Miller

Tidak sedikit organisasi esports yang bekerja sama dengan perusahaan pembuat kursi gaming, seperti Astralis yang bekerja sama dengan Secretlab. Namun, Complexity Gaming justru memilih Herman Miller, perusahaan furniture, sebagai rekan mereka. Selain itu, Herman Miller juga menjadi sponsor dari laboratorium inovasi di GameStop Performance Center milik Complexity. Perusahaan furniture itu juga menyediakan meja dan kursi di lab tersebut. Melalui kerja sama ini, kedua pihak juga akan mengumpulkan data untuk menciptakan perangkat yang ergonomis untuk para gamer.

2. Fnatic dan Hello Kitty

Esports tak melulu mengejar kemenangan. Sebagai salah satu sumber pemasukan, sebagian organisasi esports biasanya menjual merchandise, seperti EVOS Esports di Indonesia. Fnatic juga menjual merchandise untuk para fans mereka. Satu hal yang menarik, pada bulan lalu, Fnatic bekerja sama dengan Hello Kitty untuk mleuncurkan koleksi pakaian edisi terbatas, yang mencakup jogger, jaket, jersey, topi, kaos, mousepad, stiker, dan keycap.

fnatic hello kitty

3. Team Vitality dan Orange

Bulan lalu, Team Vitality dari Prancis memperpanjang kerja samanya dengan perusahaan telekomunikasi Orange. Kontrak ini mencakup sponsor pada jersey, kegiatan saat live event, dan juga kegiatan digital dengan Rush Esports. Setelah diperpanjang, kontrak ini akan berlangsung hingga 2021. Sebagai perusahaan telekomunikasi, Orange juga akan melengkapi markas Team Vitality, V.Hive dengan jaringan broadband fiber.

4. G2 Esports dengan Mastercard

Menjelang pertandingan final League of Legends World Championship, G2 Esports mengumumkan kerja samanya dengan Mastercard. Melalui kerja sama ini, mereka ingin mendekatkan diri dengan fans. Salah satu caranya dengan melakukan meet-and-greet. Mendapatkan akses ke fasilitas G2 Esports, Mastercard akan membuat konten tentang kegiatan tim asal Eropa ini. Mastercard juga membuat konten “Priceless Moments” yang akan disiarkan setiap minggu.

5. FACEIT dengan Visa

Mastercard bukan satu-satunya perusahaan dari industri finansial yang tertarik untuk masuk industri esports. Begitu juga dengan Visa. Kali ini, VIsa bekerja sama dengan platform esports FACEIT. Rusia menjadi target pasar pertama mereka. Kerja sama ini juga mendapatkan dukungan dari bank Rusia. Visa dan FACEIT akan fokus untuk membuat dan mendistribusikan program online yang memungkinkan para gamer untuk mengasah kemampuan mereka.

faceit visa

6. FIFA 20 Global Series dengan Gillete

Pada November, Gillette mengumumkan bahwa mereka akan menjadi sponsor dari FIFA 20 Global Series dari EA. Melalui kerja sama ini, Gillette akan mendapatkan konten, iklan pada saat streaming, dan juga promosi melalui radio atau televisi. Kegiatan sponsorship ini dimulai dengan EA FUT Champions Cup Stage 2 yang diadakan di Romania pada akhir November. Ini bukan kali pertama Gillette masuk ke ranah esports. Sebelum ini, Gillette juga telah bekerja sama dengan sejumlah organisasi esports, seperti EDward Gaming dan Team SoloMid.

7. Riot Games dan 4Entertainment

Riot Games mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan broadcast dan events, 4Entertainment untuk membuat liga League of Legends nasional untuk Belanda dan Belgia. Masing-masing liga akan disiarkan dalam bahasa ibu masing-masing negara. Total hadiah untuk liga nasional ini mencapai €25 ribu. Kedua liga ini akan mengadu enam tim dalam musim pertama. Ke depan, tidak tertutup kemungkinan, jumlah tim akan bertambah menjadi delapan tim.

8. Astralis Group dan Newzoo

Astralis Group, yang berencana melakukan IPO pada bulan ini, mengumumkan kerja samanya dengan perusahaan analisa Newzoo pada bulan lalu. Melalui kerja sama ini, Newzoo akan memberikan data dan insight tentang dunia esports untuk membantu Astralis dalam mengambil keputusan. Sementara Astralis juga akan memberikan data pada Newzoo agar perusahaan intelijen itu dapat membuat laporan yang lebih akurat tentang keadaan pasar esports sekarang.

9. Skybox Technologies dan BLAST Pro Series

Skybox Technologies, perusahaan analisa dan visualisasi akan mengadakan kompetisi membuat AI untuk Counter-Strike: Global Offensive. Tim yang menampilkan kode terbaik dalam program yang Skybox adakan bersama RFRSH Entertainment ini akan mendapatkan US$5 ribu. Sementara lima tim terbaik akan mendapatkan kesempatan untuk menguji kode mereka dalam BLAST Pro Series saat pertandingan berlangsung. BLAST Pro Series akan diadakan di Copenhagen pada tahun depan.

skybox jpeg

10. BLAST dengan Winstrike

BLAST mengumumkan kontrak eksklusif dengan Winstrike pada bulan lalu. Kontrak ini mencakup hak siar dan sponsorship atas BLAST Premier untuk kawasan CIS (Commonwealth Independent States), yang terdiri dari negara-negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet. BLAST Premier adalah turnamen baru yang menawarkan hadiah hingga US$4,25 juta. Melalui perjanjian ini, Winstrike akan dapat menyiarkan BLAST Premier di televisi dan platform online. Tak hanya itu, Winstrike juga mendapatkan hak eksklusif atas sponsorship serta marketing dari turnamen tersebut.

IPO Pada 9 Desember, Astralis Group Mau Kumpulkan Rp230 Miliar

Astralis Group berencana untuk melakukan penawaran saham perdana (IPO) pada 9 Desember 2019 di bursa saham Nasdaq Copenhagen. Mereka hendak menjual sahamnya senilai 8,95 kroner (sekitar Rp13,7 ribu) per lembar dan mengumpulkan 125 juta sampai 150 juta kroner (sekitar Rp192 miliar sampai Rp230 miliar). Menurut Per Hansen, ahli ekonomi investasi di Nordnet, kemungkinan, permintaan akan saham Astralis akan lebih tinggi dari jumlah saham yang mereka jual.

Esports dan potensi industri ini dalam lima tahun ke depan tengah menjadi bahan pembicaraan hangat sekarang,” kata Hansen, seperti dikutip dari Bloomberg. Dia juga mengatakan, waktu IPO Astralis tepat karena saat ini, nilai bunga tengah rendah membuat para investor tertarik untuk menanamkan investasi di perusahaan baru.

Memang, nilai industri esports pada tahun ini diperkirakan telah menembus US$1 miliar. Pada 2022, industri esports diduga akan memiliki nilai US$1,8 miliar. Saat ini, sekitar 82 persen dari total nilai industri esports datang dari investasi merek endemik dan non-endemik. Memang, pada Q3 2019, semakin banyak perusahaan non-endemik yang tertarik untuk menanamkan investasi di esports. Alasannya karena penonton esports yang terus naik. Pada 2019, jumlah penonton esports di dunia diperkirakan mencapai 443 juta orang. Angka ini diduga akan naik menjadi 495 juta orang pada 2020.

Jumlah penonton esports selama 2018-2020. | Sumber: Newzoo
Jumlah penonton esports selama 2018-2020. | Sumber: Newzoo

CEO Astralis Group, Nikolaj Nyholm yakin bahwa IPO mereka akan sukses. Salah satu alasan mengapa dia begitu percaya diri adalah karena mereka telah memiliki investor yang siap membeli saham mereka. Dia berkata, para investor ini berasal dari berbagai negara, mulai dari Eropa sampai Asia. Para investor tersebut telah menyiapkan dana sekitar US$8 juta (sekitar Rp113 miliar).

“Kami pecaya, merek-merek paling bernilai dan paling dikenal dalam 10 tahun ke depan sekarang tengah membangun pondasi mereka,” kata Nyholm. Jika IPO Astralis Group sukses, maka ini akan menjadi tolok ukur bagi organisasi esports lain yang juga berencana untuk melakukan IPO. Nyholm, yang pernah bekerja sebagai venture capitalist, berkata bahwa dia mengerti mengapa sebagian investor enggan untuk menanamkan modal di industri esports, mengingat industri ini masih sangat baru dan belum memiliki rekam jejak yang jelas. “Dalam hal ini kami juga memiliki tanggung jawab untuk membantu mengedukasi pasar dengan memberikan informasi yang akurat terus menerus,” ujarnya.

Nyholm menjelaskan, salah satu alasan Astralis Group untuk melakukan IPO dan bukannya mengumpulkan dana investasi lagi adalah untuk menemukan investor baru. Selain itu, dengan melakukan IPO, Astralis akan bisa fokus pada rencana jangka panjang mereka. Uang yang mereka dapatkan dari IPO ini akan digunakan untuk memperkuat posisi Astralis di pasar esports dengan mengembangkan merek dan media mereka. Astralis Group membawahi tiga tim esports, yaitu Astralis yang dikenal sebagai salah satu tim Counter-Strike: Global Offensive terkuat di dunia, Origen yang bertanding di League of Legends European Championship (LEC), dan Future FC, tim terbaru Astralis Group yang bertanding dalam game FIFA.

Sumber header: Astralis Group via Bloomberg

Jalin Kerja Sama, Astralis Group dan Newzoo Bakal Saling Bertukar Data

Astralis Group mengumumkan kerja sama dengan Newzoo. Melalui kerja sama ini, Newzoo akan memberikan data dan insight tentang dunia esports yang tengah berkembang pesat pada Astralis, membantu organisasi esports tersebut untuk mengambil keputusan di masa depan. Meskipun banyak pelaku esports yang masuk ke industri competitive gaming atas dasar passion, sekarang, sekadar passion tak lagi cukup. Astralis sendiri membanggakan diri sebagai organisasi yang tidak hanya menjual passion, tapi juga data.

“Di Astralis Group, ketika kami memberikan penawaran komersil, kami berusaha untuk tidak membuatnya hanya berdasarkan pada passion, emosi, dan loyalitas, tapi juga berdasarkan data rasional yang hasilnya bisa dihitung. Kami tidak hanya berusaha untuk memberikan eksposur pada rekan kami, kami juga memiliki peran sebagai penasehat, yang bisa kami jalankan dengan lebih baik dengan bantuan dari Newzoo,” kata Jakob Lund Kristensen, Co-founder dan CCO Astralis Group, seperti dikutip dari situs resmi Newzoo.

Astralis Group merupakan organisasi esports asal Denmark yang membawahi tim Astralis yang berlaga di Counter-Strike: Global Offensive, Origen yang bertarung di League of Legends, dan Future FC yang akan bertanding di FIFA. Sementara Newzoo adalah perusahaan intelijen dan analitik yang selama ini memang telah mengeluarkan berbagai laporan tentang survei di industri gaming dan esports, seperti laporan yang memperkirakan bahwa valuasi industri esports tahun ini akan menembus nilai US$1 miliar. Dari kerja sama ini, Newzoo akan mendapatkan data dari Astralis, yang akan membantu mereka untuk membuat perkiraan akan industri esports yang lebih akurat.

Sumber: Twitter
Sumber: Twitter

“Kami senang bisa bekerja sama dengan Astralis Group, Nikolaj Nyholm, tiga tim esports yang sukses di bawah mereka, yaitu Astralis, Origen, dan Future FC,” kata Remer Rietkerk, Head of Esports, Newzoo. “Astralis terus melakukan inovasi di pasar esports, dan melalui kerja sama ini, kami akan bisa memperkaya pemahaman kami tentang berbagai model bisnis monetisasi di esports.” Menurut Esports Insider, Astralis Group bukan organisasi esports pertama yang menjadi rekan dari Newzoo. Sebelum ini, Newzoo telah bekerja sama dengan Team Liquid, Ninjas in Pyjamas, dan organisasi esports Jepang, DetonatioN Gaming. Rietkerk mengatakan, semakin banyak rekan yang Newzoo miliki, maka laporan mereka juga akan menjadi semakin akurat.

Astralis bukanlah satu-satunya organisasi esports yang ingin memanfaatkan data untuk lebih unggul dari organisasi lain. Tahun lalu, Team Liquid mengumumkan kerja samanya dengan SAP. Kerja sama itu lalu dilanjutkan pada tahun ini. Selain organisasi esports, developer game juga tertarik untuk bekerja sama dengan perusahaan intelijen dan analitik. Seiring dengan semakin banyaknya perusahaan non-endemik dan perusahaan venture capital yang masuk ke dunia esports, maka pelaku esports juga dituntut untuk memberikan data yang memang valid. Sebelum ini, Activision Blizzard telah bekerja sama dengan Nielsen untuk menjamin bahwa data terkait penonton liga esports mereka memang valid. Selain Activision Blizzard, Riot Games juga menggandeng Nielsen.

Sumber header: Esports Insider